RUMAH SAKIT
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Anggota
Diah Tri Rahayu
Ike
Nur rochim
Utari Komala Wati Dewi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Identifikasi Hazard dan Pengendalian Risiko di Instalasi
Laundry Rumah Sakit.
Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai risiko penularan
penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa risiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan
kondisi di rumah sakit (Depkes RI, 2009). Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu
upaya untuk mengendalikan dan meminimalisasikan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh
karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut
lebih efektif, efisien dan terpadu.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Manajemen K3.
Pada kesempatan ini pula penyusun menyampaikan terima kasih kepada Bapak .........dan tim
selaku dosen mata kuliah Sistem Manajemen K3.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR
iDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan
Masalah21.3 Tujuan2BAB II TINJAUAN PUSTAKA32.1 Pengertian
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja32.2 Ruang Lingkup Keselamatan dan
Kesehatan Kerja42.3 Gambaran Masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja52.4 Peranan Rumah Sakit dalam Masalah K362.5 Dasar Hukum
K38BAB III PEMBAHASAN93.1 Sistem Manajemen K3 di Instalasi Laundry
Rumah Sakit93.2 Langkah manajemen sistem K3 di rumah sakit di instalasi
laundry93.3 Identifikasi bahaya/ancaman di Instalasi Loundry Rumah
sakit113.4 Pengendalian Potensi Bahaya di Instalasi Laundry Rumah
Sakit14BAB IV PENUTUP184.1 Kesimpulan184.2 Saran18DAFTAR
PUSTAKA19ii
BAB I PENDAHULUAN .
1 Latar Belakang
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan
masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan
kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan tersebut, melalui
usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan
terjemahan dariOccupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan
yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja.
Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, hygiene,
penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya (Notoadmojo,
2012).Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan ini dapat tecapai, apabila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya
tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain; suhu ruangan yang nyaman, penerangan
atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat kerja yang
sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya (ergonomik) dan sebagainya (Notoadmojo,
2012).Dasar hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tercantum
dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
Dalam Undang-UndangNo.23Tahun 1992 Tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit
sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas maka jelaslah rumah sakit termasuk
kedalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Instalasi laundry
merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai risiko penularan penyakit infeksi dan
juga terdapat beberapa risiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit
(Depkes RI, 2009). Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan dan meminimalisasikan dan bila mungkin meniadakannya. Oleh karena itu
perlu diadakannya sistem K3 di instalasi laundry agar penyelenggaraan K3 tersebut lebih
efektif, efisien dan terpadu.
2.1 Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan KerjaSehat menurut WHO adalah suatu
keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada
bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Sedangkan menurut UU kesehatan no 23 tahun
1992, sehat berarti suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan kerja menurut WHO/ILO tahun 1995 bertujuan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatanpekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologinya. Secara ringkas
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setia manusia kepada pekerjaannya
atau jabatan yang dimilikinya.
Manajemen K3 di rumah sakit merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dari
tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk
membudayakan K3 di RS dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Kondisi
lingkungan kerja di rumah sakit di masa mendatang akan berkembang serba mekanik,
otomatis, kimiawi dengan teknologi canggih yang dapat berpengaruh langsung terhadap
kesehatan.Pekerja yang ada di rumah sakit sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya
sesuai dengan tugas dan fungsi rumah sakit. Masyarakat pekerja di rumah sakit dalam
melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial yang bila
tidak dapat diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas
kerjanya.
Lingkungan kegiatan rumah sakit dapat mempengaruhi kesehatan dalam 2 bentuk
yaitu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
4. Faktor Psikologis
Dapat menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun terjadi perubahan fisik tubuh,
hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan masyarakat yang padat modal, padat teknologi
dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-hari melibatkan sumberdaya manusia dengan
berbagai jenis keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada
kapasitas dan kualitas tenaga kerja di institusi pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit, penggunaan peralatan dengan teknologi tinggi dan
bahan-bahan serta obat-obat berbahya bagi kesehatan untuk tindakan diagnostik,
terapi maupun rehabilitasi semakin meningkat
Terpaparnya tenaga kesehatan dan tenaga kerja di institusi pelayanan kesehatan oleh
bibit penyakit perlu mendapat perhatian khusus.Penyelenggaraan kesehatan dan keselaatan
kerja di rumah sakit sangatlah perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh karena
pelayanan kesehatan ini bersifat continum. perhatian pelayanan kesehatan dan keselamatan
kerja dirumah sakit tidak hanya untuk penggunaan rumah sakit yang meliputi pasien,
pengunjung rumah sakit dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan tetapi juga bagi para
pelaksana dan pengelola rumah sakit. Bagunan dan lingkungan rumah sakit juga perlu
mendapatkan perhatian agar para pengelola rumah sakit, penyelenggara pelayanan maupun
pengguna rumah sakit dapat terllindungi keselamatan kerjanya dan terhindar dari kecelakaan
kerja.Rumah sakit diharapkan dapat melayani rujukan pasien akibat kecelakaan kerja dari
institusi pelayanan rumah sakit dasar di wilayahnya. Rumah sakit ini diharapkan pula agar
dapat berperan sebagai gate keeper untuk menapis pelayanan medik dasar akibat kecelakaan
kerja dan menyalurkan kepada pelayanan medik spesialis yang dilakukan oleh dokter
spesialis sebagai pelayanan rujukan medik. Pelayanan medik dasar di rumah sakit akan
melindungi kepentingan masyarakat dari pelayanan spesialis yang sebenarnya tidak
diperlukan sesuai kondisi penyakitnya. Pelayanan medik dasar akan melindungi dokter
spesialis dalam melaksanakan profesinya agar tetap dapat mempertahankan dan
meningkatkan profesionalitasnya karena tidak terjebak pada pelayanan medik dasar.
Peningkatan mutu sumberdaya manusia dan profesionalisme dalam memelihara pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkausecara profesional sangatlah diperlukan
demikian pula halnya dalam pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja agar dapat
diselenggarakannya pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau.Hal penting
yang harus diperhatikan adalah pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang disertai dengan penerapan nilai-nilai moral dan etika. Pelayanan kesehatan
yang profesinal tidak akan terlaksana apabila tidak di dukung oleh sumberdaya yang
berkualitas dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukkung dengan penerapan
nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut agar selalu
menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi. Kemitrasertaan (equalpartnership) antara
profesi medik dengan manajemen medik dalam memberikan pelayanan sangatlah diperlukan
agar dapat dihasilkan pelayanan medik yang bermutu, aman, tepat dan berhasilguna serta
berdayaguna, merata dan rasional serta dapat memberikan kepuasan bagi pengguna jasa
kesehatan.
Pengambilan Cahaya Debu Bakteri, Strees saat linen Posisi penyakit Terpeleset,
insfeksi
linen kotor ke virus, kotor yang harus mengankat patah tulang
(tbc,ispa,dermatitis
masing-masing parasit, diambil dari tumpukan kontak,LBP,myalgia belakang
ruanagn jamur masing-masing linen dengan
perawatan, poli yang ruangan banyak membungkuk,
rawat jalan, terdapat mendorong
ruang operasi, di linen troli dengan
ruang UGD kotor muatan linen
kotor yang
berlebihan
Pemisahan linen Bising, suhu Debu Bakteri, Stress jika banyak Posisi Noise induce Tertusuk
berdasarkan jenis panas, virus, linen kotor dengan membungkuk hearing loss, heat benda-benda
nodanya lembab jamur, noda berat saat cramps, heat stroke, tajam yang
pencahayaan parasit memisahkan eyestrain, tertinggal
linen conjungtivitis,
ketajaman
penglihatan
terganggu, LBP
Proses pencucian, Bising, suhu Bahan Bakteri, Stress jika jumlah Posisi Dermatitis kontak, Tersengat
pembilasan, panas kimia virus, linen kotor membungkuk noise induce hearing listrilk
penetralan dan lembab, laundry: jamur, meningkatsementara saat loss, heat cramps,
pelembutan pencahayaan, Alkali, parasit pekerjaan harus mengecek heat stroke, LBP
listrik, detergen, selesai noda
getaran elmulsifier, sehinggaharus
oksigen lembur
bleach,
chlorine
bleach,
penetral,
softener
Memindahkan Bising, suhu Sour, Stress pada saat Posisi LBP, dermatitis Luka bakar,
linen dari mesin panas penetral terdapat noda yang membungkuk kontak, noise induce tersengat
cuci ke mesin lembab, belum bersih dan saat hearing loss, heat listrik
pengering pencahayaan, harus dicuci ulang memindahkan cramps, heat stroke,
listrik, lagi linen dehidrasi
getaran,
gesekan
Proses finishing: Bising, suhu Pewangi Stress jika jumlah Posisi LBP, myalgia, noise Luka bakar
menyetrika, panas linenbanyak saat membungkuk induce hearing loss, karena
memberikan lembab, jumlah pasien menulis, posis heat cramps, heat setrikaan,
penwangi, dan pencahayaan, meningkat tegak yang stroke, dehidrasi tersengat
melipat, listrik lama saat listrik
mengelompokkan melipat dan
dan mengemas menyetrika
linen
Proses Cahaya Stress jika terdapat Posisi LBP, myalgia, Terpeleset,
pendistribusian linen yang kurang mengangkat gangguan ketajaman patah tulang
linen ke ruangan ataupun tidak sesuai linen dengan virus belakang
masing-masing dengan permintaan membungkuk,
mendorong
troli dengan
muatan
berlebihan
i. Berbahaya Kimia
Potensi Bahaya
Berlabel kimia.
Muncrat saat menuangkan dari wadah ke wadah yang lebih besar yang lebih
kecil.
Sabun dan deterjen dapat menyebabkan reaksi alergi dan dermatitis. Kulit
rusak dari sabun atau deterjen iritasi dapat memberikan jalan untuk infeksi
atau cedera jika terkena bahaya kimia atau biologi.
Jangan bercampur larutan pembersih yang mengandung amonia dan klorin.
Ketika dicampur bersama bahan kimia ini membentuk gas mematikan.
Solusi; Menerapkan program tertulis yang memenuhi persyaratan Standar
Komunikasi Bahaya (HCS) untuk menyediakan pelatihan pekerja, label
peringatan, dan akses ke MSDS (MSDS). Pelayanan Medis dan Pertolongan
Pertama: Dimana mata atau tubuh seseorang dapat terkena bahan korosif
merugikan, sehingga diperlukan fasilitas yang cocok untuk membasahi cepat
atau pembilasan mata dan tubuh dalam area kerja untuk penggunaan daruratj.
Alergi lateksPotensi bahaya;Paparan pekerja alergi lateks mengenakan sarung
tangan lateks, sambil menangani atau menyortir cucian terkontaminasi.Solusi;
Gunakan sarung tangan lateks cocok untuk karyawan-sensitif Pengusaha harus
menyediakan sarung tangan tepat ketika paparan darah atau bahan yang
berpotensi menular lainnya (OPIM) Alternatif harus mudah diakses oleh
karyawan yang alergi terhadap sarung tangan biasanya disediakank.
Mengangkat / MendorongPotensi bahaya;Berlebihan mencapai / mendorong
dan / atau mengangkat cucian berat basah dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pekerjaan terkait seperti strain dan keseleo ke belakang atau
daerah bahu.Solusi; Menilai area cuci untuk stres ergonomis dan
mengidentifikasi dan mengatasi cara untuk mengurangi stres seperti: Gunakan
teknik mengangkat yang benar: Hindari mengangkat benda besar atau
canggung tertimbang. Hindari mengangkat / mencapai atau bekerja di atas
ketinggian bahu. Hindari postur tubuh, seperti memutar sambil mengangkat.
Angkat barang dekat dengan tubuh. Batasi berat barang yang akan diangkat.
Gunakan alat bantu mekanis untuk mengurangi kebutuhan untuk mengangkat,
seperti: Spring-Loaded Platform Laundry untuk membantu mengangkat cucian
berat basah, dan menjaga binatu pada tingkat kerja seragam nyaman. Cincin
yang secara otomatis membuang beban mereka ke keranjang sehingga pekerja
tidak harus mencapai dalam dan mengeluarkan cucian berat basah secara
manual.l. Kepada Pekerja Memeriksakan sedini mungkin keluhan yang terjadi
sebelum terjadi keluhan yang lebih berat. Mengenali potensi bahaya di tempat
kerjanya Meminimalisasi pajanan Mengenakan Alat Pelindung Diri yang
adekuat jika pekerjaan mengharuskan terjadi pajanan tubuh pada potensi
bahayam. Kepada Perusahaan/Instansi Menyusun regulasi jam kerja, jam
lembur, sistem rotasi kerja. Mendeteksi kelainan/penyakit pada pekerja yang
berhubungan dengan pekerjaan. Melakukan penatalaksanaan terhadap
kelainan/penyakit secara paripurna, secara medis dan okupasi. Melakukan
pemetaan potensi bahaya di setiap lingkungan kerja. Melakukan kontrol
terhadap potensi bahaya tersebut. Menyusun sistem pemberdayaan
penggunaan Alat Pelindung Diri.BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanRumah
sakit merupakan tempat kerja yang kompleks untuk menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi
rumah sakit tersebut, maka akan semakin komplek peralatan dan fasilitas yang
dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi
bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis tetapi
juga pengunjung rumah sakit.Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian
linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai risiko
penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa risiko bahaya yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit khususnya di bagianlaundry.
Dariberbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan
dan meminimalisasikan, bila mungkin meniadakannya.Tujuan Manajemen K3
di Instalasi Laundry adalah melindungi petugas RS khususnya bagian instalasi
laundry dari risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta dapat meningkatkan
produktivitas dan citra RS, baik di mata konsumen maupun pemerintah.Dalam
kenyataannya pemahaman tentang lingkungan kerja yang sehat dan aman
sesuai dengan standar yang telah dipersyaratkan masih sangat minim dan
belum menjadi nilai tambah dan kontribusi terhadap daya saing rumah sakit
yang sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 dimana
dipersyaratkan bahwa lingkungan kerja harus bersifat sehat dan aman.4.2
SaranKeberhasilan pelaksanaan K3RS sangat tergantung dari komitmen
tertulis dan kebijakan pihak direksi, oleh karena itu pihak direksi harus paham
tentang kegiatan K3RS. Pelaksanaan K3RS juga dilakukan pada instansi
laundry. Oleh karena itu, diperlukan adanya sosialisasi K3 terhadap petugas di
instalasi laundry agar memperkecil risiko bahaya yang mungkin
terjadi.DAFTAR PUSTAKAAmarudin. 2006.Pengawasan Kesehatan dan
Lingkungan Kerja.
Jakarta.http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-
kerja-1.pptDepkes, RI. 2006. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3-IFRS). JakartaDepkes, RI. 2009.
StandarKesehatan dan Keselamatan KerjadiRumah Sakit (K3-
IFRS).JakartaFerdianto, Hengki. 2011.Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas
Laundry Rumah Sakit X (Study Kasus Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja).
Jakarta. http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?s_title=dermatitis-
kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumah-
sakit&user_login=hengkiferdianto.Ishaq. 2010.Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) (Permenaker NO.05/MEN/1996).
Jakartahttp://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-
by-mr-ishaq-pd-21-sept-2012.pptxKeputusan Menteri Kesehatan RI No.
432/Menkes/SK/IV/2007. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah SakitKeputusan Menteri Kesehatan RI No.
1087/Menkes/SK/VIII/2010. Standar Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah SakitKeputusan Menteri Kesehatan R.I. No.
1024/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan di
Rumah SakitOccupational Health and Safety Agency for Healthcare in BC.
2003. Guide Ergonomic for Hospital Laundries.British Columbia19