Anda di halaman 1dari 59

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Akhir ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi di Akademi Farmasi Bhumi Husada Jakarta dan sepanjang

pengetahuansaya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, November 2019

Wildania Sholikha

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kemudahan untuk menyelesaikan Karya Tulis Akhir

(KTA) dengan judul “ Profil Peresepan Obat Antihipertensi Pasien

BPJS dari Poli Jantung Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said

Sukanto Periode 1 Agustus - 31 Oktober 2019”. Karya Tulis Ilmiah ini

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi.

Dalam penyusunan KTA penulis mendapat dukungan moral maupun

materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan

ini penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Chusun, M.Kes, Apt. selaku Direktur Akademi Farmasi Bhumi

Husada Jakarta sekaligus Pembimbing II di Akademi Farmasi

Bhumi Husada Jakarta

2. Dra. Zuzana , M. Farm., Apt , selaku ketua Program Studi Diploma

III Farmasi Bhumi Husada Jakarta.

3. Ibu Retno Fitriati S.Si.,M.Kes, Apt , selaku pembimbing pertama

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing saya dalam penyusunan KTA ini.

4. Kedua Orang tua tercinta serta suami dan anak tercinta yang selalu

memberikan dukungan secara moril maupun materil dan selalu

mendoakan saya sehingga saya dapat menyelesaikan KTA ini.

iii
.

5. Rekan – rekan seperjuangan AKADEMI FARMASI BHUMI

HUSADA yang membantu saya dalam menyelesaikan KTA ini.

6. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said

Sukanto atas segala bantuan dan dukungan ydang diberikan

7. Sahabat terkasih yang selalu memberi dorongan dan semangat

dalam penyusunan KTA ini.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan karya

tulis ini dan penulis berharap KTA ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan khususnya bagi penulis.

Jakarta,Novemberr 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1. Tujuan Umum ...................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
1. Bagi Penulis ......................................................................... 5
2. Bagi Akademik ..................................................................... 5
3. Bagi Rumah Sakit ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
A. Resep ........................................................................................ 5
B. BPJS ......................................................................................... 7
C. Antihipertensi ............................................................................ 8
1. Pengertian Hipertensi .......................................................... 8
2. Faktor Resiko Hipertensi ...................................................... 8
3. Gejala Hipertensi ................................................................. 9
4. Pengobatan Hipertensi ........................................................ 13
5. Penggolongan Obat Hipertensi ........................................... 15

viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................27
A. Metode Penelitian..............................................................................................27
B. Populasi dan Sampel.......................................................................................27
1. Populasi...........................................................................................................27
2. Sampel.............................................................................................................27
C. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................29
D. Defenisi Operasional.........................................................................................30
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.....................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................32
A. Hasil Penelitian..................................................................................................32
B. Pembahasan.......................................................................................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................45
A. Kesimpulan..........................................................................................................45
B. Saran......................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................47

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 :karateristik Pasien Poli Jantung berdasarkan


Jenis kelamin 33

Tabel 2 :Obat Antihipertensi yang diresepkan sesuai Formularium


Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto 35

Tabel 3 :Obat Antihipertensi yang diresepkan tidak sesuai


Formularium Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said
Sukanto 37

Tabel 4 :Obat Antihipertensi yang paling sering diresepkan


berdasarkan zat aktif dan golongan 39

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 :karateristik Pasien Poli Jantung berdasarkan


Jenis kelamin 34

Gambal 2 :Obat Antihipertensi yang diresepkan sesuai Formularium


Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto 35

Gambar 3 :Obat Antihipertensi yang diresepkan tidak sesuai


Formularium Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said
Sukanto 37

Gambar 4 :Obat Antihipertensi yang paling sering diresepkan


berdasarkan zat aktif dan golongan 40

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar kerja Obat Antihipertensi bulan


Oktober- Desember 2018 48

Lampiran 2 : Rekapan data Obat Antihipertensi bulan Oktober


Desember 2018 49

Lampiran 3 : Daftar obat Antihipertensi yang masuk Formularium


Rumah Sakit 50

Lampiran 4 : Contoh Resep Yang Sesuai Dengan Formularium


Rumah Sakit Bhayangkara TK.I
R.Said Sukanto 52

Lampiran 5 : Contoh Resep Yang tidak Sesuai Dengan


Formularium Rumah Sakit Bhayangkara TK.I
R.Said Sukanto 53

x
KARYA TULIS AKHIR

PROFIL PERSEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PASIEN BPJS DARI POLI


JANTUNG RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I R.SAID SUKANTO
PERIODE 1 AGUSTUS sampai 31 OKTOBER 2019

Disusun Oleh

WILDANIA SHOLIKHA

17100

ABSTRAK

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan


pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
Penyakit yang paling mematikan di dunia menurut catatan WHO (World
Health Organization) adalah Penyakit Jantung Iskemik atau sering disebut
juga dengan Penyakit Arteri Koroner. Menurut Estimasinya, Penyakit
Jantung Iskemik ini telah menyebabkan kematian 7,4 juta jiwa pada tahun
2012 di seluruh dunia. Penyakit jantung kerap diawali dengan hipertensi
atau darah tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Profil Peresepan Obat


Antihipertensi pada pasien BPJS dari Poli Jantung Rumah Sakit
Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode retrospektif. Sampel


yang diambil sebanyak 280 lembar resep selama 3 bulan secara random
setiap harinya yang berasal dari Poli Jantung Rumah Sakit Bhayangkara
TK.I R.Said Sukanto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak


mendapat resep obat antihipertensi yaitu sebanyak 156 lembar resep
(55%) , obat antihipertensi dengan kesesuaian terbanyak berdasarkan
formularium rumah sakit adalah bisoprolol sebanyak 204 resep (43%),
obat antihipertensi tidak sesuai terbanyak adalah captopril dengan nama
dagang Tenapril sebanyak 9 resep ( 40%) dan obat antihipertensi yang
paling sering diresepkan adalah golongan Adrenoseptor Beta yaitu
Bisoprolol sebanyak 210 resep (39%).

Kata kunci : Hipertensi, Jantung, Rumah Sakit Bhayangkara

X=i
xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di belahan dunia mana saja, termasuk Indonesia, orang kerap

salah paham penyakit “mematikan”, misalnya jantung. Penyakit

yang paling mematikan di dunia menurut catatan WHO (World

Health Organization) adalah Penyakit Jantung Iskemik atau sering

disebut juga dengan Penyakit Arteri Koroner. Menurut Estimasinya,

Penyakit Jantung Iskemik ini telah menyebabkan kematian 7,4 juta

1
jiwa pada tahun 2012 di seluruh dunia. Penyakit jantung kerap

2
diawali dengan hipertensi atau darah tinggi.

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung

dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan

darah. Hipertensi tidak ubahnya seperti bom waktu. Karena saat

akan terjadi hipertensi tak mengirimkan sinyal-sinyal bahaya

terlebih dahulu, sehingga vonis sebagai pengidap tekanan darah

tinggi datang begitu saja. Karena tak mengirimkan alarm bahaya,

orang kerap mengabaikannya. Hipertensi kini ditengarai sebagai

4
penyebab utama stroke dan jantung.

Dalam statistik kesehatan dunia tahun 2012, Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hipertensi adalah

suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari

4
kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner. Di seluruh

1
dunia sebanyak 9,4 juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh
4
hipertensi. Dari total kematian tersebut, 1,5 juta diantaranya ada di
5
wilayah Asia Tenggara.

Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan

sepanjang tahun 2014, hipertensi menempati urutan ke-5 sebagai

penyakit paling sering menjadi penyebab kematian di Indonesia.

Angka kejadian hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, sebagian besar

6
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis (63,2%).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peresepan

obat untuk pasien hipertensi dari poli jantung di Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto pada periode bulan Oktober-

Desember 2018.Pasien hipertensi dari poli jantung masih banyak

yang tidak mendapatkan obat antihipertensi karena dokter yang

tidak menuliskan resep tidak sesuai dengan Formularium Rumah

Sakit. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang profil peresepan obat hipertensi di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto periode 1

Agustus - 31 Oktober 2019.

2
B. Rumusan Masalah

Masih banyaknya dokter di poli jantung yang menuliskan

resep obat antihipertensi yang tidak sesuai dengan Formularium

Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tentang profil peresepan obat

antihipertensi pada pasien rawat jalan dari poli jantung di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said

Sukanto, periode 1 Agustus - 31 Oktober 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Karateristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin,


Usia, Pekerjaan, dan Pendidikan.

b. Mengetahui presentase Kesesuaian Resep Obat

Antihipertensi dengan formularium Rumah Sakit.

c. Mengetahui jenis obat antihipertensi yang sering diresepkan

berdasarkan zat aktif.

d. Mengetahui jenis obat antihipertensi yang sering diresepkan

berdasarkan golongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui secara lebih

dalam tentang profil peresepan obat hipertensi pada pasien


3
rawat jalan dari poli jantung di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I

R.Said Sukanto.

2. Bagi Akademik

Sebagai referensi di perpustakaan Akademi Farmasi Bhumi

Husada Jakarta dan kemungkinan untuk dilakukan penelitian

lanjutan.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam program monitoring,

evaluasi, penggunaan, perencanaan dan pengadaan serta

memudahkan dalam penyediaan obat hipertensi yang

dibutuhkan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resep

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 58 Tahun 2014, resep

adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan

yang berlaku.

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe

(ambilah). Dibelakang tanda ini (R/) biasanya baru tertera nama

dan jumlah obat. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Suatu

resep yang lengkap harus memuat yaitu :

1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau

dokter hewan.

2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi

obat.

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.

4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan.

6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung


13
obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

6
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 ( lima )

tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh

apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di

apotek dengan cara dibakar atau cara pemunashan lain yang

dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep menggunakan

formulir sebagaimana terlampir dan selanjurnya dilaporkan kepada

19
dinas kesehatan kabupaten/kota.

B. BPJS

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan) merupakan Badan Hukum Publik yang bertanggung

jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk

menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional bagi seluruh rakyat

Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil. Penerima Pensiun

PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta

keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan

program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk

BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,

sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli

2014.

7
C. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah berlangsung dalam jangka waktu lama

(persiten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),

jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke)

bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang

memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak

terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,

partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang

peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat

9
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih

berdasarkan JNC (Joint National Commite) VIII, 2015

Klasifikasi tekanan TD sistolik TD diastolik

darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Tingkat 1 140-159 90-99

Tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

8
1. Hipertensi berdasarkan etiologi

Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi

a. Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi

tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus

merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktorial

meliputi faktor genetik dan lingkungan.

Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,

kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap

vasokonstriktor, resistensi insulin, dan lain-lain.

b. Hipertensi sekunder

Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk kelompok ini

antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal),

hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-

12
lain.

2. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua yaitu faktor risiko

yang reversible atau dapat diubah dan faktor risiko yang tidak

dapat diubah atau irreversible.

9
a. Faktor yang Reversible atau Dapat

Diubah 1. Garam

Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume

darah bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh

darah meningkat. Juga memperkuat efek vasokontriksi

noradrenalin.

2. Merokok

Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi dan

meningkatkan TD (Tekanan Darah). Merokok memperkuat

efek buruk dari hipertensi terhadap system pembuluh.

3. Pil antihamil

Pil antihamil mengandung hormone wanita estrogen,

yang juga bersifat meretensi garam dan air.

4. Stress

Stress atau ketegangan emosi dapat meningkatkan TD

(Tekanan Darah) untuk sementara akibat pelepasan

adrenalin dan noradrenalin (hormon stress), yang bersifat

vasokonstriktif. TD (Tekanan Darah) juga dapat meningkat

pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga,

olahraga) dan bila stress hilang, TD (Tekanan Darah) akan

turun kembali.

10
5. Drop

Sejenis gula-gula yang terbuat dari Succus liquiritae

mengandung asam glizirinat yang dapat meretensi air,

sehingga dapat meningkatkan TD (Tekanan Darah) bila

dimakan dalam jumlah besar.

6. Hormon pria dan kortikosteroid

Hormon pria dan kortikosteroid juga menyebabkan

retensi air. Setelah penggunaan hormon ini atau pil

antihamil dihentikan, atau pemakaian garam sangat

dikurangi, pada umumnya TD (Tekanan Darah) menurun

dan menjadi normal kembali.

7. Kehamilan

Kenaikan TD (Tekanan Darah) dapat terjadi selama

kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses

ginjal, bila uterus diregangkan terlampau banyak (oleh janin)

dan menerima kurang darah, maka dilepaskan zat-zat yang

7
meningkatkan TD (Tekanan Darah).

b. Faktor yang Irreversible atau Tidak Dapat Diubah

1. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih

besar, sehingga prevalensi hipertensi pada usia lanjut cukup

tinggi.

11
2. Jenis Kelamin

Pada usia kurang dari 55 tahun, hipertensi lebih banyak

terjadi pada pria. Tetapi lebih banyak menyerang wanita dari

umur 55 s/d 74 tahun disebabkan oleh faktor hormonal.

3. Keturunan

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi,

terutama pada hipertensi primer (esensial). Ternyata faktor

genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain,

yang kemudian menyebabkan seorang menderita

8
hipertensi.

3. Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi

bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah

tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari

hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja

terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang

dengan tekanan darah normal. Jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut : sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, serta pandangan

menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

12
mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

10
hipersensitif, yang memerlukan penanganan segera.

4. Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 cara yaitu :

a. Terapi non farmakologi (Terapi Tanpa Obat).

Metode yang paling baik dan aman untuk mengendalikan

tekanan darah adalah dengan cara melakukan perubahan gaya

hidup. Jika cara ini tidak menghasilkan nilai tekanan darah

yang diinginkan, maka obat antihipertensi dapat diberikan.

Pengobatan non farmakologi yang harus dilakukan diantaranya

7
adalah :

1. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebihan dapat menyebabkan

bertambahnya volume darah dan perluasan system

sirkulasi. Dianjurkan Body Mass Index (BMI) 18,5-24,9

kg/m².

{Berat Badan Ideal = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan X

Tinggi Badan)

13
2. Kurangi asupan garam

Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih

banyak air akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar

garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air tersebut,

maka darah akan turun. Kadar garam yang di perbolehkan

per hari sebanyak 2300 mg (1 sendok the garam per hari).

3. Membatasi kolesterol

Mengurangi atau menghindari asupan lemak jenuh

berguna untuk membatasi resiko atheroscelerosis. Kadar

normal kolesterol adalah 160-200 mg/Dl.

4. Berhenti merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja

jantung dan menciutkan arteri sehingga sirkulasi darah

terhambat dan tekanan darah meningkat.

5. Membatasi minum kopi

Kofein dalam kopi berkhasiat memperkecil pembuluh

secara akut yang dapat meningkatkan tekanan darah

disertai dengan gangguan ritme.

6. Membatasi minuman alkohol

Alkohol jika diminum lebih dari 40 gr sehari dalam

jangka waktu lama dapat meningkatkan tensi diastolis

sampai 0,5 mm per 10 gr alkohol.

14
7. Istirahat yang cukup

Istirahat dan tidur yang cukup sangatlah penting, karena

selama periode itu tekanan darah menurun.

8. Peningkatan aktivitas fisik

Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan

darah, karena saraf parasimpatik akan menjadi aktif

daripada saraf simpatik.

b. Terapi Farmakologi (Terapi dengan Obat)

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai

bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami

penurunan tekanan darah setelah >6 bulan menjalani pola

1
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2.

5. Penggolongan Obat Hipertensi

Dikenal kelompok lini pertama (first line drug) yang lazim

digunakan untuk pengobatan hipertensi yaitu diuretic. Penyakit

reseptor beta adrenergic (β-blocker), penghambat angiotensin

converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor ARB

(Angiotensin Receptor Blocker), dan antagonis-Ca selain itu

dikenal juga kelompok obat yang dianggap sebagai lini kedua yaitu

penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker), agonis α2-sentral

dan vasodilator.

15
a. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada

ginjal. Diuretik menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan

garam dalam darah melalui urin. Hal ini mengurangi volume

cairan dalam sirkulasi dan dapat menurunkan tekanan darah.

Diuretik yang biasa digunakan dalam pengobatan hipertensi

dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Diuretik Tiazida

Diuretik tiazida bekerja dengan menghambat

transport bersama Na˖ dan Cl˗ di tubulus distal ginjal.

Sehingga ekskresi Na˖ dan Cl˗ meningkat. Tiazida dapat

digunakan sebagai obat tunggal pada hipertensi sampai

sedang atau dalam kombinasi dengan hipertensi lain bila

tekanan darah tidak dapat diturunkan dengan diuretik saja.

Contoh obat golongan tiazid antara lain HCT,

Bendoflumetazid dan Klorotiazid.

HCT dianjurkan untuk sebagian besar kasus

hipertensi ringan sampai sedang dan dalam berbagai

antihipertensi lain. Pada kebanyakan pasien hipertensi,

efeknya mulai terlihat dengan dosis 12,5 mg per hari. Bila

digunakan sebagai monoterapi, dosis maksimal sebaiknya

16
tidak melebihi 25 mg per hari. Efek sampingnya

hypokalemia.

2. Diuretik Kuat (Loop Diuretic)

Diuretik kuat bekerja dengan lekung anshele asenden

bagian epitel tebal dengan cara menghambat kontrasport

Na˖, K˖, Cl˗ dan menghambat reapsorpsi air dan elektrolit.

Mula kerjanya lebih cepat, efek diuretiknya lebih kuat

daripada golongan tiazid, kecuali pasien gangguan fungsi

ginjal atau gagal jantung. Contoh golongan ini adalah

Furosemid, Torasemid, Bumetamid, dan Asam Etakrinat.

Furosemide merupakan diuretik kuat yang

mempunyai waktu paruh umumnya pendek. Dosisnya 20-80

mg dua sampai tiga kali sehari.

Efek sampingnya hampir sama dengan tiazid terapi

diuretik kuat dapat menimbulkan hiperkalsiurea dan

menurunkan kadar kalsium darah.

3. Diuretik Hemat Kalium

Mekanisme kerja obat golongan ini adlah

menghambat secara kompetitif reabsorpsi Na˖ dan ekskresi

K˖ yang distimulasi oleh aldosterone. Efek obat ini lemah

hanya digunakan sebagai kombinasi dengan diuretik lainnya

untuk menghemat ekskresi kalium. Contoh obat golongan

ini antara lain Amlorid, Triamterene dan Spironolakton.

17
Spironolakton mula kerjanya dua sampai tiga hari dan

bertaham sampai beberapa hari setelah pengobatan

dihentikan. Dosis oral 25-100 mg satu sampai dua kali

sehari. Pada penggunaan lama dan dosis tinggi dapat

menyebabkan gangguan dan libido pada pria, sedangkan

pada wanita menyebabkan nyeri buah dada dan gangguan

haid.

b. Penghambat adrenoreseptor alfa

Zat-zat ini bekerja dengan memblokade reseptor pada otot

polos yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut di

blockade, pembuluh darah akan melebar sehingga darah

mengalir dengan lebih lancar dan tekanan menurun. Contohnya

11
obat antara lain Terazosin, Prazosin.

Prazosin adalah derivat chinazolin-piperazinil berdaya

hipotensif kuat berdasarkan vasodilatasi arteri melalui blockade

reseptor-alfa-1 secara selektif. Efek hipotensifnya dimulai

setelah 2-3 hari. Dosis pertama 0,5 mg malam hari, lalu 2 dd

sehari 0,5 mg selama 3-7 hari, pemeliharaan 2 dd 1-2 mg. Efek

sampingnya yang terpenting adalah hipotensi ortostatis akut,

efek sentral (rasa kantuk, halusinasi, depresi), gangguan

lambung-usus, gatal-gatal, mulut kering.

18
Terazosin adalah derivate long-acting yang digunakan pada

hipertensi. Khasiat hipertensinya tidak sekuat prazosin. Dosis

untuk hipertensi yaitu 1 mg selama 1 minggu, lalu 2 mg satu

kali sehari. Efek sampingnya yang paling sering terjadi adalah

7
pusing, nyeri kepala dan impotensi.

c. Penghambat adrenoreseptor beta

Golongan obat ini menurunkan tekanan darah dengan

memperlambat denyut dan mengurangi kekuatan kontraksi

jantung. Dengan demikian, tekanan yang di sebabkan oleh

pompa jantung juga berkurang. Contoh obat golongan ini

antara lain Acebutolol, Carvediol, Atenolol, Bisoprolol, dan

11
Propanolol.

Acebutolol adalah beta-blocker selektif yang bersifat local-

anestetik dengan ISA ringan. Kombinasi sifat ini

menguntungkan karena efek sampingnya yang agak ringan.

Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 400 mg pagi

hari, bila perlu sesudah 2 minggu dinaikkan sampai 2 dd 400

mg.

Bisoprolol adalah derivate selektif lipofil tanpa ISA (Intrinsic

Sympathicomimetic Activity) dengan sifat local-anaestetik.

Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 5-10 mg satu kali

19
sehari. Efek sampingnya antara lain gagal jantung dan saluran

cerna.

Carvediol adalah derivat-carbazolyl bersifat tidak selektif

tanpa ISA, tetapi berdaya blockade-alfa yang menimbulkan

penurunan daya-tahan perifer. Dosis yang digunakan untuk

hipertensi yaitu 1 dd 12,5 mg selama 2 hari, lalu 1 dd 25 mg,

maksimal 50 mg.

Propranolol adalah beta-blocker pertama dan memiliki efek

local-anestetik kuat, tetapi tidak kardio-selektif dan tak memiliki

ISA. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 2-3 dd 40 mg

d.c., bila perlu dinaikkan dengan interval 1 minggu sampai 320

7
mg sehari.

d. Zat-zat dengan kerja pusat

Antagonis α2-adrenergik menstimulasi reseptor α2-

adrenergik yang banyak terdapat di Susunan Saraf Pusat (otak

dan medulla). Akibat stimuli ini maka aktivitas saraf adrenergic

perifer dikurangi. Contoh obat golongan ini antara lain

Metildopa, Klonidin, Reserpin, Guanfasin.

Metildopa, derivat alanin ini dalam saraf adrenerg diubah

secara enzimatis menjadi zat aktifnya alfa-metilnoradrenalin

(MNA) dan metildopamin. Dosis yang digunakan untuk

hipertensi yaitu 2 dd 250 mg selama beberapa hari, lalu

20
perlahan-lahan dinaikkan sampai 3-4 dd 500 mg. Efek

sampingnya dapat berupa kelainan darah serius antara lain

anemia dan leukopenia, juga hepatitis dalam masa 2 bulan.

Klonidin berkhasiat hipotensi kuat berdasarkan efek

adrenergic sentralnya. Obat ini digunakan pada hipertensi

sedang sampai berat. Dosis untuk hipertensi mulai tiga kali

sehari 0,075 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai 0,15-0,6

mg dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya dapat berupa pusing,

7
mulut kering, dan gangguan tidur.

e. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan

memblokade masuknya kalsium ke dalam sel. Jika kalsium

memasuki sel otot, maka otot akan berkontraksi, dengan

menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah,

pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir

dengan lancer dan tekanan darah menurun. Contoh obatnya

11
antara lain Amlodipin, Nifedipin, Verapamil, Diltiazem.

Amlodipin memiliki beberapa kelebihan antara lain

mempunyai bioavailabilitas yang relative tinggi, absorbsinya

terjadi secara perlahan sehingga dapat mencegah penurunan

tekanan darah yang mendadak dan memiliki waktu paruh

panjang sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Dosisnya 5-

21
10 mg satu kali sehari. Efek sampingnya dapat berupa sakit

kepala, muka kemerahan dan hyperplasia gusi.

Nifedipin adalah zat pertama dari kelompok dihipropiridin

dengan gugus-fenil pada posisi-para. Dosis yang digunakan

hipertensi yaitu 3 dd 10-20 mg atau 2 dd 20-40 mg retard d.c.

Efek sampingnya yang sering terjadi adalah udema

pergelangan-kaki.

Verapamil, senyawa-amin alifatis ini dengan gugus-nitril (-

CN) digunakan pada angina variant dan stabil, juga pada

aritmia. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 3-4 dd 80

mg, maksimal 720 mg sehari untuk beberapa minggu. Efek

sampingnya yang sering terjadi adalah hipotensi, bradycardia

dan insufisiensi jantung, serta obstipasi.

Diltiazem merupakan obat primer untuk angina untuk angina

variant dan obat pilihan kedua untuk angina stabil. Dosis yang

digunakan untuk hipertensi yaitu 3 dd 60 mg, bila perlu

dinaikkan sampai 3 dd 120 mg. Efek sampingnya mirip dengan

7
verapamil.

22
f. Zat Penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron-

System)

Zat penghambat RAAS menurunkan tekanan darah dengan

jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi

tanpa menimbulkan reflex-takikardi atau retensi garam.

Menurut titik kerjanya penghambat RAAS dapat dibagi dalam

dua kelompok, yakni ACE-inhibitor dan AT-II Reseptor Blocker

(AT2-Antagonis).

1. Penghambat Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE-

inhibitor)

ACE-inhibitor menghambat perubahan AT I menjadi AT

II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi

aldosterone. Vasodilatasi secara langsung akan

menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya

aldosterone akan menyebabkan ekskresi air, natrium dan

retensi kalium. Contoh obatnya antara lain Captopril,

Benazepril, Lisinopril, Kuinapril, Enalapril, Ramipril.

Captopril diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai

berat. Dosisnya yaitu 25 mg satu sampai dua kali sehari.

Efek samping yang umum terjadi adalah hilangnya rasa dan

batuk kering.

Lisinopril adalah derivat long-acting dengan khasiat

dan penggunaan sama dengan captopril. Dosis yang

23
digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 10 mg, maksimal 80

mg.

Ramipril adalah derivat pyrrokarboxilat yang dalam

hati dihidrolisa menjadi ramiprilat aktif, yang juga bersifat

long-acting. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1

dd 2,5 mg, maksimal 10 mg.

2. Antagonis reseptor ARB (Angiotensin Receptor Blockers)

ARB bekerja dengan memblokade pengikatan AT II ke

reseptor spesifiknya sehingga AT II tidak dapat

mengkontriksi pembuluh darah. Dengan demikian pembuluh

darah akan melebar (Vasodilatasi) dan tekanan darah

menurun. Contoh obatnya antara lain Losartan, Irbesartan,

11
Telmisartan, Valsartan, Candesartan dan lain-lain.

Losartan, senyawa imidazole-tetrazol ini adalah AT II-

blocker pertama yang dipasarkan. Dosis yang digunakan

untuk hipertensi yaitu 1 dd 50 mg, bila perlu dinaikkan

sesudah 3-6 minggu sampai 1 dd 100 mg. Efek sampingnya

yang paling sering adalah pusing.

Irbesartan diindikasikan untuk pegobatan hipertensi

essensial. Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd

150-300 mg. efek samping yang sering terjadi adalah

pusing, mual/muntah, kelelahan.

24
Telmisartan dapat digunakan tunggal maupun kombinasi

dengan hidroklorthiazid. Dosis lazimnya 40 mg sekali sehari,

jika diperlukan (pada pasien yang tekanan darahnya tidak

terkontrol) setelah 4 minggu dosisnya dapat ditingkatkan

hingga 80 mg sekali sehari. Efek sampingnya dapat berupa

gangguan saluran cerna, nyeri otot dan nyeri sendi.

Valsartan diindikasikan untuk pengobatan hipertensi.

Dapat juga digunakan tunggal atau dikombinasikan dengan

obat anti-hipetensi lain. Dosis yang digunakan untuk

hipertensi yaitu 1 dd 80-160 mg. Efek samping yang sering

terjadi adalah nyeri punggung, diare, pusing, sakit kepala,

sulit tidur, infeksi saluran pernafasan atas..

Candesartan efektif pada semua tingkatan hipertensi.

Dosis yang digunakan untuk hipertensi yaitu 1 dd 4-16 mg.

Efek samping yang sering terjadi adalah pusing, vertigo,

sakit kepala, infeksi pernafas

g. Vasodilator

Vasodilator adalah zat-zat yang berkhasiat vasodilatasi

langsung terhadap arteriole sehingga dapat menurunkan

tekanan darah tinggi. Penggunaannya sebagai obat pilihan

ketiga, terutama bersama dengan beta-blocker dan diuretikum.

25
Contoh obatnya antara lain Beraprost, Hidralazin, Dihidralazin,

Minoksidil dan lain-lain.

Beraprost digunakan sebagai terapi pada hipotensi paru

primer. Dosis awal 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi

sesudah makan, dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg

sehari dalam 3-4 dosis terbagi. Efek sampingnya dapat berupa

7
pusing, nyeri kepala, mual, dan diare.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif

secara retrospektif, yaitu dengan mengambil data sekunder dari

resep dokter yang mengandung obat antihipertensi dengan melihat

kebelakang (backward looking) kumpulan data dari masa lalu pada

pasien hipertensi BPJS dari poli Jantung di Instalasi Farmasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto Jakarta

Timur periode Agustus - Oktober 2019.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lembar resep dari

poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I

R. Said Sukanto sebanyak 280 lembar resep periode 3 bulan.

Kriteria resep yang menjadi sampel yaitu resep yang berisi obat

antihipertensi, resep dengan jaminan pembayaran BPJS

kesehatan, dan resep yang berasal dari poli jantung. Kriteria

resep yang tidak bisa menjadi sampel yaitu resep dengan

jaminan pribadi atau asuransi.

2. Sampel
Sampel diambil dari 3 bulan di tahun 2019, yaitu bulan

Agustus, September, dan Oktober. Teknik yang digunakan

27
adalah random sampling. Jumlah Sampel yang digunakan

menggunakan rumus slovin.

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam penelitian 10% (0,1), 5%

(0,05)

Pergitungan Sampel:

N = 915
2
1+915.(0,05)

= 915
3.28

= 280 resep

dari hasil di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 280 lembar resep di mana
sampel akan di ambil perbulan sebanyak rata-rata 93 lembar resep.
28
Perhitungan jumlah resep yang diambil tiap bulan
menggunakan rumus slovin

Agustus = 327 x 280 = 100 resep


915

September = 330 x 280 = 101 resep


915

Oktober = 258 x 280 = 79 resep


915

C. Tempat dan Waktu penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian adalah Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto . waktu penelitian

dilakukan pada bulan November 2019

29
D. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Nilai Ukur


Operasional
Jenis Identitas Lembar 1.Laki-Laki Nominal
Kelamin gender pasien
Resep 2.Perempuan
Yang
menerima
resep obat
antihipertensi
Usia Berdasarkan Lembar 1.10-20 Tahun Nominal
Usia pasien Resep 2.21-30 Tahun
Yang 3. 31-60 Tahun
menerima
Resep obat
anihipertensi

Zat aktif Zat aktif Lembar 1.Furosemid Nominal


antihipertensi dalam obat
Resep 2. Bisoprolol
antihipertensi
yang dapat 3. Amlodipin
menurunkan
4. Captopril
hipertensi
5. Ramipril
6. Telmisartan
7. Candesartan
Golongan Golongan Lembar 1.Diuretik Nominal
antihipertensi antihipertensi Resep 2.Penghambat
menurut Adrenoseptor Beta
mekanisme 3. Antagonis Kalsium
kerjanya yang 4. Zat Penghambat
dapat RAAS
menurunkan
tekanan darah

Kesesuaian Sesuai atau Lembar 1. sesuai jika obat Nominal


tidak sesuai antihipertensi tertera
Formularium Resep
dengan di FRS
RS formularium 2. Tidak Sesuai jika
Rumah Sakit obat antihipertensi
tidak tertera dalam
FRS
30
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Untuk mengetahui peresepan obat Hipertensi pada pasien

rawat jalan dari poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto periode 1 Agustus sampai 31

Oktober 2019, maka langkah-langkah yang diambil adalah :

1. Mengumpulkan seluruh lembar resep dari pasien rawat jalan

yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK. I

R.Said Sukanto periode 1 Agustus – 31 Oktober 2019.

2. Mengumpulkan seluruh lembar resep yang tercantum obat

antihipertensi dari poli Jantung dengan memperhatikan resep

dan dikumpulkan menjadi satu per bulan , Kemudian diambil

lembar resep per bulan secara random.

3. Menyiapkan Lembar Kerja

4. Melakukan Pengolahan

Data a. Editing

Editing dilakukan untuk kelengkapan data yang diperoleh

dari lembar resep

b. Coding

Aturan dalam penelitian dimana hasil yang didapat akan

ditulis menggunakan kode-kode tertentu. Maksud

pengkodean ini adalah untuk mempermudah pengolahan

(analisis) data.

31
c. Entry

Proses memasukkan data-data yang tidak cocok dengan

penelitian yang telah dilakukan sehingga siap untuk dilakukan

analisis data.

5.Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif

dimana penyajian data yang dapat dilakukan dengan mencari

frekuensi relatif ( Mencari presentase ), serta mengklasifikasikan

suatu data variabel sehingga data yang dihasilkan dari penelitian

mudah dibaca.

32
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang

dilakukan terhadap profil peresepan obat hipertensi pada pasien

dari poli jantung di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara

TK.I.R Said Sukanto periode Oktober-Desember 2018, Maka

didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Karateristik

Pada penelitian ini bila dilihat dari karateristik peresepan pasien

berdasarkan jenis kelamin dari bulan Oktober – Desember 2018 di

poli jantung di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto

umumnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1
Karateristik Pasien Poli Jantung berdasarkan
Jenis kelamin

No Jenis Jumlah Lembar Resep


Kelamin % % %
Oktober November Desember

1. Perempuan 44 44% 47 46% 33 41%

2. Laki-Laki 56 56% 54 54% 46 59%

Total 100 100% 101 100% 79 100%


`

33
Dari data pada tabel 1 diatas, apabila digambarkan
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :

Bulan/2018
Jumlah [pasien

70%
60%
50%

40%
20%
30%

10%
0%
Oktober November Desember
Perempuan 44% 46% 41%
laki-laki 56% 54% 59%

Gambar 1
karateristik pasien poli Jantung berdasarkan
Jenis Kelamin

Dari tabel 1 dan gambar 1 diatas, karateristik pasien

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah lembar

resep terbanyak yaitu pasien laki-laki sebanyak 156 (55%) lembar

resep dan pasien Perempuan sebanyak 124 (45%) lembar resep.

2. Profil Peresepan Obat Hipertensi yang sesuai Formularium

Rumah Sakit

Pemberian obat antihipertensi pada pasien di poli jantung di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto

mengacu pada Formularium Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu

terapi obat, dan menurunkan kejadian efek samping obat.

34
Hasil penelitian obat antihipertensi yang diresepkan sesuai

Formularium Rumah Sakit dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini

Tabel 2
Obat Antihipertensi yang di Resepkan sesuai Formularium
Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto
Jumlah Recipe (R/) Obat Hipertensi sesuai Formularium
No Nama Obat Golongan Rumah Sakit /bulan/2018
Oktober November Desember
(R/) % (R/) % (R/) %

1. Bisoprolol Penghambat 75 41% 73 47% 56 42%


Adrenoseptor
beta

2. Furosemid Diuretik 42 23% 34 21% 25 19%

3. Amlodipin Antagonis 28 15% 19 12% 16 12%


Kalsium

4. Ramipril 22 12% 21 14% 13 10%


Zat
5. Captopril Penghambat 11 6% 7 4% 11 8%
6. RAAS
Telmisartan 4 3% 2 2% 12 9%
Total 182 100% 156 100% 133 100%
Dari data pada tabel 2 diatas, apabila digambarkan dalam bentuk
grafik dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Bulan/2018
80
60

40

20

0
Fur Bis Aml Cap Ram Tel
Gol A Gol B Gol C Gol D

Oktober November Desember

Gambar 2
Obat Antihipertensi yang diresepkan sesuai Formularium
Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto

35
Berdasarkan gambar 2 diatas, terlihat bahwa kesesuaian obat

hipertensi tiap bulannya bervariasi. Dari 4 golongan dan 7 obat

hipertensi didapatkan 3 golongan dan 3 jenis obat hipertensi dengan

jumlah recipe terbanyak yaitu Gol B (Bisoprolol) sebanyak 204

resep(43%), Gol A ( Furosemid ) sebanyak 108 resep (21%), Gol C

( Amlodipin ) sebanyak 69 resep (14%).

3. Profil Peresepan Obat Hipertensi yang tidak sesuai


Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat

esensial di rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi

penggunaannya, dimana akan diperbaharui secara terus menerus

dan berisi himpunan obat yang digunakan di rumah sakit pada

16
batas waktu tertentu.

Pada penelitian ini didapatkan beberapa obat antihipertensi

yang diresepkan tidak sesuai Formularium Rumah Sakit

Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto. Obat antihipertensi yang

diresepkan tidak sesuai Formularium Rumah Sakit dapat dilihat

pada tabel 2 dibawah ini:

36
Tabel 3
Obat Antihipertensi yang diresepkan tidak sesuai Formularium
Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto
Jumlah Recipe (R/) Obat Hipertensi tidak sesuai
N Nama Obat Golongan Nama Formularium Rumah Sakit /bulan/2018
o Paten
tidak Oktober November Desember
sesuai (R/) % (R/) % (R/) %

1. Bisoprolol Penghambat Biscor


Adrenoseptor 3 27% 2 15% 1 12%
Beta

2. Amlodipin Antagonis Gracivask 1 9% 3 23% 1 12%


Kalsium

3. Captopril
Captensin 1 9% 1 9% 2 25%

4. Ramipril Zat
Penghambat Tenapril 4 36% 2 15% 3 39%
RAAS

5.
Telmisartan Telsat 2 19% 5 38% 1 12%

Total 11 100% 13 100% 8 100%

Dari data pada tabel 3 diatas, apabila digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada
gambar 3 dibawah ini :

6 Bulan/2018
5
Lembar Resep

4
3
Oktober
2
1 November
0 Desember
Biscor Gracivask Captensin Tenapril Telsat
Gol B Gol C Gol D

Gambar 3
Obat Antihipertensi tidak diresepkan tidak sesuai Formularium
Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto

37
Berdasarkan gambar 2 diatas, terdapat 5 obat

antihipertensi yang diresepkan tidak sesuai Formularium Rumah

Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto. Terlihat bahwa obat

antihipertensi yang tidak sesuai terbanyak adalah Ramipril dengan

nama paten Tenapril sebanyak 9 resep (40%), Telmisartan dengan

nama paten Telsat sebanyak 8 resep (36%), dan Bisoprolol dengan

nama dagang Biscor sebanyak 6 resep (27%).

4. Profil Peresepan Obat Antihipertensi yang paling diresepkan


Berdasarkan zat aktif dan golongan

Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang

digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Dimana obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan

darah ke tingkat normal atau tingkat paling rendah yang dapat

17
ditoleransi. Pada penelitian ini didapatkan beberapa obat

antihipertensi yang paling sering diresepkan di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto. obat antihipertensi

tersebut dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

38
Tabel 4
Obat antihipertensi yang paling sering diresepkan
berdasarkan Zat aktif dan Golongan
Jumlah Recipe (R/) Obat Hipertensi di Sakit berdasarkan zat aktif
No Nama Obat Golongan /bulan/2018
Oktober % November % Desember %
(R/) (R/) (R/)

1. Bisoprolol Adrenoseptor 78 37% 75 41% 57 38%


beta

2. Furosemid Diuretik
42 21% 34 18% 25 18%

3. Amlodipin Antagonis 29 15% 22 12% 17 12%


kalsium

4. Captopril 12 6% 8 5% 13 9%

5. Ramipril
26 12% 23 12% 16 10%

Zat
6. Telmisartan Penghambat 6 3% 7 4% 6 4%
RAAS

7. candesartan 14 6% 14 3% 14 9%

Total 207 100% 183 100% 148 100%


Dari data pada tabel 4 diatas, apabila digambarkan dalam bentuk grafik
dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :

39
Bulan/2018
90

80

70

60
Lembar Resep

50

40 Oktober

30 November
Desember
20

10

0
Fur Bis Aml Cap Ram Can
Gol A Gol B Gol C Gol D

Gambar 4
Obat antihipertensi yang paling sering diresepkan
berdasarkan Zat aktif dan Golongan

Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa obat

antihipertensi yang paling sering diresepkan adalah bisoprolol

dengan golongan Adrenoseptor beta yaitu sebanyak 210

resep(39%), Furosemid sebanyak 101 resep (19%), dan amlodipin

yaitu sebanyak 68 resep (12%).

40
B. Pembahasan

1.Karateristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil Yang didapat berdasarkan penelitian ini yaitu karateristik

pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah lembar

resep terbanyak yaitu pasien laki-laki sebanyak 156 (55%) lembar

resep dan pasien Perempuan sebanyak 124 (45%) lembar resep. Hal

ini sesuai dengan data statistik DKK ( Dinas Kesehatan Kota ) padang

panjang tahun 2016 yang menyebutkan bahwa laki-laki lebih

berpotensi mengidap penyakit hipertensi, karena laki-laki lebih banyak

melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan hipertensi

seperti merokok, pemarah, mengkonsumsi minuman alkohol dan

lainnya. Sedangkan pada perempuan berpotensi rendah karena

14
perempuan masih memproduksi hormon Estrogen.

2.Kesesuaian Resep Obat Antihipertensi

terlihat bahwa kesesuaian obat hipertensi tiap bulannya

bervariasi. Dari 4 golongan dan 7 obat hipertensi didapatkan 3

golongan dan 3 jenis obat antihipertensi dengan jumlah recipe

terbanyak yaitu Gol B (Bisoprolol) sebanyak 204 resep(43%), Gol A

(Furosemid) sebanyak 108 resep (21%), Gol C ( Amlodipin )

sebanyak 69 resep (14%). Bisoprolol merupakan obat antihipertensi

dengan nama generik yang paling banyak diresepkan, hasil data ini

menunjukkan adanya kesesuaian dengan PERMENKES RI No.

HK.0202/MENKES/068/I/2010 tentang menggunakan obat generik

41
di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, yang menyebutkan

bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan pemerintah wajib

menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi

medis. Hal tersebut juga sesuai dengan formularium rumah sakit

yang biasanya berisi nama obat generik yang dikelompokkan dalam

terapi penyakit disertai dengan beberapa alternatif nama generik

bermerek sekitar 2-3 yang telah disepakati oleh panitia farmasi dan

terapi. 15,16

Terdapat 5 obat antihipertensi yang diresepkan tidak sesuai

Formularium Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto.

Terlihat bahwa obat antihipertensi yang tidak sesuai terbanyak

adalah Ramipril dengan nama paten Tenapril sebanyak 9 resep

(40%), Telmisartan dengan nama paten Telsat sebanyak 8 resep

(36%), dan Bisoprolol dengan nama dagang Biscor sebanyak 6

resep (27%).

Hal yang menyebabkan terjadinya adanya obat antihipertensi

yang tidak sesuai dengan Formularium Rumah Sakit, kemungkinan

disebabkan karena masih terdapat obat yang tidak tercantum pada

sistem meskipun sudah sesuai Formularium Rumah Sakit atau

belum ada pembaharuan Formularium Rumah Sakit untuk tahun

2018, padahal obat-obat baru tersebut sudah ada ijin masuk

16
Rumah Sakit.

42
3.Profil Peresepan Obat Antihipertensi yang paling sering
diresepkan berdasarkan zat aktif dan Golongan

Dapat dilihat bahwa obat antihipertensi yang paling sering

diresepkan adalah bisoprolol dengan golongan Adrenoseptor

beta yaitu sebanyak 210 resep(39%). Bisoprol merupakan

antihipertensi golongan penghambat adrenoseptor beta, dimana

bisoprolol memiliki selektif yang tinggi dengan dosis 5 – 10 mg,

bekerja dengan cara menghambat reseptor adrenergik β1

kardioselektif. Hambatan terhadap reseptor ini akan secara

signifikan menurunkan laju jantung, meningkatkan waktu

pemulihan nodus sinus, memperpanjang waktu periode refrakter

nodus atrioventrikular (AV), memperpanjang waktu konduksi

18
nodus AV. Mengkonsumsi bisoprolol dapat mengurangi curah

jantung saat istirahat dan berolahraga sekitar 20% dimana efek

fraksi ejeksi dan tekanan kapilerpulmonal (pada Pasien koroner)

menjadi cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa bisoprolol tidak

memiliki efek pada vaskular yang resisten. Tekanan darah

secara positif berkaitan dengan curah jantung dan resistensi

perifer total. Dengan demikian, karena bisoporol tidak

menurunkan resistensi vaskular, maka jelas bahwa penurunan

awal tekanan darah dengan bisoprolol dihasilkan secara murni

dari penurunan curah jantung. Hal tersebut menyebabkan

bisoprolol dijadikan alternatif utama bagi penderita hipertensi

pada pasien jantung.

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian Profil Peresepan Obat Antibiotik di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto Periode 1

Oktober – 31 Desember 2018 disimpulkan bahwa :

1. Pasien Laki-Laki lebih banyak mendapar resep obat

antihipertensi yaitu sebanyak 156 resep (55%).

2. Terdapat 471 resep Obat Antihipertensi yang diresepkan sesuai

Formularium Rumah Sakit di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto Periode 1 Oktober – 31

Desember 2018 dengan 3 ( tiga ) obat antihipertensi sesuai

terbanyak adalah Bisoprolol sebanyak 204 resep (43%),

Furosemid sebanyak 108 resep (21%) dan Amlodipin sebanyak

69 resep 9145), dan terdapat 5 obat antihipertensi yang

diresepkan tidak sesuai Formularium Rumah Sakit di Instalasi

farmasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto Periode

1 Oktober – 31 Desember 2018 dengan obat antihipertensi tidak

sesuai terbanyak yaitu Ramipril dengan nama paten Tenapril

sebanyak 9 resep (40%), Telmisartan dengan nama paten

Telsat sebanyak 8 resep (36%), dan Bisoprolol dengan nama

paten Biscor sebanyak 6 resep (27%).

44
3. Obat antihipertensi yang paling sering diresepkan di poli

Jantung berdasarkan zat aktif dan golongannya adalah

Bisoprolol dengan golongan Adrenoseptor sebanyak 210 resep

(39%).

B. Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi penggunaan Formularium Rumah

Sakit kepada Dokter penulis resep dan petugas terkait lainnya,

serta diharapkan agar Dokter lebih patuh pada penggunaan

Formularium Rumah Sakit.

2. Untuk penelitian selanjutnya jika ingin mengangkat tentang

antihipertensi sebaiknya tidak hanya melihat berdasarkan

lembar resep, tetapi juga mengambil data dari rekam medis

pasien. Hal ini ditunjukan agar dapat diketahui riwayat

pengobatan pasien sehingga dapat menentukan pilihan

antihipertensi yang tepat, untuk menghindari adanya interaksi

antara obat antihipertensi dengan obat lain.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ilmupengetahuanumum.com/10-penyakit-paling-mematikan-di-
dunia/. Diakses 13 Januari 2019

2. http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi
_padapenyakit_Kardiovaskular_2015.pdf . Di akses 23 Maret 2017

3. Marliana, lili., Tantan, H. S. 2007.100 Question & Answer: PT. Elex


Media Komputindo. Hal 1. Jakarta

4. http://www.who.int/cardiovascular_disease/publications/global_brief_
hypertension/en/ . Diakses 02 Januari 2019

5. http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/penderita.hiperte
nsi.terus.meningkat . Diakses 02 Januari 2019

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas); Kementrian Kesehatan RI.Jakarta

7. Tjay, T., dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media
Komputindo, Halaman 116-119.Jakarta

8. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.2006. Pedoman


teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi : Depkes RI.
Jakarta

9. http://www.depkes.go.id/infodatin-hipertensi.pdf.Diakses 02 Januari
2019. Jakarta

10. Matcek, Mary J, Farmakologi Ulasan Bergambar.Edisi 2. 2007.


Widya Medika.Hal 105. Jakarta

11. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.2008. Informatorium Obat


Nasional Indonesia : Kemenkes RI. Jakarta

12. Gunawan, Sulistiagan.2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5 penerbit


UI Press. Hal 342. Jakarta

13. Zubaidah, Elisabeth W, Maryani. 2009. lmu Resep Untuk Sekolah


Menengah Farmasi Kelas X : Pilar media .Hal. 14-50.Jakarta

46
14. http://www.google.com/amp/s/m.republika.co .id. Diakses 20 April
2019.Jakarta
15. Kementerian Kesehatan RI. 2016 Peraturan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia No 72. Standar Pelayanan
Kesehatan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kemenkes RI. Jakarta
16. https;//google.com/amp/s/rhyerhiaty.wordpress.com/2012/12/25/fo
rmulariumrumahsakit/amp. Diakses 20 April 2019. Jakarta
17. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006.
Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Depkes RI. Hal
9. Jakarta
18. Homenta, Starry.2014. Peran Terkini Beta-Bloker Pada
Pengobatan Kardiovaskular : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal 5-6,12. Jakarta
19. Departemen Kesehatan RI Peraturan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia No 73. 2016. Standar Pelayanan
Kesehatan di Apotek. Kemenkes RI. Jakarta

47

Anda mungkin juga menyukai