Disusun oleh:
MAMAN ARISTHA
(1811604044)
Disetujui pada
Hari/ tanggal :
Oleh :
Mahasiswa :
Maman aristha
1811604044
Mengetahui,
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, serta tidak
terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi,
yang kemudian membentuk benjolan atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization )Kanker payudara adalah bentuk
kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker payudara pada tahun
2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena kurangnya pengetahuan akan
penyakit ini dan kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker
payudara kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk
kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak melakukan
deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami
peningkatan (Irawan, 2018). Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien
dipengaruhi oleh perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak
psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan memengaruhi
kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker payudara berasal dari
tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan
citra diri (Ayudia & Biomed, 2018)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
diatas adalah bagaimana Asuhan Keperawatan anestesi pada Pasien dengan Ca
Mamae yang akan dilakukan tindakan Eksisi Biopsi dengan teknik General Anestesi
(GA).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anestesi dengan diagnosa
Ca Mamae. Akan dilakukan tindakan Eksisi Biopsi dengan teknik General Anestesi
(GA).
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep teori dari General Anestesi
b. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep teori Ca Mamae
c. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan keperawatan anestesi
perianestesi secara teori dari penyakit Ca Mamae.
D. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
Waktu : 07.30 WIB
Tempat : RSUD Prembun Kebumen
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1
Anatomi Payudara yang terkena kanker
5. Fisiologi
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarke;
pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya berbentuk
rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan
progesteron.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang
dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas,
dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan
timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran payudara terutama
karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi
terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan
payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan,
payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana
alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus
ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan
hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih
lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan
menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Sjamsuhidajat, 2012)
6. Patofisiologi
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak menyebar ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
manusia.
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari
sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
3. Fase Invasi
PPNI, 2017)
7. Manifestasi Klinis
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mamae masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri.
a. Terdapat massa utuh (kenyal) biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak
dapat digerakkan)
b. Nyeri pada daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mamae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mamae dipegang
antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
d. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mamae. Adanya kerusakan dan retraksi pada area
puting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
f. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
8. Komplikasi
Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak,
vertebra, iga, tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara, hinga
kematian (Nurarif & Kusuma, 2018).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium meliputi:
1. Morfologi sel darah
2. Laju endap darah
3. Tes faal hati
4. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5. Pemeriksaan sitologis
b. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari puting mamae, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi.
c. Mammagrafi
Pengujian mamae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mamae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker di antara
jaringan kelenjar kurang tampak.
d. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mamae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
f. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
g. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan dan seleksi
terapi .
h. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mamae pada organ lain.
i. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
10. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat
namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2. Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan
otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan
lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
3. Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4. Wide excision/ mastektomi parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
b. Radioterapi biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak
jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:
kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada
nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar
dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk
kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral
oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
2. Intra Anestesi
a. Pengkajian Intra Anestesi
b. Analisa Data
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/implementasi dan Evaluasi intra anestesi
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
Ketidakef Individu akan melaporkan 1. Monitor TTV 1. Tanda-tanda
ektifan ketidakefektifan yang
2. Buka jalan nafas vital pasien
bersihan berkaitan dengan bersiha
jalan jalan nafas dan tindak pasien 2. Kepatenan jalan
napas kewaspadaan yang 3. Posisikan pasien nafas
diperlukan
Kriteria hasil : untuk 3. Monitor
1. Tidak ada tanda- memaksimalkan respirasi dan
tanda hipoksia ventilasi status O2
2. Tanda-tanda vital 4. Monitor respirasi
dalam batas normal dan SPO2
3. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(frekuensi
pernafasan normal)
3. Post Anestesi
a. Pengkajian Post Anestesi
b. Analisa Data
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan dan Evaluasi Post Anestesi
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
Resiko Individu akan melaporkan a. Monitor tanda dan a. Tidak adanya tanda
infeksi faktor risiko yang gejala infeksi dan gejala infeksi
berkaitan dengan infeksi b. Jelaskan tentang b.Tidak adanya cairan
dan tindak kewaspadaan peningkatan disekitar bekas
yang diperlukan kerentanan operasi pasien
Kriteria hasil : terhadap infeksi c. Luka bekas operasi
a. Klien bebas dari tanda c. Jelaskan tanda dan pasien mengering
dan gejala infeksi gejala infeksi
b. Menjelaskan metode d. Pasang drainase
penyebaran infeksi e. Lakukan
c. Luka setelah tindakan kolaborasi dengan
operasi kering dan dokter untuk
tidak ada cairan di pemberian obat
sekitar perban
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tempat/tanggal lahir : 25, november 1995
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Entak, Rt 002/002, merit petikusan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : Tumor Mamae Sinistra
Rencana Operasi : Excisi biopsi
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 153 cm
Golongan darah :B
No. RM : 043xxx
Tanggal Masuk : 10 Maret 2021
Dokter Bedah : dr. Dewa Sp.B
Dokter Anestesi : dr. Yohanes Sp.An
Rencana Anestesi : General anestesi dengan intubasi LMA
2. Indetitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : Entak, Rt 002/002, merit petikusan
b. Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan terdapat benjolan dipayudara sebelah kiri dan terasa nyeri sejak
seminggu yang lalu
P : Nyeri terasa bila pasien bergerak semenjak seminggu yang lalu
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk hilang timbul
R : Nyeri terasa di ketiak kiri
S : Skala 3
T : Nyeri terasa bila bergerak dan beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan terdapat benjolan dipayudara sebelah kiri dan terasa nyeri
sejak seminggu yang lalu. Pasien datang ke RS pada tanggal 9 Maret 2021. Pasien
puasa dari jam 02:00 WIB, pada jam 11 : 00 pasien di antar ke IBS terpasang infus
RL.
P : Nyeri terasa bila pasien bergerak semenjak seminggu yang lalu
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk hilang timbul
R : Nyeri terasa di ketiak kiri
S : Skala 3
T : Nyeri terasa bila bergerak dan beraktivitas
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
b. Pasien mengatakan pernah menjalani tindakan operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakana tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksan umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran : Composmentis
GCS :E:4 V:5 M:6
Tekanan Darah : 119/67 mmHg
Nadi : 98 x / mnt
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Respirasi : 20 x / mnt
2. Status generalis:
a) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala kotor, terdapat ketombe, tidak
ada lesi, rambut lurus, warna hitam pendek, persebaran rambut merata dan tidak
terlihat adanya benjolan.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan massa
b) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah : tegang, Edema: (-), kelumpuhan otot-otot
fasialis (-); gigi palsu : (-), gigi goyang : (-), gigi maju : (-); kemampuan
membuka mulut < 3 cm : (-)
c) Pemeriksaan Mata
Inspeksi : Mata simetris kanan dan kiri, alis simetris kanan dan kiri, tampak,
konjungtiva anemis, sklera ikterik, reflek pupil isokor, iris hitam dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan massa
d) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Kedua daun telinga simetris, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat
adanya darah/sekret yang keluar, tidak terdapat benjolan dan tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di daerah telinga.
e) Pemeriksaan Mulut, Gigi dan Faring
a. Inspeksi : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terlihat adanya lesi, gusi
tidak berdarah, tidak terdapat sariawan, kebersihan mulut baik.
Orofaring atau rongga mulut : Uvula ( simetris ), Benda asing :
( tidak )
Mallampati : I (mulut terbuka maksimal, pilar faring, uvula, palatum molle
terlihat dengan jelas)
b. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada gusi dan tidak teraba adanya massa.
f) Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Warna kulit leher sama dengan permukaan kulit lainnya, reflek
menelan baik, tidak ada nyeri saat menelan, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa.
g) Pemeriksaan Dada
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), bentuk dada (simetris),
- Pola nafas : vesikuler
Palpasi
Vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
Perkusi
Area paru : (sonor)
Auskultasi
- Suara nafas area vesikuler : (bersih) , tidak ada suara nafas tambahan
(gurgling, weezing)
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi
atau jaringan parut dan tidak ada pembengkakan massa.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra, tidak
terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Suara jantung pekak, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1/S2 reguler dan tidak terdengar
adanya suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-).
c) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Inspeksi
- bentuk ( asimetris), pembengkakan (+ ).
- Kulit payudara : warna kemerahan lesi ( + ),
- Putting : cairan yang keluar ( - ), pembengkakan ( + )
Palpasi
- Nyri tekan ( + ), benjolan massa ( + )
h) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, bentuk simetris
Auskultasi: peristaltiku usus 10x/menit
Palpasi: tympani di seluruh kuadran abdomen
Perkusi: tidak ada nyeri tekan di seluruh kuadaran abdomen,hepar tidak
teraba
i) Pemeriksaan Genetalia
1. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2 x 47kgBB
= 2cc x 47 kg
= 94cc
2) Rumus pengganti puasa (PP):
2cc x jam puasa x kgBB
= 2cc x 8 jam x 47 kg
= 752 cc
3) Rumus stress operasi (SO):
Jenis operasi x kgBB
= 6 x 47 kg
= 282 cc
b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV)
1) Jam I : M + ½ PP + SO = 94 cc + 376 cc + 282 cc
= 752 cc
2) Jam II dan III: M + ¼ PP + SO = 94 cc + 188 cc + 282 cc
= 564 cc
3) Jam IV : M + SO = 94 cc + 282 cc
= 376 cc
l) Klafikasi ASA
1 2 3 4 5 E
m) Data Penunjang
1. Rencana Anestesi:
a. Persiapan klien di Ruang Penerimaan
1. Mengecek kelengkapan status klien
2. Klien telah puasa selama 8 jam
3. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS
4. Klien sudah terpasang infus line, infus lancar
5. Klien telah memakai baju dan topi operasi
6. Memposisikan klien
b. Mengecek TTV: Pesiapan mesin
1. Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoan
2. Mengecek isi volatil agent
3. Mengecek kondisi absoben
4. Mengecek apakah ada kebocoan mesin
5. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan spignomanometer
c. Persiapan alat:
1. S (Scope) : laringoscope mancitosh, stetoscope
2. T (Tube) : LMA dan ETT
3. A (Aiway) : facemask, ambubag, mayo
4. T (Tape) : Plester
5. I (Introducer) : stilet
6. C (Conector) : terpasang
7. S (Suction) : terpasang
8. Spuit 10 cc
d. Persiapan obat
1) Premedikasi : Fentanyl, Dexamethason, Ketorolac
2) Induksi : Propofol, fentanyl
3) Obat antifibrinolitik : Asam Tranexsamat
4) Obat histamin : Dexamethason
5) Obat antiemetik : Ondansentron 4 mg
6) Pelumpuh otot : Rocum
7) Obat analgetik : fentanyl 100 mcg
8) Cairan infus : Kristaloid : RL
9) Obat emergency : Efedrin 5 mg
o Nasal ETT
o Oral ETT
o LMA
o TIVA
Post Anestesi
1. DS : RESIKO INFEKSI Berhubungan dengan
- tempat masuknya
DO : organisme, sekunder
- Pasien selesai tindakan akibat luka post
operasi Ca Mamae dengan pembedahan
general anestesi teknik
Intubasi LMA
- Pasien belum sadar penuh
- TD : 120/85 mmHg
- N : 85 x / mnt
- RR : 21 x/mnt
- SPO2 100 %
- Suhu : 36,2 oC
- Terdapat luka post operasi
pada Mamae sinistra kurang
lebih 5 cm
PRIORITAS DIAGNOSA
No Prioritas Diagnosa
Pre Anestesi
1. Nyeri Akut
Berhubungan dengan penyakit Ca mamae
2. Ansietas
Berhubungan dengan ancaman actual atau persepsi ancaman terhadap integritas
biologis, sekunder akibat : prosedur invasive
Intra Anestesi
1. Ketidak efektifan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang berlebihan akibat pemasangan LMA terlalu lama
Post Anestesi
1. Resiko Infeksi
Berhubungan dengan tempat masuknya organisme, sekunder akibat luka post
pembedahan
INTERVENSI
N DIAGN PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O OSA
PRE OPERASI
1 Nyeri Setelah melakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui
akut tindakan keperawatan vital klien keadana umum
anestesi selama + 1 jam 2. Kaji tingkatan nyeri pasien
diharapkan masalah dengan menggunakan 2. Memberikan data
nyeri akut dapat teratasi pengkajian PQRST dasar untuk
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan klien Teknik menentukan
- Tanda-tanda vital Pereda nyeri noninvasif intervensi yang
dalam batas normal : dengan relaksasi nafas akan di berikan
TD = 90/70 -120/70 dalam kepada klien
mmHg 4. Jelaskan penyebab 3. Meningkatkan
RR = 16 - 20 x / nyeri kepada klien dan relaksasi klien
menit keluarga 4. Meningkatkan
Nadi = 60-100 x 5. Atur posisi senyaman relaksasi dan
/menit mungkin bagi klien dapat
SPO2 = 85-100 % 6. Kolaborasi dengan meningkatkan
Suhu = 36,5-37,5 oC dokter dalam pemahaman klien
- Skala nyeri 2-3 pemberian analgetik dan keluarga
( ringan ) dan nyeri sesuai indikasi mengenai nyeri
terkontrol dan tindakan
- Dapat lebih lanjut yang
mengidentifikasi akan di lakukan
aktifitas yang dapat pada pasien
menurunkan dan 5. Pemberian posisi
meningkatkan nyeri. yang nyaman
dapat merelaksasi
otot klien dan
dapat meredahkan
nyeri yang
dirasakan
6. Pemberian
analgetik dapat
meredakan nyeri
pasien
2 Ansietas Setelah melakukan 1. Kaji tingkat ansietas 1. Strategi
tindakan keperawatan klien (ringan, sedang, keperawatan
anestesi selama + 1 Jam berat, panik) berbedasesuai
diharapkan masalah 2. Berikan penjelasan tingkatan ansietas
ansietas dapat teratasi mengenai tindakan 2. Klien yang cemas
dengan kriteria hasil : operasi yang akan di cederung untuk
- Mengetahui tingkat jalani klien menyamarkan
ansietas klien 3. Berikan kenyamanan ,beramsumsi dan
(ringan, sedang, dan ketentraman hati mengantisipasi
berat, panik) Dampingi klien bencana. Masalah
- Rasa nyaman Berbicara dengan kognitif yang
pasien terpenuhi perlahan dan tenang timbul meliputi
- Klien mengetahui menggunakan kesulitan dengan
operasi yang akan kalimat yang pendek perhatian dan
dijalani dan sederhana konsentrasi
Pelihara rasa empati 3. Dengan adanya
( mis, kehadiran infoermasi, klien
yang menenangkan, menjadi mengeri
menyentuh, dan tidak cemas
berbicara)
INTRA ANESTESI
1 Ketidak Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui
efektifan tindakan asuhan vital klien keadaan umum
jalan nafas keperawatan post 2. Isap secret dari jalan pasien
anestesi 1x30 menit napas klien (suction) 2. untuk
diharapkan 3. Pertahankan hidrasi memperbaiki
ketidakefektifan yang adekuat jalan nafas dan
bersihan jalan napas ( pemberian asupan mengembalikan
teratasi dengan oksigen 3-4 liter untuk fungsi normal
kriteria hasil : klien ) pertukaran udara
1. diharapkan tanda- 4. Upayakan agar 3. untuk memenuhi
tanda vital klien kelembaban udara kebutuhan
normal inspirasi tetep adekuat oksigenasi pada
TD : 120/80 pasien
mmhg 4. untuk
Rr : 20 x/mnt menghindari
N : 80 x/mnt kekeringan jalan
SPO2 : 100% nafas dan
2. diharapkan tidak pengentalan
ada sumbatan sekret yang
dijalan napas menyebabkan
klien. sulit dilakukan
3. diharapkan suction
asupan oksigen
klien terpenuhi.
4. pertukaran
oksigen klien
normal.
POST ANESTESI
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Untuk
infeksi tindakan dan gejala infeksi mengetahui
keperawatan 2. Monitor keberihan factor
anestesi selama + 20 alat bantu kemih penyebab
menit,diharapkan 3. Pantau kulit dan infeksi
risiko infeksi sistem perkemihan 2. Untuk
berkurang dengan 4. edukasi pasien dan memberikan
kriteria hasil : keluarga cara kenyamanan
1. Klien bebas dari mencegah infeksi bagi pasien
tanda dan gejala 5. kolaborasi dengan 3. Untuk
infeksi dokter jika meminimalisi
2. Pasien mengerti diperlukan r pergerakan
dan paham dengan pemberian obat pasien agar
gejala infeksi antibiotik luka tidak
makin
membesar
4. Agar pasien
paham
tenteng
pengendalian
resiko infeksi
5. Pemberian
antibiotic
agar
mencegah
terjadinya
infeksi
Pre Anestesi
5. Monitor
tanda tanda
vital
intra anestesi
kelembaban udara
inspirasi tetep
adekuat
Post anestesi
BAB IV
KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan Anestesi pada Ny, S dengan diagnose medis Ca Mamae didapatkan
diagnosa keperawatan anestesi pre, intra, post :
1. Nyeri akut Berhubungan dengan penyakit Ca Mamae ditandai dengan kesadaran
composmetis, adanya benjolan dipayudara dengan skala nyeri 3,tekanan darah :
119/67 mmhg, nadi : 98x/menit, RR : 22 x/menit. Setelah melakukan tindakan
keperawatan anestesi selama + 1 jam, tujuan tercapai sebagaian yaitu skala nyeri
turun dari 3 ke 2 karena diberikan analgetik ketorolac dan relaksasi nafas dalam.
3. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang berlebihan akibat
pemasangan LMA terlalu lama ditandai dengan penumpukan secret di tengorokan
dan mulut, kesadaran somnolen, GCS = 8 (E1 V3 M4), RR : 20x/menit.
Setelah melakukan tindakan keperawatan anestesi selama + 1 Jam, tujuan tercapai
karena penumpukan secret di tenggorokan dan mulut berkurang dan adanya tenaga
kesehatan yang merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Mangku. G, Senapathi. T.G , 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dam Reanimasi.
Jakarta:Penerbit Indeks.
Suranadi, I. W. (2016). Profil Penurunan Tekanan Darah Pasca Induksi Dengan Anestesi
Umum Di RSUP SANGLAH Periode Juli 2016-Desember 2016.