Anda di halaman 1dari 11

MENGIDENTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V

1. Dahlia
2. Rizmayanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah k3 yang berjudul “Mengidentifikasi
Manajemen Risiko Dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam Keperawatan”.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam proses
kegiatan belajar dan sumber pengetahuan kepada pembaca dan mendapat ridho dari Tuhan
Yang Maha Esa.

      Kami selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman- teman, guru Pembimbing yang
sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.

Mataram,……..September 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23


dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan
disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang. Jika memperhatikan isi dari pasal jelaslah bahwa rumah sakit (RS) termasuk
kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap pelaku langsung yang bekerja di
RS, tapi  juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi,
gangguan psikososial dan ergonom. Semua potensi bahaya tersebut diatas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada dilingkungan RS.
Hasil laporan National safety Council ( NSC) tahun 1998 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industry lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/ potong, luka bakar,
dan penyakit infeksi lainnya. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada
pekerja RS, yaitu sprains, strains :52%, contussion, crushing, bruising : 11%, cuts,
laceration, punctures: 10,8%, fractures: 5,6%, multiple injuries: 2,1%, thermal burns: 2%,
scratches, abrasions: 1,9%, infections: 1,3%, dermatitis: 1,2%, dan lain-lain: 12,4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statics, 1983)
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS
belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa kkeluhan-keluhan dari para
petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Menajemen Risiko K3 di Dalam Gedung?


2. Bagaimana Menajemen Risiko K3 di Luar Gedung?

C. TUJUAN

1. Agar dapat menggetahui bagaimana menajemen risiko K3 di dalam gedung?


2. Agar dapat mengetahui bagaimana menajemen risiko K3 di luar gedung?
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM GEDUNG

1. Definisi manajemen risiko k3

Sistem manajemen k3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara


keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan memelihara kewajiban k3, dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kerugian kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Risiko
adalah bagian dari manajemn risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar,
prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang
baik. Menurut Griffin (2002), risiko adalah ketidak pastian tentang peristiwa masa depan
atas hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Manajemen risiko K3 rumah sakit
adalah upaya meminimalkan kerugian terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja,
pasien dan pengunjung di rumah sakit. Risiko yang ditimbulkan dapat berupa cedera,
sakit, kematian, kerusakan aset, kerusakan lingkungan kerja dan dapat menurunkan
citra. Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja rumah sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu diperhatikan demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan
kerja dimana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan terhadap penyakit
infeksi maupun non infeksi, penanganan limbah medis dan penggunaan alat pelindung
diri.

2. Indetifikasi risiko K3

Dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dalam kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif serta terciptanya lingkungan
kerja yang sehat, asri dan nyaman. Sistem manajemen K3 rumah sakit perlu melakukan
identifikasi bahaya di didalam gedung kontrol terhadap faktor risiko K3 yang meliputi:
a. Faktor fisik
Diantaranya radiasi, suhu, kebisingan, getaran, pencahayaan, kelembaban.
b. Faktor kimiawi
Seperti bahan-bahan dari laboratorium, farmasi ( diantaranya Ethylene Oxide,
Formaldehyde, Ether, Mercury, Chlorine, dan lain-lain)
c. Faktor ergonomic
Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat angkut pasien,
membungkuk, menarik, mendorong.
d. Faktor biologis
Diantaranya virus ( misal : Hepatitis B, Influenza, HIV ), bakteri ( misal :
S.Saphrophyticus ), jamur ( misal : candida ) dan parasit ( misal: S.Scabiei ).
e. Faktor psikososial
Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatic.
f. Faktor bahaya listrik dan kebakaran
Diantaranya gas bertekanan tinggi, bahan mudah terbakar, sengatan listrik,
hubungan arus pendek.
g. Limbah RS
Diantaranya limbah medis ( jarum suntik, vial obat, nanah, darah ) limbah non
medis, limbah cairan tubuh manusia ( misal : droplet, liur, sputum )
h. Pengendalian dan pembudayaan pemakaian alat pelindung diri (APD)
i. Bahaya mekanik
Diantaranya terjepit, terpotong, tersayat, tertusuk benda tajam.
j. Kontrol terhadap infeksi nosokomial dan pasien safety

3. Penatalaksanaan manajemen risiko K3 didalam gedung rumah sakit


a. Tahap persiapan
Mengacu pada SK Menkes 432/Menkes/SK2007 tentang pedoman K3 di
Rumah sakit. Pelaksanaannya harus dimulai dari direktur utama/dikrektur Rumah
sakit (Manajemen puncak) dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas. Bisa menggunakan jasa
konsultan atau tanpa mengguanakan jasa konsultan jika rumah sakit memiliki
personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
Membentuk kelompok kerja penerapan K3, anggota kelompok kerjasebaiknya terdiri
dari atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya menajer unit kerja, peran,
tanggung  jawab dan tugas anggota kelompok kerja ditetapkan. Sedangkan
mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit menetapkan sumber daya yang diperlukan, sumber disini
mencakup orang ( mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.

b. Tahap perencanaan
Perencanaan K3 di rumah sakit dapat mengacu pada standar system manajemen
K3RS, diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3. Perencanaan
meliputi identifikasi sumber daya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. Instansi
terkait perlu melakukan pengkajian serta identifikasi sumber bahaya dengan
mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya,
jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

c. Identifikasi hazard (bahaya)


Identifikasi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk mengetahui adanya
potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkugan kerja, material atau kegiatan
kerja yang ada di rumah sakit, berikut adalah resiko bahaya yang dihadapi oleh
petugas medis, paramedis dan non medis:
1) Tertular penyakit pasien
2) Penyakit rangka akibat angkat angkut pasien
3) Stress kerja
4) Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan
5) Bahaya ledakan tebung gas medik
6) Bahaya radiasi pengion X ray
7) Tertusuk jarum suntik
8) Debu dari ruang koridor
9) Terpeleset, terjatuh/ kejatuhan benda yang dingkat
10) Luka terkena pisau
11) Luka bakar
12) Bahan beracun
13) Obat pasien tertukas
14) Bahaya kebakaran akibat bahan kimia yang mudah terbakar
15) Penyakit akibat kerja ( karena paparan bahan kimia)
16) Bahaya ledakan dari bahan kimia bersifat eksplosif, gas medik

d. Upaya manajemen resiko k3


1) Terhadap petugas
a) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan pra kerja, rutin dan khusus
b) Pemberian alat pelindung diri dan pengupayaan budaya safety work
c) Pembinaan mental/ bimbingan rohani secara rutin
d) Pemberian vaksinisasi penyakit menular (hepatitis)
e) Melaksanakan pelayanan sesuai Standar Operasional prosedur (SOP).

2) Terhadap peralatan kerja

a) Melakukan kalibrasi alat alat medis

b) Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan alat secara rutin

c) Melakukan perbaikan alat alat yang rusak

3) Terhadap lingkungan kerja

a) Melakukan pemeriksaan dan pemantauan kebersihan ruangan

b) Melakukan pemantauan dan pengukuran suhu, kebisingan, pencahayaan,


kelembaban secara rutin, pensterilan alat, baju kerja

c) Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih, air minum, air limbah, uji
emisi gas, uji sterilitas alat bedah, uji kualitas udara ruang steril, uji sterilisasi
alat makan dan minum

d) Memberantas binatang penggangu secara kontinyu

4. Terhadap bangunan
a. Melaksanakan perbaikan perbaikan fasilitas gedung / bangunan
b. yang rusak
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan instalasi listrik, telpon dan air
b. Melaksanakan sertifikasi peralatan penangkar petir, listrik/genset.

B. MENAJEMEN RESIKO DI LUAR GEDUNG

1. Definisi manajemen risiko di luar gedung


Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja Manajemen sebagai suatu ilmu prilaku yang mencakup aspek sosial dan spiritual
yang tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja,baik dari
segi perencanaan,maupun pengambilan keputusan dan organisasi sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Manajemen risiko K3 di luar gedung RS
adalah suatu keadaan yang menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari risiko
penderitanan,kerusakan atau kerugian di tempat kerja.RisikoRisiko adalah sesuatu
yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang
waktu tertentu Pengertian K3 dan Risiko Manajemen risiko. manajemen risiko adalah
proses pengukuran atau penilaian risiko serta pengembangan strategi
pengelolaannya.Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, Manajemen sebagai
suatu ilmu prilaku yang mencakup aspek sosial dan spiritual yang tidak terlepas dari
tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja,baik dari segi perencanaan,maupun
pengambilan keputusan dan organisasi sehingga dapat meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja. Manajemen Risiko dan K3 menurut sumber sumber penyebabnya,
risiko dapat dibedakan sebagai berikut: Sumber Penyebab Risiko, Risiko Internal,
Risiko Operasional, Risiko Keuangan, Risiko Eksternal.

2. Kategori K3 dalam keperawatan


a. Risiko Tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaan nya berisiko
sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan
lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.
b. Risiko Sedang, Mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat
berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta
terganggunya kegiatan konstruksi.
c. Risiko Kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan
konstruksi.
3. Pengendalian risiko K3 diluar gedung
a. Elimiasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material/bahan
sehingga bahaya dapat dihilangkan atau dieliminasi.
b. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan/ atau material
yang tingkat bahayanya lebih rendah.
c. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau peralatan guna
menghindari terjadinya kecelakaan
d. Pengendalian administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur
untuk bekerja secara aman.
e. Alat Pelindung Diri adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus
dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sistem manajemen k3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara


keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan memelihara kewajiban k3, dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kerugian kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

2. Manajemen risiko K3 rumah sakit adalah upaya meminimalkan kerugian terhadap


keselamatan dan kesehatan pekerja, pasien dan pengunjung di rumah sakit. Risiko yang
ditimbulkan dapat berupa cedera, sakit, kematian, kerusakan aset, kerusakan
lingkungan kerja dan dapat menurunkan citra.

3. Manajemen risiko K3 di luar gedung RS adalah suatu keadaan yang menunjukan kondisi
yang aman atau selamat dari risiko penderitanan,kerusakan atau kerugian di tempat
kerja.

B. SARAN

Pada pengerjaan makalah ini kurangnya pengetahuan kelompok terhadap materi ini,
sehingga masih banyak terdapat kekurangan, dan kurangnya kerja sama kelompok
terhadap pengerjaan makalah ini, semoga apa yang kami sampaikan diatas bisa
bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga bermanfaat untuk pembaca atau
untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.
Dan saran kelompok pada suatu menajemen dapat meningkatkankesadaran betapa
pentingnya Manajemen Risiko dalam lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

http://hovi-din.blogspot.com/2011/11/makalah-manajemen-risiko.html

https://www.scribd.com/presentation/343612497/Manajemen-Risiko-k3-DiLuar-Gedung-Rs
Colling,

A.D.1990. Industrial Safety Management and Technologi. Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai