Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIFITAS DAN LATIHAN

Disusun Oleh
TUTY HARTIANI
NIM 113420104

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2022

1
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. PENGERTIAN

Aktivitas adalah suatu energi atau suatu keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu

tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas

sepertiberdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan

menjadi sehat,system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi

dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas

seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan

musculoskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan

berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi

menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ

internal lainnya (Heriana dalam Yuzi Tania, 2019)

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang

dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.

Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga

kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu

Latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih

optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan

melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan

aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot

abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif

(Heriaa dalam Yuzi Tania, 2019)

2
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan

aktif pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi,

toileting,berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan

ambulasi/ROM.

Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta

gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar

yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga

tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan

ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan suatu kondisi dimana tubuh

dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Kemampuan individu

untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya. Imobilitas atau

imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak

secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya

mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada

ekstremitas dan sebagainya (NKV Wulandari, 2018)

2. FISIOLOGI

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan,

maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang

melibatkan metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik

yaitu sistem otot dan sistem rangka. Aktivitas dan pergerakan memerlukan

energy.Energi untuk sel-seltubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin

3
Trifosfat (ATP) yang diperolehdari katabolisme glukosa dalam sel-sel

tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energi dan hal ini terutama

ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi maka glukosa

akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan danmitokondria sel

melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus

asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida

, dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan

dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asamlaktat dan

NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauhlebih

sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18kalinya (36ATP

berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi energy

tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengankerja

sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaanoksigen

dan pembuangan karbon dioksida dan uap air.Beberapa kondisiseperti

anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit

pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia

yangmelibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan

sebagaialat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan

memberibentuk tubuh. Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif

dimanatendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi

untuk menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang

tersusun oleh matriks organik dan anorganik. Tulang secara histologist

dapat dibagi menjadi2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan

4
jaringan tulang rawan (kartilago). Yang membedakan osteon dan kartilago

adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya

tekanan sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon

cenderung lebih eras tapi mudah patah. Jaringan tulang rawan dapat

dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin kartilago fibrosa, dan kartilago

elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk bagian tubuh yang

berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun bagian persendian tulang

sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika terjadi

pergerakan. Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus

intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.

Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast ,osteosit, kondroblast,

kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst. Sistem

haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat pembuluh darah,

limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang. Matrik sanorganik tulang

tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan phospat. Matrisk

anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada tulang,

sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium danfosfor dalam

jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan

mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah

sistem endokrin terutama hormone kalsitonin dan paratiroid hormon, serta

metabolisme vitamin D. Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja

saling berlawanan dan bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium

dalam darah. Kalsitoninatau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel

parafolikular kelenjartiroid dan bekerja untuk menurunkan kadar

5
kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan penyimpanan

kalsium dalam matriks

anorganik  jaringan tulang, menghambat aktivitas osteoklas dalam meresor

psi kalsium tulang, menghambat reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal,

menghambat absorpsi kalisum dari saluran cerna. Sedangkan paratiroid

hormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja dengan

meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan

absorpsi kalsium dalam salurancerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium

dari tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi

kalsium pada ginjal. Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam

proses absorpsi kalsium dalam saluran cerna.proses aktivasi

vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang

memiliki struktur molekulsteroid. Vitamin ini dibentuk di kulit dari

precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin D3.

Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap epidermis kulit akan

menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin

D3(cholecalciferol) . V i t a m i n D3 yang terbentuk dikulit

selanjutnya akan dimetabolisme di hepar menjadi 25-hydroxyvitamin D

(calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D

(calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasiultraviolet dengan

panjang gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D yang

terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang

salah satunya untuk membantu penyerapan kalsium diintestinal. Adanya

gangguan dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin

6
D akan mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya

berdampak pada sistem pergerakan tubuh. Jaringan otot merpakan sistem

yang berperan sebagai alat gerak aktif. Hal ini karena kemampuan jaringan

otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik mekanisme otot yang secara

eksplisit hanya merupakan gerak  mekanikitu, terjadilah beberapa proses

kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Otot pengisi

atau otot yang menempel besar tulang kita (=skeletal) tampak bergaris-

garis atau berlurik-lurik jika dilihat melalui lurik  jika dilihat melalui

mikroskop . otot tersebut terdiri dari banyak kumpulan ( bundle) serabut

pararel Panjang dengan diameter penampang 20-100m yang disebut serat

otot. Panjang serat otot ini mampu mencapai panjang otot itu sendiri

dan merupakan sel-sel berinti jamak (=multinucleated cells). Serat otot itu

sendiri tersususn dari kumpulan-kumpulan pararel seribu myofil yang

berdiameter 2 m dan memanjang sepanjang sebuah serat otot. Dalam tiap-

tiap myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri

dari

4 jenis :aktin, myosin, tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi ot

ot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein. Mekanisme

kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana

aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta.

Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang

aktin sehingga terjadilah pemendekan myofibril. Agar terjadi pergeseran

ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini

memerlukan peran aktomiosin. Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh

7
adanya ion kalisum dan neurotransmitter asetilkolin. Adanya kekurangan

kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan kontraksi otot.

Begitu juga adanya gangguan trasnmisi kolinergik pada pertatan

neuromuscular akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. (William,

2017)

3. NILAI-NILAI NORMAL

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat aktivitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara

penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau

pengawasan orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan

orang lain dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung, tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi

dalam perawatan

(Sumber: Hidayat dalam Yuzi Tania, 2019)

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya

adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan

keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %

Nilai kekuatan otot sebagai berikut:

8
No Nilai kekuatan otot keterangan

1 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama

sekali

2 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot

tetapi tidak ada gerak sama sekali

3 2 (25%) Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa

gravitasi

4 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk

menahan berat (gravitasi)

5 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan

melawan tahanan

6 5 (100%) Kekuatan normal

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan Latihan antara lain:

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Status nutrisi

d. Budaya

e. Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa, sistem musculosketal

f. Penyakit kardiovascular dan pulmonary

g. Kondisi psikologis

5. JENIS GANGGUAN

9
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang

berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi

pada berbagai sistem tubuh antara lain :

a. Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian

akandigantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis

sehingga akanmenyebabkan kekakuan pada pergerakan

persendian. Hal ini karenauntuk sintesis kolagen diperlukan

rangsangan pergerakan

b. .Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot

karenaberkurangnya lapisan aktin dan myosin pada

myofibril.

c. .Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun

sehinggamenyebabkan absopsi cairan berlebihan pada

intestinum

d. Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk

mengalami lukatekan sebagai akibat adanya penekanan

pada tulang menonjol (bonyprominen), keringat, lembab,

deficit self care, dan friksi dengan tempattidur

e. Gastritis : Selama bedrest, sekresibikarbonat

lambung menurunsehingga meningkatkan keasaman pada

lambung

f. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan

bedrest yang luka berhubungan dengan duresis dan

kehilangan sodium,potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan

10
magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan sekresi

antidiuretik hormone selama bedrest

g. Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest

berhubungan dengan demineralisasi tulang akibat

aktivasi osteoklas dan peningkatan kadar kalsium dalam

darah.

6. PENGKAJIAN

a. Tingkat aktivitas sehari-hari: Pola aktivitas sehari-hariJenis, frekuensi

dan lamanya latihan fisik 

b. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,

berpakaian, makan, toileting)

c. Tingkat kelelahan: aktivitas yang membuat Lelah, riwayat sesak napas

d. Gangguan pergerakan Penyebab gangguan pergerakanTanda dan

gejalaEfek dari gangguan pergerakan.

e. Pemeriksaan fisik ingkat kesadaran pemeriksaan kekuatan otot

postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)

Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonusotot,

Atropi,Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan

jalan,Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan

sendi).

7. DIAGNOSA KEBIDANAN (NANDA)

a. Intoleransi aktivitas

b. Hambatan mobilitas fisik 

c. Keletihan

11
d. Nyeri akute (Amin HN, 2015)

8. RENCANA KEBIDANAN (NOC DAN NIC)

1 Interaksi aktivitas NOC: NIC:


Definisi : a. Emergency Energy Management
Ketidakcukupan conservation a. Observasi :
energi secara b. Self care ; adanya
fisiologis maupun ADLs pembatasan
psikologis untuk klien dalam
meneruskan atau Kriteria hasil; melakukan
menyelesaikan a. Berpartisifasi aktivitas
aktivitas yang di dalam aktivitas b. Kaji adanya
minta atau aktivitas fisik tanpa faktor yang
sehari-hari tanpa disertai menyebabkan
peningkatan kelelahan
Batasan tekanan darah, c. Monitor
karakteristik: nadi dan RR nutrisi dan
a. Melaporkan sumber
secara energi yang
verbal adekuat
adanya d. Monitor
kelelahan pasien akan
atau adanya
kelemahan. kelelahan
b. Respon fisik dan
abnormal emosi secara
dari tekanan berlebihan
darah atau e. Monitor
nadi respon
terhadap cardiovascula
aktivitas. r terhadap
c. Adanya aktivitas
dispnue atau f. Monitor pola
ketidaknya tidur dan
mana saat lamanya
aktivitas. tidur/istirahat
pasien.
Faktor yang Activity teraphy;
berhubungan; a. Kolaborasi
a. Tirah baring dengan
atau tenaga
imobilisasi rehabilitasi
b. Kelelahan medik dalam
menyeluruh

12
merencanaka
n program
terapi yang
tepat.
b. Bantu klien
untuk meng-
identifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
2 Hambatan NOC: NIC;
mobilitas fisik a. Mobility level Exercise teraphy;
Definisi; b. Self care; Ambulation
Keterbatsan dalam ADLs a. Monitoring
kebebasan untuk c. Transfer vital sign
pergerakan fisik performance sebelum dan
tertentu pada bagian sesudah
tubuh atau satu atau Kriteria hasil Latihan dan
lebih ekstrimitas a. Klien lihat respon
secara mandiri dan meningkat pasien saat
terarah. dalam aktivitas latihan
fisik b. Ajarkan
Batasan b. Mengerti pasien, atau
karakteristik; tujuan dari tenaga
a. Postur tubuh peningkatan Kesehatan
ysng tidak mobilitas lain tentang
stabil c. Memverbalisas ambulansi
selama ikan perasaan c. Kaji
melaksanak dalam kemampuan
an kegiatan peningkatan pasien dalam
harian. kekuatan dan mobilisasi
b. Keterbatsan kemampuan d. Latih pasien
kemampuan berpindah dam
untuk d. Memperagakan pemenuhan
melakukan penggunaan mobilisasi
kegiatan alat bantu e. Latih pasien
motoric untuk dalam
kasar. mobilisasi pemenuhan
c. Keterbatsan (walker) kebutuhan
kemampuan ADLs secara
untuk mandiri.
melakukan sesuai
ketrampilan kemampuan
motoric f. Damping
halus pasien saat
d. Keterbatasa mobilisasi
n ROM dan bantu
e. Usaha yang penuhi dan

13
kuat untuk bantu penuhi
perubahan kebutuhan
gerak ADLs pasien
g. Berikan alat
Faktor yang bantu jika
berhubungan klien
a. Kurang memerlukan
pengetahuan h. Ajarkan
tentang pasien
kegunaan bagaimana
pergerakan merubah
fisik posisi dan
b. Tidak berikan
nyaman, bantuan juka
nyeri diperlukan
c. Kerusakan
muscolo
d. skletal dan
neuro
e. muscular
f. Intoleransi
aktivitas/
penurunan
kekuatan
dan stamina

3 Keletihan NOC; NIC;


Definisi a. Energy Energy management
conversation a. Observasi
b. Nutritional adanya
atau status pembatasan
energi klien dalam
Kriteria hasil melakukan
a. Memverbalisas aktivitas
ikan b. Dorong klien
peningkatan untuk
energi dam mengungkap
merasa lebih kan perasaan
baik terhadap
b. Menjelaskan keterbatasan
penggunaan c. Kaji adanya
energi untuk faktor yang
mengatasi menyebabkan
keletihan kelelahan
d. Monitor
nutrisi atau
sumber
energy yang

14
adekuat
e. Monitor
pasien akan
adanya
kelelahan
fisik dan
energi
f. monitor pola
tidur dan
lamanya
4 Nyeri acute NOC; NIC
Definisi ; a. Pain level Pain management
Sensori yang tidak b. Pain control a. lakukan
menyenangkan dan c. Comfort level pengkajian
pengalaman nyeri secara
emosional yang Kriteria hasil; kompre-
muncul secara a. Mampu henship
actual atau potensial mengontrol termasuk
kerusakan jaringan nyeri (tahu lokasi,
atau penyebab karakteristik
menggambarkan nyeri. Tahu durasi,
adanya kerusakan menggunakan frekuaensi,
9asosiasi study Teknik dan faktor
nyeri internasional); nonfarmakolog presipitasi
serangan mendadak i untuk b. Observasi
atau pelan dari mengurangi reaksi non
intensitas ringan nyeri, mencari verbal dari
sampai berat yang bantuan) ketidaknyam
dapat diantisipasi b. Melaporkan anan
dengan akhir yang nyeri c. Gunakan
dapat diprediksi dan berkurang Teknik
dengan durasi dengan komunikasi
kurang dari 6 bulan menggunakan terapeutik
manajemen untuk
Batasan karakteritik nyeri mengetahui
a. laporan c. Mampu pengalaman
secara mengenali nyeri pasien
verbal atau nyeri (skala d. Evaluasi
non verbal intensitas, pengalaman
b. fakta dari frekuensi dan nyeri masa
observasi tanda nyeri) lampau
c. Gerakan d. Menyatakan e. Evaluasi
melindungi rasa nyaman Bersama
d. Tingkah setelah nyeri pasien dan
laku nerhati- berkurang tim
hati e. Tanda vital Kesehatan
e. Gangguan dalam rentang lainnya
tidur (mata normal ketidakefekti

15
sayu,tampak pan control
capek, sulit nyeri
atau f. Bantu pasien
Gerakan dan keluarga
kacau, untuk
menyeringai mencari dan
) menemukan
f. Focus dukungan
menyempit g. Kurangi
(penurunan faktor
persepsi presifitasi
waktu, nyeri
kerusakan h. Ajarkan
proses tentang
berfikir. Teknik
Penurunan nonfarmakol
interaksi ogi
dengan i. Evaluasi
orang dan keefektifan
lingkungan) control nyeri
g. Perubahan j. Tingkatkan
dalam nafsu istirahat
makan dan k. Kolaborasi
minum dengan
dokter jika
Faktor yang danakeluhan
berhubungan; dan tindakan
Agen injury nyeri tidak
(biologi, kimia, berhasil
fisik dan psil l. Monitor
Kologis) penerimaan
pasien
tentang
manajemen
nyeri
Sumber:Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. 2015, Ap[ikasi NANDA NIC-NOC; Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis, Jilid I. Mediaction, Palembang

NKV Wulandari. 2018, Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca


Stroke Hrmorargik Dengan Gangguan Mobilisasi, Denpasar

Tarwoto dan Wartonah. 2015, Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi V, Salemba


Medika, Jakarta

Yuzi Tania. 2019, Laporan Pendahuluan Keperawatan dasar Dasar Profesi


Aktivitas dan Latihan, Bukit Tinggi

17

Anda mungkin juga menyukai