Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANESTESI PADA PASIEN CA MAMAE DENGAN GENERAL ANESTESI


DI RUANG IBS RSUD PREMBUN KEBUMEN

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktik


Pre, Intra, Post Anestesi
Pembimbing Akademik : Niken Anggraini SS,S.Tr,.Kep

Disusun oleh:

MAMAN ARISTHA
(1811604044)

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI KASUS UMUM
PADA PASIEN CA MAMAE DENGAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RSUD PREMBUN KEBUMEN

Disetujui pada
Hari/ tanggal :
Oleh :

Mahasiswa :

Maman aristha
1811604044

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbimg Klinik

Niken Anggraini SS,S.Tr,.Kep Bagus Prana Citra AMK


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya :
faktor umur, usia saat menstruasi pertama, penyakit fibrokistik, riwayat kanker payudara,
radiasi, penggunaan hormon estrogendan progestin, gaya hidup tidak sehat (konsumsi
rokok, narkoba, makan-makanan instan, alkohol) (Mulyani dan Rinawati, 2013).

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, serta tidak
terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal dan berakumulasi,
yang kemudian membentuk benjolan atau massa (Putra, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization )Kanker payudara adalah bentuk
kanker paling umum pada wanita. 2,1 juta wanita terkena kanker payudara pada tahun
2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena kurangnya pengetahuan akan
penyakit ini dan kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker
payudara kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk
kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak melakukan
deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini terus mengalami
peningkatan (Irawan, 2018). Pada penderita kanker payudara aspek psikologis pasien
dipengaruhi oleh perubahan citra tubuh, konsep diri, dan hubungan sosial. Dampak
psikososial yang dialami penderita kanker payudara yaitu distres yang akan memengaruhi
kualitas hidup pasien. Pemicu stres pada penderita kanker payudara berasal dari
tergganggunya fungsi tubuh, keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perubahan perubahan
citra diri (Ayudia & Biomed, 2018)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
diatas adalah bagaimana Asuhan Keperawatan anestesi pada Pasien dengan Ca
Mamae yang akan dilakukan tindakan Eksisi Biopsi dengan teknik General Anestesi
(GA).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anestesi dengan diagnosa
Ca Mamae. Akan dilakukan tindakan Eksisi Biopsi dengan teknik General Anestesi
(GA).
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep teori dari General Anestesi
b. Mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep teori Ca Mamae
c. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan keperawatan anestesi
perianestesi secara teori dari penyakit Ca Mamae.
D. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
Waktu : 07.30 WIB
Tempat : RSUD Prembun Kebumen
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori General Anestesi


1. Pengertian
General anestesi adalah keadaan tak sadar tanpa rasa nyeri (dengan reflek
otonomik minimal) yang reversibel karena pemberian obat-obatan. Anestesi inhalasi,
anestesi intravena, anestesi intravaskular, anestesi perrektal adalah sub-sub bagian
dari general anestesi, serta menunjukan jalur masuknya obat ke dalam tubuh
(Soenarjo dan Jatmiko, 2010).
General anestesi/anestesi umum adalah suatu keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh akibat
pemberian obat anestesia. Tindakan anestesi general meliputi 3 komponen anestesi
atau bisa disebut dengan trias anestesi yaitu :
a) Sedasi
Mengukur pupil dan respon terhadap cahaya. Apabila cahaya terang
dipantulka pada pupil hewan yang normal, pupil akan merespon dengan
konstriksi sehingga diameternya akan lebih kecil dari normal. Apabila
hewan ditempatnya pada daerah yang gelap, pupil akan terdilatasi
sehingga diameternya akan lebih besar. Apabila pupil kiri dipantulka
cahaya secara langsung, akan terjadi konstruksi, begitu juga sebaliknya.
Terjadinya respon sedasi pada hewan ditandai dengan hilangnya respon
palpebral dan hilangnya respon pupil (Suranadi, 2016).
b) Relaksasi
Pasien yang sudah terkena anestesi umum, biasanya akan tertidur
dengan otot yang berelaksasi.Terjadinya respon relaksasi pada hewan
ditandai dengan lemasnya rahang bawah (Suranadi, 2016).
c) Analgesia
Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi
anggota gerak, hilangnya rasa sakit atau respon syaraf perasa. Salah satu
syarat Anestesi umum adalah terjadinya nalgesia, yaitu suatu keadaan
hilangnya sensibillitas terhadap rasa nyeri. Terjadinya analgesia pada
hewan ditandai dengan hilangnya respon nyeri apabila dilakukan
ransangan cubit (Suranadi, 2016).
Pengaruh obat anestesi menimbulkan efek trias anestesi, pasien akan
mengalami keadaan tidak sadar, reflek-reflek proteksi menghilag akibat
mati rasa dan kelumpuhan otot rangka termasuk otot perafasan. Di
samping pengaruh trias anestesi tersebut pasien juga menderita manipulasi
bedah, mulai dari derajat ringaan sampai berat. Sehigga pada keadaan
demikia pasien sangat memerlukan tindakan bantuan kehidupan selama
prosedur anestesi/diagnostik (Suranadi, 2016). Semua pasien yang
dianestesi harus diawasi dan dipantau dengan memperhatikan reflex,
denyut jantung, respirasi dan suhu tubuh. Tingkat kesadaran, reaksi atau
respon terhadap rangsangan rasa sakit, respon menelan, reflek palpebral,
pedal, dan corneal digunakan sebagai parameter yang harus dipantau
selama periode induksi. Reflex corneal, ketegangan otot rahang, ukuran
pupil, posisi bola mata dan respon terhadap rasa sakit harus dipantau
selama periode pemeliharaan, tetapi perubahan cordiopulmonary adalah
indikator yang lebih penting dipantau pada masing-masing plane anestesia.

Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi anggota


gerak, hilangnya respon syaraf perasa dan pendengaran, hilangnya tonus otot,
terdepresnya medulla oblongata sebagai pusat respirasi dan vosomotor, bila
terjadi overdosis hewan akan mati. Stadium anestesi umum sangat perlu dipahami
bagi operator dalam menjalankan operasi, karena dengan memonitor tahapan
stadium operasi akan 7 berjalan lancar dan aman. Namun tidak semua anestesi
umum dapat menunjukkan tahapan stadium ini, hanya anestesi inhalasi
menggunakan eter akan lebih nyata teramati pada stadium anestesi ini (Suranadi,
2016). Proses kerja anestesi umum melewati beberapa stadium yaitu :
1. Staduim I (Stadium Analgesia/eksitasi bebas/stadium induksi)
2. Stadium II (Stadium eksitasi tidak bebas/stadium induksi)
3. Stadium III (Stadium operasi), terjadi dari 3 tingkat/plae :
plane (dengkal), pale 2 (medium), dan plane 3 (dalam)
4. Stadium IV (Stadium over dosis)
2. Indikasi
(Senapathi. T.G , 2010)
a. Infant dan anak usia muda.
b. Orang dewasa yang memilih anestesi umum
c. Pembedahan yang luas
d. Penderita sakit mental
e. Pembedahan yang lama
f. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi local
3. Kontra Indikasi
a. Pasien menolak.
b. Pada ekstremitas yang akan dilakukan IVRA terdapat crush injuries,
compound fractures, cedera vaskuler berat, infeksi lokal di kulit, misalnya
selulitis, trombofl ebitis.
c. Riwayat alergi obat anestesi lokal
4. Teknik
Teknik General Anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan
dengan 3 teknik, yaitu:
a) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
b) General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah
menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
c) Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan
baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu:
 Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obathipnotikum atau
obat anestesi umum yang lain.
 Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat
atau obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
 Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot
atau general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.
5. Komplikasi
a. Hipertensi sistemik dan takikardi
b. Hipotermi
c. Hipoventilasi
d. Aritmia
e. Fibrilasi ventrikuler
f. Penurunan kontraksi mikardium
g. Barotrauma paru
h. Spasme laring
i. Edema laring
j. Regurgitasi dan muntah

B. Konsep Teori (Ca Mamae)


1. Pengertian
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae adalah penyakit
seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang
dapat mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel
(Wijaya,Dkk.2013).
Carcinoma mamae adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
partumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan penyakit
tunggal. Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak
menyerang wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan-pertumbuhan sel tidak
dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila
tumor ini tidak diangkat, dikwatirkan akan masuk dan menyebar dalam
jaringan yangsehat. Ada kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan
menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang kelompok
wanita umur 40-70 tahun tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat
sesuai dengan pertumbuhan usia (Wijaya,dkk 2013)
Tumor mamae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae di mana
sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma, 2015).
2. Klasifikasi
a. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,
kemungkinanpenyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada
atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar
getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 -
40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II
biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
c. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada
artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga
dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha
ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta
untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.
Tumor adalah massa jaringan yang tidak normal. Menurut National Breast Cancer
Foundation, terdapat 2 tipe tumor payudara, yaitu:
a. Tumor Jinak Payudara (Benign Breast Tumors) .Tumor jinak payudara adalah
pertumbuhan sel yang tidak normal tetapi tidak menyebar keluar payudara dan
tidak mengancam nyawa manusia. Namun, tumor jinak payudara dapat
meningkat menjadi kanker sehingga tumor jinak payudara tetap patut
diwaspadai.
b. Tumor Ganas Payudara (Malignant Breast Tumor/Breast Cancer) Tumor
ganas payudara adalah kumpulan sel kanker yang tumbuh dan dapat menyebar
pada berbagai bagian tubuh. Tumor ganas berbahaya karena menyerang
sekitar jaringan payudara. Ketika tumor dicurigai sebagai tumor ganas, maka
dokter akan melakukan biopsi untuk mendiagnosa tumor.
3. Etiologi
Menurut Iskandar (2010) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae belum
diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mamae dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor mamae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor mamae.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mamae beresiko
tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mamae.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor mamae sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker mamae.
d. Faktor usia
Resiko tumor mamae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor Hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor mamae.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Pemakaian kontrasepsi oral
4. Anatomi Fisiologi
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot
dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara terletak di
fascia superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir
lateral sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara
meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke
axilla. Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV.
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus
adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI),
lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau
kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar
sebasea pada permukaan areola.
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen
di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal,
yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari
cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam
dan vena supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran limfatik
dari bagian sentral kelenjar mamae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi
lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui
noduslimfe aksilar (Sarwono, 2012).

Gambar 2.1
Anatomi Payudara yang terkena kanker
5. Fisiologi 
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarke;
pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya berbentuk
rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan
progesteron.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang
dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas,
dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan
timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran payudara terutama
karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi
terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan
payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan,
payudara menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana
alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus
ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan
hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih
lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan
menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung
(Sjamsuhidajat, 2012)

6. Patofisiologi 
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak menyebar ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun

Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois

lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada

manusia.

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi

bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari

sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai

karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen

lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase insitu: 1-5 tahun

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous

yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,

kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.

3. Fase Invasi

Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui

membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu

antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa


tahun.

4. Fase diseminasi: 1-5 tahun

Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-

tempat lain bertambah.


PATWAY

PPNI, 2017)

7. Manifestasi Klinis
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mamae masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba,
biasanya oleh wanita itu sendiri.
a. Terdapat massa utuh (kenyal) biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak
dapat digerakkan)
b. Nyeri pada daerah massa
c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mamae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mamae dipegang
antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
d. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
e. Pengelupasan papilla mamae. Adanya kerusakan dan retraksi pada area
puting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
f. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
8. Komplikasi 
Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang tengkorak,
vertebra, iga, tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara, hinga
kematian (Nurarif & Kusuma, 2018).
9. Pemeriksaan Penunjang 
a. Laboratorium meliputi:
1. Morfologi sel darah
2. Laju endap darah
3. Tes faal hati
4. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5. Pemeriksaan sitologis
b. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari puting mamae, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi.
c. Mammagrafi
Pengujian mamae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mamae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker di antara
jaringan kelenjar kurang tampak.
d. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mamae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. Kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
f. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
g. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan dan seleksi
terapi .
h. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mamae pada organ lain.
i. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
10. Penatalaksanaan Medis 
a. Pembedahan
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat
namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2. Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan
otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan
lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
3. Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4. Wide excision/ mastektomi parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
b. Radioterapi biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak
jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:
kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada
nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar
dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk
kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral
oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

C. Konsep Teori eksisi biopsi


1. Pengertian
Biopsi berasal dari bahasa Yunani yaitu bios yang artinya kehidupan, dan opsis
yang artinya melihat, jadi biopsi dapat diartikan sebagai melihat kehidupan
dari suatu jaringan atau sel yang diambil melalui suatu tindakan medis.
Biopsi didefinisikan sebagai tindakan mengambil atau melakukan pemeriksaan
mikroskopis dari jaringan yang berasal dari tubuh manusia yang masih hidup
untuk menegakkan suatu diagnosis atau menentukan apakah suatu tumor ganas atau
jinak atau untuk menegakkan diagnosis suatu proses penyakit atau infeksi.
Biopsi eksisi adalah prosedur pembedahan dengan mengambil secara
komplit lesi patologis untuk keperluan pemeriksaan histopatologi.
Pemeriksaan histopatologi sangatlah penting untuk mengetahui tipe tumor dan
juga batas dari tumor (margin), terutama pada tumor yang belum jelas apakah
jinak atau ganas. Pada tumor jinak maka biopsi eksisi dapat menjadi terapi definitif.
2. Indikasi
a. Setiap lesi ulseratif progresif harus dibiopsi, jika muncul pada atau lebih dari 3
minggu dan pada kasus yang gagal terapi dalam 3 minggu pengobatan
b. Muncul massa dalam atau lebih dari 3 minggu
c. Lesi yang mengganggu fungsi lokal normal rongga mulut
d. Bercak putih pada membran mukosa, terutama yang berbentuk seperti kutil
e. Pada beberapa kasus, eksisi luas lesi dapat menentukan diagnosis dan terapi
3. Komplikasi
a. Perubahan pada bentuk payudara, sesuai dengan luasnya jaringan yang diangkat
saat biopsi payudara.
b. Payudara memar dan bengkak.
c. Payudara terasa nyeri pada lokasi biopsi.
d. Perdarahan atau infeksi pada lokasi biopsi.

D. Asuhan Keperawatan Perianestesi


1. Pre Anestesi
a. Pengkajian Pre Anestesi
b. Analisa Data
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/implementasi dan Evaluasi Pre Anestesi
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
Ansietas Pasien akan menyatakan a. Kaji tingkat a. Tingkat ansietas
peningkatan kenyamanan ansietas  Ringan
psikologis dan fisiologis b. Ajarkan teknik  Sedang
Kriteria Hasil : relaksasi napas  Berat
a. Wajah klien tidak dalam  panik
tampak cemas dan c. Dampingi klien b. Tanda-tanda vital
gelisah dan perlihatkan pasien terutama
b. Rasa takut dan cemas rasa empati untuk nadi pasien
klien menurun, mengurangi rasa c. Frekuensi nafas
dengan tingkat cemas pasien
ansietas ringan. d. Jelaskan jenis d. Evaluasi ekspresi
c. Klien tampak tenang prosedur tindakan wajah pasien
dan kooperatif. anestesi yang akan
d. Frekuensi nadi dalam dilakukan.
rentan normal yaitu e. Monitor tanda
60-100 x/menit tanda vital
Nyeri Individu akan menyatakan a. Kaji tingkat skala a. Skala nyeri apakah
akut berkurangnya nyeri nyeri sudah berkurang
setelah diberikan tindakan b. Ajarkan metode b. Tanda-tanda vital
pereda nyeri yang distraksi selama pasien terutama
memuaskan nyeri akut peningkatan
Kriteria Hasil : c. Ajarkan tentang tekanan darah
a. Skala nyeri berkurang tindakan pereda dalam batas normal
dengan skala 3-2 nyeri non invasif c. Frekuensi nafas
b. Ekspresi wajah d. Kolaborasi dengan pasien dalam batas
tampak tenang dan dokter untuk normal
nyaman. pemberian obat d. Ekspresi wajah
c. Menyebutkan faktor pereda nyeri pasien (masih
yang meningkatkan menunjukkan
nyeri tanda-tanda nyeri
seperti meringis)

2. Intra Anestesi
a. Pengkajian Intra Anestesi
b. Analisa Data
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/implementasi dan Evaluasi intra anestesi
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
Ketidakef Individu akan melaporkan 1. Monitor TTV 1. Tanda-tanda
ektifan ketidakefektifan yang
2. Buka jalan nafas vital pasien
bersihan berkaitan dengan bersiha
jalan jalan nafas dan tindak pasien 2. Kepatenan jalan
napas kewaspadaan yang 3. Posisikan pasien nafas
diperlukan
Kriteria hasil : untuk 3. Monitor
1. Tidak ada tanda- memaksimalkan respirasi dan
tanda hipoksia ventilasi status O2
2. Tanda-tanda vital 4. Monitor respirasi
dalam batas normal dan SPO2
3. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(frekuensi
pernafasan normal)

3. Post Anestesi
a. Pengkajian Post Anestesi
b. Analisa Data
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan dan Evaluasi Post Anestesi
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
Resiko Individu akan melaporkan a. Monitor tanda dan a. Tidak adanya tanda
infeksi faktor risiko yang gejala infeksi dan gejala infeksi
berkaitan dengan infeksi b. Jelaskan tentang b.Tidak adanya cairan
dan tindak kewaspadaan peningkatan disekitar bekas
yang diperlukan kerentanan operasi pasien
Kriteria hasil : terhadap infeksi c. Luka bekas operasi
a. Klien bebas dari tanda c. Jelaskan tanda dan pasien mengering
dan gejala infeksi gejala infeksi
b. Menjelaskan metode d. Pasang drainase
penyebaran infeksi e. Lakukan
c. Luka setelah tindakan kolaborasi dengan
operasi kering dan dokter untuk
tidak ada cairan di pemberian obat
sekitar perban

BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tempat/tanggal lahir : 25, november 1995
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Entak, Rt 002/002, merit petikusan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : Tumor Mamae Sinistra
Rencana Operasi : Excisi biopsi
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 153 cm
Golongan darah :B
No. RM : 043xxx
Tanggal Masuk : 10 Maret 2021
Dokter Bedah : dr. Dewa Sp.B
Dokter Anestesi : dr. Yohanes Sp.An
Rencana Anestesi : General anestesi dengan intubasi LMA
2. Indetitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. G
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Hubungan dg Klien : Suami
Alamat : Entak, Rt 002/002, merit petikusan
b. Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan terdapat benjolan dipayudara sebelah kiri dan terasa nyeri sejak
seminggu yang lalu
P : Nyeri terasa bila pasien bergerak semenjak seminggu yang lalu
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk hilang timbul
R : Nyeri terasa di ketiak kiri
S : Skala 3
T : Nyeri terasa bila bergerak dan beraktivitas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan terdapat benjolan dipayudara sebelah kiri dan terasa nyeri
sejak seminggu yang lalu. Pasien datang ke RS pada tanggal 9 Maret 2021. Pasien
puasa dari jam 02:00 WIB, pada jam 11 : 00 pasien di antar ke IBS terpasang infus
RL.
P : Nyeri terasa bila pasien bergerak semenjak seminggu yang lalu
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk hilang timbul
R : Nyeri terasa di ketiak kiri
S : Skala 3
T : Nyeri terasa bila bergerak dan beraktivitas
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
b. Pasien mengatakan pernah menjalani tindakan operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakana tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksan umum dan tanda-tanda vital
Kesadaran : Composmentis
GCS :E:4 V:5 M:6
Tekanan Darah : 119/67 mmHg
Nadi : 98 x / mnt
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Respirasi : 20 x / mnt
2. Status generalis:
a) Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi : Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala kotor, terdapat ketombe, tidak
ada lesi, rambut lurus, warna hitam pendek, persebaran rambut merata dan tidak
terlihat adanya  benjolan.
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan massa
b) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah : tegang, Edema: (-), kelumpuhan otot-otot
fasialis (-); gigi palsu : (-), gigi goyang : (-), gigi maju : (-); kemampuan
membuka mulut < 3 cm : (-)
c) Pemeriksaan Mata
 Inspeksi : Mata simetris kanan dan kiri, alis simetris kanan dan kiri, tampak,
konjungtiva anemis, sklera ikterik, reflek pupil isokor, iris hitam dan tidak
menggunakan alat bantu  penglihatan.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan massa
d) Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi : Kedua daun telinga simetris, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat
adanya darah/sekret yang keluar, tidak terdapat benjolan dan tidak menggunakan
alat bantu  pendengaran.
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di daerah telinga.
e) Pemeriksaan Mulut, Gigi dan Faring
a. Inspeksi : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat, tidak terlihat adanya lesi, gusi
tidak berdarah, tidak terdapat sariawan, kebersihan mulut baik.
 Orofaring atau rongga mulut : Uvula ( simetris ), Benda asing :
( tidak )
 Mallampati : I (mulut terbuka maksimal, pilar faring, uvula, palatum molle
terlihat dengan jelas)
b. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada gusi dan tidak teraba adanya massa.
f) Pemeriksaan Leher
 Inspeksi : Warna kulit leher sama dengan permukaan kulit lainnya, reflek
menelan baik, tidak ada nyeri saat menelan, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
 Palpasi :   Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba adanya massa.
g) Pemeriksaan Dada
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
 Inspeksi
- Bentuk torak (Normal chest), bentuk dada (simetris),
- Pola nafas : vesikuler
 Palpasi
Vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).

 Perkusi
Area paru : (sonor)

 Auskultasi
- Suara nafas area vesikuler : (bersih) , tidak ada suara nafas tambahan
(gurgling, weezing)
b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi
atau jaringan parut dan tidak ada pembengkakan massa.
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra, tidak
terdapat nyeri tekan.
 Perkusi : Suara jantung pekak, batas jantung dalam batas normal.
 Auskultasi : Terdengar suara jantung S1/S2 reguler dan tidak terdengar
adanya suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-).
c) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
 Inspeksi
- bentuk ( asimetris), pembengkakan (+ ).
- Kulit payudara : warna kemerahan lesi ( + ),
- Putting : cairan yang keluar ( - ), pembengkakan ( + )

 Palpasi
- Nyri tekan ( + ), benjolan massa ( + )
h) Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi: tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, bentuk simetris
 Auskultasi: peristaltiku usus 10x/menit
 Palpasi: tympani di seluruh kuadran abdomen
 Perkusi: tidak ada nyeri tekan di seluruh kuadaran abdomen,hepar tidak
teraba
i) Pemeriksaan Genetalia

- Inspeksi : Terpasang kateter urine, urine output 600cc, tidak terdapat


peradangan.
- Palpasi : tidak terdpat nyeri tekan
j) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
- Inspeksi : Terpasang infus RL di ekstremitas atas kanan, tidak terdapat luka.
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, edema, benjolan dan massa
- Lakukan uji kekuatan otat : ( 5 )
b) Ekstremitas Bawah :
- Inspeksi : Tidak terdapat lesi dan luka. Tidak ada deformitas tulang.
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan,edema, benjolan dan massa.
- Lakukan uji kekuatan otot : ( 5 )
k) Kebutuhan cairan klien selama operasi yang harus terpenuhi

1. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2 x 47kgBB
= 2cc x 47 kg
= 94cc
2) Rumus pengganti puasa (PP):
2cc x jam puasa x kgBB
= 2cc x 8 jam x 47 kg
= 752 cc
3) Rumus stress operasi (SO):
Jenis operasi x kgBB
= 6 x 47 kg
= 282 cc
b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV)
1) Jam I : M + ½ PP + SO = 94 cc + 376 cc + 282 cc
= 752 cc
2) Jam II dan III: M + ¼ PP + SO = 94 cc + 188 cc + 282 cc
= 564 cc
3) Jam IV : M + SO = 94 cc + 282 cc
= 376 cc
l) Klafikasi ASA

1 2 3 4 5 E

m) Data Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Repit test COVID-
19 Non Reaktif Non Reaktif Non Reaktif
Ig G Non Reaktif Non Reaktif
Ig M
Kalium 3,2 3,5-5,0 Mmol/I
Haemoglobin 11,5 11.7-15.5 g/dl
Jumlah leukosit 6.710 3.600-11.000 Ribu/ul
Jumlah trombosit 287.000 150.000-450.000 Ribu /ul
Jumlah eritrosit 4,3 3,8-5,2 Juta/ul
hematokrit 35 35-47 %
Eusinofil 3 2-4 %
Basophil 0 0-1 %
Neutrosil 61 50-70 %
Limfosit 32 25-40 %
Monosit 4 2-8 %
MCV 80,2 80,0-100,0 fl
MCH 26,7 26,4-34,0 Pg
MCHC 33,4 32,0-36,0 g/dl
GDS 87 70-140 Mg/dl
CREATININ 0,4 0,5-0,9 Mg/dl
d. Persiapan penatalaksanaan Anestesi

1. Rencana Anestesi:
a. Persiapan klien di Ruang Penerimaan
1. Mengecek kelengkapan status klien
2. Klien telah puasa selama 8 jam
3. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS
4. Klien sudah terpasang infus line, infus lancar
5. Klien telah memakai baju dan topi operasi
6. Memposisikan klien
b. Mengecek TTV: Pesiapan mesin
1. Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoan
2. Mengecek isi volatil agent
3. Mengecek kondisi absoben
4. Mengecek apakah ada kebocoan mesin
5. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan spignomanometer
c. Persiapan alat:
1. S (Scope) : laringoscope mancitosh, stetoscope
2. T (Tube) : LMA dan ETT
3. A (Aiway) : facemask, ambubag, mayo
4. T (Tape) : Plester
5. I (Introducer) : stilet
6. C (Conector) : terpasang
7. S (Suction) : terpasang
8. Spuit 10 cc
d. Persiapan obat
1) Premedikasi : Fentanyl, Dexamethason, Ketorolac
2) Induksi : Propofol, fentanyl
3) Obat antifibrinolitik : Asam Tranexsamat
4) Obat histamin : Dexamethason
5) Obat antiemetik : Ondansentron 4 mg
6) Pelumpuh otot : Rocum
7) Obat analgetik : fentanyl 100 mcg
8) Cairan infus : Kristaloid : RL
9) Obat emergency : Efedrin 5 mg

e. Teknik General Anestesi :


o Mask

o Nasal ETT
o Oral ETT

o LMA
o TIVA

Ukuran ETT / LMA : 3


PLESTER : 20 cm
Ukuran blade : -
Tipe Blade : -
Akses intravena (IV Line)
Lokasi : Dekstra
f. Obat yang diberikan :
1) Premedikasi :Fentanyl (100 mcg), Dexamethason (10 mg),
Ketorolac (30mg)
2) Induksi : Propofol (100 mg)
3) Cairan Infus : Kristaloid : RL 1000 cc
4) Obat inhalasi : Isoflurane (30 cc) ,Sevoflurane (20cc), N2O (150 L),
O2 (220 L)

Monitoring Pre, Intra, dan Post

Jam TD N SpO2 Suhu Tindakan


(mmHg) (x/mnt) %
Pre Anestesi
11.3 119/67 98 100% 36,3 Assesment Pre Anestesi dan memastikan
0 identitas, lokasi operasi, infirmend conset
1. Memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai prosedur operasi
2. Mengkaji pasien apakah memiliki alergi
makanan atau obat, dan riwayat
penyakit
3. Mengkaji tingkat kecemasan pasien
4. Terpasang cairan RL 20 Tpm
Intra Anestsi
11.3 119/67 70 100% 36,0 Pasien masuk keruang operasi
5
11.4 109/78 83 100% 36.0 Mulai melakukan pembiusan
0
11.4 103/82 89 100% 36,0 Dilakukan pembedahan
5
11.5 99/73 65 100% 36,0 Memberikan cair ± 500 cc
0
11.5 116/80 78 100% 36,0 Memonitor TTV pasien
5
12.0 122/88 80 100% 36,0 Memonitor TTV pasien
0
12.0 122/85 82 100% 36,0 Memonitor TTV pasien
5
12.1 122/84 83 100% 36,0 Memonitor TTV pasien
0
12.1 123/85 85 100% 36,0 Memonitor TTV pasien
5
Post Anestesi
12.2 123/85 90 100% 36,0 Pasien selesai operasi dan dipindahkan ke
0 ruang pemulihan, dipasangang NIBP, dan
saturasi.
12.2 120/85 87 100% 36,0 Pemantauan vital sign dan pengukuran
5 aldrete score
12.3 120/85 85 100% 36,0 pengukuran aldretevscore pasien > 9 dapat
0 dipindahkan ke bangsal.

NILAI ADRETE SCORE

Kriteria Masuk RR Keluar RR


Aktivitas mototrik 2 1 0 2 1 0
Pernafasan 2 1 0 2 1 0
Tekanan darah 2 1 0 2 1 0
Kesadaran 2 1 0 2 1 0
Warna kulit 2 1 0 2 1 0
Jumlah AS 6 10
waktu 12.05 12.10 12.15 12.15 12.20 12.25
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
Analisis Data

Data Subjektif Data Objektif


Pre Anestesi Pre Anestesi
- Pasien mengeluhkan adanya - pasien terlihat takut.
benjolan di payudara sebelah kiri - pasien tampak gelisah dan minta di
- Pasien mengatakan tidak temani pihak keluarga
- TD 119/67 mmHg,
memeiliki riwayat penyakit
- RR 22 x/mnt,
dahulu, tidak memiliki penyakit
- Nadi 98 x/mnt
maag dan pernah dioperasi
- SPO2 100 %
sebelumnya
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien dan keluarga mengatakan
menahan nyeri
tidak memiliki riwayat penyakit
- Pasien akan dilakukan tindakan operasi
keturunan seperti asma, maag,
Excisi dengan general anestesi Teknik
DM dan lainnya
intubasi LMA
- Pasien mengatan pernah dilakukan
- Pasien di diagnose Ca Mamae
tindakan operasi
- Pengkajian nyeri PQRST
- Hasil USG didapatkan Ca mamae
P : Nyeri terasa bila pasien bergerak
- Pasien mengatakan cemas dan
semenjak seminggu yang lalu
takut akan tindakan pembedahan
Q : Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
yang akan dilakukan
hilang timbul
Intra Anestesi
R : Nyeri terasa di daerah payudara
-
S : Skala 3
Post Anestesi
T : Nyeri terasa bila beraktifitas
-
- GCS : E4 V5 M6
- Status ASA 1
Intra Anestesi
- Monitoring intra operasi
TD 00 = 119/68 mmHg
TD 05 = 109/78 mmHg
TD 10 = 103/82 mmHg
TD 15 = 99/73 mmHg
- N : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu ruangan 16 0C
- SPO2 : 100 %
- Suhu tubuh : 36,3 oC
- Pasien mengalami pendarahan 150 cc
Post Anestesi
- Pasien belum sadar penuh
- TD : 110/78 mmHg
- N : 81 x / mnt
- RR : 21 x/mnt
- Suhu : 36,2 oC
- Pasien post pembedahan Ca Mamae
- Pasien tampak pucat
ANALISA DIAGNOSA
No Data Masalah Etiologi
Pre Anestesi
1. DS :
- Pasien mengeluh ada benjolan NYERI AKUT Berhubungan dengan
penyakit ca mamae
di payudara sebelah kiri
- Pasien datang ke RS dengan
keluhan ada benjolan di
payudara sebelah kiri dan
nyeri diketiak sejak seminggu
yang lalu,
DO :
- Pasien tampak meringis
kesakitan menahan nyeri
yg terasa
- Skala Nyeri yang dirasakan
pasien
P : Nyeri terasa bila pasien
bergerak semenjak seminggu
yang lalu
Q : Nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk hilang timbul
R : Nyeri terasa di daerah
payudara
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri terasa bila
beraktifitas
- TD 119/67 mmHg,
- RR 22 x/mnt,
- Nadi 98 x/mnt
- SPO2 100 %
- Hasil USG didapatkan Ca
mamae
2. DS : ANSIETAS Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan cemas dan ancaman actual atau
takut akan tindakan persepsi ancaman
pembedahan yang akan terhadap integritas
biologis, sekunder
dilakukan
akibat : prosedur
DO : invasive
- pasien terlihat takut.
- pasien tampak gelisah dan
minta di temani pihak
keluarga
- TD 119/67 mmHg,
- RR 22 x/mnt,
- Nadi 98 x/mnt
- SPO2 100 %
- Pasien akan dilakukan
tindakan operasi excise biopsi
dengan general anestesi
Teknik intubasi LMA
- Pasien di diagnose Ca Mamae
- Hasil usg didapatkan Ca
Mamae
- Skala cemas ringan
Intra Anestesi
1. DS : Ketidak efektifan berhubungan dengan
- bersihan jalan sekresi yang berlebihan
DO : napas akibat pemasangan
- Pasien tampak pucat LMA terlalu lama
- Terpasang LMA ukuran 3
- TD 122 /88 mmHg,
- RR 22 x/mnt,
- Nadi 98 x/mnt
- SPO2 100 %

Post Anestesi
1. DS : RESIKO INFEKSI Berhubungan dengan
- tempat masuknya
DO : organisme, sekunder
- Pasien selesai tindakan akibat luka post
operasi Ca Mamae dengan pembedahan
general anestesi teknik
Intubasi LMA
- Pasien belum sadar penuh
- TD : 120/85 mmHg
- N : 85 x / mnt
- RR : 21 x/mnt
- SPO2 100 %
- Suhu : 36,2 oC
- Terdapat luka post operasi
pada Mamae sinistra kurang
lebih 5 cm

PRIORITAS DIAGNOSA
No Prioritas Diagnosa
Pre Anestesi
1. Nyeri Akut
Berhubungan dengan penyakit Ca mamae
2. Ansietas
Berhubungan dengan ancaman actual atau persepsi ancaman terhadap integritas
biologis, sekunder akibat : prosedur invasive
Intra Anestesi
1. Ketidak efektifan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang berlebihan akibat pemasangan LMA terlalu lama
Post Anestesi
1. Resiko Infeksi
Berhubungan dengan tempat masuknya organisme, sekunder akibat luka post
pembedahan

INTERVENSI

N DIAGN PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O OSA
PRE OPERASI
1 Nyeri Setelah melakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui
akut tindakan keperawatan vital klien keadana umum
anestesi selama + 1 jam 2. Kaji tingkatan nyeri pasien
diharapkan masalah dengan menggunakan 2. Memberikan data
nyeri akut dapat teratasi pengkajian PQRST dasar untuk
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan klien Teknik menentukan
- Tanda-tanda vital Pereda nyeri noninvasif intervensi yang
dalam batas normal : dengan relaksasi nafas akan di berikan
TD = 90/70 -120/70 dalam kepada klien
mmHg 4. Jelaskan penyebab 3. Meningkatkan
RR = 16 - 20 x / nyeri kepada klien dan relaksasi klien
menit keluarga 4. Meningkatkan
Nadi = 60-100 x 5. Atur posisi senyaman relaksasi dan
/menit mungkin bagi klien dapat
SPO2 = 85-100 % 6. Kolaborasi dengan meningkatkan
Suhu = 36,5-37,5 oC dokter dalam pemahaman klien
- Skala nyeri 2-3 pemberian analgetik dan keluarga
( ringan ) dan nyeri sesuai indikasi mengenai nyeri
terkontrol dan tindakan
- Dapat lebih lanjut yang
mengidentifikasi akan di lakukan
aktifitas yang dapat pada pasien
menurunkan dan 5. Pemberian posisi
meningkatkan nyeri. yang nyaman
dapat merelaksasi
otot klien dan
dapat meredahkan
nyeri yang
dirasakan
6. Pemberian
analgetik dapat
meredakan nyeri
pasien
2 Ansietas Setelah melakukan 1. Kaji tingkat ansietas 1. Strategi
tindakan keperawatan klien (ringan, sedang, keperawatan
anestesi selama + 1 Jam berat, panik) berbedasesuai
diharapkan masalah 2. Berikan penjelasan tingkatan ansietas
ansietas dapat teratasi mengenai tindakan 2. Klien yang cemas
dengan kriteria hasil : operasi yang akan di cederung untuk
- Mengetahui tingkat jalani klien menyamarkan
ansietas klien 3. Berikan kenyamanan ,beramsumsi dan
(ringan, sedang, dan ketentraman hati mengantisipasi
berat, panik)  Dampingi klien bencana. Masalah
- Rasa nyaman  Berbicara dengan kognitif yang
pasien terpenuhi perlahan dan tenang timbul meliputi
- Klien mengetahui menggunakan kesulitan dengan
operasi yang akan kalimat yang pendek perhatian dan
dijalani dan sederhana konsentrasi
 Pelihara rasa empati 3. Dengan adanya
( mis, kehadiran infoermasi, klien
yang menenangkan, menjadi mengeri
menyentuh, dan tidak cemas
berbicara)
INTRA ANESTESI
1 Ketidak Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mengetahui
efektifan tindakan asuhan vital klien keadaan umum
jalan nafas keperawatan post 2. Isap secret dari jalan pasien
anestesi 1x30 menit napas klien (suction) 2. untuk
diharapkan 3. Pertahankan hidrasi memperbaiki
ketidakefektifan yang adekuat jalan nafas dan
bersihan jalan napas ( pemberian asupan mengembalikan
teratasi dengan oksigen 3-4 liter untuk fungsi normal
kriteria hasil : klien ) pertukaran udara
1. diharapkan tanda- 4. Upayakan agar 3. untuk memenuhi
tanda vital klien kelembaban udara kebutuhan
normal inspirasi tetep adekuat oksigenasi pada
TD : 120/80 pasien
mmhg 4. untuk
Rr : 20 x/mnt menghindari
N : 80 x/mnt kekeringan jalan
SPO2 : 100% nafas dan
2. diharapkan tidak pengentalan
ada sumbatan sekret yang
dijalan napas menyebabkan
klien. sulit dilakukan
3. diharapkan suction
asupan oksigen
klien terpenuhi.
4. pertukaran
oksigen klien
normal.
POST ANESTESI
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi tanda 1. Untuk
infeksi tindakan dan gejala infeksi mengetahui
keperawatan 2. Monitor keberihan factor
anestesi selama + 20 alat bantu kemih penyebab
menit,diharapkan 3. Pantau kulit dan infeksi
risiko infeksi sistem perkemihan 2. Untuk
berkurang dengan 4. edukasi pasien dan memberikan
kriteria hasil : keluarga cara kenyamanan
1. Klien bebas dari mencegah infeksi bagi pasien
tanda dan gejala 5. kolaborasi dengan 3. Untuk
infeksi dokter jika meminimalisi
2. Pasien mengerti diperlukan r pergerakan
dan paham dengan pemberian obat pasien agar
gejala infeksi antibiotik luka tidak
makin
membesar
4. Agar pasien
paham
tenteng
pengendalian
resiko infeksi
5. Pemberian
antibiotic
agar
mencegah
terjadinya
infeksi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Anestesi

Pre Anestesi

N Diagnos Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


o a tanggal
1 Nyeri ak Pukul 1. Mengobservasi Pukul 11.30 Maman
ut 11.00 WIB tanda-tanda Ds :
10-03-2021 vital klien - Pasien mengatakan masih
2. Mengkaji merasakan nyeri
tingkatan nyeri Ds :
dengan - Tanda-tanda vital :
menggunakan TD = 119/85 mmHg
pengkajian RR = 20 x / menit
PQRST Nadi = 98 x / menit
3. Mengajarkan SPO2 = 100 %
klien Teknik Suhu = 36,3 oC
Pereda nyeri - Pengkajian nyeri :
noninvasif P : Nyeri terasa bila pasien
dengan bergerak semenjak
relaksasi nafas seminggu yang lalu
dalam Q : Nyeri terasa seperti
4. Menjelaskan tertusuk-tusuk hilang
penyebab nyeri timbul
kepada klien R : Nyeri terasa di daerah
dan keluarga payudara
5. Mengatur S : Skala nyeri 3
posisi T : Nyeri terasa bila
senyaman beraktifitas
mungkin bagi - Pasien dapat mengikuti dan
klien mengerti instruksi dari
6. Mengkolaboras perawat untuk melakukan
ikan dengan relaksasi napas dalam
dokter dalam - Pasien dan keluarga
pemberian mengerti terhadap nyeri yang
analgetik sesuai dirasakan pasien
indikasi - Pasien merasa nyaman
dengan posisi semi flowler
- Pasien telah diberikan
analgetik ketorolak
A:
Masalah nyeri akut teratasi
Sebagian
P:
Hentikan intervensi
2 Ansietas Pukul 09.0 1. Mengkaji Maman
Pukul 11.35 WIB
0 WIB tingkat
10-03-2021
ansietas
Ds :
2. Mengajarkan
- Pasien mengatakan sudah
teknik
tidak takut dan cemas
relaksasi
napas dalam Do :
- Pasien  tampak tenang dan
3. Mendampingi
sudah tidak gelisah 
klien dan
- TD : 119/67 mmHg
perlihatkan
- N : 85x/menit
rasa empati
- SPO2 : 100%
untuk
- RR : 19x/menit
mengurangi
rasa cemas 
Analisis :
4. Menjelaskan
Ansietas teratasi
jenis prosedur
tindakan
anestesi
yang akan dil Planning : 
akukan Intervensi dihentikan

5. Monitor
tanda tanda
vital 

intra anestesi

N Diagnos Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


o a tanggal
1. Ketidak Pukul 1. Observasi tanda- Mam
Pukul 12.00 WIB
efektifa 11.35 WIB tanda vital klien an
S:-
n jalan 10-03-2021 2. Isap secret dari
O : pasien tampak sudah
nafas jalan napas klien sadar,
(suction) Pernapasan tidak ada
3. Pertahankan sumbatan
SPO2 : 100%
hidrasi yang
adekuat Terpasang oksigen 3 L
(pemberian asupan A : masalah Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
oksigen 3-4 liter
teratasi
untuk klien) P : pasien sudah bisa
4. Upayakan agar dipindahkan ke ruang RR

kelembaban udara
inspirasi tetep
adekuat

Post anestesi

N Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


o tanggal
1 Resiko Inf Pukul 1. Mengkaji adanya Pukul 12.25 WIB Mama
eksi 12.10 factor yang Ds : n
WIB meningkatkan resiko Pasien mengatakan paham
10-03- infeksi (post penyebab, resiko, dan
2021 operatif) derajat penularan infeksi
2. Mengurangi Do :
organisme yang  pasien tepasang O2
masuk kedalam dan SPO2 transpot
tubuh individu  TD : 120/85 mmHg
dengan stress aseptic  SpO2 : 100 %
3. Menjelaskan pada  RR 22 x/menit,
individu dan  Suhu : 36,5 C
keluarga tentang
A:
penyebab, resiko,
Masalah risiko infeksi
dan derajat
teratasi
penularan infeksi
P:
Intervensi diberhentikan

BAB IV
KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan Anestesi pada Ny, S dengan diagnose medis Ca Mamae didapatkan
diagnosa keperawatan anestesi pre, intra, post :
1. Nyeri akut Berhubungan dengan penyakit Ca Mamae ditandai dengan kesadaran
composmetis, adanya benjolan dipayudara dengan skala nyeri 3,tekanan darah :
119/67 mmhg, nadi : 98x/menit, RR : 22 x/menit. Setelah melakukan tindakan
keperawatan anestesi selama + 1 jam, tujuan tercapai sebagaian yaitu skala nyeri
turun dari 3 ke 2 karena diberikan analgetik ketorolac dan relaksasi nafas dalam.

2. Ansietas Berhubungan dengan ancaman actual atau persepsi ancaman terhadap


integritas biologis, sekunder akibat : prosedur invasive, ditandai dengan kesadaran
composmetis, RR 22x/menit, tekanan darah 119/67 mmhg, nadi 98x/menit,pasien
tampak cemas dengan skala cemas ringan
Setelah melakukan tindakan keperawatan anestesi selama + 1 Jam, tujuan tercapai
karena adanya tenaga kesehatan yang merawat serta mengajari teknik relaksasi
nafas dalam dan menjelaskan prosedur operasi.

3. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang berlebihan akibat
pemasangan LMA terlalu lama ditandai dengan penumpukan secret di tengorokan
dan mulut, kesadaran somnolen, GCS = 8 (E1 V3 M4), RR : 20x/menit.
Setelah melakukan tindakan keperawatan anestesi selama + 1 Jam, tujuan tercapai
karena penumpukan secret di tenggorokan dan mulut berkurang dan adanya tenaga
kesehatan yang merawat pasien.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme, sekunder akibat


luka post pembedahan ditandai dengan kesadaran somnolen, badan terasa hangat
dengan suhu 36,05℃, terpasang infus line 20 tpm,adanya bekas pembedahan 5cm.
Tekanan darah : 120/85 mmhg.
Setelah melakukan tindakan keperawatan anestesi selama + 1 Jam, tujuan tercapai
karena mengurangi orarganisme yang masuk dengan tubuh individu dengan strees
aseptic dan menjelaskan pada individu dan keluarga tentang penyebab,resiko,dan
derajat penularan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Mangku. G, Senapathi. T.G , 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesi dam Reanimasi.
Jakarta:Penerbit Indeks.

Suranadi, I. W. (2016). Profil Penurunan Tekanan Darah Pasca Induksi Dengan Anestesi
Umum Di RSUP SANGLAH Periode Juli 2016-Desember 2016.

Carpenito, lynda juall-2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan -Alih Bahasa :


Estu Tiar, edisi 14. EGC: Jakarta.

Multidisciplinary Approach-2017,Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal-


Edisi Pertama (2017) EGC: Jakarta

Ayudia, F., & Biomed, M. (2018). FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA Ca


MAMAE PADA WANITA USIA SUBUR DI RSUP Dr . M . DJAMIL PADANG. 2, 64–
68.

Anda mungkin juga menyukai