Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bidang pelayanan bedah merupakan bagian yang sering menimbulkan
kejadian tidak diharapkan, baik Cidera medis maupun komplikasi akibat
pembedahan. Penelitian di Utah Colorado Medical Practise Study melaporkan
angka insidensi kejadian tidak diharapkan (KTD) per tahun dari pasien yang
mengalami pembedahan sebesar 3% dan separuh dari kasus tersebut dapat
dicegah.( Nurisda dan Anggorowati, 2017)
Penelitian di 56 negara dari 192 negara anggota WHO tahun 2004
diperkirakan 234,2 juta prosedur pembedahan dilakukan setiap tahun
berpotensi komplikasi dan kematian. Berbagai penelitian menunjukkan
komplikasi yang terjadi setelah pembedahan. Data WHO menunjukkan
komplikasi utama pembedahan adalah kecacatan dan rawat inap yang
berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di negara-negara berkembang.
Secara global angka kematian kasar berbagai operasi sebesar 0,2-10%.
Diperkirakan hingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah di
negara berkembang jika standar dasar tertentu perawatan diikuti (WHO,
2009 : Weiser, et al. 2008)
Suatu sistem rumah sakit yang membuat asuhan pasien menjadi lebih
aman untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil system ini sering disebut sebagai patient safety.
Sedangkan Pembedahan adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi, selain itu
pembedahan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan
nyawa (WHO, 2009 : KKP-RS, 2008).
Salah satu factor penyebab kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah tidak
mengikuti standar prosedur oparasional yang sudah ditetapkan meliputi
keselamatan pasien, kesiapan pasien, dan prosedur yang akan dilakukan. Tim

1
bedah tentu tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta
menyebutkan bahwa ada pasien yang mengalami KTD (kejadian tidak di
harapkan), KNC (kejadian nyaris cedera), ataupun kejadian sentinel yaitu
KTD yang menyebabkan kematian atau cedera serius, saat dilakukan tindakan
pembedahan. (Depkes,2008)
Pada Januari 2007, WHO melalui World Alliance for Patient Safety
membuat draft dengan tema “Safe Surgery Saves Lives”. WHO telah
membuat Surgical Safety Checklist (selanjutnya disingkat SSC) sebagai tool
atau alat yang digunakan oleh para klinisi di kamar bedah untuk meningkatkan
keamanan operasi, mengurangi kematian dan komplikasi akibat pembedahan
(WHO, 2009).
Oleh sebab lumrahnya kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada saat
dikarenakan kelengahan tim bedah terhadap patient safety. Yang notabene-nya
perawat juga termasuk salah satu elemen penting dalam tim pembedahan
tersebut. upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh
dunia yakni dengan menghasilkan rancangan berupa checklist keselamatan
pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat membina
komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin klinis

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pembedahan ?
2. Apa yang dimaksud dengan patient safety ?
3. Apa saja tujuan patient safety ?
4. Apa saja kesalahan medis yang mungkin terjadi di kamar bedah ?
5. Apa yang dimaksud dengan pengertian dan pembagian surgery safety
checklist ?
6. Apa saja tujuan dari surgery safety checklist ?
7. Apa saja instrumen data dan sistem monitoring yang di implementasikan
di ruang bedah ?
8. Bagaimana cara memastikan prosedur pembedahan yang benar ?
9. Apa saja kreteria safety surgery ?

2
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui apa Pengertian Pembedahan
2. Dapat mengetahui apa Pengertian Patient Safety
3. Dapat mengetahui apa saja Tujuan Patient Safety
4. Dapat mengetahui apa saja kesalahan medis yang mungkin terjadi di
kamar bedah
5. Dapat mengetahui apa yang dimaksud pengertian dan pembagian surgery
safety checklist
6. Dapat mengetahui tujuan dari surgery safety checklist
7. Dapat mengetahui apa saja instrumen data dan sistem monitoring yang di
implementasikan di ruang bedah.
8. Dapat mengetahui bagaimana cara memastikan prosedur pembedahan
yang benar.
9. Dapat mengetahui apa saja kreteria safety surgery

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembedahan

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang


menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005).

2.2 Pengertian Patient Safety

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).

2.3 Tujuan Patient Safety

Tujuan penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD

Dalam upaya pencapaian tujuan keselamatan pasien ini, setiap rumah


sakit wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien melalui upaya-
upaya sebagai berikut:

1. Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)

4
2. Penerapan standar keselamatan pasien
3. Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).
4. Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.
5. Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah
terjadinya wrong person, wrong site, wrong prosedure (Draft
SPM RS:100% tidak terjadi kesalahan orang, tempat, dan
prosedur di kamar operasi)
6. Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.
7. Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite
keselamatan rumah sakit

2.4 Kesalahan medis yang mungkin terjadi di kamar bedah

Kesalahan yang terjadi di kamar bedah yaitu salah lokasi operasi,


salah prosedur operasi, salah pasien operasi, akibat dari komunikasi yang
tidak efektif antar anggota tim bedah. Kurang melibatkan pasien dalam
penandaan area operasi (site marking), tidak ada prosedur untuk
memverifikasi lokasi operasi, asesmen pasien, catatan medis tidak
adekuat.

2.5 Pengertian dan pembagian surgery safety checklist.

Surgical Safety Cheklist merupakan alat komunikasi untuk


keselamatan pasien, sebagai program dalam upaya menurunkan
komplikasi pembedahan, perawat sebagai salah satu tim bedah yang
melaksanakan pembedahan yaitu perawat scrubs, dan perawat sirkuler
yang melaksanakan Surgical Safety Cheklist, pada fase sign, time out dan
sign out. Pelaksanaan Surgical Safety Cheklist belum terlaksana dengan
baik, hal ini di ketahui dari belum 100 % pelaksanaan Surgical Safety
Cheklist dan masih ada nya item dari point cheklist yang belum terisi
lengkap

5
Langkah yang dilakukan tim bedah terhadap pasien yang akan di
lakukan operasi untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur
pembedahan, mencegah terjadi kesalahan lokasi operasi, prosedur operasi
serta mengurangi komplikasi kematian akibat pembedahan sesuai dengan
sepuluh sasaran dalam safety surgery (WHO 2008) yaitu:

1. tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan lokasi tubuh
yang benar.
2. tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk
mencegah bahaya dari pengaruh anestresia, pada saat melindungi
pasien dari rasa nyeri.
3. tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan
hidup dari adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan.
4. tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya
resiko kehilangan darah.
5. tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui
adanya resiko alergi obat pada pasien.
6. tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah
dikenal untuk meminimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi
operasi.
7. tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan
instrument pada luka pembedahan.
8. tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen
pembedahan.
9. tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar
informasi tentang hal-hal penting mengenai pasien untuk
melaksanakan pembedahan yang aman.
10. rumah sakit dan sistem kesehatan masyarakat akan menetapkan
pengawasan yang rutin dari kapasitas , jumlah dan hasil
pembedahan.

6
Surgery safety ceklist WHO merupakan penjabaran dari sepuluh
hal penting yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan
melakukan ceklist. Ceklist tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan
alat komunikasi yang praktis dan sederhana dalam memastikan
keselamatan pasien pada tahap preoperative, intraoperatif dan pasca
operatif, dilakukan tepat waktu dan menunjukan manfaat yang lebih baik
bagi keselamatan pasien (WHO 2008).

Surgery Safety Checklist di kamar bedah digunakan melalui tiga


tahap, masing-masing sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi
anestesi (Sign In), sebelum insisi kulit (Time Out) dan sebelum
mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out) (WHO 2008) diawali
dengan briefing dan diakhiri dengan debriefing menurut (Nhs,uk 2010).

Implementasi Surgery Safety Checklist memerlukan seorang


koordinator yang bertanggung jawab untuk memeriksa checklist.
Koordinator biasanya seorang perawat atau dokter atau profesional
kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Pada setiap fase,
koordinator checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim
telah menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut.
Koordinator memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada
yang terlewati, maka akan meminta operasi berhenti sejenak dan
melaksanakan tahapan yang terlewati.

Sign in merupakan langkah pertama yang dilakukan segera setelah


pasien tiba di ruang serah terima sebelum dilakukan induksi anestesi.
Tindakan yang dilakukan adalah memastikan identitas, lokasi/area operasi,
prosedur operasi, serta persetujuan operasi. Pasien atau keluarga diminta
secara lisan untuk menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir dan tindakan
yang akan dilakukan. Penandaan lokasi operasi harus oleh ahli bedah yang
akan melakukan operasi. Pemeriksaan keamanan anestesi oleh ahli
anestesi dan harus memastikan kondisi pernafasan, resiko perdarahan,
antisipasi adanya komplikasi, dan riwayat alergi pasien. Memastikan

7
peralatan anestesi berfungsi dengan baik, ketersedian alat, dan obat-
obatan.

Time out merupakan langkah kedua yang dilakukan pada saat


pasien sudah berada di ruang operasi, sesudah induksi anestesi dilakukan
dan sebelum ahli bedah melakukan sayatan kulit. Untuk kasus pada satu
pasien terdapat beberapa tindakan dengan beberapa ahli bedah timeout
dilakukan tiap kali pergantian operator. Tujuan dilakukan timeout adalah
untuk mencegah terjadinya kesalahan pasien, lokasi dan prosedur
pembedahan dan meningkatkan kerjasama diantara anggota tim bedah,
komunikasi diantara tim bedah dan meningkatkan keselamatan pasien
selama pembedahan. Seluruh tim bedah memperkenalkan diri dengan
menyebut nama dan peran masing-masing. Menegaskan lokasi dan
prosedur pembedahan, dan mengantisipasi risiko. Ahli bedah menjelaskan
kemungkinan kesulitan yang akan di hadapi ahli anestesi menjelaskan hal
khusus yang perlu diperhatikan. Tim perawat menjelaskan ketersedian dan
kesterilan alat. Memastikan profilaksis antibiotik sudah diberikan.
Memastikan apakah hasil radiologi yang ada dan di perlukan sudah di
tampilkan dan sudah diverifikasi oleh 2 orang.

Sign Out merupakan tahap akhir yang dilakukan saat penutupan


luka operasi atau sesegera mungkin setelah penutupan luka sebelum pasien
dikeluarkan dari kamar operasi. Koordinator memastikan prosedur sesuai
rencana, kesesuaian jumlah alat, kasa, jarum, dan memastikan pemberian
etiket dengan benar pada bahan-bahan yang akan dilakukan pemeriksaan
patologi.

2.6 Tujuan dari surgery safety checklist.

a. Sebagai elemen penting safety pasien:


1) Benar pasien, operasi, dan lokasi insisi
2) Safe Anaesthesia dan Resusitasi

8
3) Meminimalkan resiko infeksi
4) Teamwork yang efektif
b. Sebagai antisipasi hal –hal yang tak terduga
c. Sebagai media setiap  anggota tim untuk dapat bicara jika
keamanan pasien terancam

2.7 Kreteria safety surgery

a. Benar pasien / benar lokasi insisi


b. Cegah bahaya obat - obat anestetik
c. Siap bila terjadi kegawatan jalan nafas
d. Siap bila terjadi kehilangan darah yang banyak
e. Cegah terjadinya alergi
f. Minimalkan Infeksi luka operasi
g. Cegah terjadinya tertinggal instrumen/ kassa
h. Pelabelan spesimen yang akurat
i. Berkomunikasi efektif mengenai hal-hal yang kritikal
j. Mengadakan surveilance tentang kapasitas/ volume/ hasil

2.8 Cara memastikan prosedur pembedahan yang benar.

a. informed consent
b. marking the site
c. patient identification
d. time-out briefing
e. imaging data

9
2.9 Instrumen data dan sistem monitoring yang di implementasikan di
ruang bedah.

1. Gelang Identitas Pasien


2. Stiker Identitas Pasien
3. Pertemuan Pra Bedah ( Briefing )
4. Formulir Kelengkapan Data Pra Bedah
5. Formulir Serah Terima Pasien Dari Kamar Operasi
6. Checklist Keselamatan Bedah ( Surgical Safety Checklist )
7. Papan Informasi ( Imaging Data )
8. Formulir Perjalanan Klinis ( Clinical Pathway )
9. Formulir Catatan Keperawatan Perioperatif

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
A. Pengertian Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani.

B. Pengertian Patient Safety


Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan.

C. Tujuan Patient Safety


Tujuan penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit antara
lain:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD

11
D. kesalahan medis yang mungkin terjadi di kamar bedah
Kesalahan yang terjadi di kamar bedah yaitu salah lokasi operasi,
salah prosedur operasi, salah pasien operasi, akibat dari komunikasi yang
tidak efektif atau tidak adekuat antar anggota tim bedah.

E. pengertian dan pembagian surgery safety checklist


Surgical Safety Cheklist merupakan alat komunikasi untuk
keselamatan pasien, sebagai program dalam upaya menurunkan
komplikasi pembedahan, pada fase sign, time out dan sign out.

F. tujuan dari surgery safety checklist


1. Sebagai elemen penting safety pasien
2. Sebagai antisipasi hal –hal yang tak terduga
3. Sebagai media setiap  anggota tim untuk dapat bicara jika keamanan
pasien terancam

G. kreteria safety surgery


a. Benar pasien / benar lokasi insisi
b. Cegah bahaya obat - obat anestetik
c. Siap bila terjadi kegawatan jalan nafas
d. Siap bila terjadi kehilangan darah yang banyak
e. Cegah terjadinya alergi
f. Minimalkan Infeksi luka operasi
g. Cegah terjadinya tertinggal instrumen/ kassa
h. Pelabelan spesimen yang akurat
i. Berkomunikasi efektif mengenai hal-hal yang kritikal
j. Mengadakan surveilance tentang kapasitas/ volume/ hasil

H. cara memastikan prosedur pembedahan yang benar.

12
a. informed consent
b. marking the site
c. patient identification
d. time-out briefing
e. imaging data

I. instrumen data dan sistem monitoring yang di implementasikan di


ruang bedah.
a. Gelang Identitas Pasien
b. Stiker Identitas Pasien
c. Pertemuan Pra Bedah ( Briefing )
d. Formulir Kelengkapan Data Pra Bedah
e. Formulir Serah Terima Pasien Dari Kamar Operasi
f. Checklist Keselamatan Bedah ( Surgical Safety Checklist )
g. Papan Informasi ( Imaging Data )
h. Formulir Perjalanan Klinis ( Clinical Pathway )
i. Formulir Catatan Keperawatan Perioperatif

3.2 SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

13
Departemen Kesehatan RI.2008. Panduan nasionalkeselamatan pasien rumah sakit 
(patient safety). Utamakankeselamatan pasien edisi 2. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN


PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety).

KKP-RS.(2008). Panduan Nasional Keselamatan PasienRumah Sakit. Jakarta
: Depkes RI

Repository.maranatha.edu/1922/3/0510087_Chapter1.pdf Weiser et al. An


Estimation of The Global Volume of Surgery: A Modelling Strategy Based
on Available Data. Lancet 2008; 372 (9633). 2009: 139-44. 

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

WHO. WHO Guidelines for Safe Surgery 2009. WHO Press.

WHO. 2008. Manual implementationl surgery safety checklist (first edition).

WHO. 2009. Surgery safety checklist. di unduh 19 0ktober 2013.

WHO. 2009. Surgery safety checklist. di unduh 09 0ktober 2018

14

Anda mungkin juga menyukai