Oleh :
Eman Sulaiman
Pembimbing :
Dr. Maman Abdurrahman Sp.B (K)-Onk
Pendahuluan2,3,4,5
Onkologi Bedah adalah divisi dari bedah yang dibentuk dari prosedur screening
cancer, theraphy cancer, dan follow up untuk pasien dengan benigna dan malignant
tumor. Sedangkan Terapi Bedah Onkologi adalah sebuah prosedur yang kompleks yang
melibatkan sebuah team yang kompak terdiri dari tenaga ahli pada sebuah Center Cancer
yaitu ahli oncologi, ahli radiasi oncologi, ahli radiologi, ahli patologi, ahli bedah
plastik/rekonstruksi, konsultan genetic, perawat onkologi, dan pekerja sosial yang bekerja
untuk pasien kanker
Pembahasan mengenai pembedahan adalah tindakan utama untuk perawatan
tumor, sudah dimulai oleh Edwin Smith Papyrus (circa 1600 BC). Halsted juga menganut
paham yang sama, maka dia mengembangkan tehnik pembedahan mastektomi radikal
sebagai terapi kuratif suatu breast cancer.
Berjalannya ilmu pengetahuan mengenai sifat progresivitas kanker dan
metastasis, ketika diagnosis kanker ditegakkan, hampir mencapai 70% solid tumors telah
menyebar secara sistemik. Pada keadaan ini yang dilakukan hanya pembedahan, tetapi
kurang memperhatikan segi perawatan kuratif. Di jaman sekarang ini, semua modalitas
terapi kanker untuk mengintegrasi dan mengkoordinasi perawatan pasien kanker harus
dimiliki oleh seorang ahli bedah onkologi.
Penanganan pasien dengan tumor-tumor yang resectable juga bisa dilakukan oleh
ahli bedah. Mereka juga harus mampu untuk mengatasi gawat darurat bedah pada pasien
kanker, juga terapi bedah pada penyakit metastasis. Mereka juga harus berperan dalam
penyaringan dan usaha pencegahan kanker, serta pengawasan kanker. 1,2,3
Pencegahan Kanker
Faktor predisposisi terjadinya suatu keganasan adalah mutasi genetik dan
penyakit yang diderita seseorang. Dengan ditemukannya kode genom manusia, saat ini
makin banyak gen – gen yang berkaitan dengan timbulnya kanker ditemukan.
Terapi preventif (pencegahan) artinya operasi pengangkatan organ tubuh yang
beresiko. Akan tetapi dengan semakin terungkapnya mekanisme genetik penyebab
kanker, alternatif terapi non bedah secara perlahan dapat menggantikan terapi
pembedahan yang sifatnya ekstirpatif.
Adanya underlying disease atau kelainan kongenital atau defek genetik seringkali
berkaitan erat dengan timbulnya suatu keganasan pada organ tertentu. Sehingga apabila
kelainan tersebut terjadi pada organ nonvital, lebih baik organ atau jaringan tersebut
dibuang sebelum timbul adanya keganasan, seperti terlihat pada contoh tabel berikut ini.
Tabel 1 Keadaan yang membutuhkan tindakan pembedahan prophylactic yang dapat mencegah terjadinya keganasan.3
Berikut ini adalah Tabel 2 tindakan deteksi dini kanker terhadap kelompok yang beresiko
tinggi sesuai dengan rekomendasi American Cancer Society2,8,9
Tumor marker dapat diproduksi oleh sel kanker itu sendiri atau oleh tubuh sebagai response pertahanan tubuh terhadap kanker. Produk protein tesebut
lebih dikenal sebagai tumor marker, karena jenisnya yang spesifik pada setiap sel tumor. Tumor marker yang pertama kali ditemukan adalah enzym acid
fosfatase pada tahun 1938 pada pasien dengan metastase ca prostate. Pada tahun 1965 ditemukan tumor marker Carcinoembryonic Antigen (CEA) pada
pasien – pasien ca Colon. Tumor marker dapat berupa Tumor antigen atau enzim/hormon yang dihasilkan oleh sel – sel tumor. Selain untuk deteksi
terhadap tumor, Tumor marker juga dapat dipakai untuk memonitoring response terhadap terapi atau untuk mendeteksi tumor yang rekurren. Berikut ini
adalah jenis – jenis Tumor marker yang spesifik terhadap jenis tumor tertentu.1,7,8,9
Sebagian jenis kanker dapat diterapi dengan tindakan pembedahan yaitu dengan
cara mengangkat seluruh jaringan tumor beserta jaringan normal disekitarnya yang
diperkirakan sudah terinfiltrasi oleh tumor tersebut, jika tumor masih bersifat operable,
sedangkan tumor yang inoperable adalah tumor yang sudah metastase jauh dan banyak.
Hal–hal yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam menentukan
operabilitas suatu tumor yaitu :
1. Luas tumor
Diukur dengan satuan centimeter ke segala arah, lalu dibuat suatu sketsa dengan
keterangan yang menggambarkan hubungan jaringan tumor dengan jaringan
sekitarnya.
2. Metastase
Dinilai dengan cara menentukan KGB regional atau KGB ditempat lainnya yang
membesar. Diperlukan pula pemeriksaan penunjang yang dapat membuktikan
adanya metastase jauh ke organ- organ lainnya.
3. Kecepatan tumbuh tumor (Tumor Doubling time)
Diperkirakan dengan menghitung ukuran dan volume perluasan tumor ke suatu
jurusan dalam kurun waktu tertentu.
4. Gambaran mikroskopik
Pemeriksaan Histopatologi dari hasil biopsy diperlukan untuk menentukan terapi
lanjut yang akan dilakukan.
5. Sifat kimiawi dan biologi tumor
Sifat kepekaan tumor terhadap hormonal, reaksi terhadap zat sitotoksik, kepekaan
terhadap radiasi, metabolisme tumor sehingga menghasilkan zat – zat biologis
aktif, supaya dapat membantu meramalkan terapi lanjutan pasca operasi bila
diperlukan ataupun sebagai dasar menentukan prognosis.
Jika pembedahan telah dipilih sebagai terapi pada kanker maka tindakan
pembedahan harus dilakukan secara benar dengan memperhatikan prisnip - prinsip
onkologi. Hasil yang diharapkan dari tindakan pembedahan tumor secara umum adalah :
Menghilangkan sel – sel tumor dari jaringan tubuh dan mencegah timbulnya residif
( daerah yang bebas tumor baik secara makroskopik maupun secara mikroskopik).
Untuk mencegah residif pasca pembedahan , maka prinsip – prinsip onkologi
dalam tindakan operatif pembedahan maupun biopsi harus diterapkan meliputi :
1. Reseksi Lokal
Pengangkatan tumor dan jaringan sekitarnya yang memenuhi prinsip - prinsip
onkologi adalah 2 cm diluar daerah yang dianggap tidak ada tumor. Reseksi lokal
adekuat untuk neoplasma dengan gradasi rendah, tidak infiltrasi ke jaringan
sekitarnya, tanpa adanya ektensi ke kelenjar getah bening regional dan belum
bermetastase jauh. Contohnya Basal Sel Karsinoma, Tumor jinak mammae, dan
Tumor campuran kelenjar parotis.
2. Reseksi Lokal Radikal
Pengangkatan tumor dan jaringan sekitarnya yang lebih luas lagi, pada tumor yang
telah menginfiltrasi luas jaringan sekitarnya. Pada reseksi lokal radikal, jaringan
normal yang luas antara batas eksisi massa tumor dapat berfungsi juga sebagai barrier
yang mencegah sel tumor masuk kedalam saluran limfe maupun pembuluh darah.
Contoh tumor yang sering dilakukan reseksi jenis ini adalah soft tissue sarcoma,
carcinoma gaster dan esofagus.
Tindakan reseksi lokal radikal dapat juga dikerjakan untuk suatu tumor yang telah
dilakukan biopsi atau eksplorasi sebelumnya, karena kutis, subkutis, fascia dan otot
juga ikut diangkat sebagai suatu soft tissue sarcoma letak dalam diantara otot atau
didalam otot itu sendiri maka tindakan reseksi lokal radikal adalah dengan
mengangkat bundle otot dari origo sampai insersinya, termasuk didalamnya fascia,
pembuluh darah, syaraf, jaringan ikat serta kulit yang berdekatan dengan lesi tumor.
Hal ini dilakukan karena soft tissue sarcoma mempunyai kecenderungan untuk
berinfiltrasi sepanjang fascia dan otot yang letaknya cukup jauh dari lesi tumornya.
3. Reseksi Radikal dengan Eksisi Limfatik secara End-Block
Reseksi dilakukan pada neoplasma primer beserta KGB regional dan saluran
limfatiknya, karena ada sebagian neoplasma bermetastase secara limfogen. Kondisi
anatomis terbaik dan menguntungkan adalah jika terdapat aliran limfatik tunggal dari
lesi tumor KGB regionalnya. Tehnik operasi ini banyak dipakai sebagai terapi standar
dibidang bedah mulut, laring, faring, daerah colon, rektum, tumor testis, melanoma
maligna serta tumor cervix dan uterus. Kecuali pada tumor lidah dan carsinoma
mammae, end-block tetap dilakukan walaupun tumor belum bermetastase. Prinsip ini
pertama kali diterapkan oleh Mayer dan Halsted pada tindakan operasi kanker
payudara, awal abad ke-20.
4. Pembedahan supra radikal ( Bedah Ekstentif)
Tehnik pembedahan yang dilakukan sebagai terapi tumor yang tumbuh lambat dan
mencapai ukuran yang sangat besar serta berinfiltrasi ke jaringan sekitar tanpa
metastase jauh. Kasus-kasus ini biasanya in-operable sehingga operatornya haruslah
seorang ahli bedah onkologi yang berpengalaman, contohnya :
a. Pelvis eksenterasi
Pengangkatan organ pelvis (vesica urinaria, uterus dan rektum) beserta
jaringan sekitarnya. Contohnya : carcinoma cervix uteri residif
b. Hemi-pelviktomi
Melakukan reseksi ekstremitas inferior dan os ileum pada Osteosarcoma
femoris, acetabulum atau sebagian pelvis juga pada soft tissue sarcoma
otot-otot pada bagian proksimal atau daerah bokong.
c. Forquarter amputation
Tehnik amputasi dengan melakukan reseksi pada ekstremitas superior dan
scapula. contoh osteosarcoma scapula dan bagian atas humerus.
5. Pembedahan Diagnostik
Biopsi atau pembedahan diagnostik bertujuan memperoleh sediaan jaringan yang
cukup untuk melakukan diagnostik lengkap. Saat berlangsungnya pembedahan dapat
dibuat sediaan beku agar segera dapat diperoleh keterangan tentang jinak/ganasnya
tumor untuk merencanakan tindakan segera selanjutnya. Untuk diagnosis ini kadang
dilakukan biopsi insisi dimana hanya sebagian jaringan tumor yang dikeluarkan.
6. Pembedahan pada Kanker yang rekurens
Pembedahan yang dilakukan pada kanker yang mengalami rekurens lokal dengan
derajat keganasan rendah, tumbuh lambat dimana reksesi ulang akan memberikan
waktu remisi yang cukup lama. Contoh soft tissue sarcoma yang residif, basal sel
karsinoma dan epidermoid carcinoma.
7. Pembedahan Sekunder (Reseksi Metastase Tumor)
Reseksi dari metastase tumor kadang-kadang dapat memberikan penyembuhan
sementara, biasanya pada jenis tumor yang tumbuh lambat. Reseksi dapat dilakukan
terutama bila lesi berbentuk soliter, misalnya segmentom atau lobektomi pada soft
tissue sarcoma yang bermestatase berupa fokus tunggal di paru.
8. Pembedahan Paliatif
Pembedahan yang tidak bertujuan menyembuhkan tetapi untuk tujuan mengurangi
atau meringankan gejala, beratnya penyakit, memperbaiki vitalitas sementara serta
memperpanjang usia penderita. Pembedahan paliatif juga bermanfaat untuk
mengeluarkan tumor yang mengganggu atau bertukak pada penderita yang tumornya
tidak dapat diatasi lagi dengan rdaioterapi dan kemoterapi. Contohnya : colostomy
atau gastro-jejenostomi untuk menghilangkan obstruksi pada carcinoma usus,
tindakan dekompresi untuk menghilangkan penekanan pada syaraf atau medulla
spinalis (mengurangi nyeri, mencegah terjadinya nyeri yang lebih fatal atau
kelumpuhan).
9. Pembedahan Sitoreduktif
Pembedahan ini sering disebut juga pembedahan debulking, yang dilakukan apabila
massa tumor ganas tidak dapat dikeluarkan seluruhnya karena alasan teknis. Tujuan
pembedahan ini adalah untuk mengeluarkan sebanyak mungkin massa tumor dengan
harapan bahwa kemoterapi dan atau radioterapi pasca operatif dapat menanggulangi
sisa massa tumor yang tertinggal.
10. Pembedahan beku dan kauterisasi
Pembedahan beku sangat berguna pada perdarahan atau reseksi tumor yang berulkus,
berabses atau nekrotik. Tumor dapat dicapai dengan cara endoskopi. Contohnya pada
penderita carsinoma rektum yang tidak dapat dioperasi secara radikal yang berat.
Operasi dengan cara ini umumnya bukan tindakan bedah radikal dan kuratif.
11. Pembedahan Interval
Pembedahan interval merupakan pembedahan yang dilakukan setelah pasien
menerima terapi pendahuluan baik kemoterapi maupun radioterapi. Tujuannya untuk
mengontrol lokal tumor. Biasanya digunakan pada terapi osteosarcoma, ewings
sarcoma dan rhabdomyosarcoma.