Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di belahan dunia mana saja, termasuk Indonesia, orang kerap salah

paham penyakit “mematikan”, misalnya jantung. Penyakit yang paling

mematikan di dunia menurut catatan WHO (World Health Organization)

adalah Penyakit Jantung Iskemik atau sering disebut juga dengan Penyakit

Arteri Koroner. Menurut Estimasinya, Penyakit Jantung Iskemik ini telah

menyebabkan kematian 7,4 juta jiwa pada tahun 2012 di seluruh dunia.1

Penyakit jantung kerap diawali dengan hipertensi atau darah tinggi.2

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

Hipertensi tidak ubahnya seperti bom waktu. Karena saat akan terjadi

hipertensi tak mengirimkan sinyal-sinyal bahaya terlebih dahulu, sehingga

vonis sebagai pengidap tekanan darah tinggi datang begitu saja. Karena

tak mengirimkan alarm bahaya, orang kerap mengabaikannya. Hipertensi

kini ditengarai sebagai penyebab utama stroke dan jantung. 4

Dalam statistik kesehatan dunia tahun 2012, Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko

tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan

45% dari jantung coroner.


Di seluruh dunia sebanyak 9,4 juta kematian setiap tahunnya

disebabkan oleh hipertensi.4 Dari total kematian tersebut, 1,5 juta

diantaranya ada di wilayah Asia Tenggara.5

Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan

sepanjang tahun 2014, hipertensi menempati urutan ke-5 sebagai penyakit

paling sering menjadi penyebab kematian di Indonesia. Angka kejadian

hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum

terdiagnosis (63,2%).6

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peresepan obat

untuk pasien hipertensi dari poli jantung di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I

R.Said Sukanto pada periode bulan Oktober-Desember 2018.Pasien

hipertensi dari poli jantung masih banyak yang tidak mendapatkan obat

antihipertensi karena dokter yang tidak menuliskan resep tidak sesuai

dengan Formularium Rumah Sakit. Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian tentang profil peresepan obat

hipertensi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said

Sukanto periode 1 Agustus - 31 Oktober 2019.


B. Rumusan Masalah

Masih banyaknya dokter di poli jantung yang menuliskan resep obat

antihipertensi yang tidak sesuai dengan Formularium Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tentang profil peresepan obat

antihipertensi pada pasien BPJS rawat jalan dari poli jantung di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto,

periode

1 Agustus - 31 Oktober 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Karateristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia


pasien BPJS yang mendapatkan Resep Obat Antihipertensi.

b. Mengetahui presentase Kesesuaian Resep Obat BPJS

Antihipertensi dengan formularium Rumah Sakit.

c. Mengetahui jenis obat BPJS antihipertensi yang sering diresepkan

berdasarkan zat aktif.

d. Mengetahui jenis obat BPJS antihipertensi yang sering diresepkan

berdasarkan golongan.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui secara lebih dalam

tentang profil peresepan obat hipertensi pada pasien BPJS.

2. Bagi Akademik

Sebagai referensi di perpustakaan Akademi Farmasi Bhumi

Husada Jakarta dan kemungkinan untuk dilakukan penelitian lanjutan.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam program monitoring, evaluasi,

penggunaan, perencanaan dan pengadaan serta memudahkan dalam

penyediaan obat hipertensi yang dibutuhkan di Instalasi Farmasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resep

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 58 Tahun 2014, resep adalah

permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik

dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe

(ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama dan

jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Suatu resep

yang lengkap harus memuat yaitu :

1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter

hewan.

2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat.

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.

4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan.

6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat

yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.13


Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 ( lima ) tahun

dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker

disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara

dibakar atau cara pemunashan lain yang dibuktikan dengan berita acara

pemusnahan resep menggunakan formulir sebagaimana terlampir dan

selanjurnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.19

B. BPJS

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

merupakan Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung

kepada Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan

kesehatan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk

Pegawai Negeri Sipil.

Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis

Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun

rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan

program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS

Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan

BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.


C. Rumah Sakit

Komplek Rumkit Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto, Berawal dari

pengembangan bekas bangunan dan halaman Sekolah Polisi Negara di

Kramat Jati dengan luas 13.200 m² yang terus berkembang hingga saat

ini menjadi 3,62 Ha dengan sarana dan prasarana termasuk Jalan tembus

Rumkit – Tol Jagorawi. Pada September 2010 Rumkit Bhayangkara TK I

R.Said Sukanto telah lulus menjadi Rumkit dengan Pengelolaan

Keuangan – Badan Layanan Umum (PK – BLU) yang ditetapkan

Kementerian Keuangan RI, dan November 2010 Rumkit Bhyangkara TK I

telah lulus Akreditasi 16 Bidang pelayanan dan Akreditasi Pendidikan

Tingkat A.

D. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah

berlangsung dalam jangka waktu lama (persiten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)

dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai.


Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol

dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak,

baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,

swasta maupun masyarakatdiperlukan agar hipertensi dapat

dikendalikan.9

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih

berdasarkan JNC (Joint National Commite) VIII, 2015

Klasifikasi tekanan TD sistolik TD diastolik

Darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Tingkat 1 140-159 90-99

Tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

1. Hipertensi berdasarkan etiologi

Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi

a. Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi tanpa

kelainan dasar patologi yang jelas.

Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.

Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan.


Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,

kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap

vasokonstriktor, resistensi insulin, dan lain-lain.

b. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk kelompok ini antara lain

hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin,

kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain.12

2. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang

reversible atau dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah

atau irreversible.

a. Faktor yang Reversible atau Dapat Diubah

1. Garam

Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah

bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh darah

meningkat. Juga memperkuat efek vasokontriksi noradrenalin.


2. Merokok

Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi dan

meningkatkan TD (Tekanan Darah). Merokok memperkuat efek

buruk dari hipertensi terhadap system pembuluh.

3. Pil antihamil

Pil antihamil mengandung hormone wanita estrogen, yang

juga bersifat meretensi garam dan air.

4. Stress

Stress atau ketegangan emosi dapat meningkatkan TD

(Tekanan Darah) untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan

noradrenalin (hormon stress), yang bersifat vasokonstriktif. TD

(Tekanan Darah) juga dapat meningkat pada waktu ketegangan

fisik (pengeluaran tenaga, olahraga) dan bila stress hilang, TD

(Tekanan Darah) akan turun kembali.

5. Drop

Sejenis gula-gula yang terbuat dari Succus liquiritae

mengandung asam glizirinat yang dapat meretensi air,


sehingga dapat meningkatkan TD (Tekanan Darah) bila

dimakan dalam jumlah besar.

6. Hormon pria dan kortikosteroid

Hormon pria dan kortikosteroid juga menyebabkan retensi air.

Setelah penggunaan hormon ini atau pil antihamil dihentikan, atau

pemakaian garam sangat dikurangi, pada umumnya TD (Tekanan

Darah) menurun dan menjadi normal kembali.

7. Kehamilan

Kenaikan TD (Tekanan Darah) dapat terjadi selama

kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses ginjal,

bila uterus diregangkan terlampau banyak (oleh janin) dan

menerima kurang darah, maka dilepaskan zat-zat yang

meningkatkan TD (Tekanan Darah).7


b. Faktor yang Irreversible atau Tidak dapat diubah

1. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar,

sehingga prevalensi hipertensi pada usia lanjut cukup tinggi.

2. Jenis Kelamin

Pada usia kurang dari 55 tahun, hipertensi lebih banyak terjadi

pada pria. Tetapi lebih banyak menyerang wanita dari umur 55 s/d

74 tahun disebabkan oleh faktor hormonal.

3. Keturunan

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama

pada hipertensi primer (esensial). Ternyata faktor genetik ini juga

dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian

menyebabkan seorang menderita hipertensi.8

3. Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.


Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah

normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

timbul gejala berikut : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak

napas, gelisah, serta pandangan menjadi kabur yang terjadi karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini

disebut ensefalopati hipersensitif, yang memerlukan penanganan

segera.10

4. Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 cara yaitu :

a. Terapi non farmakologi (Terapi Tanpa Obat).

Metode yang paling baik dan aman untuk mengendalikan tekanan

darah adalah dengan cara melakukan perubahan gaya hidup. Jika

cara ini tidak menghasilkan nilai tekanan darah yang diinginkan, maka

obat antihipertensi dapat diberikan. Pengobatan non farmakologi yang

harus dilakukan diantaranya adalah7 :


1. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan

bertambahnya volume darah dan perluasan system sirkulasi.

Dianjurkan Body Mass Index (BMI) 18,5-24,9 kg/m².

{Berat Badan Ideal = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan X Tinggi

Badan)

2. Kurangi asupan garam

Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air

akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah.

Akibat pengeluaran ekstra air tersebut, maka darah akan turun.

Kadar garam yang di perbolehkan per hari sebanyak 2300 mg (1

sendok the garam per hari).

3. Membatasi kolesterol

Mengurangi atau menghindari asupan lemak jenuh berguna

untuk membatasi resiko atheroscelerosis. Kadar normal kolesterol

adalah 160-200 mg/Dl.

4. Berhenti merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja

jantung dan menciutkan arteri sehingga sirkulasi darah terhambat

dan tekanan darah meningkat.


5. Membatasi minum kopi

Kofein dalam kopi berkhasiat memperkecil pembuluh secara

akut yang dapat meningkatkan tekanan darah disertai dengan

gangguan ritme.

6. Membatasi minuman alkohol

Alkohol jika diminum lebih dari 40 gr sehari dalam jangka waktu

lama dapat meningkatkan tensi diastolis sampai 0,5 mm per 10 gr

alkohol.

7. Istirahat yang cukup

Istirahat dan tidur yang cukup sangatlah penting, karena

selama periode itu tekanan darah menurun.

8. Peningkatan aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah,

karena saraf parasimpatik akan menjadi aktif daripada saraf

simpatik.

b. Terapi Farmakologi (Terapi dengan Obat)

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada

pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan

darah setelah >6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien

dengan hipertensi derajat ≥2.1

5. Penggolongan Obat Hipertensi

Dikenal kelompok lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan

untuk pengobatan hipertensi yaitu diuretic. Penyakit reseptor beta

adrenergic (β-blocker),
penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),

penghambat reseptor ARB (Angiotensin Receptor Blocker), dan

antagonis-Ca selain itu dikenal juga kelompok obat yang dianggap

sebagai lini kedua yaitu penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker),

agonis α2-sentral dan vasodilator.

a. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal.

Diuretik menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam

darah melalui urin.

Hal ini mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan dapat

menurunkan tekanan darah. Diuretik yang biasa digunakan dalam

pengobatan hipertensi dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Diuretik Tiazida

Diuretik tiazida bekerja dengan menghambat transport

bersama Na˖ dan Cl˗ di tubulus distal ginjal. Sehingga ekskresi Na˖

dan Cl˗ meningkat. Tiazida dapat digunakan sebagai obat tunggal

pada hipertensi sampai sedang atau dalam kombinasi dengan

hipertensi lain bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dengan

diuretik saja. Contoh obat golongan tiazid antara lain HCT,

Bendoflumetazid dan Klorotiazid.


HCT dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi

ringan sampai sedang dan dalam berbagai antihipertensi lain.

Pada kebanyakan pasien hipertensi, efeknya mulai terlihat dengan

dosis 12,5 mg per hari. Bila digunakan sebagai monoterapi, dosis

maksimal sebaiknya tidak melebihi 25 mg per hari. Efek

sampingnya hypokalemia.

2. Diuretik Kuat (Loop Diuretic)

Diuretik kuat bekerja dengan lekung anshele asenden

bagian epitel tebal dengan cara menghambat kontrasport Na˖, K˖,

Cl˗ dan menghambat reapsorpsi air dan elektrolit. Mula kerjanya

lebih cepat, efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid,

kecuali pasien gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung. Contoh

golongan ini adalah Furosemid, Torasemid, Bumetamid, dan Asam

Etakrinat.

Furosemide merupakan diuretik kuat yang mempunyai waktu

paruh umumnya pendek. Dosisnya 20-80 mg dua sampai tiga kali

sehari.

Efek sampingnya hampir sama dengan tiazid terapi diuretik

kuat dapat menimbulkan hiperkalsiurea dan menurunkan kadar

kalsium darah.

3. Diuretik Hemat Kalium

Mekanisme kerja obat golongan ini adlah menghambat

secara kompetitif reabsorpsi Na˖ dan ekskresi K˖ yang distimulasi

oleh aldosterone.
Efek obat ini lemah hanya digunakan sebagai kombinasi

dengan diuretik lainnya untuk menghemat ekskresi kalium. Contoh

obat golongan ini antara lain Amlorid, Triamterene dan

Spironolakton.

Spironolakton mula kerjanya dua sampai tiga hari dan

bertaham sampai beberapa hari setelah pengobatan dihentikan.

Dosis oral 25-100 mg satu sampai dua kali sehari. Pada

penggunaan lama dan dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan

dan libido pada pria, sedangkan pada wanita menyebabkan nyeri

buah dada dan gangguan haid.

b. Penghambat adrenoreseptor alfa

Zat-zat ini bekerja dengan memblokade reseptor pada otot polos

yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut di blockade,

pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lebih

lancar dan tekanan menurun. Contohnya obat antara lain Terazosin,

Prazosin.11

Prazosin adalah derivat chinazolin-piperazinil berdaya hipotensif

kuat berdasarkan vasodilatasi arteri melalui blockade reseptor-alfa-1

secara selektif. Efek hipotensifnya dimulai setelah 2-3 hari. Dosis

pertama 0,5 mg malam hari, lalu 2 dd sehari 0,5 mg selama 3-7 hari,

pemeliharaan 2 dd 1-2 mg. Efek sampingnya yang terpenting adalah

hipotensi ortostatis akut, efek sentral (rasa kantuk, halusinasi,

depresi), gangguan lambung-usus, gatal-gatal, mulut kering.


Terazosin adalah derivate long-acting yang digunakan pada

hipertensi. Khasiat hipertensinya tidak sekuat prazosin. Dosis untuk

hipertensi yaitu 1 mg selama 1 minggu, lalu 2 mg satu kali sehari. Efek

sampingnya yang paling sering terjadi adalah pusing, nyeri kepala dan

impotensi.7

c. Penghambat adrenoreseptor beta

Golongan obat ini menurunkan tekanan darah dengan

memperlambat denyut dan mengurangi kekuatan kontraksi jantung.

Dengan demikian, tekanan yang di sebabkan oleh pompa jantung juga

berkurang. Contoh obat golongan ini antara lain Acebutolol, Carvediol,

Atenolol, Bisoprolol, dan Propanolol.11

Acebutolol adalah beta-blocker selektif yang bersifat local-anestetik

dengan ISA ringan. Kombinasi sifat ini menguntungkan karena efek

sampingnya yang agak ringan. Dosis yang digunakan untuk hipertensi

yaitu 1 dd 400 mg pagi hari, bila perlu sesudah 2 minggu dinaikkan

sampai 2 dd 400 mg.

Bisoprolol adalah derivate selektif lipofil tanpa ISA (Intrinsic

Sympathicomimetic Activity) dengan sifat local-anaestetik. Dosis yang

digunakan untuk hipertensi yaitu 5-10 mg satu kali sehari. Efek

sampingnya antara lain gagal jantung dan saluran cerna.


Carvediol adalah derivat-carbazolyl bersifat tidak selektif tanpa ISA,

tetapi berdaya blockade-alfa yang menimbulkan penurunan daya-

tahan perifer. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 12,5

mg selama 2 hari, lalu 1 dd 25 mg, maksimal 50 mg.

Propranolol adalah beta-blocker pertama dan memiliki efek local-

anestetik kuat, tetapi tidak kardio-selektif dan tak memiliki ISA. Dosis

yang digunakan untuk hipertensi yaitu 2-3 dd 40 mg d.c., bila perlu

dinaikkan dengan interval 1 minggu sampai 320 mg sehari.7

d. Zat-zat dengan kerja pusat

Antagonis α2-adrenergik menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang

banyak terdapat di Susunan Saraf Pusat (otak dan medulla). Akibat

stimuli ini maka aktivitas saraf adrenergic perifer dikurangi. Contoh

obat golongan ini antara lain Metildopa, Klonidin, Reserpin, Guanfasin.

Metildopa, derivat alanin ini dalam saraf adrenerg diubah secara

enzimatis menjadi zat aktifnya alfa-metilnoradrenalin (MNA) dan

metildopamin. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 2 dd 250

mg selama beberapa hari, lalu perlahan-lahan dinaikkan sampai 3-4

dd 500 mg.

Efek sampingnya dapat berupa kelainan darah serius antara lain

anemia dan leukopenia, juga hepatitis dalam masa 2 bulan.


Klonidin berkhasiat hipotensi kuat berdasarkan efek adrenergic

sentralnya. Obat ini digunakan pada hipertensi sedang sampai berat.

Dosis untuk hipertensi mulai tiga kali sehari 0,075 mg, berangsur-

angsur dinaikkan sampai 0,15-0,6 mg dalam 2-3 dosis. Efek

sampingnya dapat berupa pusing, mulut kering, dan gangguan tidur.7

e. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan

memblokade masuknya kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki

sel otot, maka otot akan berkontraksi, dengan menghambat kontraksi

otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar

sehingga darah mengalir dengan lancer dan tekanan darah menurun.

Contoh obatnya antara lain Amlodipin, Nifedipin, Verapamil,

Diltiazem.11

Amlodipin memiliki beberapa kelebihan antara lain mempunyai

bioavailabilitas yang relative tinggi, absorbsinya terjadi secara

perlahan sehingga dapat mencegah penurunan tekanan darah yang

mendadak dan memiliki waktu paruh panjang sehingga cukup

diberikan satu kali sehari.

Dosisnya 5-10 mg satu kali sehari. Efek sampingnya dapat berupa

sakit kepala, muka kemerahan dan hyperplasia gusi.

Nifedipin adalah zat pertama dari kelompok dihipropiridin dengan

gugus-fenil pada posisi-para.


Dosis yang digunakan hipertensi yaitu 3 dd 10-20 mg atau 2 dd 20-

40 mg retard d.c. Efek sampingnya yang sering terjadi adalah udema

pergelangan-kaki.

Verapamil, senyawa-amin alifatis ini dengan gugus-nitril (-CN)

digunakan pada angina variant dan stabil, juga pada aritmia. Dosis

yang digunakan untuk hipertensi yaitu 3-4 dd 80 mg, maksimal 720

mg sehari untuk beberapa minggu. Efek sampingnya yang sering

terjadi adalah hipotensi, bradycardia dan insufisiensi jantung, serta

obstipasi.

Diltiazem merupakan obat primer untuk angina untuk angina variant

dan obat pilihan kedua untuk angina stabil. Dosis yang digunakan

untuk hipertensi yaitu 3 dd 60 mg, bila perlu dinaikkan sampai 3 dd

120 mg. Efek sampingnya mirip dengan verapamil.7

f. Zat Penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron-System)

Zat penghambat RAAS menurunkan tekanan darah dengan jalan

mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi tanpa

menimbulkan reflex-takikardi atau retensi garam. Menurut titik

kerjanya penghambat RAAS dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni

ACE-inhibitor dan AT-II Reseptor Blocker (AT2-Antagonis).

1. Penghambat Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE-

inhibitor)
2. ACE-inhibitor menghambat perubahan AT I menjadi AT II sehingga

terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone.

Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan

darah, sedangkan berkurangnya aldosterone akan menyebabkan

ekskresi air, natrium dan retensi kalium. Contoh obatnya antara

lain Captopril, Benazepril, Lisinopril, Kuinapril, Enalapril, Ramipril.

Captopril diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai berat.

Dosisnya yaitu 25 mg satu sampai dua kali sehari. Efek samping

yang umum terjadi adalah hilangnya rasa dan batuk kering.

Lisinopril adalah derivat long-acting dengan khasiat dan

penggunaan sama dengan captopril. Dosis yang digunakan untuk

hipertensi yaitu 1 dd 10 mg, maksimal 80 mg.

Ramipril adalah derivat pyrrokarboxilat yang dalam hati

dihidrolisa menjadi ramiprilat aktif, yang juga bersifat long-acting.

Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1

dd 2,5 mg, maksimal 10 mg.

2. Antagonis reseptor ARB (Angiotensin Receptor Blockers)

ARB bekerja dengan memblokade pengikatan AT II ke reseptor

spesifiknya sehingga AT II tidak dapat mengkontriksi pembuluh

darah.
Dengan demikian pembuluh darah akan melebar (Vasodilatasi)

dan tekanan darah menurun. Contoh obatnya antara lain Losartan,

Irbesartan, Telmisartan, Valsartan, Candesartan dan lain-lain.11

Losartan, senyawa imidazole-tetrazol ini adalah AT II-blocker

pertama yang dipasarkan. Dosis yang digunakan untuk hipertensi

yaitu 1 dd 50 mg, bila perlu dinaikkan sesudah 3-6 minggu sampai

1 dd 100 mg. Efek sampingnya yang paling sering adalah pusing.

Irbesartan diindikasikan untuk pegobatan hipertensi essensial.

Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 150-300 mg.

efek samping yang sering terjadi adalah pusing, mual/muntah,

kelelahan.

Telmisartan dapat digunakan tunggal maupun kombinasi dengan

hidroklorthiazid. Dosis lazimnya 40 mg sekali sehari, jika diperlukan

(pada pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol) setelah 4

minggu dosisnya dapat ditingkatkan hingga 80 mg sekali sehari. Efek

sampingnya dapat berupa gangguan saluran cerna, nyeri otot dan

nyeri sendi.

Valsartan diindikasikan untuk pengobatan hipertensi. Dapat

juga digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan obat anti-

hipetensi lain. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd

80-160 mg.
Efek samping yang sering terjadi adalah nyeri punggung, diare,

pusing, sakit kepala, sulit tidur, infeksi saluran pernafasan atas..


Candesartan efektif pada semua tingkatan hipertensi. Dosis

yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 4-16 mg. Efek samping

yang sering terjadi adalah pusing, vertigo, sakit kepala, infeksi

pernafas

g. Vasodilator

Vasodilator adalah zat-zat yang berkhasiat vasodilatasi langsung

terhadap arteriole sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Penggunaannya sebagai obat pilihan ketiga, terutama bersama

dengan beta-blocker dan diuretikum. Contoh obatnya antara lain

Beraprost, Hidralazin, Dihidralazin, Minoksidil dan lain-lain.

Beraprost digunakan sebagai terapi pada hipotensi paru primer.

Dosis awal 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi sesudah makan,

dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis

terbagi. Efek sampingnya dapat berupa pusing, nyeri kepala, mual,

dan diare.7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif secara

retrospektif, yaitu dengan mengambil data sekunder dari resep dokter

yang mengandung obat antihipertensi dengan melihat kebelakang

(backward looking) kumpulan data dari masa lalu pada pasien hipertensi

BPJS dari poli Jantung di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto Jakarta Timur periode Agustus -

Oktober 2019.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lembar resep BPJS dari

poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said

Sukanto sebanyak 835 lembar resep periode 3 bulan.

Kriteria resep yang menjadi sampel yaitu resep yang berisi obat

antihipertensi, resep dengan jaminan pembayaran BPJS kesehatan,

dan resep yang berasal dari poli jantung. Kriteria resep yang tidak bisa

menjadi sampel yaitu resep dengan jaminan pribadi atau asuransi.


2. Sampel

Sampel diambil dari 3 bulan di tahun 2019, yaitu bulan Agustus,

September, dan Oktober. Teknik yang digunakan adalah random

sampling. Jumlah Sampel yang digunakan menggunakan rumus slovin.

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam penelitian 5% (0,05)

Pergitungan Sampel:

835
𝑛=
(1 + 835. (0,05)2

915
=
3.08

= 271 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝

dari hasil di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 271 lembar resep di

mana sampel akan di ambil perbulan di mulai bulan Agustus 101 lembar

resep, bulan September 99 lembar resep, bulan Oktober 71 lembar

resep di mana berdasarkan perhitungan di bawah ini.


Perhitungan jumlah resep yang diambil tiap bulan adalah sebagai

berikut :

Agustus = 310 x 271 = 101 resep


835

September = 306 x 271 = 99 resep


835

Oktober = 219 x 271 = 71 resep


835

C. Tempat dan Waktu penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto waktu penelitian dilakukan pada bulan

Januari 2020 sampai dengan Februari 2020.


D. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Nilai Ukur


Operasional

Jenis Kelamin Identitas Lembar 1. Laki-laki (1) Nominal


gender pasien Resep 2.Perempuan(2)
yang
menerima
resep obat
antihipertensi

Usia Berdasarkan Tahun Nominal


usia pasien
yang
menerima
resep obat
antihiertensi
Zat aktif Zat aktif Lembar 1. Furosemid Nominal
antihipertensi dalam obat Resep 2. Bisoprolol
antihipertensi 3. Amlodipin
yang dapat 4. Captropil
menurunkan 5. Ramipril
Hipertensi 6.Telmisartan
7.Candesartan

Golongan Golongan Lembar 1. Diuretik (1) Nominal


antihipertensi antihipertensi Resep 2.Penghambat
Menurut Adrenoseptor
Mekanisme Beta (2)
kerjanya yang 3. Antagonis
Dapat Kalsium (3)
menurunkan 4. Zat
tekanan darah Penghambat
RAAS (4)
Kesesuaian Sesuai atau Lembar 1. Sesuai jika Nominal
Formulariu RS tidak sesuai Resep obat
dengan antihipertensi
formularium tertera di
Rumah Sakit FRS(1)
2. Tidak sesuai
jika obat
antihipertensi
tidak tertera
dalam FRS (2)
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui peresepan obat Hipertensi pada pasien BPJS

rawat jalan dari poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto periode 1 Agustus sampai 31 Oktober

2019, maka Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Mengumpulkan seluruh lembar resep dari pasien rawat jalan yang

ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK. I R.Said

Sukanto periode 1 Agustus – 31 Oktober 2019.

b. Mengumpulkan seluruh lembar resep yang tercantum obat

antihipertensi dari poli Jantung dengan memperhatikan resep dan

dikumpulkan menjadi satu per bulan , Kemudian diambil lembar

resep per bulan secara random.

c. Menyiapkan Lembar Kerja

d. Melakukan Pengolahan Data.

F. Rancangan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dimana

penyajian data yang dapat dilakukan dengan mencari frekuensi relatif

( Mencari presentase ), serta mengklasifikasikan suatu data variabel

sehingga data yang dihasilkan dari penelitian mudah dibaca.

a. Editing

Editing dilakukan untuk kelengkapan data yang diperoleh dari

lembar resep.
b. Coding

Aturan dalam penelitian dimana hasil yang didapat akan ditulis

menggunakan kode-kode tertentu. Maksud pengkodean ini adalah

untuk mempermudah pengolahan (analisis) data.

c. Entry

Proses memasukkan data-data yang tidak cocok dengan penelitian

yang telah dilakukan sehingga siap untuk dilakukan analisis data.


DAFTAR PUSTAKA

1. http://ilmupengetahuanumum.com/10-penyakit-paling-mematikan-di-dunia/.
Diakses 13 Januari 2019

2. http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi
_padapenyakit_Kardiovaskular_2015.pdf . Di akses 23 Maret 2017

3. Marliana, lili., Tantan, H. S. 2007.100 Question & Answer: PT. Elex


Media Komputindo. Hal 1. Jakarta

4. http://www.who.int/cardiovascular_disease/publications/global_brief_
hypertension/en/ . Diakses 02 Januari 2019

5. http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/penderita.
hipertensi.terus.meningkat . Diakses 02 Januari 2019

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013. Riset Kesehatan


Dasar (Riskesdas); Kementrian Kesehatan RI.Jakarta

7. Tjay, T., dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media
Komputindo, Halaman 116-119.Jakarta

8. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.2006. Pedoman teknis


penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi : Depkes RI. Jakarta

9. http://www.depkes.go.id/infodatin-hipertensi.pdf.Diakses 02 Januari 2019.


Jakarta

10. Matcek, Mary J, Farmakologi Ulasan Bergambar.Edisi 2. 2007. Widya


Medika.Hal 105. Jakarta
11. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.2008. Informatorium Obat Nasional
Indonesia : Kemenkes RI. Jakarta.

12. Gunawan, Sulistiagan.2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5 penerbit UI


Press. Hal 342. Jakarta

13. Zubaidah, Elisabeth W, Maryani. 2009. lmu Resep Untuk Sekolah Menengah
Farmasi Kelas X : Pilar media .Hal. 14-50.Jakarta

14. http://www.google.com/amp/s/m.republika.co .id. Diakses 20 April


2019.Jakarta

15. Kementerian Kesehatan RI. 2016 Peraturan Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia No 72. Standar Pelayanan Kesehatan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Kemenkes RI. Jakarta

16. https;//google.com/amp/s/rhyerhiaty.wordpress.com/2012/12/25/
formulariumrumahsakit/amp. Diakses 20 April 2019. Jakarta

17. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Pharmaceutical care
untuk penyakit hipertensi. Depkes RI. Hal 9. Jakarta

18. Homenta, Starry.2014. Peran Terkini Beta-Bloker Pada Pengobatan


Kardiovaskular : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 5-
6,12. Jakarta

19. Departemen Kesehatan RI Peraturan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia No 73. 2016. Standar Pelayanan Kesehatan di Apotek.
Kemenkes RI. Jakarta
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang

dilakukan terhadap profil peresepan obat hipertensi pada pasien

dari poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara

TK.I.R Said Sukanto periode Oktober-Desember 2018, Maka

didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Karateristik
Pada penelitian ini bila dilihat dari karateristik peresepan

pasien berdasarkan jenis kelamin dari bulan Oktober – Desember

2018 di poli jantung di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said

Sukanto umumnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1
Karateristik Pasien Poli Jantung berdasarkan
Jenis kelamin

No Jenis Jumlah Lembar Resep

Kelamin % % %
Agustus September Oktober
1. Perempuan 39 38% 40 41% 30 39%

2. Laki-Laki 62 62% 59 59% 41 61%

100
Total 101 100% 99 % 71 100%

`
33

Dari data pada tabel 1 diatas, apabila digambarkan dalam


bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

Anda mungkin juga menyukai