Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU DI RUANG
TULIP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

OLEH:

Silvira Yoniar Kristy, S.Kep.


NIM 192311101150

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:


Nama : Silvira Yoniar Kristy
NIM : 192311101150
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU
DI RUANG TULIP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, September 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Dicky Endrian Kurniawan, M.Kep Bambang Ilamto, S.Kep. Ns


NIP. 760016846 NIP. 19790618 200801 1 010
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN...................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Definisi Gangguan Intoleransi Aktivitas ............................................... 1
B. Epidemiologi ......................................................................................... 3
C. Etiologi ................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis ……………………………………………………... 6
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway ........................................................ 7
F. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 8
G. Penatalaksanaan Keperawatan ............................................................... 9
1. Pengkajian .......................................................................................... 9
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES) .......................... 11
3. Perencanaan/ Nursing Care Plan ....................................................... 12
H. Penatalaksanaan berdasarkan Evidance Based Practice in Nursing ..... 16
I. SOP Range of Motion.............................................................................. 16
J. Discharge Planning................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Intoleransi Aktivitas


Definisi intoleransi aktivitas menurut Nanda (2015) adalah ketidakcukupan
energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Intoleransi
aktivitas adalah suatu keadan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari
yang dibutuhkan atau diinginkan (Herdman, 2015). Menurut Asmadi (2008)
intoleransi aktifitas adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitasnya karena ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen serta hasil produksi energi yang menurun.
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih mentikberatkan respon
tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak
mampu memproduksi energi yang cukup.
B. Epidemiologi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi
pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi
adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma (Potter & Perry,
2010).
C. Etiologi
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
6. Pengobatan
7. Terapi pembatasan gerak
8. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
9. IMT diatas 75% sesuai dengan usia
10. Kerusakan sensori persepsi
11. Nyeri, tidak nyaman
12. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
13. Depresi mood dan cemas
14. Keengganan untuk memulai gerak
15. Gaya hidup menetap, tidak fit
16. Malnutrisi umum dan spesifik
17. Kehilangan integrasi struktur tulang
18. Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
19. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
20. Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur.
(NANDA, 2015)
D. Tanda dan Gejala
1. Respon fisiologik dari perubahan aktivitas/istirahat, adalah perubahan
pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium;
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus;
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas;
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi);
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal;
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan;
g. neurosensori: sensori deprivation;
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling
umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi (lambat)
(Mubarak, 2007)
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
1. Patofisiologi
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yag lebih menitikberatkan
respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh
tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa untuk bergerak kita membutuhkan energi. Pembentukan
energy dilakukan di sel tepatnya di mitokondria melalalui beberapa proses
tertentu. Untuk membentuk energy tubuh memerlukan nutrisi dan CO2
(Herdman, 2015).
Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel
tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang banyak. Jadi beberapa
penyakit yang membuat terhambatnya atau terputusnya suplai nutrisi dan 02
ke sel dapat mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas
(Herdman, 2015).

2. Clinical Pathway

Obstruksi jalan nafas

Fungsi pernafasan
terganggu

Ventilasi pernafasan Perubahan volume sekuncup,


pre load dan after load
serta kontraktilitas
Terganggunya proses difusi 2
Hipoventilasi/ di kapiler alveolus
hiperventilasi

Ketidakefektifan pola nafas ketidakseimbangan antara suplai dan


Takipnea/ kebutuhan oksigen
Bradipnea/dispneu
Karena penumpukan Letih, lemas saat beraktivitas
sputum/ sekret

Ketidakefektifan bersihan Intoleran aktivitas


jalan napas

F. Penatalaksanaan Medis
1. Latihan rentang gerak
Menurut Potter dan Perry (2010) ROM adalah jumlah pergerakan
maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bdang
yaitu: sagital, frontal, atau transversal
a. ROM aktif yaitu latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri,
sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
ROM sendii dan kooperatif
c. ROM aktif asistif (spherical grip) adalah latihan untuk menstimulasi
gerak tangan salah satunya berupa latihan menggenggam yang
merupakan latihan fungsional tangan
2. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan yaitu berhenti merokok,
konsumsi kopi dan minuman manis, dan makanan yang mengandung
natrium, menurunkan berat badan, dan olahraga yang teratur
G. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Intoleransi aktivitas (00092)
1) Definisi intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy psikologis atau
fisiologis untuk mempertahankan ataumenyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
2) Batasan karakteristik:
a) Dispneu setelah beraktivitas
b) Keletihan
c) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
d) Perubahan EKG (missal aritmia, iskemia)
e) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
f) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
3) Faktor yang mempengaruhi:
a) Gaya hidup yang kurang gerak
b) Imobilitas
c) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d) Tirah baring
2. Ketidakefektifan pola nafas
1) Definisi ketidakefektifan pola napas
Ketidakefektifan pola napas merupakan inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak meberi ventilasi adekuat
2) Batasan karakteristik:
a) Bradipnea
b) Dispnea
c) Fase ekspirasi memanjang
d) Ortopnea
e) Penggunaan otot bantu pernapasan
f) Penurunan kapasitas vital
g) Pernapasan bibir
h) Pernapasan cuping hidung
i) Pola nafas abnormal
j) Takipneu
3) Faktor yang berhubungan:
a) Ansietas
b) Cedera medulla spinalis
c) Deformitas dinding dada
d) Deformitas tulang
e) Disfungsi neuromuscular
f) Gangguan musculoskeletal
g) Gangguan neurologis
h) Hiperventilasi
i) Imaturitas neurologis
j) Keletihan
k) Keletihan otot pernapasan
l) Nyeri
m) Obesitas
n) Takipnea
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
1) Defisini ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekresi atau onstruksi dan saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2) Batasan karakteristik
a) Batuk yang tidak efektif
b) Dispnea
c) Gelisah
d) Kesulitan verbalisasi
e) Mata terbuka lebar
f) Ortopnea
g) Penurunan bunyi napas
h) Perubahan frekuensi napas
i) Perubahan pola napas
j) Sianosis
k) Sputum dalam jumlah yang berlebih
l) Suara napas tambahan
m) Tidak ada batuk
3) Faktor yang berhubungan
a) Perokok
b) Perokok pasif
c) Terpanjan asap
d) Adanya jalan napas buatan
e) Benda asing dalam jalan napas
f) Eksudat dalam alveoli
g) Hiperplasia pada dinding bronkus
h) Mukus berlebih
i) PPOK
j) Sekresi yang tertahan
k) Spasme jalan napas
l) Asma
m) Disfungsi neuromuscular
n) Infesksi
o) Jalan napas alergik
b. Perencanaan Keperawatan (Nursing Care Plan)
No. Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Intoleransi aktivitas NOC: NIC: a. Mengidentifikasi sejauh
1. Self Care: ADL’s Energy Management mana psien dapat
2. Toleransi Aktifitas a. Observasi adanya melakukan aktifitas yang
3. Konservasi Energi pembatasan pasien ditolerir oleh tubuhnya
dalam melakukan b. Meminimalkan faktor
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 aktifitas pencetus agar tidak terjadi
jam pasien dapat bertoleransi terhadap aktivitas dengan b. Kaji adanya faktor kelelahan berlebih
Kriteria Hasil: yang menyebabkan c. Mengidentifikasi kecukupan
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai kelelahan energi yang dimiliki tubuh
peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR c. Monitor nutrisi dan untuk melakukan aktifitas
b. Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) sumber energi yang d. Penurunan/ketidakmampuan
secara mandiri adekuat miokardium untuk
Keseimbangan aktifitas dan istirahat d. Monitor respon meningkatkan volume
Toleransi terhadap Aktifitas (0005) kardiovaskular sekuncup selama aktivitas
Tujuan terhadap aktivitas dapat menyebabkan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 (takikardia, disritmia, peningkatan segera
1 Saturasi oksigen sesak nafas, frekuensi jantung dan
2 Nadi diaphoresis, pucat, kebutuhan oksigen juga
3 RR perubahan peningkatan kelelahan dan
4 TD sistolik hemodinamik) kelemahan.
e. Monitor pola tidur dan e. Mengidentifikasi kecukupan
5 TD diastolic
lamanya tidur atau energi yang dihasilkan
6 Kemudahan bernapas
istirahat pasien dengan beristirahat untuk
ketika aktivitas melakukan aktifitas
Keterangan: a. Peningkatan bertahap pada
1. Keluhan ekstrime aktivitas dengan
2. Keluhan berat Activity Therapy menghindari kerja
3. Keluhan sedang a. Kolaborasikan dengan jantung/konsumsi oksigen
4. Keluhan ringan tenaga rehabilitasi berlebihan. Penguatan dan
Tidak ada keluhan dalam merencanakan perbaikan fungsi jantung
program terapi yang dibawah stress, bila fungsi
tepat jantung tidak dapat
b. Bantu pasien untuk membaik kembali.
mengidentifikasi b. Mengidentifikasi
aktivitas yang mampu kemampuan pasien dalam
dilakukan melakukan aktifitas yang
ditolerir oleh tubuhnya
c. Bantu untuk c. Mengidentifikasi minat
mengidentifikasi pasien dalam melakukan
aktivitas yang disukai aktifitas yang akan
d. Bantu pasien untuk digunakan sebagai terapi
membuat jadwal latihan d. Membantu pasien untuk
diwaktu luang. melakaukan kegiatan latihan
e. Ajarkan pasien untuk perbaikan aktifitas secara
mobilisasi ditempat kontinyu
tidur e. Mencegah terjadinya
kelemahan dan decubitus
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Monitor Pernafasan (3350)
Pola Napas diharapkan pola nafas klien efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.
2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan.
Status Pernafasan (0415) 3. Monitor kebisingan respirasi.
Tujuan 4. Palpasi ekpansi dada.
No Indikator Awal 5. Auskultasi suara nafas.
1 2 3 4 5
1 Frekwensi pernapasan 6. Membuka jalan napas.
7. Memberi terapi oksigen.
2 Irama pernapasan 8. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3 Kedalaman inspirasi 9. Monitor pernapasan lewat hidung Cheap
4 Kepatenan jalan napas
5 Suara asukultasi napas Terapi Oksigen (3320)
10.Berikan oksigen seperti yang diperintahkan
6 Saturasi oksigen
11.Monitor aliran oksigen
7 Pernapasan cuping hidung 12.Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara
Keterangan: berkala untuk memastikan bahwa konsentrasi 9yang
1. Keluhan ekstrime telah) ditentukan telah diberikan
2. Keluhan berat 13.Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa
alat tersebut tidak mengganggu upaya pasien untuk
3. Keluhan sedang
bernapas
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

3.Ketidakefektivan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Monitor Pernafasan (3350)
bersihan jalan diharapkan jalan napas dapat efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.
napas 2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan.
Status Pernafasan: Kepatenan jalan napas (0410) 3. Monitor kebisingan respirasi.
Tujuan 4. Palpasi ekpansi dada.
No Indikator Awal 5. Auskultasi suara nafas.
1 2 3 4 5
1 Frekuensi pernapasan 6. Membuka jalan napas.
7. Memberi terapi oksigen.
2 Irama pernapasan 8. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3 Kedalaman inspirasi 9. Monitor pernapasan lewat hidung Cheap
4 Kemampuan
mengeluarkan sekret Manajemen Jalan Nafas (3140)
5 Batuk 6. Posisikan pasien dengan semi fowler atau fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
6 Akumulasi sputum
7. Lakukan fisioterapi dada
Keterangan: 8. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
1. Keluhan ekstrime melakukan batuk
2. Keluhan berat 9. Instruksikan pasien untuk melakukan batuk efektif
3. Keluhan sedang 10.Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
4. Keluhan ringan menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
5. Tidak ada keluhan
Fisioterapi Dada (3230)
11. Kenali ada tidaknya kontraindikasi dilakukannya
fisioterapi dada
12. Monitor status respirasi
13. Posisikan segmen paru yang akan dilakukan
fisioterapi dada berada di atas
14. Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah
makan
15. Monitor jumlah dan karakteristik sputum

16. Instruksikan pasien mengeluarkan sputum dengan


teknik napas dalam
17. Anjurkan untuk batuk selema dan setelah tindakan
18. Monitor kemampuan pasien sebelum dan sesudah
tindakan.
G. Penatalaksanaan Berdasarkan Evidence Based Parctice in Nursing
Berdasarkan pada jurnal Range of Motion Requirements for Upper-
Limb Activities of Daily Living tahun 2016, diketahui bahwa kegiatan range
of motion bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang
dan persendian pada orang dengan gangguan intoleransi aktivitas. Selain itu
range of motion mencegah masalah terkait kardiovaskuler, pernafasan dan
metabolik. Pengaruh Latihan Rentang Gerak dalam penelitian ini dijelaskan
bahwa penggunaan latihan ROM tidak hanya mencegah terjadinya
komplikasi, tetapi juga meningkatkan fungsi motorik. Kedua kelompok dalam
penelitian mengalami peningkatan kekuatan otot atas dan bawah selama bulan
pertama.

H. SOP Range Of Motion

PSIK LATIHAN RENTANG GERAK

UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :


REVI
SI :
TANGGAL DITETAPKAN OLEH :
TERBIT :
PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot, tulang, sendi
dan persyarafannya untuk mempertahankan rentang yang normal.

TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang, dan


persendian.
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler, pernafasan,
dan meetaabolik.
INDIKASI Semua pasien untuk mencegah ganggguan kelenturan sendi akibat
kurang aktivitas

4. KONTRAINDIKASI -
PERSIAPAN PASIEN a. Klien diberitahu tindaakan yang akan dilakukan
b. Posisi klien disesuaikan dengan gerakkan yang akan dilakukan
c. Ruangan yang tenang, beersih, cukup ventilasi, pencahaayaaan
dan suhu yang nyaman (tidak panas)

PERSIAPAN ALAT Tidaak ada alat yang dipeerlukan pada latihan ini. Alat yang
digunakan dalam indikator kebersihan adalah geniomeeter dan
penggaris atau midline.
PROSEDUR KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu
b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap latihan
diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan klien atau care giver dalam keluarga melakukan
latihan secara berlahan
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan hati-hati
dan berhenti jika klien mengekspresikan nyeri
e. Mulai laatihaan dari bagian atas hingga bagian bawah, dengan
rangkaian gerakan sebagai berikut :
1. Bagian leher : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, dan fleksi
lateral.
2. Bagian bahu : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
3. Bagian siku : fleksi dan ekstensi
4. Bagian lenngan bawah : supinasi dan pronasi
5. Bagian pergelagan tangan : fleksi, ekstensi, hiperekstensi,
abduksi, adduksi
6. Bagian jari-jari : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
adduksi
7. Bagian ibu jari : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
oposisi
8. Bagian pinggul : fleksi, ekstensi, hiperekstensi abduksi,
adduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
9. Bagian lutut : fleksi, dan ekstensi
10. Bagian pergelangan kaki : fleksi dorsal dan fleksi plantar
11. Bagian kaki : inverse, everse, fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi

Fleksi Tundukan kepala


hingga dagu
menempel ke
dada (450)
Ekstensi Kembalikan posisi
kepala menjadi
tegak
Hipereks Dongakan kepala
tensi sejauh mungkin
ke arah
belakang (100)
Fleksi Dongakan kepala ke
later arah samping
al sejauh mungkin
hingga
menyentuh
bahu (40- 450)

Fleksi Angkat tangan dari


posisi samping
mengarah ke
atas kepala
(1800 )
Ekstensi Kembalika tangan ke
posisi di
samping tubuh

Hipereks Gerakan tangan di


tensi belakaang
tubuh, jaga agar
siku tetap lurus
(450- 600)
Abduksi Angkat tanga ke
arah samping
dan melewati
tubuh sejauh
mungkin (3200)

Rotasi Dengan siku fleksi,


Internal putar bahu
dengan
menggerkan
tanga sampai
ibu jari terbalik
ke dalam dan ke
luar belakang
(900)
Rotasi Dengan siku fleksi,
ekst gerakan tanga
erna sampai ke arah
l luar dan lateral
terhadap kepala
Sirkumd Gerakan tangan
uksi dalam gerakan
melingkar
penuh

Fleksi Bengkokan siku,


sehingga lengan
bawah bergerak
ke arah
persendian bahu
dan sejajar
dengan bahu
0
(150 )

Ekstensi Luruska siku dengna


menurunkan
tangan

Supinasi Putar lengan bawah


sehingga
telapak tangan
menghadap ke
atas (70 - 900)
Pronasi Putar lenga bawah
sehingga
talapak tangan
menghadap ke
bawah 70 - 900)

Fleksi Gerakan telapak


tangan ke arah
aspek dalam
lengan bawah
(80-900)
Ekstensi Gerakan jari-jari
tangan den
lengan bawah
berada dalam
bidang yang
sama
Hipereks Gerakan permukaan
tensi dorsal dari
punggung
tangan sejauh
mungkin
Abduksi Bengkokan
pergelangan
tangan secara
medial ke arah
ibu jari (sampai
300)
Adduksi Bengkokan
pergelangan
tangan secara
lateral ke arah
jari ke lima (30
- 500)

Fleksi Gerakan ibu jari


melintang pada
permukaan
telapak tangan
(900)
Ekstensi Gerakan ibu jari
lurus menjauhi
tangan (900)
Abduksi Luruskan ibu jari
secara laateral
(300)
Adduksi Gerakan ibu jari ke
belakang ke
arah tangan
(300)

Oposisi Sentuhkan ibu jari


ke masing-
masing jari
tangan

Fleksi Buat geenggaman


tangan (900)

Ekstensi Luruskan jari – jari


(900)
Hipereks Bengkoka jari – jari
tensi sejauh mungkin
(30-600)

Abduksi Rengggangkan jari-


jari (300)
Adduksi Kuncupkan jari-jari
(300)

Fleksi Gerakan tungkai ke


arah depan dan
ke atas (90-
1200)
Ekstensi gerakan tungkau ke
belakang di
samping
tungkai yang
lain (90-1200)

Hipereks Gerakan tungkai ke


tensi belakang tubuh
(30-500)

Abduksi Gerakan tungkai


secara lateral
mejauhi tubuh
(30-500)
Adduksi Gerakan tungkai ke
posisi medial
dan melebihi
jika mungkin
(30-500)

Rotasi Balikan kaki dan


inter tungkai
nal menjauhi tubuh
tungkai yang
lain ke arah
dalam (900)
Rotasi Balikan kaki dan
ekst tungkai
erna menjauhi tubuh
l tungkai yang
lain ke arah luar
(900)
Sirkumd Gerakan tungkai
uksi dalam gerakan
melingkar
(3600)

Fleksi Angkat tumit ke arah


belakang paha
(120 – 1300 )
Ekstensi Kembalikan tungkai
ke lantai 120 –
1300 )

Fleksi Gerakan kaki


dors sehingga jari-
al jari kaki
menujuk ke atas
(20-300)

Fleksi Gerakan kaki


plan sehingga jari-
tar jari kaki
menujuk ke
bawah (45-500)

Inversi Balikan telapak kaki


secara medial
(100)
Eversi Balikan telapak kaki
secara lateral
(100)
Fleksi Lipat jaari-jari kaki
ke arah bawah
(30 - 600)
Ekstensi Luruskan jaari-jari
kaki (30 - 600)
Abduksi Renggangkan jari-
jari kaki (150)
Adduksi Kuncupkan jari-jari
kaki (150)

HASIL a. Klien merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak kaku
b. Klien tidaak mengalami nyeri saat melakukan gerakan latihaan
c. Klien tidak menngalami gangguan kelenturan sendi, tonus, dan
kekuaatan otot baik.

I. Discharge Planning
1. Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan RS
2. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain
tentang kebelanjutan perawatan klien di rumah
3. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau
petugas kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien
4. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien meliputi:
Latihan ROM aktif maupun pasif dan pengetahuan gaya hidup sehat
5. Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang
6. Dokumentasikan perencanaan pulang
7. Anjurkan klien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochterman, dan C. M. Wagner. 2013.


Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 6. Terjemahan oleh
Nurjannah.Singapore.

Elsevier Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Gates, D. H., Walters, L. S., Cowley, J., Wilken, J. M., & Resnik, L. (2016). Brief
Report—Range of motion requirements for upper-limb activities of
daily living. American Journal of Occupational Therapy, 70,
7001350010. http://dx.doi.org/ 10.5014/ajot.2016.015487 [Di akses
pada tanggal 20 September 2019]

Herdman, T. Heather. 2018-2020. Nanda International Inc. Diagnosis


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing Outcomes


Classification (NOC): measurement of health outcomes; 5th ed. United
States: Elsevier.

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. 2013. Nursing Interventions


Classification (NIC); 6th ed. United States: Elsevier

Moorhead, Jhonson dan Swanson. 2016. Nursing Out Comes (NOC), Edition 5.
Terjemahan oleh Nurjannah. United States Of America: Mosby Elseveir
Acadamic Press.Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai