Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN

Tugas Individu

Disusun oleh :
Prayogi Dwi Winarko
G3A016275

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
I. KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,
system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan
metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas
fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada
system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat
membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan
meningkatkan selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya
karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat
maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga
fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM.
Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran
diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat
mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang
menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien
dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi
merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya.
B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL
DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka
diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan
metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem
otot dan sistem rangka.
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel
tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh
dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi
energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen
terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan
mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam
piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP,
karbondioksida , dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme
energy akan dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asam
laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauh lebih
sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP
berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy
tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja
sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan oksigen
dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa kondisi seperti
anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit
pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai
alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi
bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana
tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk
menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh
matriks organik dan anorganik.Tulang secara histologist dapat dibagi menjadi
2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan
(kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago
lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung
lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi mudah
patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin,
kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan
membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama
menyusun bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk
melindungi dari friksi jika terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama
menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic
menyusun daun telinga.Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast,
osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem
haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat
pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks
anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan
phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan
pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan
fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan
kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan
tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin dan
paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.
Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan dan
bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin
atau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar
tiroid dan bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama
dengan meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik
jaringan tulang, menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium
tulang, menghambat reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat
absorpsi kalisum dari saluran cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan
oleh kelenjar paratiroid dan bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium
dalam darah, terutama dengan meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran
cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi
osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada ginjal.
Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi
kalsium dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit.
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid.
Vitamin ini dibentuk di kulit dari precursor kolesterol (7,8-
dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin D3. Pajanan ultraviolet dari sinar
matahari terhadap epidermis kulit akan menyebabkan transformasi 7,8-
dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol). Vitamin D3 yang
terbentuk dikulit selanjutnya akan dimetabolisme di hepar menjadi 25-
hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone aktif
yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi
ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau disebut
UVB.Vitamin D yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi
fisiologis tubuh yang salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium di
intestinal. Adanya gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi
defisiensi vitamin D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga
pada akhirnya berdampak pada sistem pergerakan tubuh.
Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak
aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi.
Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak
mekanikitu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada
sebagian besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik
jika dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan
(bundel) serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100m yang
disebutserat otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu
sendiri dan merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat
ototsendiri tersusun dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang
berdiameter 1-2m danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-
tiap myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4
jenis :aktin, myosin, tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot
memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi
otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan
sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi
kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga
terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan
troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran
aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya ion kalisum dan
neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan
berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan
trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada
gangguan kontraksi otot.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS DAN


LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema
musculoskeletal
6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis

D. DAMPAK IMOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh antara lain :
Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan
digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan
menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk
sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan
Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena
berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.
Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga
menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.
Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan
sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen),
keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung
Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang
laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc,
phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan
sekresi antidiuretik hormone selama bedrest
Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan
dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan
kadar kalsium darah.
E. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu


dengan sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban,
maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :


No Nilai Kekuatan Keterangan
. Otot
1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
sekali
2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot
tetapi tidak ada gerak sama sekali
3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa
gravitasi
4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak
untuk menahan berat (gravitasi)
5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif
dan melawan tahanan
6. 5 (100%) Kekuatan normal

F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG


MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
LATIHAN

Tingkat aktivitas sehari-hari


Pola aktivitas sehari-hari
Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,
Berpakaian, Makan, Toileting)
3. Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak napas
4. Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan
5. Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Pemeriksaan kekuatan otot
Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)
Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,
Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan
sendi)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas 5. Risiko kerusakan integritas
2. Gangguan mobilitas fisik kulit
3. Keletihan
4. Nyeri akut
6.
7.
8.
III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. 2. Intole 10. NOC : 13. NIC :
ransi Energy 14. Energ
aktivi conservation y
tas Self Care : ADLs Mana
3. 11. Kriteria gemen
4. Defini Hasil : t
si : Berpartisipasi Observasi
Ketida dalam aktivitas adanyapembatasa
kcuku fisik tanpa disertai n klien dalam
pan peningkatan melakukan
energ tekanan darah, nadi aktivitas
ui dan RR Kaji adanya
secara Mampu melakukan factor yang
fisiolo aktivitas sehari hari menyebabkan
gis (ADLs) secara kelelahan
maup mandiri Monitor nutrisi
un 12. dan sumber
psikol energi
ogis tangadekuat
untuk Monitor pasien
mener akan adanya
uskan kelelahan fisik
atau dan emosi secara
menye berlebihan
lesaik Monitor respon
an kardiovaskuler
aktifit terhadap aktivitas
as Monitor pola
yang
tidur dan
dimint
lamanya
a atau
tidur/istirahat
aktifit
pasien
as
15.
sehari
16. Activi
hari.
ty
5.
Thera
6. Batasa
py
n
Kolaborasikan
karakt
eristik dengan Tenaga
: Rehabilitasi
a. melaporkan Medik
secara verbal dalammerencana
adanya kan progran
kelelahan atau terapi yang tepat.
kelemahan. Bantu klien
b. Respon untuk
abnormal dari mengidentifikasi
tekanan darah aktivitas yang
atau nadi mampu
terhadap dilakukan
aktifitas 17.
c. Adanya dyspneu
atau
ketidaknyamana
n saat
beraktivitas.
7.
8. Faktor
faktor
yang
berhu
bunga
n:
Tirah Baring
atau imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
9.
18. 19. Hamb 29. NOC : 32. NIC :
atan Mobility Level 33. Exerci
Mobil Self care : ADLs se therapy :
itas Transfer ambulation
Fisik performance Monitoring vital
20. 30. Kriteria sign
Hasil : sebelum/sesudah
21. Defini Klien meningkat latihan dan lihat
si : respon pasien
dalam aktivitas
22. Keter saat latihan
fisik
batasa Ajarkan pasien
Mengerti tujuan
n atau tenaga
dari peningkatan
dalam kesehatan lain
mobilitas
kebeb tentang teknik
Memverbalisasikan
asan ambulasi
untuk perasaan dalam
meningkatkan Kaji kemampuan
perger
akan kekuatan dan pasien dalam
fisik kemampuan mobilisasi
tertent berpindah Latih pasien
u pada Memperagakan dalam
bagian penggunaan alat pemenuhan
tubuh Bantu untuk kebutuhan ADLs
atau mobilisasi (walker) secara mandiri
satu 31. sesuai
atau kemampuan
lebih Dampingi dan
ekstre Bantu pasien saat
mitas mobilisasi dan
secara bantu penuhi
mandi kebutuhan ADLs
ri dan ps.
terara Berikan alat
h Bantu jika klien
23. Batasa memerlukan.
n Ajarkan pasien
karakt bagaimana
eristik merubah posisi
: dan berikan
- Postur tubuh bantuan jika
yang tidak diperlukan
stabil selama
melakukan
kegiatan rutin
harian
- Keterbatasan
kemampuan
untuk
melakukan
keterampilan
motorik kasar
- Keterbatasan
kemampuan
untuk
melakukan
keterampilan
motorik halus
- Keterbatasan
ROM
- Usaha yang
kuat untuk
perubahan
gerak
24.
25.
26. Faktor
yang
berhu
bunga
n:
- Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
pergerakan
fisik
- Tidak
nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskele
tal dan
neuromuskule
r
- Intoleransi
aktivitas/penu
runan
kekuatan dan
stamina
27.
28.
34. 35. Keleti 36. NOC : 40. NIC :
han Energy conservation 41. Energ
Nutritional status : y
energy Mana
37. Kriteria gemen
Hasil : t
Memverbalisasikan
peningkatan energi dan Observasi adanya
merasa lebih baik pembatasan klien
Menjelaskan dalam melakukan
penggunaan energi aktivitas
untuk mengatasi Dorong anal
kelelahan untuk
38. mengungkapkan
39. perasaan
terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
42. 43. Nyeri 53. NOC : 56. NIC :
akut Pain Level, 57. Pain
44. Pain control, Mana
45. Defini Comfort level gemen
si : 54. Kriteria t
46. Senso Hasil : Lakukan
ri Mampu mengontrol pengkajian nyeri
yang nyeri (tahu penyebab secara
tidak nyeri, mampu komprehensif
menye menggunakan tehnik termasuk lokasi,
nangk nonfarmakologi karakteristik,
an dan untuk mengurangi durasi, frekuensi,
pengal nyeri, mencari kualitas dan
aman bantuan) faktor presipitasi
emosi Melaporkan bahwa Observasi reaksi
onal nyeri berkurang nonverbal dari
yang dengan ketidaknyamanan
munc menggunakan Gunakan teknik
ul manajemen nyeri komunikasi
secara Mampu mengenali terapeutik untuk
aktual mengetahui
nyeri (skala,
atau pengalaman
intensitas, frekuensi
potens nyeri pasien
dan tanda nyeri)
ial Evaluasi
Menyatakan rasa
kerusa pengalaman
kan nyaman setelah nyeri
berkurang nyeri masa
jaring lampau
an Tanda vital dalam
rentang normal Evaluasi bersama
atau
meng 55. pasien dan tim
gamba kesehatan lain
rkan tentang
adany ketidakefektifan
a kontrol nyeri
kerusa masa lampau
kan Bantu pasien dan
(Asosi keluarga untuk
asi mencari dan
Studi menemukan
Nyeri dukungan
Intern Kurangi faktor
asiona presipitasi nyeri
l): Ajarkan tentang
serang teknik non
an farmakologi
menda Evaluasi
dak keefektifan
atau kontrol nyeri
pelan Tingkatkan
intensi istirahat
tasnya Kolaborasikan
dari
dengan dokter
ringan
jika ada keluhan
sampa
dan tindakan
i berat
nyeri tidak
yang
berhasil
dapat
Monitor
diantis
ipasi penerimaan
denga pasien tentang
n manajemen nyeri
akhir
yang
dapat
dipred
iksi
dan
denga
n
durasi
kuran
g dari
6
bulan.
47.
48. Batasa
n
karakt
eristik
:
- Laporan secara
verbal atau non
verbal
- Fakta dari
observasi
- Gerakan
melindungi
- Tingkah laku
berhati-hati
- Gangguan tidur
(mata sayu,
tampak capek,
sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Fokus
menyempit
(penurunan
persepsi waktu,
kerusakan proses
berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
49.
50. Faktor
yang
berhu
bunga
n:
51. Agen
injuri
(biolo
gi,
kimia,
fisik,
psikol
ogis)
52.
58.59. Risik 60. NOC : Risk 62. Pressu
o kerusakan Control re
integritas kulit b.d 61. Dengan Mana
immobilisasi fisik. kriteria gemen
hasil : t
Pasien mengerti Memberitahuk
tentang faktor risiko an pasien untuk
yang dapat menggunakan
menyebabkan pakaian yang
kerusakan integritas longgar.
kulit Memonitor
Tanda-tanda vital status nutrisi
dalam batas normal. pasien.
Memodifikasi Memonitor
lingkungan untuk area kulit yang
mengurangi faktor dapat terjadi
risiko. kemerahan dan
luka.
Melakukan
perubahan posisi
pada pasien,
minimal setiap 2
jam.
Mengajari
pasien ROM aktif
dan pasif.
Mengajari
pasien tentang
faktor yang dapat
menyebabkan
terjadinya
kerusakan
integritas kulit.
63.64. Kerus 67. NOC : Risk 69. Pressu
akan integritas Control re
jaringan 68. Dengan Mana
65. Defini kriteria gemen
si : kerusakan hasil : t
membran mukosa, Pasien mengerti Memberitahuk
kornea, tentang faktor risiko an pasien untuk
integumenter, atau yang dapat menggunakan
jaringan subkutan menyebabkan pakaian yang
66. Batas kerusakan integritas longgar.
an Karakteristik : kulit Memonitor
- Gangguan Tanda-tanda vital status nutrisi
sirkulasi dalam batas normal. pasien.
- Iritasi kimia Memodifikasi Memonitor
- Kurang volume lingkungan untuk area kulit yang
cairan mengurangi faktor dapat terjadi
- Kurang risiko. kemerahan dan
pengetahuan luka.
- Kelebihan cairan Melakukan
tubuh perubahan posisi
- Gangguan pada pasien,
mobilitas fisik minimal setiap 2
- Faktor mekanis jam.
(tekanan, Mengajari
regangan, pasien ROM aktif
gesekan) dan pasif.
- Faktor nutrisi Mengajari
(kekurangan atau pasien tentang
kelebihan) faktor yang dapat
- Radiasi menyebabkan
- Temperatur terjadinya
ekstrem kerusakan
integritas kulit.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep &
Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
2.
3. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach.
Third Edition. Houghton Mefflin Company. Boston.
4.
5. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
6.
7. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
8. Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
9.
10. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing
Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
11.
12. Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose
Keperawatan.Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta.
13.
14. Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.
15.
16. Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2:
gastrointestinal, endocrine, renal, reproductive and nervous systems.
Nursing Times; (2009), 105; 22
17.
18. Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
19.
20. Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Volume 11. Jakarta : EGC
21.
22. Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan
Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2, Oktober 2001
23.
24.
25.

Anda mungkin juga menyukai