Anda di halaman 1dari 14

PROSES KREDENSIAL

FISIOTERAPI INDONESIA

Disampaikan pada TITAFI XXXI Bali

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Untuk mendapatkan tenaga-tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas, maka


institusi rumah sakit sudah seharusnya membuat system mulai dari proses masuk tenaga
kesehatan, karena setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus melakukan
pekerjaannya sesuai dengan standar-standar yang berlaku di rumah sakit. Hal ini sesuai
dengan UU no. 44 / 2009 pasal 13 yang menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah
sakit, standar proseduroperasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
Salah satu faktor penting dalam keselamatan pasien adalah kewenangan klinis tenaga
kesehatan karena pada hakikatnya seseorang tidak mungkin menguasai semua bidang.
Dalam hal tenaga kesehatan kurang kompeten dalam melakukan tindakan profesinya karena
sebab apapun, belum ada mekanisme yang mencegah tenaga kesehatan untuk melakukan
tindakan profesinya di rumah sakit. Pada akhirnya ini meningkatkan resiko terjadinya
kecelakaan atau kejadian tidak diharapkan pada pasien.
Demi menjaga keselamatan pasien dari kesalahan tenaga kesehatan yang kurang
kompeten rumah sakit perlu mengambil langkah-langkah pengamanan dengan cara
pemberian kewenangan klinis melalui proses kredensial. Proses kredensial merupakan upaya
untuk melindungi, mencegah kejadian yang tidak diharapkan karena inkompetensi dari
tenaga kesehatan.
Pemilahan proses tindak lanjut dari proses kredensial, diharapkanakan didapatkan
tenaga-tenaga kesehatan yang profesional dan berkualitas baik yang bekerja sesuai dengan
keahlian tertentu sesuai kewenangannya, sehingga akan meningkatkan kualitas tenaga dan
mutu pelayanan kepada pelanggan dengan mengedepankan patien safety. Hal ini akan
berdampak secara langsung ataupun tidak langsung keselamatan pasien maupun
keselamatan tenaga kesehatannya termasuk didalamnya adalah fisioterapi.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pedoman kredensial profesi fisioterapi ini diterbitkan dengan tujuan umum untuk
melindungi keselamatan pasien melalui mekanisme kredensial fisioterapi di rumah
sakit.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pedoman mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi petugas
kesehatan ( Fisioterapi ) di rumah sakit
b. Memberikan pedoman bagi tim fisioterapi untuk menyusun jenis kewenangan
klinis ( Clinical Privilege ) bagi setiap tenaga kesehatan di rumah sakit
c. Memberikan pedoman bagi jajaran manajemen RS untuk menerbitkan
kewenangan klinis bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan fisioterapi di
rumah sakit
d. Meningkatkan profesionalitas dan akuntabilitas tenaga kesehatan / fisioterapi di
institusi fasilitas pelayanan kesehatan dimana fisioterapis menjalankan praktik

BAB 2

KONSEP KREDENSIAL PROFESI FISIOTERAPI

A. KREDENSIAL FISIOTERAPI

A.1. DEFINISI KREDENSIAL FISIOTERAPI

a. Kredensial fisioterapi merupakan:


Proses mencari, menemukandan menarik fisioterapi untuk ditugaskan atau
dipekerjakan oleh suatu institusi rumah sakit sebagai langkah awal calon fisioterapi
menduduki suatu pekerjaan. Berdasarkan waktunya, maka proses kredensial dibatasi
sejak mencari hingga lamaran diajukan oleh pelamar.

b. Proses Kredensial ( Credentialing ) adalah:


Suatu proses evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap fisioterapi untuk menentukan
apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (Clinical Privilege)
menjalankan tindakan medis / fisioterapi tertentu dalam lingkungan rumah sakit
tersebut untuk suatu periode tertentu.

c. Proses Re-Kredensial ( Re-Credentialing ) adalah:


Proses re-evaluasi oleh suatu rumah sakit terhadap profesi kesehatan yang telah
bekerja dan memiliki kewenangan klinis (Clinical Privilege) di rumah sakit untuk
menetukan apakah yang bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut
untuk periode tertentu.

d. Tahapan proses kredensial adalah:


Seorang fisioterapi mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis
dengan metode self assessment; sub komite kredensial (atau yang ditugaskan)
mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan fisioterapi yang diajukan oleh
pemohon dan selanjutnya direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan.

e. Kewenangan Klinis ( Clinical Privilege ) Fisioterapi adalah:


Lingkup praktik fisioterapi yang spesifik dan tidak termasuk dalam peran fungsi
fisioterapi pada umumnya, serta ditetapkan melalui proses kredensialing berdasarkan
pendidikan / pelatihan, pengalaman dan keberhasilan yang telah dibuktikan dalam
waktu yang cukup lama / terus menerus.

f. Surat Penugasan ( Clinical Appointment ) adalah:


Surat yang diterbitkan oleh kepala rumah sakit kepada seorang profesi kesehatan untuk
melakukan tindakan medis / fisioterapi di rumah sakit berdasarkan daftar kewenangan
klinis yang telah ditetapkan baginya.

g. Mitra Bestari adalah:


Sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang memiliki kesamaan profesi, spesialisasi
dengan seorang tenaga kesehatan yang sedang menjalani proses kredensial, dan atau
dianggap dapat menilai kompetensi untuk melakukan tindakan fisioterapi.

h. Brevet adalah
Pengakuan terhadap keahlian seseorang oleh kolegium keahlian bidang ilmu tertentu.

B. Konsep Dasar Kredensial Fisioterapi di RS

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk
menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan kompetensi para
tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas kewenangnnya. Upaya ini dilakukan dengan cara
mengatur agar setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga
kesahatan yang benar benar kompeten.

Walaupun seorang fisioterapis telah senior atau bahkan sudah mendapatbrevet


spesialis misalnya, maka rumah sakit wajib melakukan verifikasi dalam kompetensi
seseorang untuk melakukan tindakan fisioterapi dalam lingkup spesialis tersebut, hal ini
dikenal dengan proses credentialing. Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan
utama. Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang
mendapat brevetspesialis dari kolegium. Perkembangan ilmu dan tehnologi berkembang pesat
sehingga kompetensi yang diperoleh saat brevet diterima sudah kadaluwarsa, bahkan bias
dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien. Alasan kedua, keadaan kesehatan
seseorang dapat menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga
mengurangi keselamatan tindakan fisioterapi terhadap pasien.

Setelah seorang fisioterapis dinyatakan kompeten melalui proses kredensial, rumah


sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian tindakan-
tindakan fisioterapi tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan
klinis (clinical privilege). Tanpa adanay kewenangan klinis tersebut fisioterapis belum
diperkenankan melakukan tindakan fisioterapi. Luasnya kewenangan klinis tersebut antara
satu fisioterapis dengan fisioterapis yang lain dapat saja berbeda walaupun mempunyai
jenjang lulusan yang sama. Dalam hal tindakan fisioterapis membahayakan pasien maka
kewenangan klinis dapat saja dicabut sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan fisioterapis tersebut. Pencabutan ini dilakukan melalui prosedur tertentu yang
melibatkan komite fisioterapi / komite nakes lainnya/ tim kredensial fisioterapi.

BAB III

PERANAN TIM KREDENSIAL FISIOTERAPI DALAM MEKANISME


KREDENSIAL - REKREDENSIAL

Tim Kredensial fisioterapi berperan penting dalam mekanisme kredensial profesi


fisioterapi di rumah sakit, karena tugas utama tim adalah menjaga profesionalisme tenaga
fisioterapi dan melindungi pasien rumah sakit untuk hal-hal yang bekaitan dengan tindakan
fisioterapi.

Tiga tugas utama tim kredensial fisioterapi adalah:

a. Rekomendasi pemberian ijin untuk melakukan tindakan fisioterapi ( Entering to the


profession )
b.Memelihara kompetensi dan perilaku profesi fisioterapi ( Maintaining professionalism )
 sub komite mutu profesi  melalui audit fisioterapi dan pengembangan profesi
berkelanjutan ( Countinuing professional development )
c. Merekomendasikan penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutan ijin
melakukan tindakan fisioterapi (Expelling from the profession )  sub komite etik dan
disiplin profesi.

Tahapan proses kredensial fisioterapi:

1. Fisioterapi mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis dengan


metode self assessment.
Fisioterapis mengisi formulir yang disediakan rumahsakit antaralain daftar tindakan
atau komtensi yang akan diuji sesuai bidang keahliannya. Fisioterapis memilih
kompetensi yang tertera dalam formulir dengan mencontreng dan menyerahkan
dokumen yang dipersyaratkan.
Syarat – syarat tersebut diantaranya syarat administrasi, meliputi :

a. Lulusan D III, DIV, S I / profesi dan spesialis Fisioterapi


b. Memiliki STR,
c. Lulusan dari institusi pendidikan fisioterapi yang terakreditasi.
d. Sehat jasmani dan rohani.
e. Lebih diutamakan mempunyai sertifikat berkaitan dengan keahlian fisioterapi.
f. Surat lamaran pekerjaan.
Setelah persyaratan lengkap rumah sakit meneyerahkan kepada tim kredensial
fisioterapi/ komite nakes lainnya/ Mitra bestari

2. Rumah sakit menugaskan komite nakes lainnya /Tim kredensial untuk menyiapkan
Mitra Bestari. Mitra bestari tersebut tidak harus anggota tim kredensial, bahkan dapat
berasal dari rumahsakit lain atau institusi profesi jika diperlukan. Mitra bestari
mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan fisioterapi yang diajukan oleh
pemohon. Berdasarkan core kompetensi fisioterapi yang terdiri dari :
a. Kemampuan menganalisis ilmu sebagai dasar praktik.
b. Kemampuan menganalisis kebutuhan pasienl klien.
c. Kemampuan merumuskan diagnosis fisioterapi.
d. Kemampuan merencanakan tindakan fisioterapi.
e. Kemampuan melakukan intervensi fisioterapi.
f. Kemampuan melakukan evaluasi dan re-evaluasi,
g. Kemampuan berikomunikasi dan berkoordlnasi yang efisien dan efektif.
h. Kemampuan melakukan pendidikan (edukasipasien/klien).
i. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam praktik fisioterapi.
j. Kemampuan melaksanakan penelitian.
k. Kemampuan melakukan tanggung jawab dan tanggung gugat praktik fisioterapi.

3. Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan.

Kepala rumah sakit / Direktur menerbitkan surat penugasan klinis kepada fisioterapis
pemohon berdasarkan rekomendasi tersebut. Surat penugasan tersebut memuatsejumlah
daftar kewenangan klinis untuk melakukan tindakan fisioterapi pemohon. Setiap
fisioterapis dapat saja memiliki kewenangan klinis yang berbeda diantara satu fisioterapis
dengan fisioterapis yang lain.

C. Berakhirnya Kewenangan Klinis

Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan habis masa berlakunya atau
dicabut oleh kepala Rumah Sakit / Direktur RS.Surat penugasan untuk setiap tenaga
kesehatan memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya tuga tahun. Pada akhir
masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melaksanakan re kredensial
terhadap tenaga kesehatan yang bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana
dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas.

Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga kesehatan tersebut dinyatakan
tidak kompeten untuk melakukkan tindakan tertentu. Walaupun seorang fisioterapis
sebelumnya telah memperoleh kewenangan untuk melakukan tindakan tertentu, namun
kewenangan tersebut dapat dicabut berdasarkan pertimbangan tertentu. Atau bias jadi
kewenangan dicabut karena terjadi kecelakaan yang diduga karena inkompetensi atau
karena tindakan disiplin dari komite medik/ nakes lainnya. Namun demikian kewenangan
klinis dapat diberikan kembali setelah yang bersangkutan pulih kembali dan
direkomendasikan kembali oleh komite nakes lainnya setelah melalui pembinaan.

Mekanisme kredensial dan re-kredensial fisioterapi di rumah sakit adalah tanggung jawab
tim kredensial fisioterapi yang dilaksanakan oleh ka fisioterapi atau yang ditugaskan. Pada
proses kredensial dilakukan oleh tim kredensialdengan melakukan serangkaian kegiatan
berupa proses permohonan kebutuhan tenaga fisioterapi dari unit fisioterapi ke unit SDM/
HRD, SDM melakukan proses recruit pelamar, tim kredensial fisioterapi melakukan proses
kredensial melalui uji tulis dan wawancara pada waktu tertentu. Pada akhir proses kredensial
tim kredensial fisioterapi memberikan rekomendasi kepada jajaran direksi terkait.

Pada proses re-kredensial dilakukan oleh tim kredensial atau yang ditugaskan profesi
dengan melakukan serangkaian kegiatan orientasi tenaga baru, on the job training di unit
kerja melalui proses bimbingan preceptorship dan selanjutnya ada proses evaluasi yang
dilakukan oleh manajerial di unit kerja yang bersangkutan. Hasil evaluasi dapat dijadikan
sebagai data untuk memberikan rekomendasi untuk diterima atau tidak sebagai tenaga tetap
di lingkungan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.

BAB IV

KESIMPULAN

Dengan adanya pengaturan mekanisme kredensial fisioterapi di rumah sakit oleh tim
kredensial/komite fisioterapi diharapkan dapat :

1. Menjalankan tata kelola klinik yang baik


2. Mendukung rumah sakit dan tenaga fisioterapi agar dapat terhindar atau meminimalisasi
tuntutan pasien
3. Menjaga mutu pelayanan fisioterapi
4. Menjaga disiplin fisioterapi khususnya kepatuhan mengikuti kebijakan, standar dan SPO
5. Merinci dan menjaga kompetensi tenaga fisioterapi.

Lampiran 1

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS FISIOTERAPI


Identitas :

Nama :………………………………….

Unit Kerja : Fisioterapi

Pendidikan Formal :……………………………( diisi dengan tempat pendidikan Fisioterapi)

Pernyataan

Saya menyatakan bahwa saya kompeten untuk memberikan asuhan fisioterapi dengan prosedur
teknis seperti tercantum dibawah ini dengan bagian dari kewenangan klinis (Clinical Privilege)
berdasarkan status kesehatan saat ini. Pendidikan dan pelatihan yang telah saya jalani serta
pengalaman yang saya miliki.

Kode Pengisian kewenangan klinik

Kode untuk Fisioterapi Kode untuk Mitra bestari


( Penilaian mandiri untuk fisioterapi ) ( Sebagai rekomendasi )
Nilai 1 : Kompeten Nilai 1 : Disetujui Berwenang penuh
Nilai 2 : Memerlukan Supervisi Nilai 2 : Disetujui dibawah supervisi
Nilai 3 : Belum Kompeten Nilai 3 : Tidak disetujui karena belum kompeten

Boyolai , .............................. 2018

( ....................................... )

Kompetensi Fisioterapi

Rincian kewenangan klinis fisioterapi


Diminta
Rekomendasi
NO KOMPETENSI (Penilaian Diri
Dari Mitra
fisioterapi secara
Bestari
mandiri)
1 MemenuhiKewenangan proses Fisioterapi

a. Mampu melakukan prosedur assesmen fisioterapi


b. Mampu melakukan prosedur diagnosa fisioterapi
c. Mampu melakukan prosedur pembuatan rencana
intervensi fisioterapi
d. Mampu melakukan prosedur intervensi fisioterapi
e. Mampu melakukan prosedur pembuatan evaluasi
fisioterapi
f. Mampu memberikan edukasi terhadap pasien
ataupun keluarga pasien
g. Mampu memberikan home program terhadap
pasien ataupun keluarga pasien
h. Mampu melakukan pencatatan seluruh proses
fisioterapi pada lembar medical record
i. Mampu melaporkan perkembangan hasil terapi
kepada dokter pengirim/konsulen

2 Ketepatan Fisioterapis dalam penguasaan modalitas


a. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas micro wave diathermi (MWD)
b. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas short wave diathermi (SWD)
c. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas infra red rays (IRR)
d. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas ultra sound therapy (US)
e. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas transcutaneus electrical nerve
stimulation (TENS)
f. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas electrical stimulation (ES)
g. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas traksi mesin cervical maupun
lumbal
h. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas exercise ataupun manual
therapy
i. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas nebulizer.
j. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
berupa chest fisioterapi dan postural drainage.
k. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
berupa walking exercise terhadap pasien dengan
alat bantu (kruk, tripod, walker)
l. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas laser.
m. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas suction

Ketepatan Fisioterapi terhadap penguasaan materi


3 kasus Fisioterapi
a. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’muskuloskeletal’’
b. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’neuromuscular’’
c. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Kardiopulmonal ‘’
d. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Pediatrik (tumbuh kembang) ‘’
e. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Geriatrik ‘’
f. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Integumen ‘’

4 Metode tindakan fisioterapi


a. Manual terapy
b. Soft manipulation
c. Metode Bobath
d. Metode PNF
e. Kinesio Taping
f. Terapi Latihan : Core Stability,
g. Metode pada Kasus Arthroplasty
h. Metode pada Kasus Post Op. ACL
i. Metode penangan stroke
j. Mulligan
k. ………………………

REKOMENDASI MITRA BESTARI


DISETUJUI DISETUJUI DENGAN TIDAK DISETUJUI
CATATAN

Tanggal :

Catatan :

DAFTAR MITRA BESTARI

NO NAMA SPESIALISASI TANDA TANGAN

REKOMENDASI ASESOR

DISETUJUI
TIDAK DISETUJUI
KOMPETEN
DENGAN SUPERVISI
( Berwenang Penuh)
Tanggal :

Catatan :

Mengetahui Asesor
Ka. Sub Komite Kredensial

( ) ( )

Lampiran 2

SURAT PENUGASAN KLINIS


NOMOR:
Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………………………………..

Jabatan : Direktur Utama Rumah Sakit …………………………..

Dengan ini memberi Kewenangan Klinis sebagaimana tercantum dalam lampiran Rincian
Kewenangan Klinis fisioterapi, kepada :
Nama : ………………………………….
NIK / Nopeg : ...................................................

Kualifikasi : Staf Fisioterapi


Kepada yang bersangkutan berhak dan dapat memberikan asuhanfisioterapi kepada pasien
sesuai Rincian Kewenangan Klinis Fisioterapi.
Berlaku mulai .............201... sampai dengan ..........................201...

Demikian Surat Penugasan Kerja Klinis ini dibuat untuk dilaksanakan.

Dikeluarkan di : ……………………….
Pada Tanggal :……………………….

……………………………………………….

Direktur Utama

Lampiran 3
PENILAIAN PROFESI FISIOTERAPI
Nama Pegawai : ………………..
Nomor Pegawai : …………………..
Periode Penilaian : …………………………………….
Isilah dengan tanda (√) pada kolom 1 = kurang; 2 = cukup, 3 = baik; 4 = baik sekali

1 2 3 4
NO KOMPETENSI

1 MemenuhiKewenangan proses Fisioterapi

a. Mampu melakukan prosedur assesmen


fisioterapi
b. Mampu melakukan prosedur diagnosa fisioterapi
c. Mampu melakukan prosedur pembuatan rencana
intervensi fisioterapi
d. Mampu melakukan prosedur intervensi fisioterapi
e. Mampu melakukan prosedur pembuatan evaluasi
fisioterapi
f. Mampu memberikan edukasi terhadap pasien
ataupun keluarga pasien
g. Mampu memberikan home program terhadap
pasien ataupun keluarga pasien
h. Mampu melakukan pencatatan seluruh proses
fisioterapi pada lembar medical record
i. Mampu melaporkan perkembangan hasil terapi
kepada dokter pengirim/konsulen

2 Ketepatan Fisioterapis dalam penguasaan modalitas


a. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas micro wave diathermi
(MWD)
b. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas short wave diathermi (SWD)
c. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas infra red rays (IRR)
d. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas ultra sound therapy (US)
e. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas transcutaneus electrical nerve
stimulation (TENS)
f. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas electrical stimulation (ES)
g. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas traksi mesin cervical maupun
lumbal
h. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas exercise ataupun manual
therapy
i. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas nebulizer.
j. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
berupa chest fisioterapi dan postural drainage.
k. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
berupa walking exercise terhadap pasien dengan
alat bantu (kruk, tripod, walker)
l. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas laser.
m. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
dengan modalitas suction

Ketepatan Fisioterapi terhadap penguasaan materi


3 kasus Fisioterapi
a. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi
pada kasus-kasus ‘’muskuloskeletal’’
b. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’neuromuscular’’
c. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Kardiopulmonal ‘’
d. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Pediatrik (tumbuh kembang) ‘’
e. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Geriatrik ‘’
f. Mampu memberikan pelayanan fisioterapi pada
kasus-kasus ‘’ Integumen ‘’

4 Metode tindakan fisioterapi


a. Manual terapy
b. Soft manipulation
c. Metode Bobath
d. Metode PNF
e. Taping
f. Terapi Latihan : Core Stability,dll
g. Metode pada Kasus Arthroplasty
h. Metode pada Kasus Post Op. ACL
i. Metode penangan stroke

Boyolali , ............................... 2018

Penilai

Anda mungkin juga menyukai