TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb,
2010). Stuart (2011) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang
tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.
Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap
penilaian tersebut. Cemas merupakan suatu keadaan yang wajar, karena
seseorang pasti menginginkan segala sesuatu dalam kehidupannya dapat
berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau kegagalan
serta sesuai dengan harapannya. Banyak hal yang harus dicemaskan, salah
satunya adalah kesehatan, yaitu pada saat dirawat di rumah sakit. Misalnya
pada saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan menimbulkan
dampak bagi orang tua maupun anak tersebut. Hal yang paling umum yang
dirasakan orang tua adalah kecemasan. Suatu hal yang normal, bahkan adaptif
untuk sedikit cemas mengenai aspek – aspek kehidupan tersebut. Kecemasan
merupakan suatu respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman (Nevid, et al., 2010).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kecemasan merupakan suatu respon emosi yang timbul karena adanya sesuatu
yang berbahaya atau sesuatu yang tidak menyenangkan.
2. Tanda dan Gejala Kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan
oleh idividu tersebut (Hawari, 2014). Keluhan yang sering dikemukakan oleh
9
FIKes UIA 2020
10
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau
kematian.
d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan
malu
3. Tingkat Kecemasan
Peplau (1963) dalam Stuart (2014), mengidentifikasi kecemasan
dalam empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan.
a. Cemas Ringan
Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadiwaspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti
melihat, mendengar dangerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan
tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
b. Cemas Sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi
individu, seperti penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam
berkurang.
c. Cemas Berat
Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Individu yang mengalami panik tidak
u) Melepaskan torniquet.
v) Melepaskan tutup pelindung ujung distak selang.
w) Hubungkan selang infus ke kateter.
x) Memfiksasi kateter.
y) Memastikan ketepatan aliran infus sesuai dengan dosis yang di
berikan.
z) Berikan label meliputi tanggal.
aa) Menuliskan waktu pemasangan infus.
bb) Menuliskan inisial perawat yang memasang infus. (Kozier et al, 2010)
C. Balita
1. Pengertian Balita
Menurut Sutomo (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia
1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan
penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun
disebut prasekolah. Keduanya merupakan istilah umum dari balita,
dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat
bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010).
2. Karakteristik Balita
Septiari (2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan
usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan
jumlah makanan yang relatif besar. Perut yang lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
maupun dari luar dan bersifat stabil (Mubarok, Chayatin, dan Santoso, 2010).
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan atau posisi individu di dalam masyarakat. Setiap posisi
terdapat sejumlah peran yang masing-masing terdiri dari kesatuan perilaku
yang kurang lebih bersifat homogen dan didefinisikan menurut kultur
sebagaimana yang diharapkan dalam posisi atau status (Potter & Perry, 2010).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga (Ridwan, 2010). Orang tua terdiri dari ayah dan
ibu yang masing-masing mempunyai peran dan fungsi. Ibuadalah seorang
wanita yang di sebagian besar keluarga mempunyai peran sebagai pemimpin
kesehatan dan pemberi asuhan. Ibu bertindak sebagai sumber utama dalam
memberikan kenyamanan dan bantuan selama sakit (Friedman, 2010).
Peran orang tua adalah suatu bentuk tingkah laku yang ditunjukkan
oleh orang tua untuk mengembangkan kepribadian anak. Peran tradisional
orang tua meliputi mengasuh dan mendidik anak, mengajarkan disiplin anak
mengelola rumah dan keuangan keluarga. Peran modern orang tua adalah
berpartisipasi aktif dalam perawatan anak yang bertujuan untuk pertumbuhan
yang optimal dan perkembangan anak (Constantin, 2012).
2. Fungsi dan Peran Serta Orang Tua
Soelaeman (2009) Mengatakan bahwa ada beberapa fungsi serta
peran orang tua antara lain :
a. Fungsi religius.
Orang tua mempunyai kewajiban memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota lainnya kepada kehidupan beragama untuk melaksanakan
fungsi dan peran ini, orang tua sebagai tokoh dalam keluarga itu harus
terlebih dahulu menciptakan iklim yang religius dalam keluarga itu, yang
dapat dihayati oleh seluruh anggotnya.
b. Fungsi eduktif.
Pelaksanaan fungsi eduktif keluarga merupakan salah satu tanggung
jawab yang dipikul oleh orang tua. Sebagai salah satu unsur pendidikan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak.
1) Pengasuh
Orang tua berperan mengasuh anak sesuai dengan perilaku kesehatan
yaitu mengajarkan anak pada perilaku hidup bersih dan sehat, gosok gigi,
cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memberikan petunjuk
makan makanan yang sehat
2) Pendidik
Orang tua sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan yang salah
satunya adalah pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga
dapat mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
Contohnya adalah suatu tindakan untuk menurunkan demam anak dan
pemeriksaan anak selama sakit.
3) Pendorong
Peran orang tua sebagai pendorong adalah memberikan motivasi, memuji
dan setuju menerima pendapat dari orang lain. Pendorong dapat
merangkul dan membuat seseorang merasa bahwa pemikiran dirinya
penting dan bernilai untuk didengar. Pendorong harus memberi
dukungan pada anak yang akan mendapat tindakan keperawatan selama
anak dirawat di rumah sakit.
4) Pengawas
Tugas pengawas yang dilakukan orang tua salah satunya adalah
mengawasi tingkah laku anak untuk mencegah terjadinya sakit. Orang
tua juga terlibat saat perawat melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konselor
Konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat keputusan.
Namun demikian konselor harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
dalam mengatasi masalah. Sikap terbuka yang dimaksud adalah
memberikan informasi tentang penyakit dan tindakan yang akan diterima
anak.
Orang tua dituntut dapat menjalankan fungsi dan perannya dalam
mendidik, mengasuh dan menjaga kesehatan anak. Peran orang tua dalam
keluarga menurut Broks (2011) adalah :
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori Penelitian Hubungan Peran Orang Tua Dengan Tingkat
Kecemasan Anak Balita Pada Saat Pemasangan Infus
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peran :
Faktor kelas sosial
Faktor bentuk keluarga
Pemasangan Infus
Faktor tahap perkembangan
keluarga
Faktor model peran
Faktor peristiwa situasional
khususnya masalah kesehatan
atau sakit Faktor Yang
Respon anak menghadapi Mempengaruhi
pemasangan infus Kecemasan
Usia
Pengalaman
Peran orang tua Dukungan
Tingkat kecemasan
Jenis kelamin
Pendidikan
Indikator Peran orang tua Hari perawatan
Menjalin kolaborasi antara orang
tua dengan profesi kesehatan. 1. Respon
Kehadiran orang tua yang dapat fisiologis
memberikan rasa nyaman pada 2. Respon
anak. perilaku
Keterlibatan orang tua dalam 3. Respon kognitif
perawatan. 4. Respon afektif
Memberikan support
1.
emosional kepada anak.
Ikut terlibat pada tindakan yang
sederhana.
Menjelaskan kepada anak tentang Keterangan :
kondisi anak.
= Tidak diteliti
Memenuhikebutuhan anak selama
dirawat.
= Diteliti
= Mempengaruhi
= Hubungan
Sumber : Hidayat (2009), Hawari (2011), Stuart (2014)