Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

SKRINING PASIEN

RSUD BATARA GURU BELOPA

2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I. DEFENISI ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3

B. Maksud Dan Tujuan ..................................................................................... 3

C. Batasan Operasional ..................................................................................... 3

D. Landasan Hukum ..................................................................................... 4

BAB II. RUANG LINGKUP ..................................................................................... 6

BAB III. TATA LAKSANA ..................................................................................... 7

BAB IV. DOKUMENTASI ..................................................................................... 18

BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 19

2
BAB I

DEFINISI

Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang

mempunyai makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang

sehat dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau

mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25:974).

Skrining pasien pada RSUD Batara Guru Belopa merupakan suatu proses

pemilahan awal yang memungkinkan pelayanan di RSUD Batara Guru Belopa sesuai

antara kemampuan rumah sakit dan kebutuhan pasien yang dilayani.

A. Latar Belakang

Pelayanan rumah sakit berorientasi pada kebutuhan pasien, karena itu

diperlukan cara untuk memastikan pasien dilayani sesuai dengan

kebutuhannya. Skrining pasien membandingkan kebutuhan pelayanan yang

dibutuhkan oleh pasien dengan kemampuan rumah sakit dalam memenuhi

kebutuhan pasien, sehingga hanya pasien yang mampu dilayani yang diterima

untuk dirawat. Sedangkan pasien yang tidak mampu untuk dipernuhi kebutuhan

pelayanannya berhak untuk dirujuk.

B. Maksud dan Tujuan

Sebagai panduan pelaksanaan skrining pasien untuk memastikan pelayanan

pasien sesuai kebutuhan pasien . Hasil yang diharapkan adalah peningkatan

mutu asuhan pasien, efisiensi pelayanan dan efisiensi penggunaan sumber

daya yang tersedia di rumah sakit.

C. Batasan Operasional

1. Kontak pertama pasien di dalam rumah sakit adalah pasien yang datang

kerumah sakit dan telah berada di Instalasi Gawat Darurat/ IGD PONEK atau

di Instalasi Rawat Jalan yang belum memdapatkan pelayanan rumah sakit,

3
2. Kontak pertama pasien diluar rumah sakit adalah pasien yang hendak

datang kerumah sakit diantaranya pasien yang hendak dirujuk, pasien

ditransportasi dengan menggunakan ambulance, pasien yang menelpon ke

rumah sakit.

3. Tes Skrining merupakan serangkaian kegiatan pengambilan keputusan

skrining pasien yang dilakukan dengan mekanisme yang terukur termasuk

pemeriksaan penunjang dimana keputusan pasien untuk dirawat,

dipindahkan atau dirujuk setelah hasil tes yang diperlukan tersedia.

D. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan;

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012

tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2014

tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017

tentang Akreditasi Rumah Sakit;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

604/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pdoman Pelayanan Maternal Perinatal

pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas D;

4
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit.

5
BAB III

RUANG LINGKUP

Skrining pasien dilakukan melalui triase, skrining awal pasien, yang dilakukan

di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, skrining kebutuhan pelayanan pasien

rawat inap. Triase dan skrining kebutuhan pelayanan rawat inap akan diatur pada

panduan tersendiri.

Semua pasien baru melalui proses skrining awal untuk mengetahui apakah

Rumah Sakit Batara Guru Belopa dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.

Skrining awal pasien dilakukan pada pasien di dalam rumah sakit maupun diluar rumah

sakit, pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain maupun pasien yang datang sendiri,

pasien di instalasi rawat jalan maupun di instalasi gawat darurat/ IGD PONEK.

Ruang lingkup skrining awal pasien masuk RSUD Batara Guru Belopa yaitu :

a. Pasien dengan kontak pertama di dalam RSUD Batara Guru Belopa :

1. Di instalasi rawat jalan

2. IGD

3. UGD PONEK

4. Skrining pada pasien rawat jalan, pengunjung ke rumah sakit yang

memerlukan pelayanan gawat darurat

b. Pasien dengan kontak pertama di luar RSUD Batara Guru Belopa :

1. Melalui sisrute

2. Melalui telpon :

a) Rujukan

b) Bukan rujukan

6
BAB III

TATA LAKSANA

A. TEMPAT DAN PETUGAS SKRINING

a. Skrining awal pasien dilaksanakan pada ;

1. Instalasi Gawat Darurat dan IGD PONEK,

2. Instalasi Rawat Jalan,

b. Pada Instalasi Gawat Darurat/ UGD PONEK dilaksanakan dokter jaga IGD/

UGD PONEK,

c. Pada instalasi rawat jalan dilaksanakan pada ruangan poli klinik oleh

dokter polikilinik.

d. Skrining pada pasien rawat jalan, pengunjung ke rumah sakit yang

memerlukan pelayanan gawat darurat dilakukan oleh semua staf.

B. SKRINING

a. Kriteria Skrining awal pasien masuk RSUD Batara Guru Belopa yaitu

dikategorikan dalam dua kriteria;

1. Sesuai,

2. Tidak Sesuai,

b. Kriteria sesuai yaitu pasien yang di sudah di skrining mampu untuk

diberikan pelayanan di RSUD Batara Guru Belopa, ditindak lanjuti dengan

menerima pasien untuk dirawat

c. Kriteria tidak sesuai yaitu pasien yang sudah di skrining namun pelayanan

RSUD Batara Guru Belopa tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien,

ditindak lanjuti dengan merujuk pasien

d. Dalam pelaksanaaan skrining diperlukan Test skrining, dapat dilakukan

dengan cara ;

7
1. Pertanyaan (anamnesa),

2. Pemeriksaan fisik,

3. Pemeriksaan laboratorium,

4. Pemeriksaan radiologi,

e. Kriteria Tes Skrining ;

Pengambilan keputusan skrining awal pasien dilakukan dengan mekanisme

yang terukur dengan metode IAR, termasuk pemeriksaan penunjang

dimana keputusan pasien untuk dirawat, dipindahkan atau dirujuk setelah

hasil tes yang diperlukan tersedia. Kriteria tes skrining di Rumah Sakit

Batara Guru Belopa yaitu :

1. Kriteria Umur

Pasien dengan umur Lebih atau sama dengan 35 tahun dilakukan

pemeriksaan darah lengkap, GDS.

2. Kriteria Tindakan Operasi

Jenis Tindakan /
No Tes Skrining
Opearsi

1 Amputasi Laboratorium Darah lengkap, BT/CT, HbsAg,

Golongan Darah

Radiologi Foto Ekstremitas

2 Sectio Caesaria Laboratorium Darah lengkap, CT/BT, HbsAg,

Golongan Darah

3 Tonsilektomi Laboratorium Darah lengkap, CT/BT, HbsAg,

4 Apendektomi Laboratorium Darah lengkap, CT/BT, HbsAg,

8
5 Laparatomi / Laboratorium Darah lengkap, BT/CT, HbsAg,

Histerektomi Golongan Darah

3. Gejala Penyakit

Temuan Pemeriksaan
No Gejala Tes Skrining
Fisik

1 Deman > 3 Suhu ≥ 38 ˚C Laboratorium Darah

hari lengkap,

Widal

2 Nyeri Perut Nyeri di titik Mc Burney Laboratorium Darah

Kanan lengkap

Bawah

3 Nyeri dada Karakteristik nyeri ; Laboratorium Darah

tertusuk, seperti tertimpa rutin

benda berat, menjalar Radiologi Foto

Thoraks

EKG

4 Akut Abdomen : nyeri tekan Laboratorium Darah

Abdomen (+), nyeri lepas (+), lengkap

defense muscular, bising Radiologi Foto

usus menurun atau abdomen

menghilang 3 posisi,

5 Luka tusuk Ukuran, kedalaman luka, Laboratorium Darah

abdomen lokasi luka rutin

Radiologi Foto

abdomen

9
Temuan Pemeriksaan
No Gejala Tes Skrining
Fisik

3 posisi,

6 Nyeri perut Nyeri tekan (+) diseluruh Laboratorium Darah

abdomen, rasa panas di rutin, urin

dada rutin

7 Perdarahan Darah di vagina Laboratorium Darah

pervaginam rutin

8 Sesak napas RR ≥ 30x/menit, Thoraks Laboratorium Darah

/Dyspnoe Ronki (+), WH (+), lengkap

murmur (+) Radiologi Foto

Thoraks

EKG

9 Melena Darah keluar dari anus Laboratorium Darah

Rutin,

10 Hemoptoe Volume darah keluar dari Laboratorium Darah

mulut, warna thoraks, lengkap

suara napas menurun Radiologi Foto

Thoraks

11 Fraktur Ekstremitas ; luka Laboratorium Darah

terbuka, deformitas, rutin

memar, bengkak, ROM Radiologi Foto

terbatas Lokasi

fraktur

12 Penurunan GCS < 13 Laboratorium Darah

kesadaran rutin,

10
Temuan Pemeriksaan
No Gejala Tes Skrining
Fisik

non trauma elektrolit,

GDS,

Ureum

kreatinin

13 Penurunan GCS < 13 Laboratorium Darah

kesadaran rutin,

dengan elektrolit,

trauma GDS,

Ureum

kreatinin

Radiologi Foto

kepala/

leher,

sesuai

lokasi

C. TATALAKSANA PROSEDUR SKRINING

1. Tatalaksana Skrining di luar Rumah Sakit:

a. Skrining pasien di luar rumah sakit melalui sisrut :


Skrining pasien di luar rumah sakit melalui sisrute adalah suatu
prosedur untuk menentukan kebutuhan layanan pasien dan
kemampuan rumah sakit memenuhi kebutuhan tersebut, yang
dilakukan pada pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain di luar
rumah sakit melalui sisrute.
Tatalaksana :

11
1) Petugas Admisi menerima permintaan rujukan dari fasilitas
kesehatan lain melalui sisrut,
2) Petugas Admisi meminta data :
 nama pasien,
 usia,
 jenis kelamin,
 nama fasilitas kesehatan yang akan merujuk,
 keadaan umum pasien/ tingkat kesadaran,
 tanda-tanda vital,
 anamnese ringkas,
 hasil penunjang bila ada,
 kebutuhan pasien,
3) bila ruang rawat yang dibutuhkan tidak tersedia, pelayanan yang
dibutuhkan tidak tersedia atau sedang tidak dapat dilayani karena
alasan tertentu pasien dianjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit lain,
4) bila tidak masuk dalam kategori diatas maka petugas admisi
menghubungi petugas IGD(perawat, bidan, dokter) dan memberi
informasi yang dibutuhkan,
5) dokter IGD berdasarkan data yang ada mengambil kesimpulan
apakah pasien dapat diterima atau dianjurkan ke rumah sakit lain
6) perawat IGD/ bidan UGD PONEK atau dokter jaga IGD
menyampaikan hasil skrining pada petugas admisi yang kemudian
menerima atau menganjurkan kerumah sakit lain sesuai hasil
skrining
b. Skrining pasien rujukan di luar rumah sakit melalui telpon:
Skrining pasien rujukan di luar rumah sakit melalui telepon adalah
suatu prosedur untuk menentukan kebutuhan layanan pasien dan
kemampuan rumah sakit memenuhi kebutuhan tersebut, yang
dilakukan pada pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain di luar
rumah sakit melalui telepon.
Tatalaksana :
1) Petugas Admisi menerima permintaan rujukan dari fasilitas
kesehatan lain melalui telepon,
2) Petugas admisi mengcapkan salam, memperkenalkan diri (nama
dan instansi)

12
3) Petugas Admisi meminta data :
 nama pasien,
 usia,
 jenis kelamin,
 nama fasilitas kesehatan yang akan merujuk,
 keadaan umum pasien/ tingkat kesadaran,
 tanda-tanda vital,
 anamnese ringkas,
 hasil penunjang bila ada,
 kebutuhan pasien,
4) bila ruang rawat yang dibutuhkan tidak tersedia, pelayanan yang
dibutuhkan tidak tersedia atau sedang tidak dapat dilayani karena
alasan tertentu petugas admisi menganjurkan untuk merujuk ke
rumah sakit lain,
5) bila tidak masuk dalam kategori diatas maka petugas admisi
menghubungkan ke petugas IGD(perawat, bidan, dokter) dan
memberi informasi yang dibutuhkan,
6) dokter IGD berdasarkan data yang ada mengambil kesimpulan
apakah pasien dapat dirujuk atau dianjurkan ke rumah sakit lain
7) bila dalam proses skrining dirasa membutuhkan waktu atau
konfirmasi dari unit lain maka pihak penelpon dianjurkan untuk
menelpon kembali setelah 5-10 menit,
8) perawat IGD/ bidan UGD PONEK atau dokter jaga IGD
menyampaikan pada pihak perujuk pasien diterima untuk dirujuk
ke RSUD Batara Guru atau dianjurkan ke Rumah Sakit lain.
c. Skrining pasien bukan rujukan di luar rumah sakit melalui telpon:
Skrining pasien bukan rujukan di luar rumah sakit melalui telepon
adalah suatu prosedur untuk menentukan kebutuhan layanan pasien
dan kemampuan rumah sakit memenuhi kebutuhan tersebut, yang
dilakukan pada pasien bukan rujukan di luar rumah sakit melalui
telepon.
Tatalaksana :
1) Petugas Admisi menerima telepon,
2) Petugas admisi mengcapkan salam, memperkenalkan diri (nama
dan instansi)

13
3) Pada keadaan telepon masuk adalah pasien yang ingin
mendapatkan perawatan dan bukan rujukan dari fasilitas
kesehatan lain, maka petugas admisi menanyakan :
 nama pasien,
 usia,
 jenis kelamin,
 kebutuhan pasien layanan yang diperlukan,
4) bila ruang rawat yang dibutuhkan tidak tersedia, pelayanan yang
dibutuhkan tidak tersedia atau sedang tidak dapat dilayani karena
alasan tertentu, petugas admisi menganjurkan untuk mencari
fasilitas kesehatan lain,
5) bila tidak masuk dalam kategori diatas maka petugas admisi
menghubungkan/ menyerahkan telepon ke perawat IGD/ bidan
UGD PONEK dan memberi informasi yang dibutuhkan,
6) dokter IGD berdasarkan data yang ada mengambil kesimpulan
apakah pasien dapat dirujuk atau dianjurkan ke rumah sakit lain
7) bila dalam proses skrining dirasa membutuhkan waktu maka pihak
penelpon dianjurkan untuk menelpon kembali setelah 5-10 menit,
8) perawat IGD/ bidan UGD PONEK atau dokter jaga IGD
menyampaikan pada pihak penelpon dapat dirawat di RSUD
Batara Guru atau dianjurkan ke fasilitas kesehatan lain.
2. Tatalaksana Skrining di dalam Rumah Sakit:

a. Skrining pasien di IGD/ UGD PONEK


Skrining awal pasien di IGD/ IGD PONEK adalah suatu prosedur untuk
menentukan kebutuhan layanan pasien dan kemampuan rumah sakit
memenuhi kebutuhan tersebut, yang dilakukan pada pasien di instalasi
gawat darurat.
Tatalaksana
b. Skrining pasien rawat jalan
Skrining pasien rawat jalan adalah suatu prosedur untuk menentukan
kebutuhan layanan pasien dan kemampuan rumah sakit memenuhi
kebutuhan tersebut, yang dilakukan pada pasien di instalasi rawat
jalan.
Tatalaksana :
1) Pasien datang ke poliklinik

14
2) Petugas rekam medis mempersiapkan rekam medis pasien dan
mengarahkan ke poli tujuan,
3) Bila pasien adalah pasien rujukan dan bagian yang dituju tidak
dapat diberikan layanan oleh rumah sakit maka :
a) Petugas rekam memberikan penjelasan ke pasien tentang
layanan tidak dapat diberikan sesuai dengan rujukan,
b) Pasien diarahkan ke poli umum untuk kemudian dilayani atau
dirujuk,
4) Setelah melakukan asesment awal berupa anamnese, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan diagnostik sesuai indikasi, dokter/ dokter
gigi rawat jalan menarik kesimpulan apakah pasien diterima atau
dirujuk ke fasilitas kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien. Bila ada
indikasi dilakukan pemeriksaan diagnostik, kesimpulan skrining baru
dilakukan setelah ada hasil tes diagnostik,
c. Skrining untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat
Merupakan skrining yang dilakukan oleh semua staf rumah sakit bila
mendapatkan pasien rawat jalan, pengujung rumah sakit yang
terindikasi memerlukan pelayanan gawat darurat.
Keadaan yang dimaksud terindikasi memerlukan pelayanan gawat
darurat adalah :
 Baru saja mengalami cedera
 Nyeri dada
 Sangat pucat
 Sesak nafas
 Keluhan buang air besar encer dan atau muntah > 5 kali sehari
Tatalaksana :
1) Staf rumah sakit mengucapkan salam, memperkenalkan diri ( nama
dan instansi)
2) Menyarankan untuk dirawat di IGD
3) Menjelaskan alasan memerlukan perawatan di IGD, penjelasan
berupa keadaan pasien dan menyatakan di IGD perwatan dilakukan
sesuai dengan kegawatan pasien
4) Membantu ke ruang IGD.

15
D. ALUR SKRINING

Pasien Skrining Pasien


Datang

Tidak Ya
Perlu tes
diagnostik

Kebutuhan Hasil Tes


Pasien

Tidak Sesuai Dirujuk

Kesesuaian
Sesuai Diterima
hasil kebutuhan
pasien dan
kemampuan RS

Alur skrining pasien mulai masuk sampai diterima atau dirujuk di rumah sakit,

dapat dilihat dalam alur skrining dengan penjelasan sebagai berikut ;

a. Pasien berkunjung ke rumah sakit dengan datang sendiri, rujukan atau

ditransportasi ambulance, pasien di rumah sakit di skrining di Instalasi Gawat

Darurat/ IGD PONEK atau di Instalasi Rawat Jalan,

b. Dilakukan skrining pada pasien, pada pasien dengan keadaan tertentu

ditentukan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk menetapkan

hasil skrining, dimana pasien tidak dirawat, tidak dipindahkan, atau dirujuk

sebelum diperoleh hasil tes yang dibutuhkan tersedia,

16
c. Bila pasien yang telah diskrining tidak sesuai dengan pelayanan di rumah sakit

maka pasien berhak untuk dirujuk,

d. Bila pasien yang telah diskrining sesuai dengan pelayanan rumah sakit maka

pasien diterima untuk dirawat,

17
BAB V

DOKUMENTASI

Semua hasil skrining awal pasien didokumentasikan dengan cara:

a. Dokumentasi setelah skrining pasien didalam rumah sakit di IGD/ UGD PONEK

dan di Instalasi Rawat Jalan terdokumentasikan direkam medis pasien,

b. Dokumentasi akan dievaluasi dalam jangka waktu 1 tahun dan disesuaikan

dengan kebijakan Direktur RSUD Batara Guru Belopa.

18
BAB VI

PENUTUP

Skrining pasien masuk RSUD Batara Guru Belopamerupakan hal-hal dasar

dalam pengambilan keputusan pelayanan yang akan diberikan di RSUD Batara Guru

Belopadengan harapan kebutuhan pasien mampu dipenuhi.

Panduan Skrining pasien masuk RSUD Batara Guru Belopabagian yang tidak

terpisahkan dari pelayanan rumah sakit, apablia dalam pelaksanaannya ditemukan

hambatan dan kendala akan dievaluasi kembali dengan menyesuaikan perkembangan

teknologi dan informasi yang muktahir.

19

Anda mungkin juga menyukai