Anda di halaman 1dari 22

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. PENGERTIAN

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda

kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti

berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,

system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan

metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak

terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas

fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada

system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga

menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan

untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat

memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara

dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat

fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan

selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila

seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal

tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi

eliminasinya kuang efektif.


Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif

pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,

berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM.

Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran

diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat

mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang

menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien

dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi

merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas

karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma

tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan

sebagainya.

2. FISIOLOGIS (MUSKULOSKELETAL DAN METABOLISME ENERGI)

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka

diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan

metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem

otot dan sistem rangka.


Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel

tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh

dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi

energy dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen

terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan

mitokondria sel melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam

piruvat, siklus asam sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP,

karbondioksida , dan uap air. Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme

energy akan dilakukan secara anaerobic dengan produk akhir ATP, asam

laktat dan NADH. Namun produksi ATP dari metabolism anaerobic jauh

lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36

ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting bagi konservasi

energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan

kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan

oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa kondisi

seperti anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit

pernapasan dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang

melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai

alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi

bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana

tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk

menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh

matriks organik dan anorganik.Tulang secara histologist dapat dibagi menjadi


2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan

(kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago

lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung

lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi mudah

patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin,

kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan

membentuk bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama

menyusun bagian persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk

melindungi dari friksi jika terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama

menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic

menyusun daun telinga.Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast,

osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan pada sistem

haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat

pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks

anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan

phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan

pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan

fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan

kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan

tulang adalah sistem endokrin terutama hormone kalsitonin dan

paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.

Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan

dan bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin

atau disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid
dan bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan

meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan

tulang, menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang,

menghambat reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi

kalisum dari saluran cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh

kelenjar paratiroid dan bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium dalam

darah, terutama dengan meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran cerna,

dan meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi

osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada ginjal.

Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi

kalsium dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit.

Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid.

Vitamin ini dibentuk di kulit dari precursor kolesterol (7,8dehydrocholesterol)

atau precursor Vitamin D3. Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap

epidermis kulit akan menyebabkan transformasi 7,8dehydrocholesterol ke

vitamin D3 (cholecalciferol). Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya

akan dimetabolisme di hepar menjadi 25hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di

ginjal menjadi bentuk hormone aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi

ini terjadi pada paparan radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-

300 nm atau disebut UVB.Vitamin D yang terbentuk berperan penting dalam

berbagai fungsi fisiologis tubuh yang salah satunya untuk membantu

penyerapan kalsium di intestinal. Adanya gangguan dalam membentuk

vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin D akan mengganggu proses

mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya berdampak pada sistem

pergerakan tubuh.
Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak

aktif.Hal ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi.

Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak

mekanikitu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi

kelangsungankontraksi otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada

sebagian besar tulangkita (=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik

jika dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan

(bundel) serabutparalel panjang dengan diameterpenampang 20-100μ m yang

disebutserat otot. Panjang serat otot ini mampumencapai panjang otot itu

sendiri dan merupakan sel-sel berinti jamak(=multinucleated cells). Serat

ototsendiri tersusun dari kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang

berdiameter 1-2μ m danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam

tiaptiap myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri

dar 4 jenis :aktin, myosin, tropomin, dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi

otot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein. Mekanisme

kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin dimana aktin

berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai kereta. Ketika terjadi

kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di sepanjang aktin sehingga

terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi pergeseran ini maka ikatan

troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini memerlukan peran

aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya ion kalisum dan

neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan

berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan

trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada

gangguan kontraksi otot.


3. NILAI-NILAI NORMAL

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat aktivitas / Kategori

mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain

Tingkat 3
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain

dan peralatan
Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan

sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan

keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.


Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :

No. Nilai Kekuatan Otot Keterangan

1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali

2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot

tetapi tidak ada gerak sama sekali

3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa

gravitasi

4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk

menahan berat (gravitasi)

5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan

melawan tahanan

6. 5 (100%) Kekuatan normal

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara

lain :

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Status nutrisi

d. Budaya
e. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema

musculoskeletal

f. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary

g. Kondisi psikologis

5. JENIS GANGGUAN

Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang

berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada

berbagai sistem tubuh antara lain :

a. Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan

digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan

menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena

untuk sintesis kolagen diperlukan rangsangan pergerakan

b. Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena

berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.

c. Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga

menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.

d. Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka

tekan sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony

prominen), keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat

tidur.
e. Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun

sehingga meningkatkan keasaman pada lambung

f. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest

yang laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium,

potassium, zinc, phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini

berhubungan dengan penurunan sekresi antidiuretik hormone selama

bedrest

g. Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan

dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan

kadar kalsium darah.

6. PENGKAJIAN

1. Tingkat aktivitas sehari-hari

 Pola aktivitas sehari-hari

 Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik

2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care, Berpakaian,

Makan, Toileting)

3. Tingkat kelelahan

 Aktivitas yang membuat lelah

 Riwayat sesak napas


4. Gangguan pergerakan

 Penyebab gangguan pergerakan

 Tanda dan gejala

 Efek dari gangguan pergerakan

5. Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran

 Pemeriksaan kekuatan otot

 Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)

 Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot,

Atropi,Tremor, Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan

jalan,Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi,

Kekakuan sendi)

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN ( NANDA)

a. Intoleransi aktivitas

b. Hambatan mobilitas fisik

c. Keletihan

d. Nyeri akut

e. Risiko kerusakan integritas kulit

8. RENCANA KEPERAWATAN (NIC NOC)

1 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Definisi :  Energy conservation Energy Management

Ketidakcukupan energui  Self Care : ADLs  Observasi

secara fisiologis Kriteria Hasil : adanyapembatasan

maupun psikologis  Berpartisipasi dalam klien dalam

untuk meneruskan atau melakukan aktivitas


aktivitas fisik tanpa
menyelesaikan aktifitas disertai peningkatan  Kaji adanya factor

yang diminta atau yang menyebabkan


tekanan darah, nadi dan
aktifitas sehari hari. kelelahan
RR
 Monitor nutrisi dan
Batasan karakteristik :  Mampu melakukan
sumber energi
aktivitas sehari hari
a. melaporkan secara
tangadekuat
(ADLs) secara mandiri
 Monitor pasien

akan

verbal adanya adanya kelelahan

kelelahan atau fisik dan emosi

kelemahan. secara berlebihan

b. Respon abnormal  Monitor respon

dari tekanan darah kardiovaskuler

atau nadi terhadap terhadap aktivitas

aktifitas  Monitor pola tidur

c. Adanya dyspneu dan lamanya

atau tidur/istirahat pasien


ketidaknyamanan
Activity Therapy
saat beraktivitas.
 Kolaborasikan
Faktor faktor yang dengan Tenaga

berhubungan : Rehabilitasi Medik

• Tirah Baring atau dalammerencanakan

imobilisasi progran terapi yang

tepat.
• Kelemahan
 Bantu klien untuk
menyeluruh
mengidentifikasi

aktivitas yang

mampu dilakukan

2 Hambatan Mobilitas NOC : NIC :

Fisik  Mobility Level Exercise therapy :

 Self care : ADLs ambulation

Definisi :  Transfer performance  Monitoring vital

Keterbatasan dalam Kriteria Hasil : sign

kebebasan untuk sebelum/sesudah


 Klien meningkat dalam
pergerakan fisik tertentu latihan dan lihat
aktivitas fisik
pada bagian tubuh atau respon pasien saat
 Mengerti tujuan dari
satu atau lebih latihan
peningkatan mobilitas
ekstremitas secara  Ajarkan pasien atau
 Memverbalisasikan
mandiri dan terarah tenaga kesehatan
perasaan dalam
lain tentang teknik
Batasan karakteristik : meningkatkan kekuatan
ambulasi
- Postur tubuh dan kemampuan
 Kaji kemampuan
yang tidak stabil berpindah
pasien dalam
selama
melakukan  Memperagakan mobilisasi

kegiatan rutin penggunaan alat Bantu  Latih pasien dalam

harian untuk mobilisasi pemenuhan

- Keterbatasan (walker) kebutuhan ADLs

kemampuan secara mandiri

untuk melakukan sesuai kemampuan

keterampilan  Dampingi dan

motorik kasar Bantu pasien saat

- Keterbatasan mobilisasi dan bantu

kemampuan penuhi kebutuhan

ADLs ps.

 Berikan alat Bantu

untuk jika klien

melakukan memerlukan.

keterampilan  Ajarkan pasien

motorik halus bagaimana merubah

- Keterbatasan posisi dan berikan

ROM bantuan jika

- Usaha yang kuat diperlukan

untuk perubahan

gerak

Faktor yang

berhubungan :

- Kurang
pengetahuan

tentang

kegunaan

pergerakan fisik

- Tidak nyaman,

nyeri

- Kerusakan

muskuloskeletal

dan

neuromuskuler

- Intoleransi

aktivitas/penuru

nan kekuatan

dan stamina

3 Keletihan NOC : NIC :

 Energy conservation Energy Management

 Nutritional status : energy  Observasi adanya

Kriteria Hasil : pembatasan klien

 Memverbalisasikan dalam melakukan

peningkatan energi dan aktivitas

merasa lebih baik  Dorong anal untuk

 Menjelaskan penggunaan mengungkapkan

energi untuk mengatasi perasaan terhadap

kelelahan keterbatasan
 Kaji adanya factor

yang menyebabkan

kelelahan

 Monitor nutrisi dan

sumber energi

tangadekuat

 Monitor pasien akan

adanya kelelahan

fisik dan emosi

secara berlebihan

 Monitor pola tidur

dan lamanya

tidur/istirahat pasien

4 Nyeri akut NOC : NIC :

 Pain Level, Pain Management


Definisi :
 Pain control,  Lakukan pengkajian
Sensori yang tidak
 Comfort level Kriteria nyeri secara
menyenangkan dan
Hasil : komprehensif
pengalaman emosional
 Mampu mengontrol termasuk lokasi,
yang muncul secara
nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
aktual atau potensial
nyeri, mampu frekuensi, kualitas
kerusakan jaringan atau
menggunakan tehnik dan faktor
menggambarkan adanya
nonfarmakologi untuk presipitasi
kerusakan (Asosiasi
mengurangi nyeri,  Observasi reaksi
Studi Nyeri
Internasional): serangan mencari bantuan) nonverbal dari

mendadak atau pelan  Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan

intensitasnya dari ringan berkurang dengan  Gunakan teknik

sampai berat yang dapat menggunakan komunikasi

diantisipasi dengan manajemen nyeri terapeutik untuk

akhir yang dapat  Mampu mengenali nyeri mengetahui

diprediksi dan dengan pengalaman nyeri


(skala, intensitas,
durasi kurang dari 6 pasien
frekuensi dan tanda
bulan.  Evaluasi
nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri


Batasan karakteristik :
setelah nyeri berkurang masa lampau
- Laporan secara
 Tanda vital dalam  Evaluasi bersama
verbal atau non
rentang normal pasien dan tim
verbal
kesehatan lain
- Fakta dari observasi
tentang
- Gerakan melindungi
ketidakefektifan
- Tingkah laku
kontrol nyeri masa
berhati-hati
lampau
- Gangguan tidur
 Bantu pasien dan
(mata sayu, tampak
keluarga untuk
capek, sulit atau
mencari dan
gerakan kacau,
menemukan
menyeringai) dukungan

- Fokus menyempit  Kurangi faktor

(penurunan persepsi presipitasi nyeri


waktu, kerusakan  Ajarkan tentang

proses berpikir, teknik non

penurunan interaksi farmakologi

dengan orang dan  Evaluasi keefektifan

lingkungan) kontrol nyeri

- Perubahan dalam  Tingkatkan istirahat

nafsu makan dan  Kolaborasikan

minum dengan dokter jika

ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak

Faktor yang berhasil

berhubungan : Agen  Monitor penerimaan

injuri (biologi, kimia, pasien tentang

fisik, psikologis) manajemen nyeri

5 Risiko kerusakan NOC : Risk Control Pressure Management

integritas kulit b.d Dengan kriteria hasil :  Memberitahukan

immobilisasi fisik.  Pasien mengerti tentang pasien untuk

faktor risiko yang dapat menggunakan

menyebabkan pakaian yang

kerusakan integritas longgar.

kulit  Memonitor status

 Tanda-tanda vital dalam nutrisi pasien.

batas normal.  Memonitor area kulit

 Memodifikasi yang dapat terjadi


lingkungan untuk kemerahan dan luka.

mengurangi faktor  Melakukan

risiko. perubahan posisi

pada pasien, minimal

setiap 2 jam.

 Mengajari pasien

ROM aktif dan pasif.

 Mengajari pasien

tentang faktor yang

dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan

integritas kulit.

6. Kerusakan integritas NOC : Risk Control Pressure Management

jaringan Dengan kriteria hasil :  Memberitahukan

Definisi : kerusakan  Pasien mengerti tentang pasien untuk

membran mukosa, faktor risiko yang dapat menggunakan

kornea, integumenter, menyebabkan pakaian yang

atau jaringan subkutan kerusakan integritas longgar.

Batasan Karakteristik : kulit  Memonitor status

- Gangguan sirkulasi  Tanda-tanda vital dalam nutrisi pasien.

- Iritasi kimia batas normal.  Memonitor area kulit

- Kurang volume  Memodifikasi yang dapat terjadi

cairan lingkungan untuk kemerahan dan luka.

- Kurang mengurangi faktor  Melakukan


pengetahuan risiko. perubahan posisi

- Kelebihan cairan pada pasien, minimal

tubuh setiap 2 jam.

- Gangguan mobilitas  Mengajari pasien

fisik ROM aktif dan pasif.

- Faktor mekanis  Mengajari pasien

(tekanan, regangan, tentang faktor yang

dapat menyebabkan
gesekan)
terjadinya kerusakan
- Faktor nutrisi
integritas kulit.
(kekurangan atau

kelebihan)

- Radiasi
9. DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses

Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.

Houghton Mefflin Company. Boston.

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification Fifth

Edition. Mosby, Inc : Missouri.

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth

Edition. Mosby, Inc : Missouri.

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan

Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta

North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :

Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan.Edisi 3. Salemba

Medika. Jakarta.

Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2: gastrointestinal,

endocrine, renal, reproductive and nervous systems. Nursing Times;

(2009), 105; 22
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta :

EGC

Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2,

Oktober 2001

Anda mungkin juga menyukai