Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS HIPOGLIKEMIA DENGAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


DI RUANGAN KEMUNING DI RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH :
NAMA: FIRSA

CI LAHAN CI INSTITUSI

Niluh Purnawati, S.Kep.,Ns Ns. Ismunandar, S.Tr.Kep.,M.Tr.Kep


NIP: 198209022010012008 NIK: 20220901133

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023
A. KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. PENGERTIAN

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana


manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh
akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan
berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai
dapat menyebabkan berbagai gangguan pada system musculoskeletal
seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang


dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur
tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga
kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu,
latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih
optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat
membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya
kuang efektif.

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan


aktif pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi,
toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan
ambulasi/ROM.

Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri


serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas
dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit
sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung
pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus
diprioritaskan.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk


bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau
imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya.

2. FISIOLOGIS (MUSKULOSKELETAL DAN METABOLISME


ENERGI)

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan,


maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang
melibatkan metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem
lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka. Aktivitas dan
pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh manusia
adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari
katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi
energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen.

Ketika oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui


katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel melalui 4 proses :
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam sitrat, dan
transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap air.
Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan
secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH.

Namun produksi ATP dari metabolisme anaerobic jauh lebih


sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP
berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi
energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat
dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk
penyediaan oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap
air.Beberapa kondisi seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi,
penyakit jantung, dan penyakit pernapasan dapat mempengaruhi
kemampuan aktivitas dari manusia.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang


melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan
sebagai alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan
memberi bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif
dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk
menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun
oleh matriks organik dan anorganik. Tulang secara histologist dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan
tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah
bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan
sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih
eras tapi mudah patah.

Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago


hialin, kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang
rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin
terutama menyusun bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan
untuk melindungi dari friksi jika terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa
terutama menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago
elastic menyusun daun telinga.

Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit,


kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem
haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat
pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks
anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan
phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan
pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan
fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan
kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi
kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin
dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.

Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling


berlawanan dan bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam
darah. Kalsitonin atau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel
parafolikular kelenjar tiroid dan bekerja untuk menurunkan kadar
kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan penyimpanan
kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang, menghambat aktivitas
osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat reabsorpsi
kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran
cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid
dan bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama
dengan meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan
meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi
osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada ginjal.

Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi


kalsium dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit.
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul
steroid. Vitamin ini dibentuk di kulit dari precursor kolesterol (7,8-
dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin D3. Pajanan ultraviolet dari
sinar matahari terhadap epidermis kulit akan menyebabkan transformasi
7,8- dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol).

Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan


dimetabolisme di hepar menjadi 25- hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di
ginjal menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol).
Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi ultraviolet dengan panjang
gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D yang terbentuk
berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang salah
satunya untuk membantu penyerapan kalsium di intestinal. Adanya
gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi
vitamin D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada
akhirnya berdampak pada sistem pergerakan tubuh.

Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak


aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan
relaksasi. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya
merupakan gerak mekanikitu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar
yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot.

Otot pengisi atau otot yang menempel pada sebagian besar


tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat
melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel)
serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100 m yang
disebutserat otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu
sendiri dan merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat
ototsendiri tersusun dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril
yang berdiameter 1-2 m danmemanjang sepanjang sebuahserat otot.

Dalam tiap- tiap myofibril, tersusun oleh protein-protein


kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin, tropomin, dan
tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari
keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui
proses pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta
dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka
myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat
myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin
dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran
aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya ion kalisum
dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam
tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya
gangguan trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan
berdampak pada gangguan kontraksi otot.
3. NILAI-NILAI NORMAL

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah


sebagai berikut :

No Tingkat Aktvitas/ Mobilitas Katogeri

0 Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri


secara penuh

1 Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

2 Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau


pengwasan orang lain

3 Tingkat 3 Memerlukan bantuan,


pengawasan orang lain dan
peralatan

4 Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan


sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :

No. Nilai Kekuatan Keterangan


Otot

1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali

2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot


tetapi
tidak ada gerak sama sekali

3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa


gravitasi

4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk

menahan berat (gravitasi)

5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif


dan

melawan tahanan

6. 5 (100%) Kekuatan normal

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara


lain :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Status nutrisi

d. Budaya

e. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema


musculoskeletal

f. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary

g. Kondisi psikologis

5. JENIS GANGGUAN

Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang


berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi
pada berbagai sistem tubuh antara lain :
a. Kontraktur: Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan
digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan
menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena
untuk sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan

b. Disuse Atrofi: Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena


berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.

c. Konstipasi: Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga


menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.

d. Pressure Ulcer: Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka


tekan sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony
prominen), keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan
tempat tidur.

e. Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun


sehingga meningkatkan keasaman pada lambung

f. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit: Imobilisasi dan


bedrest yang laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan
sodium, potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini
berhubungan dengan penurunan sekresi antidiuretik hormone selama
bedrest

g. Kehilangan mineral tulang: Immobilisasi dan bedrest berhubungan


dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan
peningkatan kadar kalsium darah.

B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Tingkat aktivitas sehari-hari Pola aktivitas sehari-hari Jenis,


frekuensi dan lamanya latihan fisik

b. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,


Berpakaian, Makan, Toileting)

c. Tingkat kelelahan Aktivitas yang membuat lelah Riwayat sesak


napas

d. Gangguan pergerakan Penyebab gangguan pergerakan Tanda dan


gejala Efek dari gangguan pergerakan

e. Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran Pemeriksaan kekuatan otot


Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)
Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi,
Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan,
Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan
sendi)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ( NANDA)

a. Intoleransi aktivitas

b. Hambatan mobilitas fisik

c. Keletihan

d. Nyeri akut

e. Risiko kerusakan integritas kulit

3. RENCANA KEPERAWATAN (NIC NOC)

1 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


 Energy conservation Energy Management
Definisi :  Self Care : ADLs  Observasi
Ketidakcukupan energui Kriteria Hasil : adanyapembatasan
secara fisiologis  Berpartisipasi dalam klien dalam
maupun psikologis aktivitas fisik tanpa melakukan aktivitas
untuk meneruskan atau disertai peningkatan  Kaji adanya factor
menyelesaikan aktifitas tekanan darah, nadi dan yang menyebabkan
yang diminta atau RR kelelahan
aktifitas sehari hari.  Mampu melakukan  Monitor nutrisi dan
aktivitas sehari hari sumber energi
Batasan karakteristik : (ADLs) secara mandiri tangadekuat
a. melaporkan secara  Monitor pasien akan
verbal adanya adanya kelelahan
kelelahan atau fisik dan emosi
kelemahan. secara berlebihan
b. Respon abnormal  Monitor respon
dari tekanan darah kardiovaskuler
atau nadi terhadap terhadap aktivitas
aktifitas  Monitor pola tidur
c. Adanya dyspneu dan lamanya
atau tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan
saat beraktivitas. Activity Therapy
 Kolaborasikan
Faktor faktor yang dengan Tenaga
berhubungan : Rehabilitasi Medik
 Tirah Baring dalammerencanakan
atau imobilisasi progran terapi yang
 Kelemahan tepat.
menyeluruh  Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
2 Hambatan Mobilitas NOC : NIC :
Fisik  Mobility Level Exercise therapy :
 Self care : ADLs ambulation
 Transfer performance  Monitoring vital
Definisi : Kriteria Hasil : sign
Keterbatasan dalam  Klien meningkat dalam sebelum/sesudah
kebebasan untuk aktivitas fisik latihan dan lihat
pergerakan fisik tertentu  Mengerti tujuan dari respon pasien saat
pada bagian tubuh atau peningkatan mobilitas latihan
satu atau lebih  Memverbalisasikan  Ajarkan pasien atau
ekstremitas secara perasaan dalam tenaga kesehatan
mandiri dan terarah meningkatkan kekuatan lain tentang teknik
dan kemampuan ambulasi
Batasan karakteristik :
berpindah  Kaji kemampuan
- Postur tubuh
 Memperagakan pasien dalam
yang tidak
penggunaan alat Bantu mobilisasi
stabil selama
untuk mobilisasi  Latih pasien dalam
melakukan
(walker) pemenuhan
kegiatan rutin
kebutuhan ADLs
harian
secara mandiri
- Keterbatasan
sesuai kemampuan
kemampuan
 Dampingi dan
untuk
Bantu pasien saat
melakukan
mobilisasi dan bantu
keterampilan
penuhi kebutuhan
motorik kasar
ADLs ps.
- Keterbatasan
 Berikan alat Bantu
kemampuan
untuk jika klien
melakukan memerlukan.
keterampilan  Ajarkan pasien
motorik halus bagaimana merubah
- Keterbatasan posisi dan berikan
ROM bantuan jika
- Usaha yang kuat diperlukan
untuk perubahan
gerak

Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
pergerakan fisik
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penuru
nan kekuatan
dan stamina
3 Keletihan NOC : NIC :
 Energy conservation Energy Management
 Nutritional status : energy  Observasi adanya
Kriteria Hasil : pembatasan klien
 Memverbalisasikan dalam melakukan
peningkatan energi dan aktivitas
merasa lebih baik  Dorong anal untuk
 Menjelaskan penggunaan mengungkapkan
energi untuk mengatasi perasaan terhadap
kelelahan keterbatasan
 Kaji adanya factor
yang menyebabkan
kelelahan
 Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
 Monitor pasien akan
adanya kelelahan
fisik dan emosi
secara berlebihan
 Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
4 Nyeri akut NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan pengkajian
Sensori yang tidak  Comfort level nyeri secara
menyenangkan dan Kriteria Hasil : komprehensif
pengalaman emosional  Mampu mengontrol termasuk lokasi,
yang muncul secara nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
aktual atau potensial nyeri, mampu frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan atau menggunakan tehnik dan faktor
menggambarkan adanya nonfarmakologi untuk presipitasi
kerusakan (Asosiasi mengurangi nyeri,  Observasi reaksi
Studi Nyeri mencari bantuan) nonverbal dari
Internasional): serangan  Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
mendadak atau pelan berkurang dengan  Gunakan teknik
intensitasnya dari ringan menggunakan komunikasi
sampai berat yang dapat manajemen nyeri terapeutik untuk
diantisipasi dengan  Mampu mengenali nyeri mengetahui
akhir yang dapat (skala, intensitas, pengalaman nyeri
diprediksi dan dengan frekuensi dan tanda pasien
durasi kurang dari 6 nyeri)  Evaluasi
bulan.  Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri
setelah nyeri berkurang masa lampau
Batasan karakteristik :  Tanda vital dalam  Evaluasi bersama
- Laporan secara rentang normal pasien dan tim
verbal atau non kesehatan lain
verbal tentang
- Fakta dari observasi ketidakefektifan
- Gerakan melindungi kontrol nyeri masa
- Tingkah laku lampau
berhati-hati  Bantu pasien dan
- Gangguan tidur keluarga untuk
(mata sayu, tampak mencari dan
capek, sulit atau menemukan
gerakan kacau, dukungan
menyeringai)  Kurangi faktor
- Fokus menyempit presipitasi nyeri
(penurunan persepsi  Ajarkan tentang
waktu, kerusakan teknik non
proses berpikir, farmakologi
penurunan interaksi  Evaluasi keefektifan
dengan orang dan kontrol nyeri
lingkungan)  Tingkatkan istirahat
- Perubahan dalam  Kolaborasikan
nafsu makan dan dengan dokter jika
minum ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
Faktor yang berhasil
berhubungan :  Monitor penerimaan
Agen injuri (biologi, pasien tentang
kimia, fisik, psikologis) manajemen nyeri
5 Risiko kerusakan NOC : Risk Control Pressure Management
integritas kulit b.d Dengan kriteria hasil :  Memberitahukan
immobilisasi fisik.  Pasien mengerti tentang pasien untuk
faktor risiko yang dapat menggunakan
menyebabkan pakaian yang
kerusakan integritas longgar.
kulit  Memonitor status
 Tanda-tanda vital dalam nutrisi pasien.
batas normal.  Memonitor area kulit
 Memodifikasi yang dapat terjadi
lingkungan untuk kemerahan dan luka.
mengurangi faktor  Melakukan
risiko. perubahan posisi
pada pasien, minimal
setiap 2 jam.
 Mengajari pasien
ROM aktif dan pasif.
 Mengajari pasien
tentang faktor yang
dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan
integritas kulit.
6. Kerusakan integritas NOC : Risk Control Pressure Management
jaringan Dengan kriteria hasil :  Memberitahukan
Definisi : kerusakan  Pasien mengerti tentang pasien untuk
membran mukosa, faktor risiko yang dapat menggunakan
kornea, integumenter, menyebabkan pakaian yang
atau jaringan subkutan kerusakan integritas longgar.
Batasan Karakteristik : kulit  Memonitor status
- Gangguan sirkulasi  Tanda-tanda vital dalam nutrisi pasien.
- Iritasi kimia batas normal.  Memonitor area kulit
- Kurang volume  Memodifikasi yang dapat terjadi
cairan lingkungan untuk kemerahan dan luka.
- Kurang mengurangi faktor  Melakukan
pengetahuan risiko. perubahan posisi
- Kelebihan cairan pada pasien, minimal
tubuh setiap 2 jam.
- Gangguan mobilitas  Mengajari pasien
fisik ROM aktif dan pasif.
- Faktor mekanis  Mengajari pasien
(tekanan, regangan, tentang faktor yang
gesekan) dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan
- Faktor nutrisi integritas kulit.
(kekurangan atau
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2020. Pengantar KDM Aplikasi Konsep &


Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Elis J.R, Nowlis E.A. 2021.Nursing a Human Needs Approach. Third


Edition.

Houghton Mefflin Company. Boston.

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2021.Nursing Outcomes


Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2022. Nursing Intervention


Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2021. Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia: Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC:
Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2020. Nursing


Diagnoses : Definition & Classification 2021-2024.
Philadelphia.

Towarto, Wartonal. 2020. Kebutuhan Dasar & Prose


Keperawatan.Edisi 3.

Salemba Medika. Jakarta.

Wilkinson, J.M. 2022. Buku Saku Diagnosis Keperawatan


dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC.
Jakarta.

Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2:


gastrointestinal, endocrine, renal, reproductive and
nervous systems. Nursing Times; (2021), 105; 22

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi


20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, AC; Hall, JE. 2022. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Volume 11. Jakarta : EGC

Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan


Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2, Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai