Anda di halaman 1dari 68

GRANULOMATOUS DISEASE OF

HEAD AND NECK

PAHMI BUDIMAN

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


TENGGOROK - BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
PENDAHULUAN
• Granuloma adalah sebuah lesi diproduksi oleh proses patologis
pertahanan imun
• Sirkulasi monosit , kegagalan mekanisme fagosit  inert ( tak
berdaya ) – immobile (tak dapat bergerak)  tak berfungsi 
sel raksasa Langerhans berinti banyak dengan limfosit dan
eosinofil mengelilingi itu  proliferasi fibroblastik 
GRANULOMA
• Riwayat

– Lesi yang tidak sembuh , ulcer / masa di kepala atau leher


– Demam , berkeringat pada malam hari , berat badan
berkurang , nafsu makan berkurang
– Malaise, athralgia, atau adanya penyakit sistemik
– Ada riwayat berpergian ke Negara berkembang\
– Faktor Immunocomprimised

• Pemeriksaan Fisik

– Cervical, axillary, inguinal lymphadenopathy


– Hepatosplenomegaly
• Laboratorium • Pencitraan
– Biopsy • chest x-ray
– Pewarnaan special / kultur • CT scan
– Complete blood count
– Erythrocyt sedimentation rate
– Rapid plasma reagin
– Serum protein electropharesis
– Urynalysis
– Serum electrolytes
– Pemeriksaan Enzim Hepar
– Lupus erythematosus preparation
– Antinuclear antibody
– Circulating immune complex (Clq)
– Purified protein derivative
– Antigen skin test
NEOPLASTIC DISORDERS
Histiocytosis X

• Terdiri dari histiosit polygonal dengan


beberapa eosinophil , sel plasma dan limfosit
• Mengadung badan inklusi sitoplasma dikenal
sebagai “ X-bodies “ dan disebut Langerhans’
cells.
• Otitis media merupakan penemuan otologis
tersering pada pasien dengan histiocytosis X.
1. Eosinophilic Granuloma

• Terjadi pada anak anak dan dewasa muda


• Dikarakteristikan oleh lesi ostelitik pada satu
tulang (i.e., monostotic) atau beberapa tulang (i.e.,
polyostotic), dengan daerah predileksi pada tulang
frontalis dan temporalis
• Pengobatannya adalah bedah eksisi
• Terapi Radiasi  jika berulang atau lesi tak
terjangkau
• Prognosis sangat baik
2. Hand-Schüller-Christian Disease

• Bentuk Penyebaran Kronis histiocytosis X


• Bentuk polyostotic dari eosinophilic granuloma
• Terjadi pada anak anak , bayi dan pada dewasa
muda , tapi dilaporkan juga pada orang dewasa.
• Terdiri dari lesi tulang , exophthalmos, dan
diabetes insipidus
• Diterapi dengan terapi radiasi , bedah ,
kemoterapi atau kombinasi (Mortalitas :30%)
3. Letterer-Siwe Disease

• Bentuk Penyebaran Akut histiocytosis X


• Bayi dengan usia kurang dari 3 tahun
• Keterkaitan Extraskeletal menonjol
• Umumnya fatal
Fibrous Histiocytoma
• Masa lesi yang tak nyeri
• Biasnaya terjadi pada eksposi
matahari ke kulit dan jaringan mata
(jalur aerodigestive atas, kelenjar
saliva, lapisan dalam dari kulit
kepala dan wajah )
• Kisaran Usia 1 - 70, rasio pria :
wanita = 2.5:1
• Gejala tersering termasuk sumbatan
hidung , mimisan , sulit menelan ,
sesak nafas
• Pengobatan yaitu eksisi lokal
dengan batas jelas
Lobular Capillary
Hemangioma
• pyogenic granuloma
• Histologi : lobular capillary
hemangioma terdiri dari agregat
kapiler melingkar tersusun dalam
lobus
• bibir (38%), rongga hidung (29%),
lidah (18%), dan mukosa mulut
(15%).
• 60% lesi hidung muncul pada
septum ( pendarahan intermiten , tak
nyeri )
• Kemungkinan dikarenakan factor
hormonal  menurun pada wanita
yang telah melahirkan
• Pengobatan dengan bedah eksisi
Necrotizing
Sialometaplasia
• Sel epithelial metaplastik yang
melapisi duktus kelenjar saliva kecil
dengan bentuk lobular menetap ,
tak seperti sel squamous atau
karsinoma mukoepidermoid
• Paling sering terjadi pada rongga
mulut & pertemuan palatum durum
dan mole
• Ulkus yang dalam dan tajam atau
pembengkakan tanpa ulkus
• Sering pada orang yang merokok
PENYAKIT INFLAMASI
DARI ETIOLOGI YANG TAK
DIKETAHUI
SARCOIDOSIS
• Granulomatosis multisistem
• Penyebab tak diketahui
• Gambaran klinis bervariasi dari
perkembangan yang tiba tiba
sampai progresi yang memburuk
dan kematian
• Paling sering pada decade ke
tiga dan keempat kehidupan dan
predileksi pada kulit hitam dan
perempuan
• Tanpa gejela  diketaui secara
tak sengaja dengan pemeriksan
radiografi dada
• Daerah supraglotik, orbita,
parotis, dan sinonasal
Management

Dosis tinggi Sistemik kortikosteroid.

Terapi tambahan: aggressive nasal irigasi, topikal nasal


steroid, dan intralesional injeksi kortikosteroid.

Manajemen pembedahan : Tidak menyembuhkan


penyakitnya, ttp membantu mengurangi timbulnya
beberapa gejala, mengurangi kebutuhan sistemik
kortikosteroid.
Poetker David M, Cristobal Ricardo, Smith Timoty L. Granulomatous and Autoimun Diseases of the Nose and Sinus. In: Byron J
17
Bailey & T. Jhonson Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkiins. 2006; p.378-90.
Idiopathic Midline
Destructive Disease

• Penyebab tak diketahui


• Umumnya fatal jika tidak diterapi
• Muncul dengan pansinusitis dan ulkus pada dasar
hidung , septum, sinus paranasal, palatum, dan
jaringan lunak pada wajah
• Penyakit ini dapat menyebar ke nasofaring ,
orbital , laring dan trakea
• Biopsi
• Histologi: Gabungan dari necrosis dan inflammasi
kronis dengan polymorphic infiltrate,
lymphoplasmacytic elements, dan scattered
Diagnosis neutrophils dan histiocytes.
• Jika histologi sulit terdiagnostik 
immunohistochemistry

kemoterapi
Reaksi sangat baik terhadap
(cyclophosphamide,
radiasi dan kemotherapi.
doxorubicin, and vincristine).

Poetker David M, Cristobal Ricardo, Smith Timoty L. Granulomatous and Autoimun Diseases of the Nose and Sinus. In: Byron19J Bailey &
T. Jhonson Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkiins. 2006; p.378-90.
AUTOIMUN ATAU
PENYAKIT VASKULITIS
Wegener’s
Granulomatosis

• Granuloma nekrosis, vaskulitis, glomerulonefritis dengan


nekrosis fokal
• Penyebab belum diketahui  proses autoimun
• Diagnosis  gambaran klinis, biopsi
• c-ANCA (Cytoplasmic staining antineutrophil cytoplasmic
antibodies)  > 90% spesifik
• Paling sering dalam 4-5 dekade kehidupan, rasio 2:1
untuk pria lebih dominan
Wegener Granulomatosis

Diagnosis Terapi

• Saline irrigation
• Korticosteroid
• Cytotoxic agent (azathioprine
• Anca test  or cyclophosphamide)
cANCA • Pembedahan Endoscopik sinus
dilakukan utk menyembuhkan
• Biopsi secara medis kasus2
pernafasan

Poetker David M, Cristobal Ricardo, Smith Timoty L. Granulomatous and Autoimun Diseases of the Nose and Sinus. In: Byron 24
J Bailey &
T. Jhonson Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkiins. 2006; p.378-90.
Polikondritis Berulang
• Kelainan autoimun dari jaringan ikat yang
dikarakteristikan dengan inflamasi
intermiten dari kartilago
• Paling sering mengenai aurikular, hidung,
dan laringotrakeal
• Lesi biasanya merah, nyeri, dan bengkak
• Kehancuran dari kartilago hidung 
deformitas saddle
• Pengobatannya termasuk NSAID, steroid,
atau dapsone
Sindroma Churg-Strauss
Trias:
– Hypereosinophilia Vaskulitis
– Rhinitis alergi sistemik dari
arteri muskular
– asthma sedang dan kecil

• 70% pasien melibatkan hidung seperti polip, menyebabkan


obstruksi, rhinorea, dan pembentukan krusta
• Dosis tinggi kortikosteroid adalah pilihan pengobatannya
Sindrom Churg-Strauss
Terapi

Meliputi sistemik kortikosteroid dan


obat2an cytotoxic.

Manajemen gejala nasal :


• Dengan topical steroids dan saline irrigation.
• Local control of nasal crusting itu penting .
• Nasal polypectomy dan bedah sinus
dilakukan ketika diperlukan

Poetker David M, Cristobal Ricardo, Smith Timoty L. Granulomatous and Autoimun Diseases of the Nose and Sinus. In: Byron27
J Bailey & T.
Jhonson Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkiins. 2006; p.378-90.
Sindroma Sjögren
• Kelainan autoimun sistemik
dari kelenjar endokrin
• Diagnosis :
– Xerostomia
– Keratoconjunctivitis
sicca
– Penyakit jaringan ikat
• Paling sering pada pasien
usia antara 40 – 60 tahun
• 9 kali lebih sering pada
wanita daripada pria
Sindrom Sjogren

• Pada umumnya berdasarkan


gejala dan dimaksudkan untuk
membatasi kerusakan yan
diakibatkan dari chronic
xerostomia dan
keratoconjunctivitis.

Terapi: • Corticosteroids for severe


extraglandular manifestations
of SS. Nasal hygiene dan
pelembaban mukosal
meningkatkan/memperbaiki
kenyamanan nasal dan mulut
tetapi tidak memperbaiki
proses inflammatori.

Poetker David M, Cristobal Ricardo, Smith Timoty L. Granulomatous and Autoimun Diseases of the Nose and Sinus. In: Byron J
Bailey & T. Jhonson Head & Neck Surgery – Otolaryngology. Fourth Edition. Lippincot Williams & Wilkiins. 2006; p.378-90.
29
REAKSI BENDA ASING
Granuloma midline yang diinduksi oleh kokkain

• Penggunaan kokkain topikal pada hidung


menyebabkan ulkus pada struktur tengah dari
saluran pernapasan (Septum, nasofaring, soft-
palate)
• Ulkus ini biasanya terinfeksi oleh Staphylococcus
aureus
• Pengobatan  Penghentian penggunaan kokkain
dan administrasi yang pantas dengan antibiotik
intravena
Granuloma Kolesterol
• Timbul sebagai konsekuensi dari ventilasi
yang tidak adekuat, dengan drainase yang
buruk serta pendarahan pada telinga
tengah atau sinus paranasal
• Pencetusnya adalah reaksi dari benda
asing dengan pembentukan pembuluh
darah baru dan pembentukan jaringan
granuloma
• Gejala dari granuloma kolesterol pada
tulang temporal masih diperdebatkan
(asimptomatik, disertai kolesteatoma)
• Pengobatan  pengangkatan radikal dan
drainase sinus yang efektif
Gout
• Nyeri sendi dari gout
– Episodik
– Terbatas
– Satu sendi
• Keterlibatan kepala dan leher
– Arthritis pada gout sendi
krikoarytenoid (nyeri, disphagia, suara
serak, aspirasi, ngorok, dapat terjadi
aliran napas yang tidak memadai)
– Deposit tophaceous  helical rim
• Pengobatan:
colchicine atau indomethacin (serangan
akut)
allopurinol sebagai profilaksis
PENYAKIT INFEKSI

INFEKSI BAKTERI
Rhinoscleroma
• Klebsiella
• Siunus, kelenjar lacrimal, dan nodus cervical
• Diagnosis berdasarkan :
– Krusta “warna sarang madu” pada hidung
pasien
– Rhinorrhea berkepanjangan
– Riwayat berpergian ke amerika tengah atau
eropa timur
• Kultur memperlihatkan histiosit bervakuola
(contoh : Sel Mikulicz) menguatkan diagnosis
• Streptomycin atau tetracycline merupakan
pengobatan standar dan dilakukan dilatasi jika
dibutuhkan
Leprosi
• Berhubungan dengan paparan
terhadap Mycobacterium leprae
lewat ulkus terbuka dari kulit
lepromatous, cairan hidung, atau
ASI
• Pasien harus di treatmen dengan
dapsone seumur hidup mereka
Tuberculosis

• Scrofula adalah sebutan nonspesifik


 tuberculosis atau nontuberkulosis
adenopati cervical
• Tuberculosis relatif jarang pada kepala
dan leher
• M. tuberculosis umumnya
ditransmisikan lewat droplet air. Sangat
jarang, kontak langsung dengan luka
terbuka dapat menyebabkan infeksi
• Manifestasi dari tuberculosis (TB)
– Limphadenopati Cervical
• Beberapa nodul, tertutupi, bilateral, tegas, tidak
nyeri (10% nyeritekan), dan biasanya mengenai
triangle posterior
• Gejala Laryng
– Batuk, Suara serak, dan suara melemah
• Otologik
– Muncul granuloma yang menebal, bagian hiperemis
pada membrantimphani, terbentuk beberapa perforasi,
tidak nyeri jika di kuras tipis, pengeluaran cairan
– Peningkatan jaringan granuloma dengan mengeluarkan
cairan yang semakin menebal dan mengkeju 
mastoiditis dengan penyebaran intrakranial
• Lapidan mastoid biadanya memperlihatkan tidak
adanya deformits tulang dan sklerosis
• Biopsi diharuskan jika pasien baru saja menerima
terapi antituberkulosis
• Treatmen : Isoniazid ditambah rifampin setiap hari
selama 9 sampai 12 bulan
• Eksisi lymphnode en block diperlukan untuk
mendrainase nodul yang fluktuasi maupun kronis
• Mastoidectomi harus dipertimbangkan untuk
mastoiditis berulang
Actinomycosis
• Spesies Actinomyces anaerobik atau mikroaerofilik
• Infeksi dapat diikuti dengan manipulasi gigi atau trauma
• Dapat terjadi dimanapun secara virtual pada kepala dan leher
• 60% pasien memiliki saluran sinus yang terlihat, dan 40% punya
limphadenopati
• Sering terdapat penyakit gigi, sinus, dan perimandibular yang
berulang (berwarna keunguan pada kulit tersebut)
• Pemeriksaan histologis: Granula Sulfur
• Diagnosis dikonformasi lewat kultur setelah 1-2 minggu dengan
thioglycollate broth pada atmosfir CO2
• Paronex dan lapisan wajah juga harus didapatkan
• Pengobatannya denganoperasi pembersihan ditambahn administrasi
penicillin G aqua secara intravena selama 2-6 minggu
Syphilis
• Treponema pallidum
• Diagnoss didapatkan dari pemeriksaan lapang
gelap
• Hasil dari FTA-ABS (fluorescent treponemal
antibody-absorption test) akan positif saat pasien
sudah ataupun belum di terapi. VDRL digunakan
untuk screening.
• Pilihan terapinya adalah penicillin
• Steroid digunakan untuk meningkatkan
pendengaran dan menurunkan gejala vestibular
PENYAKIN INFEKSIUS

INFEKSI FUNGI
Histoplasmosis
• Histoplasma capsulatum
• Terdapat pada lembah sungai ohio dan missisipi
• Menyebar lewat trasnmisi air
• Manifestasi : infeki paru primer yang kronis dan
infeksi menyebar secara progresif
• Pada pasien HIV dan usia tua  lesi granuloma pada
bibir, gusi,lidah,, faring dan laring. Lesi tersebut
berbatas tegas, membesar perlahan, ulkus nyeri
pinggir tertimbun atau tampilan verrucous dan
terkadang mirip karsinoma atau tuberculosis
• Dapat menyebabkan nyeri tenggorokan,
sakin mengunyah, iritasi gusi, disfagia, dan
penurunan berat badan
• Kertlibatan otofaringeal terlihat pada 40 –
75% dewasa dan 18% pada anak kecil
• Spesimen apus dari tengah ulkus,
dikembangbiakan pada medium sabouraud,
untuk memastikan diagnosis
• Amphotericin B adalah pilihanpengobatan
Blastomikosis
• Blastomyces dermatitidis
• Ditransmisikan lewat air
• Manifestasi : asimptomatik walau memiliki pneumonitis akut
dengan infeksi yang menyebar ke kulit, tulang, dan sistem
genitourinari
• Lesi memperlihatkan proliferasi verrukus dengan jaringan parut
• Trias paling sering : penyakit kulit, paru, dan gejala dasarnya
• Diagnosis di konfirmasi dengan kultur sputum pada media
sabouraud dan pemeriksaan goresan kulit dengan mikroskop
• Amphotericin B adalah pilihan terapinya
Coccidioidomycosis
• Coccidioides immitis, sebuah fungi yang
endemik di lembah San Joaquin, California
• Manifestasi pada H dan Nsangat jarang tetapi
dapat berkaitan dengan kulit, membran
mukosa, tiroid, mata, trakhea, kelenjar ludah,
dan epiglotis
• Lesinya terlihat sebagai nodul atau erosi
• Diagnosis didapatkan dari tes kulit dan fiksasi
komplemen
• Pasien di treatmen dengan amphotericin B
Candidiasis

• Pasien dengan penekanan sistem imun atau belakangan


menggunakan terapi antibiotik dapat beresiko terinfeksi oleh
Candida albicans
• Gambaran klasiknya adanya patch krim-putih dan pseudomembran
yang menyebabkan disfagia, kelilitis angular, dan laringitis
• Diagnosis didapatkan dari pemeriksaan klinis dan kultur pada media
sabouraud
• Nystatin atau ketoconazole dapat digunakan sebagai terapi
• Amphotericin B digunakan pada pasien dengan penekanan sistem
imun berat atau yang memiliki kecenderingan sepsis
Rhinosporidiosis
• Rhinosporidium seeberi ( India selatan dan
Sri Lanka)
• Lesi “strawberry” dari rhinosporidiosis
• Dikarakteristikan dengan kutil lambat,
tidak nyeri, yang kemerahan, mudah pecah,
dan polioid pada membran mukosa hidung,
palatum, dan konjungtiva
• Pengobatannya dengan eksisi
Phycomycosis

• Sebutan umum yang digunakan untuk mendeskripsikan infeksi oleh Mucor,


Rhizopus, atau Absidia  pada host yang depresi imun (immunocompromised
hosts)
• Nyeri wajah merupakan gejala paling sering, tetapi demam, rhinorhea,
pembengkakan wajah, edema, dan nyeri sinus juga sering
• Perkembangan ke proptosis, gangguan pengelihatan, palsi saraf kranial, dan
penurunan kesadaran adalah utamanya
• Diagnosis dikonfirmasi dengan mendemonstrasikanpeptate hifa yang jarang
dengan biopsi
• CT dilakukan untuk menilai adanya perluasan
• Administrasi amphotericin B secara cepat dan operasi pembersihan agresif
yang cepat dangat penting dalam proses mempertahankan kehidupannya
Cryptococcosis

• Imunosupresi Cryptococcus neoformans adalah


faktor resiko infeksi fungi
• Manifestasi pada kepala dan leher jarang tapi
termasuk nasopharingitis membranous,
meningitis, dan gangguan pendengaran
• Diagnosis dikonfirmasi dengan antobodi
fluorescent
• Pasien diterapi dengan amphotericin B
Aspergillosis
• Aspergillus fumigatus
• Diklasifikasikan sebagai alergi, noninvasive, ataupun invasive
• Bentuk invasifnya biasanya terjadi pada host dengan
immunosupresi
• Bentuk paling sering adanya Sekresi tebal, kuat, gelap dengan
kalsifikasi terlihat pada CT scan
• Hypesthesia wajah, ophthalmoplegia, proptosis, dan gangguan
pengelihatan dengan destruksi tulang berulang dari sinus
terlihat pada CT scans terjadi pada bentuk invasif
• Pengobatannya termasuk operasi, dan jika invasif, administrasi
amphotericin B
PENYAKIT INFEKSIUS

INFEKSI PARASIT
Leishmaniasis
• Leishmania  Gigitan Sandfly
• Lesi dapat pada kulit ataupun kulit-mukosa
• Papul yang berkembang menjadi ulkus dan membentuk krusta
adalah karakteristiknya
• Mucocutaneous leishmaniasis (espundia), lesi awal terlihat pada
ekstremitas dengan penyebaran lewat darah ke rongga mulut dan
orofaring
• Inflamasi yang progresif dan kerusakan jaringan lunak dari
mulut dan hidung (bulan-tahun setelahnya)
• Diagnosis kedua jenis ini didapatkan dari biopsi
• Pasien di terapi dengan pentostam
Myiasis
• Konsidi yang disebabkan karena infestasi
condition caused by infestation belatung pada
tubuh yang di transmisikan oleh screwworm fly
• nonfuruncular atau furuncular
• Nasofaring adalah awal mulanya dilanjutkan
dengan kulit setelahnya adalah lokasi utama
yang terkena
• Diagnosis didaptkan dari pemeriksaan
mikroskopis
• Terapinya adalah operasi pembersihan
Toxoplasmosis
• Toxoplasma gondii
• Terjadi karena ingesti ookista dalam feses kucing
atau daging babi/domba yang terinfeksi
• Secara klinis penyakit ini bermanifestasi ke
hampir semua organ termasuk sistem saraf pusat
• Diagnosisnya dikonfirmasi dari Imunoglobulin G
dan empatkali lipat peningkatan imunoglobulin M
pada fase akut
• Pyrimethamine ditambah trisulfapyrimidines
pilihan regien terapinya
KELAINAN YANG
DIINDUKSI OLEH TRAUMA
Intubasi Granuloma
• Granuloma dari intubasi hampir selalu mengenai
vocal process dari arytenoid
• Bentuk progresi awal adalah ulkus kontak
granuloma sampai pedunculated polyp
• Gejala suara serak dan sensai benda asing adalah
yang paling dominan
• Antibiotik diberikan untuk infeksi sekunder,
istirahat dalam bersura dianjurkan, dan pasien
harus di observasi. Jika lesi menjadi
berpedunkulat, operasi dapat dipertimbangkan
Teflon Granuloma
• Sekitar 2% sampai 3% pasien yg menerima
injeksi teflon untuk pengobatan dari paralisis
pita suara utama  dysphonia atau obstruksi
saluran napas
• disebabkan karena reaksi berlebih granuloma
terhadap teflon
• Akibat jumlah besar dan malposisi pitasuara
menyababkan dysphoria
• Terapinya termasuk pengangkatan endoskopi
jaringan granuloma dan vaporisasi teflon
dengan laser
Reparative
Granuloma
• Diperkirakan merupakan hasil sekunder dari
trauma lokal seperti cabut gigi
• Bentuk perifer nya adelah sessile atau masa
berpedunkulata tertutupi mukosa, kemerahan
atau kebiruan yang berasal dari gusi atau
mukosa alveolar, dan oaling sering pada
mandibula anterior
• Secara radiografis lesi terlihat seperti ruang
mudah pecah, meluas, unilokular dengan batas
jelas, pinggirnya tidak ada sklerosis, adanya
cortex tulang yang menipis tetapi intak.
• Pengobatannya adalah kuretase
Granuloma Piogenik
• Sebutan tidak spesifik untuk granulasi akibat
respon dari trauma minor dengan infeksi
sekunder
• Lesi : meninggi, berpendunkulata/sessile,
halus/verrucal, tidak nyeri, lembut, terjadi
paling sering pada gusi
• Terapi : eksisi sederhana
• Hemangioma capiler yang lobular juga
disebut granuloma pyogenik
KESIMPULAN
•Riwayat, pemeriksaan fisik, dan laboratorium sangat
krusial sebelum menginisiasiintervensi tindakan medis,
operasi, atau radioterapi.

•Retikulosis polimorfik dan lymphomatoid granulomatosis


diterapi dengan radioterapi

•Lymphadenopaty servikal adalah manifestasi kepala dan


leher paling sering dari sarcoidosis

•Granuloma nokrosis dan vaskulitis nekrosis sama-sama


harus di konfirmasi dengan diagnosis granuloma wegener,
yang di terapi dengan prednisone dan cyclophosphamide.
KESIMPULAN
• Granuloma kolesterol isodense dengan otak pada CT Scan ;
sedangkan cholesteatoma isodense terhadap cairan
cerebrospinal.

• Penyakit Cat-scratch dapat didiagnosis dengan


mendemnstrasikan gram negatif intrasel, basil tahan asam,
Rochalimaea henselae, dengan pewarnaan Warthin-Starry
silver dari spesimen aspirasi jarum atau biopsi insisi ; R.
henselae adalah agen yang sama yang menyebabkan bacillary
angiomatosis.

•Ulkus kornea adalah manifestasi kepala dan leher tersering


dari mycobacteria nontuberculosis ; kedua tersering adalah
limphadenopati servikal unilateral, menempel dengan kulit
sekitar, dan timbul dari preaurikular, submandibular, dan nodus
servikal anterior
KESIMPULAN
•Limphadenitis servikal paling sering mengenai triangles
posterior, ini adalah menifestasi paling sering dari
tuberculosis kepala dan leher

•Granuloma intubasi paling sering timbul dari vocal process


arithenoid. Operasi eksisi dilakukan setelah lesi menjadi
berpedunkulata

•Dysphonia dapat terjadi satu tahun setelah injeksi teflon


karena respon granuloma yang berlebih terhadap teflon di
tempat injeksi

•Granuloma Reparatif dianggap sebagai hasil sekunder dari


trauma lokal ; masa sessil/pedunkulata yang timbul dari gusi
atau mukosa alveolar, paling sering pada mandibula anterior.
Anthrax
• Bacillus anthracis, gram positif batang
• Kontak langsung dengan hewan atau material
tertentu
• Papul kecil yang berkembang sebagai ulkus
nekrosis yang tidak nyeri dengan edema
sekitar, serta limphadenopati regional
• Diagnosis dibuat dengan pewarnaan dan
kultur.
• Pengobatannya dengan penicillin G
Tularemia

• Francisella tularensis, gram negatif pleomorfik batang


• Reservoir alami termasuk kutu, kelinci, dan rusa,
menyebar melalui kontak langsung
• Pasien biasanya mengalami photofobia, penurunan
pengelihatan, dan limphadenopati cervical dan
auricular
• Pharyngitis Eksudatif
• Diagnosis dikonfirmasi dengan tes aglutinasi serum
• Pasien di obati dengan streptomisin

Anda mungkin juga menyukai