Anda di halaman 1dari 81

SKRINING

UNTUK
KEGANASAN
DAN PENYAKIT
SISTEMIK
SKRINING
 Pengertian Skrining
Skrining, dalam pengobatan, adalah
strategi yang digunakan dalam suatu
populasi untuk mendeteksi suatu penyakit
pada individu tanpa tanda-tanda atau
gejala penyakit itu.
Tes skrining yang dilakukan pada orang
tanpa tanda-tanda klinis penyakit.
Skrining sama artinya dengan deteksi dini
atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang
belum mempunyai simptom-simptom
penyakit untuk menemukan penyakit yang
belum terlihat atau pada stadium praklinik.
 Tujuan Skrining
Tujuan dari skrining adalah untuk
mengidentifikasi penyakit pada komunitas awal,
sehingga memungkinkan intervensi lebih awal
dan manajemen dengan harapan untuk
mengurangi angka kematian dan penderitaan
dari penyakit.
 Beberapa jenis skrining ada: skrining
universal melibatkan skrining semua
individu dalam suatu kategori tertentu
(misalnya, semua anak pada usia
tertentu).
 Temuan Kasus melibatkan skrining
sekelompok kecil orang berdasarkan
adanya faktor risiko (misalnya, karena
anggota keluarga telah didiagnosis
dengan penyakit keturunan).
 Contoh skrining: Tes kulit yang disebut tes PPD
banyak digunakan untuk layar untuk paparan TBC.
 Contoh sukses skrining untuk kanker meliputi :
1. Pap smear untuk mendeteksi lesi prakanker dan
berpotensi mencegah kanker servik.
2. Mamografi untuk mendeteksi kanker
payudarKolonoskopi untuk mendeteksi
kankera kolorekta.
3. Dermatologis centang untuk mendeteksi
melanoma
4. Radiografi bitewing secara rutin diambil pada
pemeriksaan gigi dan digunakan untuk layar
untuk karies interproksimal gigi.
Keuntungan Dan Kerugian Dari
Screening
Keuntungan
Skrining dapat mendeteksi kondisi medis
pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih
efektif daripada untuk nanti deteksi. Dalam
kasus terbaik dari kehidupan diselamatkan.
Kekurangan
 Seperti tes medis, tes yang digunakan dalam
penyaringan tidak sempurna. Hasil pengujian tidak
tepat dapat menunjukkan positif untuk mereka yang
tanpa penyakit (false positif), atau negatif bagi orang
yang memiliki kondisi (negatif palsu).
 Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan
sumber daya medis pada sebagian besar orang yang
tidak membutuhkan pengobatan.
 Dampak buruk dari prosedur penyaringan (misalnya
stres dan kecemasan, ketidaknyamanan, paparan
radiasi, paparan kimia).
 Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil
skrining positif palsu.
 Tidak Perlu investigasi dan pengobatan hasil positif
palsu.
 Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh
memperpanjang pengetahuan tentang penyakit tanpa
Jenis Penyakit yang Tepat Untuk
Skrining
 Merupakan penyakit yang serius
 Pengobatan sebelum gejala muncul
harus lebih untung dibandingkan dengan
 Setelah gejala muncul
 Prevalens penyakit preklinik harus tinggi
pada populasi yang di skrening
Peran Bidan Skrining Untuk
Keganasan Dan Penyakit
Sistematik
 Memberikan motivasi pada para wanita untuk
melakukan pentingnya melakukan langkah
skrining.
 Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang
yang berisikoterkena penyakit atau masalah
kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti
ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
 Membantu mengidentifikasi penyakit pada
stadium dini,sehingga terapi dapat dimulai
secepatnya dan prognosa penyakit dapat
diperbaiki
 Membantu melindungi kesehatan individual
Peran Bidan Skrining Untuk
Keganasan Dan Penyakit
Sistematik
 Membantu dalam pengendalian penyakit
infeksi melalui proses identifikasi
carrier penyakit di komunitas
 Memberikan penyuluhan dalam pemilihan
alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan
kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks
 Memberikan fasilitas skrining kanker serviks
dengan metodepap smear kemudian
membantu dalam pengiriman hasil
pemeriksaan kelaboratorium.
KANKER PAYUDARA
Pengertian
Kanker payudara (Carcinoma mammae)
didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan kedalam
International Classification of Diseases (ICD)
dengan kodenomor 17
 Penyebab Spesifik Kanker Payudara
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker
payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya kanker payudara diantaranya:
 Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,
menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan
pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara
adalah bertambahnya umur.
 Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan
dengan terjadinya kanker payudara.
 Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara.
Penyebab Spesifik Kanker Payudara
 Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara
berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause
 Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai
suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
 Riwayat keluarga dan faktor genetic ada 2 jenis gen
(BRCA1dan BRCA2) yang sangat mungkin sebagai
resiko, riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
 Pemakaian obat-obatan.
 Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker
payudara adalah:
a. Tidak menikah
b. Menikah tapi tidak punya anak
c. Melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun
Pilihan Skrining Untuk Kanker Payudara
Skrining di rumah
Skrining dokter
Skrining mammogram
Faktor Risiko Kanker Payudara
 Usia : usia rata-rata wanita yang pertama kali didiagnosis kanker payudara
adalah 48 tahun
 Haid pertama di usia kurang dari 12 tahun atau menopause (berhenti haid) di
usia lebih dari 55 tahun
 Wanita yang tidak menikah, tidak memiliki anak, atau memiliki anak pertama
setelah usia 30 tahun juga dapat meningkatkan risiko.
 Riwayat menggunakan preparat hormonal yang lama seperti KB hormonal
(pil, suntik, susuk) atau terapi hormonal (misalnya terapi sulih hormon estrogen
pada wanita yang menopause) meningkatkan risiko kanker payudara.
 Diet tinggi lemak dan alkohol meningkatkan kemungkinan hingga 1,5 kali
untuk menderita kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak banyak
makan lemak dan tidak minum alkohol.
 Memiliki kerabat wanita dekat (seperti ibu kandung, kakak/adik, anak)
dengan kanker payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara
sampai 2 kali dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga
dengan kanker payudara.
Perubahan Pada Payudara Akibat Kanker
 Benjolan Pada Payudara
 Perubahan pada Kulit Payudara
 Perubahan pada Puting Payudara
 Perubahan ukuran dan bentuk payudara
 Keluar cairan dari puting payudara
 Nyeri
Deteksi Dini Kanker Payudara
 Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik Sadari)
 Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter
 Pemeriksaan Radiologi (Mammografi dan/atau USG)
 Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy
atau Core Biopsy).
 Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Dokter dapat mendeteksi
sampai 85% kasus kanker payudara.
 Pemeriksaan Mammografi dapat mendeteksi sampai 90%
kasus kanker payudara.
 Biopsi dapat mendeteksi sampai 91% kanker payudara.
 Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya,
maka kanker payudara dapat dideteksi secara dini hingga
99,5%.
 Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI)
 Pemeriksaan SADARI sebaiknya dilakukan mulai usia remaja.
Dilakukan sebulan sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10
dihitung dari hari pertama haid. Bila wanita telah menopause,
SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan,
misalnya tanggal 10.
KANKER SERVIKS
Pengertian Kanker Mulut Rahim (CA
SERVIKS)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor
ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan
yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Ciri-ciri CA Serviks
 Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama.
Perdarahan yang terjadi dikarenakan kerapuhan dari jaringan
serviks.
 Keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan.
Keputihan ini lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena
adanya proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat
kanker tersebut.
 Rasa nyeri yang hebat divagina dan sekitarnya atau pada
perut bagian bawah.
 Anemia (karena perarahan hebat pada vagina)
 Gejala yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke
organ-organ lainnya misalnya:
 Paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis
 Hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali
(pembesaran hati), acites (cairan pada rongga perut)
 Otak : koma, kehilangan penglihatan.
 Tulang : nyeri tulang, patah tulang
“PATOKAN” Tanda dan Gejala Bahaya Kanker :
P : Perdarahan atau keluar lendir yang tak wajar dari dalam
tubuh yakni berupa,
₋ Batuk darah : ca paru dan sal.nafas
₋ muntah darah : ca lambung atau hati
₋ BAB darah : ca rectum/anus atau kolon/usus
₋ perdarahan vagina : ca serviks)
Alat pencernaan terganggu atau ada kesukaran menelan
yang semakin lama semakin berat (ca eosofagus, tyroid)
T : Tumor pada payudara atau di tempat lain (testis, usus, otot,
dll)
O : Obstipasi/ sembelit atau perubahan kebiasaan BAB atau
BAK
K : Koreng atau borok yang tidak mau sembuh (gejal utama
kanker kulit stadium lanjut) dimana biasanya tanda yang paling
khas adalah perdarahan erus menerus dari borok tersebut.
A : Andeng-andeng (nevus) yang berubah , membesar dan
makin menghitam (ditambah rasa gatal, borok, berdarah,
rambut yang semual ada menjadi rontok) ini mengacu pada
ca kulit.
Penyebab Kanker Mulut Rahim
Secara umum penyebab kanker dapat dibedakan menjadi 3
golongan yakni:
 Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen
dalam tubuh)
 Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan
kanker).Karsinogen dibedakan menjadi 2 jenis:
 Kimiawi (karsinogen alami) :
 Organic : aflatoksin yang terdapat pada biji kacang yg
ditumbuhi jamur aspergillus bisa menyebabkan kanker hati,
nitrosamine dalam makanan dan minuman,
 Inorganic : abses, cadmium, plumbum).
 Buatan manusia : bahan industri seperti cat, petrokimia, karet,
obat-obatan seperti arsen, chlornaphazine.
 Selain itu asam rokok juga dapat menyebabkan kanker
karena didalamnya terdapat banyak karsinogen seperti
polycyclic aromatichydrocarbon dan aromatic amine.
Hormon juga dapat menimbulkan kanker pada beberapa
. Factor-Faktor Resiko
Kanker Mulut Rahim
 ) Human papillomaviruses (HPVs): Infeksi
HPV adalah faktor risiko utama untuk kanker
leher rahim. HPV adalah kelompok dari virus-
virus yang dapat menginfeksi leher rahim
(cervix). Infeksi-infeksi HPV adalah sangat
umum. Viris-virus ini dapat ditularkan dari
orang ke orang melalui kontak seksual.
Kebanyakan dewasa-dewasa pernah
terinfeksi dengan HPV pada suatu ketika
dalam kehidupannya.
 2) Jika seorang wanita mempunyai
infeksi HPV, dokternya dapat
mengdiskusikan cara-cara untuk
menghindari terinfeksinya orang lain. Tes
Pap dapat mendeteksi perubahan-
perubahan sel pada leher rahim yang
disebabkan oleh HPV. Perawatan dari
perubahan-perubahan sel ini dapat
mencegah kanker leher rahim.
 Ada beberapa metode-metode perawatan,
termasuk pembekuan (freezing) atau
pembakaran (burning) jaringan yang
terinfeksi. Beberapa obat-obatan juga
bermanfaat.
 3) Ketiadaan dari tes-tes Pap secara
teratur: Kanker leher rahim adalah lebih
umum diantara wanita-wanita yang tidak
mempunyai tes-tes Pap yang teratur (reguler).
Tes Pap membantu dokter-dokter mencari
sel-sel sebelum bersifat kanker (precancerous
cells).
 4) Sistim imun yang melemah (sistim
pertahanan alamiah tubuh): Wanita-wanita
dengan infeksi HIV (virus yang menyebabkan
AIDS) atau yang meminum obat-obat
penekan sistim imun mempunyai risiko yang
lebih tinggi dari rata-rata mengembangkan
kanker leher rahim. Untuk wanita-wanita ini,
dokter-dokter menyarankan screening secara
teratur (regular screening) untuk kanker leher
rahim.
 5) Umur: Kanker leher rahim terjadi paling sering
pada wanita-wanita berumur lebih dari 40 tahun.
 6) Sejarah seksual: Wanita-wanita yang telah
mempunyai banyak mitra-mitra seksual mempunyai risiko
yang lebih tinggi dari rata-rata mengembangkan kanker
leher rahim. Juga, seorang wanita yang telah mempunyai
hubungan seksual dengan seorang pria yang telah
mempunyai banyak mitra-mitra seksual mungkin berisiko
lebih tinggi mengembangkan kanker leher rahim. Pada
kedua kasus-kasus, risiko mengembangkan kanker leher
rahim lebih tinggi karena wanita-wanita ini mempunyai
risiko infeksi HPV yang lebih tinggi dari rata-rata.
 ) Merokok: Wanita-wanita dengan infeksi HPV yang
merokok mempunyai risiko kanker leher rahim yang lebih
tinggi daripada wanita-wanita dengan infeksi HPV yang
tidak merokok.
 8) Menggunakan pil-pil pengontrol kelahiran untuk
waktu yang lama: Menggunakan pil-pil pengontrol
kelahiran untuk waktu yang lama (5 tahun atau lebih)
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim diantara
wanita-wanita dengan infeksi HPV.
 9) Mempunyai banyak anak: Studi-studi
menyarankan bahwa melahirkan banyak anak-anak
dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim diantara
wanita-wanita dengan infeksi HPV.

e. Yang
Berisiko Terkena CA Serviks
 1) Gadis yang melakukan coitus/jima’ pertama
(coitarche) saat usianya kurang dari 17 tahun.
 2) Wanita dengan riwayat paritas (persalinan) yang
tinggi/banyak (umumnya lebih dari 5 kali melahirkan)
apalagi dengan jarak persalinan yang terlampau dekat
(kurang dari 2 tahun)
 3) Wanita yang sering berganti-ganti pasangan
seksual (promiskuitas)
 4) Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga
kebersihan alat genital)
 5) Wanita yang mengalami infeksi virus Humman
Papiloma Virus
 6) Wanita yang merokok.
f. Klasifikasi Klinik

 Tingkat-tingkat dari kanker leher rahim:


 1) Tingkat 0: Kanker hanya ditemukan pada
lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi
leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ.
 2) Tingkat I: Kanker telah menyerang leher
rahim dibawah lapisan atas dari sel-sel. Itu
ditemukan hanya di leher rahim.
 3) Tingkat II: Kanker meluas melewati leher
rahim kedalam jaringan-jaringan berdekatan. Ia
meluas ke bagian atas dari vagina. Kanker tidak
menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari
vagina atau dinding pelvic (lapisan dari bagian
tubuh antara pinggul).
 4) Tingkat III: Kanker meluas ke bagian
bawah dari vagina. Ia juga mungkin telah
menyebar ke dinding pelvic dan simpul-simpul
getah bening yang berdekatan.
 5) Tingkat IV: Kanker telah menyebar ke
kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain
tubuh.
 6) Terjadinya kembali kanker: Kanker telah
dirawat, namun telah kembali setelah periode
waktu yang selama waktu ini tidak dapat
terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali pada
leher rahim atau pada bagian-bagian lain tubuh.
g. Tes Skrining Kanker
Mulut Rahim (Serviks)

 Screening untuk memeriksa perubahan-


perubahan leher rahim sebelum adanya
gejala-gejala adalah sangat penting.
Screening dapat membantu dokter mencari
sel-sel abnormal sebelum kanker
berkembang. Mencari dan merawat sel-sel
abnormal dapat mencegah kebanyakan
kanker leher rahim. Juga, screening dapat
membantu mencari kanker dini, ketika
perawatan kemungkinan menjadi efektif.
 1) Tes PAP smear
 Dokter-dokter merekomendasikan bahwa
wanita-wanita membantu mengurangi risiko
kanker leher rahim mereka dengan
mempunyai tes-tes Pap secara teratur. Tes
Pap (kadangkala disebut Pap smear atau
cervical smear) adalah tes yang mudah
untuk melihat sel-sel leher rahim. Tes-tes Pap
dapat menemukan kanker leher rahim atau
sel-sel abnormal yang dapat menjurus pada
kanker leher rahim.
 Dokter-dokter secara umum merekomendasikan bahwa:
 a) Wanita-wanita harus mulai mempunyai tes-tes
Pap 3 tahun setelah mereka mulai mempunyai hubungan
seksual, atau ketika mereka mencapai umur 21 tahun
(yang mana saja yang datang lebih dahulu).
 b) Kebanyakan wanita-wanita harus mempunyai tes
Pap paling sedikit satu kali setiap 3 tahun.
 c) Wanita-wanita berumur 65 sampai 70 tahun yang
telah mempunyai paling sedikit tiga tes-tes Pap normal dan
tidak ada tes-tes Pap abnormal dalam 10 tahun terakhir
dapat memutuskan, setelah bicara dengan dokternya,
untuk memberhentikan screening kanker leher rahim.
 d) Wanita-wanita yang telah
mempunyai hysterectomy (operasi) untuk
mengangkat kandungan (uterus) dan leher
rahim (cervix), juga disebut total
hysterectomy, tidak perlu mempunyai
screening kanker leher rahim. Bagaimanapun,
jika operasi adalah perawatan untuk sel-sel
sebelum bersifat kanker atau kanker, wanita -
wanita itu harus terus menerus menjalankan
screening.

2) Iva test

 Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini,


hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun, dengan
masalah yang begitu kompleks, timbul gagasan untuk
melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang
lebih sederhana, antara lain yaitu dengan IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat). IVA adalah pemeriksaan
skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada
serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode
inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih
mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan
cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini
akan bisa lebih banyak
 banyak.
 a) Tujuan IVA
 Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.
 b) Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya..
 ₋ Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
 ₋ Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
 ₋ Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
 ₋ Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter
ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan
kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
 ₋ Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat
sederhana.
 ₋ Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
 c) Syarat ikut IVA TEST :
₋ Sudah pernah melakukan
hubungan seksual
₋ Tidak sedang datang
bulan/haid
₋ Tidak sedang hamil
₋ 24 jam sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual

 d) Teknik IVA
 Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas
dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan
menampilkan warna bercak putih yang disebut
aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan
bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA
positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.
Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan,
maka di beberapa negara bidan tersebut dapat
langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal
ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan
dalam menyingkirkan lesi invasif.

 e) Kategori pemeriksaan IVA
 Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu
kategori yang dapat dipergunakan adalah:
 ₋ IVA negatif = Serviks normal.
 ₋ IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau
kelainan jinak lainnya (polip serviks).
 ₋ IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining
kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah
pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat
atau kanker serviks in situ).
 ₋ IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat
bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan
masih pada stadium invasif dini.
 f) Cara Penggunaan
 ₋ IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan
asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelium.
 ₋ Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih
dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal itu
terjadi maka dapat dilakukan biposy.
 ₋ Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat
pemeriksaan.
 ₋ Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan
oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat
praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih
ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)

 4. MENGENAL SADARI
 Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan
SADARI merupakan suatu cara yang efektif untuk
mendeteksi sedini mungkin adanya benjolan pada
payudara. SADARI merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pemeriksaan payudara dan sangat
mudah dilakukan oleh setiap wanita. Jika SADARI dilakukan
secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Deteksi dini dapat menekan
angka kematian sebasar 25-30%. Terbukti 95% wanita yang
terdiagnosis pada tahap awalkanker payudara dapat
bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis
sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar
para wanitauntuk melakukan SADARI
 SADARI sangat penting karena dapat menemukan
secara dini adanya benjolan yang memungkinkan
adanya kanker payudara. Bagi wanita yang sudah
berpengalaman dalam melakukan SADARI, mereka
dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis
tengah yang kurang dari 1 cm. Dengan demikian
bila ternyata benjolan tersebut ganas dapat di obati
dalam stadium dini dan kemungkinan sembuh juga
lebih besar.
 Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah
bagian penting dari perawatan kesehatan, yang
dapat melindungi anda dari resiko kanker payudara
 a. Manfaat Sadari
 Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membantu melakukan deteksi dini
adanya kelainan pada payudara (Suddart & Brunner 2003)

 b. Waktu Dilakukan Sadari


 Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para
wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5
sampai ke-10 dari hari pertama haid, ketika payudara sedang mengendur
dan terasa lebih lunak.
 Pada wanita normal, American Cancer Society menganjurkan wanita yang
berusia diatas umur 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap tiga bulan.
Selain SADARI untuk deteksi dini kanker payudara pada usia 35-40 tahun
dengan melakukan mammografi. Benjolan sebesar 0,25 cm sudah dapat
terlihat pada mammografi. Sedangkan untuk wanita di atas usia 40 tahun
ditambah dengan melakukan pemeriksaan payudara dengan dokter ahli.

 c. Siapa Saja Yang Dianjurkan Melakukan Sadari :
 1) Wanita yang telah berusia 20 tahun
 2) Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai
anak
 3) Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun
 4) Wanita yang tidak menikah
 5) Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun)
 6) Wanita yang menopause lambat
 7) Pernah mengalami trauma pada payudara
 8) Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah
menderita kanker payudara
 9) Wanita yang tidak menyusui
 10) Pernah operasi payudara atau kandungan
 11) Pernah mendapat obat hormonal yang lama
 12) Cenderung kelebihan berat badan
 d. Cara Pemeriksaan Sadari
 Menurut Sukardja (2000) SADARI dilakukan dalam 3 tahap
yaitu :
 1) Melihat payudara
 2) Memijat payudara
 3) Meraba payudara
 Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan
melihat perubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudara dengan
caraberbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan
dengan melihatperubahan di hadapan cermin dan
melihat perubahan bentuk payudaradengan
cara berbaring

 Tahap SADARI
 1) Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan
bentuk payudara(simetris atau tidak). Cara
melakukan.
 Tahap 1
 Melihat perubahan bentuk dan
besarnya payudara, perubahanputing susu, serta
kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiritegak
depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke
bawah disamping badan.

 Tahap 2
 Periksa payudara dengan tangan diangkat di
atas kepala. Dengan maksud untuk
melihat retraksi kulit atau
perlekatan tumor terhadapotot atau fascia
dibawahnya.
 Tahap 3
 Berdiri tegak di depan cermin dengan
tangan disamping kanan dan kiri. Miringkan
badan ke kanan dan kiri untuk
melihat perubahanpada payudara.
 Yang harus diperhatikan adalah :
 a) Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan
kiri simetris ?
 b) Apakah payudara membesar atau mengeras ?
 c) Apakah arah puting tidak lurus ke depan atau
berubah arah ?
 d) Apakah puting tertarik ke dalam ?
 e) Apakah puting atau kulit ada yang lecet ?
 f) Apakah ada perubahan warna kulit (kemerahan)
?
 g) Apakah kulit payudara menebal dengan pori-pori
melebar (seperti kulit jeruk)
 h) Apakah permukaan kulit tidak mulus seperti ada
kerutan atau cekungan ?
 Tahap 4
 Menegangkan otot-otot bagian dada
dengan berkacak pinggang/ tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk
menegangkan otot di daerah axilla.
 2) Melihat Perubahan Bentuk Payudara De
ngan Berbaring.
 Tahap 1. Persiapan
 Dimulai dari payudara kanan. Baring
menghadap ke kiri dengan membengkokkan
kedua lutut Anda.
 Letakkan bantal atau handuk mandi yang
telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan
untuk menaikan bagian yang akan diperiksa.
Kemudian letakkan tangan kanan Anda di
bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda
untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan
telapak jari-jari Anda untuk memeriksa
sembarang benjolan atau
penebalan. Periksa payudaraAnda dengan
menggunakan Vertical Strip dan Circular.

 Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip
 Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical,
daritulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian
bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis
tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan
tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan
Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran
ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah
bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke
arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan
menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti
pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
 Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.
 Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang
besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan
memperhatikan benjolanyang luar biasa. Buatlah sekurang-
kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan
sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan
tekanan kuat. Jangan lupaperiksa bagian
bawah areola mammae.
 Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda
untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.
 Tahap 5. Memeriksa Ketiak

 Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak


Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.
 . KESIMPULAN
 Skrining adalah deteksi dini suatu penyakit atau
usaha untuk mengidentifikasi penyakit dan
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara tepat
untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya
menderita suatu kelainan. Uji skrining dapat
dilakukan dengan pertanyaan (anamnesis),
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

A. Upaya Promotiv dan
Preventif Menurut Leavel dan
Clark
 1. Pengertian Upaya Promotif dan Preventif
 Menurut Leavel dan Clark, upaya promotif
dan preventif yang disebut juga upaya
pencegahan adalah segala kegiatan yang
dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung untuk mencegah suatu masalah
kesehatan atau penyakitPencegahan
berhubungan dengan masalah kesehatan
atau penyakit yang spesifik dan meliputi
perilaku menghindar
(Romauli, dkk. 2009).
 2. Manfaat Upaya Promotif dan Preventif
Upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark,
bermanfaat untuk :
 a. Menurunkan angka kesakitan
b. Meningkatkan presentase kasus yang di deteksi dini
c. Menurunkan kejadian komplikasi
d. Meningkatkan kualitas hidup
3. Tingkat-Tingkat Upaya Promotif dan Preventif
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan di keluarga dan
masyarakat termasuk kesehatan reproduksi perlu memperhatikan
prinsip pokok utama promotif dan preventif menurut Leavel dan
Clark dalam bukunya “preventif medicine for the doctor in his
community “membagi usaha pencegahan dalam setiap
tingkatan, yakni:
a. Masa Sebelum Sakit (
Prepatogenesis)
 1) Promosi Kesehatan ( Health Promotion)
Tingkat pencegahan yang pertama,yaitu promotion of healt oleh
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan
menjadi peningkatan kesehatan,bukan promosi kesehatan, hal ini
dikarenakan makna yang terkangdung dalam istilah promotion of
healt disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang,yaitu
melalui asupan gizi seimbang,olahraga teratur,dan lain
sebagainya agar orang tersebut tetap sehat,tidak terserang
penyakit.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan
kesehatan pada umumnya. Menurut Machfoedz Ircham dalam
bukunya Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan,
usaha untuk memepertinggi nilai kesehatan diantaranya :
 a) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitas
Karena adanya hubungan langsung antara gizi dan penyakit, maka untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan yang berhubungan dengan makanan maka masyarakat diharuskan dapat
memperhatikan:
Asupan makanan yang dimakan
 Bahan makanan yang dikonsumsi harus mengandung bahan makanan pokok, bahan makanan
lauk pauk, bahan makanan sayur, bahan makanan buah-buahan.
b) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan, seperti penyediaan air rumah tangga yang baik
dan perbaikan cara pembuangan sampah kotoran dan limbah
c) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain pelayanan kesehatan
reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena penyakit infeksi akibat seks bebas dan
pelayanan Keluarga Berencana
d) Pendididkan kesehatan pada masyrakat diantaranya :
· Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui
· Konseling menegnai seksualitas, kesehatan reproduksi pada remaja, masa dewasa dan lansia
· Sex education secara dini oleh orang tua, kelompok LSM, sekolah sekolah

Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik, upaya ini ditujukan
kepada masyrakat yang masih berada dalam keadaan pre-phatogenesis yang dikenal dengan
penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan jiwa (Suryati, dkk. 2009)
kesehatan ( health promotion
):

 a) Memberikan penyuluhan kepada individu dan


masyrakat tentang asupan makanan yang bergizi
b) Melakukan penyuluhan dan usaha perbaikan sanitasi
lingkungan dengan mengikutsertakan tokoh masyrakat
dan masyarakat di dalam kegitan tersebut.
c) Memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal
kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pengertian
dari pelayanan kesehatan maskimal menurut Supariyasa
(2010) adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
meliputi aspek promotif (pendidikan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (pengobtan), dan rehabilitatif
(perawatan) dengan berdasarkan pada UU no. 44 pasal 1
tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat
2) Perlindungan Khusus (
Spesific protection)

 Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan


untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,
misalnya tentang:
a) Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan
perlindungan khusus, pendidikan kesehatan
sangat diperlukan terutama di negara – negara
berkembang.
Tujuan dari diberikanya suatu imunitas dari
imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita dari suatu penyakit yang
membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderiatanya.
 Beberapa penyakit yang dihindari denagn
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio,
dipteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar
air, tbc dan lain sebagainya.
b) Penggunanan kondom untuk mencegah
penyakit HIV/AIDS. Kondom adalah alat
kontrasepsi yang di desain sedemikian rupa
sehingga dapat menampung sperma saat
ejakulasi oleh pria dan mencegah supaya tidak
terjadi kontak denagn sel telur didlam kemaluan
pasangannya.
 . Oleh karena itu penggunaan kondom saat berhubungan
seks juga tetap dianjurkan untuk mencegah penularan
penyakit menular seks seperti HIV/AIDS.
c) Perlindungan kecelakaan baik di tempat umum
maupun ditempat kerja. Berbagai kecelakaan bisa dialami
dan diderita oleh para pekerja, misalnya kecelakaan karen
alat kerja, gangguan kesehatan karena bahan baku,
gangguan kesehatan suasana dan tempat kerja.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan gangguan-
gangguan kesehatan itu maka setiap pekerja harus diteliti
dulu tentang keadaan kesehatannya sebelum diterima
menjadi pekerja, disamoing itu perlu adanya jaminan upah
yang cukup sesuai dengan pendidikan dan sifat
pekerjaannya
 d) Perlindungan terhadap korban
penganiyaan, pelecehan seksual dan
diskriminasi terhadap hak reproduksi wanita,
tindakan kekerasan pada anak dan maupun
wanita.
Upaya yang dilakukan agar tidak terjadi
penganiyaan, pelecehan seksual, tindak
kekerasan terhadap anak maupun wanita
adalah dengan ditetapkannya Undang-
Undang perlindungan anak, Undang-Undang
perlindungan wanita dan Undang-Undang
kekerasan pada wanita (Suryati, dkk. 2009)
perlindungan khusus ( Spesific
Protection) :

a) Memberikan imunisasi kepada bayi dan balita serta memberikan penyuluhan


kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian imunisasi.
b) Memberikan penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi serta kondom untuk
perlindungan dari penyakit menular seksual.
b. Masa Saat Sakit ( Patogenesis )
1. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera ( Early diagnosis and prompt treatment)
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna
b) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan oleh suatu penyakit.
 Beberapa usaha diantaranya :
a) Case Finding
Yaitu menacri penderita dimasyarakat dengan jalan pemeriksaan, misalnya pemeriksan
laboratorium, pemeriksaan pap smear, dan sebagainya serta memberikan pengobatan.
b) Contact tracing
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular dan
penyakit infeksi untuk diawasi bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan,
misalnya pada wanita yang menderita penyakit menular seksual seperti gonorhoe, sipilis,
hepatitis B, HIV/AIDS dan sebagainya, pasangan diperiksa dan diberi pengobatan agar
penyakitnya tersebut dapat sembuh.

c) Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat agar dapat menegnal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menegtahui dan
menyadari bahaya penyakit kelamin untuk dirinya, keluarga dan keturunannya. Agar
mereka menyadari penularan penyakit kelamin tersebut, maka mereka yang telah berbuat
segera memeriksakan dirinya untuk segera untuk diobati.

Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha pengobatan tidak hanya
tergantung pada baiknya obat serta keahlian tenaga kesehatan, melainkan juga
tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
 Pengobatan yang lamabat akan
meneybabkan usaha peneymbuhan
lebih sulit bahakan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker
yang terlambat (Suryati, dkk. 2009)
pengobatan segera ( Early
Diagnosis and Promotif
Treatment) :

 a) Melaksanakan program pemeriksaan gratis di wilayah


desa dengan mengikutsertakan tokoh masyrakat dan
tenaga kesehatan lainnya.
b) Memberikan penyuluhan pentingnya dilakukan
diagnosis dini
c) Melaksanakan program pemeriksaan papsmear, IVA
d) Memberikan pelatihan pada masyarakat khusunya
wanita dalam melakukan pemeriksaan SADARI
e) Segera melakukan rujukan atau kolaborasi apabila
menemui penderita yang mengalami penyakit berbahaya
atau komplikasi
 2. Disability Limitation (pembatasan kecacatan
dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu
masalah kesehatan dan penyakit)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early
diagnosis And Promotif Treatment yaitu dengan
pengobatan dan perawatan yang sempuran
agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat (
tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi
kecacatan maka dicegah agar kecacatan
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari
alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin
 Beberapa usaha diantaranya :
a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan
dengan melakukan pemeriksaan lanjut yang lebih akurat
seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh dengan
baik dan sempurna tanpa ad komplikasi lanjut.
Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi.
Masyrakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang
tepat dan benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit
yang dideritanya tidak mengalami komplikasi.
 Selain itu untuk mencegah terjadinya komplikasi maka
penedrita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan untuk
berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin agar
penederita sembuh secar sempurna (Suryati, dkk. 2009)
Peran bidan dalam usaha
disability limitation :

 a) Memberikan pengobatan dan perawatan


agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi.
b) Melakukan pencegahan terhadap
komplikasi dan kecacatan.
c) Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan
dengan mengikutsertakan masyrakat
sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih
intensif.
3. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimal - maksimalnya. Misalnya, seorang yang karena
kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi
dari kaki yang patah ini yaitu dengan mempergunakan kaki
buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya
 b) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan
hubungan perorangan dan social secara memuaskan.
Seringkali dengna bersamaan dengan terjadinya cacat
badaniah muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat.
 c) Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas
kerja yang semaksimal - maksimalny sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuannya.
 d)Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu
dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang
fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak
dapat dikembalikan misalnya:
penggunaan mata palsu.(Suyati, dkk.
2009).
Peran bidan dalam
rehabilitasi:

 a) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali


dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
b) Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga
setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
c) Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
d) Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap
bersemangat dalam memulihkan kesehatan.
e) Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta
menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dengan
masyarakat Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar dapat
menerima pasien sama seperti individu normal lainnya.
f) Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk
tidak terjadi pada kesehatan pasien ( Sindiariyani. 2011)
 KESIMPULAN

 5 tingkat pencegahan (five levels of prevention) dr Leavel
and Clark dapat dikelompokkan menjadi ;
 - Pencegahan primer, meliputi ; Promosi kesehatan (health
promotion) dan Perlindungan khusus (specific protection)
 - Pencegahan sekunder, meliputi ; Diagnosis dini &
pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment)
dan Pembatasan cacat (disability limitation)
 - Pencegahan tersier, meliputi ; Rehabilitasi (rehabilitation)


 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai