Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG WANITA SEPANJANG DAUR


KEHIDUPANYA

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Elektif Kesehatan Reproduksi


Oleh:
Kelompok 2

1. AGUNG AYU PUTU SARITA DEWI 17C10004


2. NI MADE SEFTIA ANTARI 17C10005
3. PUTU SRI PRISILIA WIKRAMA WARDANI 17C10011
4. NI LUH MANIK PUSPITA SARI 17C10019
5. I DEWA AYU MEY RAYANTI 17C10022
6. NI KETUT ITA KASTRIASIH 17C10024
7. NI PUTU MAS PRATIWI ANDAYANI 17C10037
8. KADEK SRI HANDAYANI 17C10056
9. MADE DWITA PERTIWI 17C10065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas asung kerta wara nugrahanya penulis dapat menyusun makalah
berjudul “Pemantauan Tumbuh Kembang Wanita Sepanjang Daur Kehidupanya”.
Makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Luh Yenny Armayanti, S.ST., M.Biomed Sebagai Koordinator Mata Ajar
Elektif Kesehatan Reproduksi di Institut Teknologi dan Kesehatan Bali serta
pembimbing dalam pembuatan makalahini.
2. Serta berbagai pihak lain yang penulis tidak bisa sebutkan satupersatu.
Mengingat banyak kekurangan yang penulis miliki, tentunya makalah ini memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu penulis akan sangat berterima kasih jika ada pendapat,
saran, ataupun kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 23 Maret 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemantauan Tumbuh Kembang Wanita Sepanjang Daur Kehidupan

2.1.1 Pertumbuhan…......................................................................3

2.1.2 Perkembangan................................................................................................3
2.2 Perubahan yang Terjadi pada Tiap Fase
2.2.1 Fase Konsepsi…………………………………………….…3
2.2.2 Fase bayi dan anak………………………………………..…3
2.2.3 Fase Remaja…………………………………………………4
2.2.4 Fase dewasa atau usia subur……………………………..….4
2.2.5 Fase usia lanjut…………………………………………..….5

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tiap Fase…………………..….….5


2.4 Aspek yang dikaji Dalam Setiap Tahap Kehidupan……………….…...6
2.5 Indikator Pemantauan Tumbuh Kembang Wanita Sepanjang Daur
Kehidupan……………………………………………………………..9

BAB III HASIL ANALISA FENOMENA


3.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Reproduksi Pada Wanita………12

3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Klimakterium dan Menopause....13

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya kehidupan manusia selalu berjalan seiring dengan waktu yang
terus berputar. Dalam menjalani kehidupannya, manusia mengalami suatu proses
yang sangat panjang, dimulai dari masa bayi hingga menginjak masa dewasa.
Namun kehidupan manusia tidaklah monoton, artinya dalam setiap jenjang
kehidupannya manusia akan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi lambat
tetapi pasti baik dari segi fisik maupun psikisnya. Antara pria dan wanita,
mengalami siklus kesehatan yang berbeda, siklus kesehatan wanita dirasa lebih
rumit dari pada siklus kesehatan pria. Hal ini salah satunya dikarenakan pria dan
wanita mempunyai organ reproduksi yang berbeda. Oleh karena itu siklus kesehatan
antara pria dan wanita tidaklah sama.
Di Indonesia masih dijumpai masalah kesehatan reproduksi yang memerlukan
perhatian semua pihak. Masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut muncul dan
terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah.
Akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai
alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak mudah didapatkan (Bambang, 2005).
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa tahap
diantaranya pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas,
reproduksi, menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium atau lansia
(Manuaba, 2002). Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa
yaitu masa bayi, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa
senium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan pada
setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan penyimpanan dari
faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan
kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan,
serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak
ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan
selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidupan?
2. Bagaimanakah perubahan yang terjadi pada tiap fase?
3. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi tiap fase?
4. Bagaimanakah aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan?
5. Bagaimanakah indikator pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur
kehidupan?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur
kehidupan?
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tiap fase
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tiap fase
4. Untuk mengetahuiaspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan.
5. Untuk mengetahuiindikator pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur
kehidupan

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemantauan Tumbuh Kembang Wanita Sepanjang Daur Kehidupan


2.1.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong, 2000). Pertumbuhan adalah
adanya perubahan dalam jumlah akibat penambahan sel dan pembentukan protein baru
sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh.
2.1.2 Perkembangan
Perkembangan adalah pertambahan sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Yang mana, bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini
mencakup adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
system organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Cakupan tahap ini termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan
(Sulistyawati, Ari. 2017).
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan tersebut.Dengan demikian, masalah kesehatan
reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani
dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:
1. Konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut

2.2 Perubahan yang Terjadi pada Tiap Fase


2.2.1 Fase Konsepsi
Konsepsi adalah fertilisasi atau pembuahan, dan disebut juga sebagai peristiwa
bertemunya sel telur dengan sperma. Peristiwa konsepsi secara formal didefinisikan
sebagai persatuan antara sebuah telur dan sperma, yang menandai awalnya suatu
kehamilan, dan peristiwa ini bukan merupakan hal yang terpisah tetapi merupakan
rangkaian kejadian yang mengelilinginya.
2.2.2 Fase bayi dan anak

3
Fase Bayi Pada bayi lahhir cukup bulan, pembentukan genitalia internal
sudah selesai, jumlah folikel primordial dalam kedua ovarium telah lengkap
sebanyak 750.000 butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutnya.
Tuba, uterus, vagina, dan genitalia eksternal, labia mayora menutupi labia
minora, tetapi pada bayi premature vagina kurang tertutup dan labia minora lebih
keliatan..Pada waktu lahir perbandingan serviks dan korpus uteri 1:1 karena
hipertrofi korpus, setelah pengaruh estrogen tidak ada perbandingan lambat laun
menjadi 2;1 pada pubertas dengan pengaruh estrogen yang dihasilkan sendiri oleh
anak, perbandingan berubah lagi, dan pada wanita dewasa menjadi 1:2
Fase Anak Yang khas pada masa kanak – kanak ini adalah bahwa perangsaan
pada hormon kelamin sangat kecil, dan memang kadar estrogen dan gonadrotopin
sangat rendah. Karena itu alat – alat genital dalam masa ini tidak memperlihatkan
pertumbuhan yang berarti sampai permulaan pubertas. Dalam masa kanak – kanak
pengaruh hipofisis terutama trlihat dalam pertumbuhan badan..Pada masa kanak –
kanak sudah nampak perbedaan antara anak pria dan wanita, terutama dalam
tingkah lakunya, tetapi perbedaan ini ditentukan terutama oleh lingkungan dan
pendidikan.
2.2.3 Fase Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan
merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Remaja dibagi
menjadi 3, yaitu : remaja awal; umur 11 – 13 tahun, remaja pertengahan; umur 14
– 16 tahun, dan remaja lanjut; umur 17 – 19 tahun. Peristiwa terpenting yang
terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan
menarche.Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis
yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas - tugas
sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita
mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem
reproduksi.

2.2.4 Fase dewasa atau usia subur

Usia dewasa muda, yaitu antara 20 sampai 40 tahun, sering dihubungkan


dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi.
Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah.
Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu
dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan
lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat.
Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan,
kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir.Kanker, kegemukan,
depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan
yang sering muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan
gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat

4
buang air besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat,
tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
2.2.5 Fase usia lanjut
Perubahan fisik pada usia lanjut adalah:
1) Perubahan kulit, lemak dibawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi
kendur, tumbuh bintik hitam pada kulit, kelenjar kulit kurang berfungsi
sehingga kulit menjadai kering dan keriput
2) Perubahan metabolisme tubuh, terjadi perubahan pada pola makan yang
mengandung banyak serat
3) Perubahan metabolism genitalia, liang senggama terasa kering sehinggga
mudah terjadi infeksi
4) Perubahan pada tulang, terjadi pengapuran pada tulang sehingga mudah
patah, terutama pada bagian sendi paha
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tiap Fase
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita, yaitu:
1. Masa bayi Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa
bayi:
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua
d. Aspek psikologi pada masa bayi
e. Sistem reproduksi
2. Masa kanak-kanak, ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada
masa ini, yaitu :
a. Faktor dalam
1) Hal-hal yang diwariskan orang tua spt bentuk tubuh
2) Kemampuan intelektual
3) Keadaan hormonal tubuh - Emosi dan sifat
b. Faktor luar
1) Keluarga
2) Gizi
3) Budaya setempat
4) Kebiasaan anak dalam hal personal hygiene
3. Masa pubertas/remaja
1) Status gizi
2) Pendidikan
3) Lingkungan dan pekerjaan
4) Seks dan seksualitas
5) Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
4. Masa dewasa/reproduksi
Faktor yang berpengaruh yaitu :
1) Perkembangan organ reproduksi

5
2) Tanggapan seksual
3) Kedewasaan psikologi
5. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh:
1) Faktor hormonal
2) Kejiwaan
3) Lingkungan
4) Pola makan
5) Aktifitas fisik

2.4 Aspek yang dikaji Dalam Setiap Tahap Kehidupan

Pengkajian kesehatan perempuan meliputi beberapa aspek berikut:


1. Aspek Fisik
Aspek fisik yang perlu dikaji dalam lingkup kesehatan perempuan sama dengan
pengkajian yang dilakukan pada manusia dewasa, antara lain sebagai berikut:
a. Kondisi fisik (tanda-tanda vital)
b. Nutrisi
c. Cairan dan elektrolit
d. Hygiene personal
e. Istirahat tidur
f. Kasih saying dan seks
g. Aktualisasi diri
h. Rasa aman dan nyaman
2. Aspek Psikososial
Psikososial sebagai sesuatu yang menyinggung relasi sosial yang
mencakup faktor-faktor psikologis. Masa remaja merupakan suatu periode dalam
rentang kehidupan manusia, yang mau atau tidak mau pasti dialami. Pada masa
ini, berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, juga perubahan
psikologis yang dipengaruhi berbagai faktor, termasuk oleh masyarakat, teman
sebaya, dan juga media massa.
Di masa remaja, seseorang belajar meninggalkan sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakan dan pada saat yang bersamaan remaja mempelajari perubahan
pola perilaku dan sikap baru orang dewasa. Selain itu, remaja juga dihadapkan
pada tuntutan yang terkadang bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat di sekitar. Remaja bisa menjadi bingung karena
masing-masing memberikan tuntutan yang berbeda-beda tergantung pada nilai,
norma, atau standar yang digunakan. psikososial yang dikaji, meliputi :
Aspek psikososial yang dikaji meliputi beberapa komponen berikut:
a. Identitas seksual : perubahan fisik dan sikap dari perempuan yang
menunjukan identitasnya sebagai perempuan
b. Identitas kelompok : kepuasan hidup dalam sebuah kelompok dan
penerimaan.

6
c. Konsep diri (peran, identitas diri, gambaran diri, atau citra tubuh, serta
harga diri)
d. Kecemasan dan masalah kehidupan
e. Kondisi lingkungan sosial
f. Faktor pendukung dari keluarga dan masyarakat
g. Komunikasi atau hubungan dalam kelompok, keluarga, masyarakat

Dalam teori Erik Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terjadi


selama siklus hidup dan tahap perkembangan ini adalah tahap psikososial. Tiap
tahap psikososial terdiri dari tugas perkembangan yang unik, yang
menghadapkan individu dengan krisis yang harus dihadapinya. Bagi Erikson,
krisis ini bukanlah bencana tetapi merupakan titik balik dari kepekaan yang
meningkat dan potensi yang bertambah. Semakin berhasil individu mengatasi
konflik, semakin sehatperkembangan psikososial individu tersebut.
a. Percaya versus tidak percaya (trust versus mistrust) adalah tahap
psikososial yang pertama, yang dialami dalam tahun pertama kehidupan.
Rasa percaya tumbuh dari adanya perasaan akan kenyamanan fisik dan
rendahnya rasa ketakutan serta rasa kecemasan tentang masa depan. Rasa
percaya pada masa bayi membentuk harapan sepanjang hidup bahwa dunia
adalah tempat yang baik dan menyenangkan untuk hidup.
b. Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt).
Adalah tahap psikologi kedua, yang terjadi pada akhir masa bayi dan
toddler (usia 1-3 tahun). Setelah mengembangkan rasa percaya pada
pengasuhnya, anak mulai menemukan bahwa tingkah lakunya adalah milik
mereka sendiri. Anak mulai menampilkan rasa kemandirian or otonomi.
Mereka menjadi sadar tentang kemauannya sendiri. Kalau anak terlalu
dikekang atau dihukum dengan terlalu keras, mereka mungkin
mengembangkan perasaan malu dan ragu-ragu.
c. Inisiatif versus rasa bersalah (Initiative versus Guilt) adalah tahap
perkembangan Erikson yang ketiga, terjadi selama masa prasekolah.
Ketika anak prasekolah memasuki dunia sosial yang lebih luas, mereka
lebih menghadapi tantangan dibandinkan ketika masa bayi. Tingkah laku
aktif dan terarah diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Anak diminta
untuk bertanggung jawab atas badannya, tingkah lakunya, permainannya,
dan binatang peliharaanya. Mengembangkan rasa tanggung jawab akan
meningkatkan inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan
mungkin timbul pada anak yang tidak bertanggung jawab dan anak yang
dibentuk menjadi pencemas. Kebanyakan rasa bersalah dikompensasikan
dengan perasaan berprestasi.
d. Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap
perkembangan yang keempat, terjadi pada usia sekolah dasar. Inisiatif anak
membawanya berhubungan dengan macam-macam pengalaman baru. Ketika

7
anak memasuki masa anak pertengahan dan akhir, mereka mengarahkan
energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Akhir
masa anak ketika imajinasi sedang berkembang merupakan masa dimana
anak sangat bersemangat untuk belajar. Bahay pada masa sekolah dasar
adalah perkembangan rasa rendah diri-perasaan tidak kompeten dan tidak
produktif. Erikson percaya bahwa guru mempunyai tanggung jawab khusus
untuk perkembangan sikap industri pada anak. Guru harus mendorong anak
secara tegas tetapi lembut kedalam petualangan untuk menemukan bahwa ia
dapat belajar untuk mencapai sesuatu yang mungkin tidak dipikirkan oleh si
anak sendiri.
e. Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion)
adalah tahap psikososial yang kelima, yang dialami individu selama masa
remaja. Pada saat ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka,
mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam hidupnya.
Remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa yang
menyangkut pekerjaan dan asmara, misalnya: orang tua seharusnya memberi
kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi peran yang berbeda-beda dan
jalan yang berbeda dalam peran tertentu. Bila remaja mengeksplorasi peran-
peran tersebut dalam cara yang sehat dan mendapatkan jalan yang positif
untuk diikuti dalam hidupnya, suatu identitas yang positif akan terbentuk.
Bila suatu identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, bila remaja
kurang mengeksplorasi peran-peran yang berbeda, dan bila jalan ke masa
depan yang positif tidak ditentukan, maka kekacauan identitas terjadi.
f. Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap psikososial
yang keenam, yang dialami individu menghadapi selama masa dewasa awal.
Pada saat ini, individu menghadapi tugas perkembangan untuk membentuk
hubungan intim dengan orang lain. Erikson menggambarkan intimasi sebagai
menemukan diri tetapi juga kehilangan diri dalam orang lain. Bila si dewasa
muda membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim
dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai; bila tidak, maka terjadi
isolasi.
g. Generativitas versus stagnasi (geneativity versus stagnation) adalah tahap
psikososial. Erikson yang ketujuh, yang dialami individu pada masa dewasa
tengah. Kepedulian utamanya dalah untuk membantu generasi yang lebih
muda dalam mengembangkan dan menjalani hidup yang berguna itulah yang
dimaksud Erikson dan generativitas. Stagnasi adalah perasaan bahwa individu
tidak berbuat apapun untuk membantu generasi penerus.
h. Integritas versus rasa putus asa (integrity versus despair) adalah tahap
psikososial yang kedelapan dan terakhir, yang dialami individu pada masa
dewasa akhir. Pada tahun-tahun terakhir dari kehidupan kita melihat
kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan
kita. Melalui banyak jalan yang berbeda, orang tua mungkin telah

8
mengembangkan pandangan positif dalam kebanyakan atau semua tahap
psikososial sebelumnya. Bila itu yang terjadi, retrospreksi akan menunjukkan
kehidupan yang dijalani dengan baik dan individu merasakan kepuasan
integritas tercapai. Bila orang tua menjalani kebanyakan tahap psikososial
sebelumnya secara generatif, retrospeksi akan menghasilkan keraguan atau
kemurungan, Erikson menyebutnya sebagai rasa putus asa.
2.5 Indikator Pemantauan Tumbuh Kembang Wanita Sepanjang Daur Kehidupan
Secara kronologis, setiap perempuan mengalami berbagai fase dalam
kehidupannya. Proses ini berlangsung secara alamiah atau wajar terjadi pada setiap
perempuan. Berikut adalah fase-fase dalam kehidupan manusia:
1. Lahir dan Pra Pubertas
a. Fisik
1) Terbentuknya bakal organ seks saat janin berusia 12 minggu
2) Sejak bayi, perempuan sudah memiliki 2 indung telur
3) Pada masa ini sel telur belum matang
4) Belum menunjukan tanda-tanda pertumbuhan seks sekunder
b. Psikososial
Anak perempuan diarahkan untuk mengikuti budaya yang berekmabng di
lingkungan asuhannya, misalnya pada hal-hal berikut ini :
1) Anak perempuan harus jongkok saat BAK, sedangkan anak laki-laki
harus berdiri
2) Anak perempuan diajarkan untuk berias
3) Rambut anak perempuan dibiarkan panjang atau dipotong secara
feminim
4) Perempuan di didik untuk bersikap feminim
2. Pubertas
a. Fisik
1) Mulai terbentuk sel telur matur
2) Produksi hormone ekstrogen pengaruh matangnya sel telur
3) Mulai tumbuh tanda-tanda seks sekunder, misalnya : tumbuh payudara
b. Psikososial
Wanita mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai merasakan jatuh cinta
untuk pertama kalinya
3. Reproduksi
a. Fisik
1) Wanita mengalami masa menstruasi, dengan keluarnya darah dari
vagina
2) Wanita memasuki usia reproduktif
3) Sel telur dapat dibuahi
4) Jika melakukan hubungan intim dengan lawan jenis, wanita dapat
hamil
5) Bekerjanya hormon indung telur (estrogen dan progesteron)

9
b. Psikososial
1) Wanita mulai cemas karena proses menstruasi
2) Wanita mulai mencari identitas diri, gambaran diri yang dipengaruhi
kelompoknya
3) Bergaul dan berkumpul dengan teman-teman yang berjenis kelamin
sama
4. Premenopause
a. Fisik
1) Kekuatan otot dan kecakapan mental mulai mencapai puncaknya
2) Dimulai proses penuaan
3) Penurunan hormon kewanitaan berangsur menurun
4) Proses menstruasi yang tidak teratur
5) Perasaan panas di sekitar wajah (hot flash)
6) Produksi keringat yang berlebihan
7) Kulit menjadi kusam dan kasar
8) Rambut cenderung kering dan rapuh
9) Perasaan adanya gangguan dalam hubungan intim
10) Kesulitan vagina mengalami lubrikasi, sehingga timbul rasa tidak
nyaman saat bersenggama
b. Psikososial
1) Wanita lebih banyak menarik diri dari lingkungannya
2) Wanita lebih sering merasa tersiggung, mudah cemas dan sangat
sensitive
3) Gelisah karena menghadapi proses penuaan
5. Menopause
a. Fisik
1) Hilangnya hormon kewanitaan
2) Menstruasi tidak muncul lagi
3) Organ reproduksi tidak berfungsi lagi
4) Berat badannya sulit dikendalikan
5) Terjadi timbunan lemak di beberapa tempat karena ketiadaan hormon
kewanitaan
6) Wanita sering mudah merasa lelahPenyakit degeneratif (penyakit
jantung, DM, gangguan ginjal dan osteoporosis) mudah menyerang
b. Psikososial
Pada fase ini wanita mulai mencapai kematangan hidup.
6. Senium
a. Fisik
1) Lemasnya otot-otot yang membuat struktur tubuh menjadi bengkok
2) Gangguan sendi mulai sering timbul
3) Berat badan cenderung berkurang
4) Penurunan daya guna tubuh

10
5) Kekuatan otot dari saat usia 20 tahun
6) Kekuatan pendengaran pada frekuensi menurun sampai 75%
7) Terjadi penurunan intelektual
8) Kemungkinan dapat terjadi gangguan otak secara organik
b. Psikososial
1) Terjadi perubahan sifat, misalnya : dari pemurung menjadi periang,
dari pemberani menjadi penakut atau sebaliknya
2) Sering timbul perilaku yang sulit diterima karena terjadi gangguan
otak organik.

11
BAB III
HASIL ANALISA FENOMENA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Reproduksi Pada Wanita


Ada 2 indikator dalam pemantauan pertumbuhan dan perkembangan masa reproduksi pada
wanita, yaitu:
1. Berat badan melihat status gizi
2. Hemoglobin
Dari fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari, ada bebrapa jurnal yang
mendukung terkait berat badan yang melihat status gizinya. Penelitian dari Esther Hutagaol
yang dilakukan pada bulan Februari 2015 dengan judul penelitiannya Hubungan Status Gizi
Dengan Siklus Menstruasi Pada remaja Putri Di Psik Fk Unsrat Manado mengatakan;
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PSIK FK UNSRAT Manado
menunjukkan bahwa dari 67 responden, ada 9 responden (33,3%) yang memiliki status gizi
kurus dengan siklus menstruasi teratur, 6 responden (20,7%) yang memiliki status gizi
normal dengan siklus menstruasi tidak teratur, dan 2 responde (18,2%) yang memiliki status
gizi gemuk dengan siklus menstruasi teratur. Seorang wanita yang mengalami kekurangan
maupun kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak
memberikan rangsangan kepada hipofisa anterior untuk menghasilkan FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (LuteinizingHormone). Dimana FSH ini berfungsi
merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 seltelur.
Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh yang lainnya hancur. Sedangkan LH (luteinizing
hormone) berfungsi dalam pematangan sel telur atau ovulasi (fase sekresi) yang nantinya
jika tidak dibuahi akan mengalami peluruhan (menstruasi), sehingga apabila produksi FSH
danLH terganggu maka siklus menstruasi juga akan terganggu. Berhubungan dengan
menstruasi, secara khusus jumlah wanita anovulasi akan meningkat apabila berat
badannya mengalami perubahan (meningkat atau menurun) (Francin, 2004, dalam
Anggarini, 2012). Hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa apabila remaja memiliki asupan
gizi yang baik dengan stabilitas emosi yang baik disertai gaya hidup dan pola makan
yang baik bisa membuat kerja hipotalamus menjadi baik sehingga bisa memproduksi
hormon-hormon yang dibutuhkan tubuh terutama hormone reproduksi, sehingga siklus
menstruasi bisa menjadi teratur.
Penelitian kedua yang mendukung indicator status gizi yang berhubungan
dengan hemoglobin. Penelitian ini dilakukan oleh Peni Catur Inayati, dengan judul
penelitian Hubungan Antara Status Gizi Dan Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada
Santri Putri Pondok Pesantren Al-Hidayah Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
Pada tahun 2009, mengatakan Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
hemoglobin yang mengakibatkan kejadian anemia pada santri putri Pondok Pesantren Al-

12
Hidayah Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan dengan p value = 0,001.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zatgizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi
bila tubuh mengalami kekurangansatu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita, termasuk salah satunya adalah
zat besi. Dimana bila status gizi tidak normal dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh
juga tidak baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya anemia.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Klimakterium dan Menopause
Adapun pemantauan yang dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
wanita saat memasuki masa klimakterium dan menopause, yaitu:
1. Konseling dan pelayanan Kesehatan Reproduksi terutama gangguan dan tanda
keganasan
2. Posyandu Lansia

Dari fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari, ada beberapa jurnal yang
mendukung dalam pemberian konseling dan pelayanan di Posyandu Lansia tentang
kesehatan reproduksi terutama gangguan dan tanda keganasan pada wanita yang sudah
memasuki masa menopause. Penelitian yang dilakukan oleh Stefania Efenhilda Tefa dengan
judul penelitian Peranan Konseling Dalam Meningkatkan Sikap Positif Wanita Tentang
Kanker Payudara Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan
pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan perilaku (Taufik &Juliane, 2010,
hal: 58). Konseling bisa memfasilitasi perubahan sikap atau persepsi seseorang tentang
kesehatan. Pendekatan individual lewat konseling kepada kaum wanita dilakukan agar
membantu memfasilitasi perubahan sikap tertentu menjadi bentuk sikap yang lain, dari sikap
negatif ke positif tentang kanker payudara. Perbedaan sikap wanita tentang kanker payudara
sebelum dan sesudah dilakukan konseling kanker payudara menunjukkan adanya pengaruh
konseling dalam meningkatkan sikap positif wanita tentang kanker payudara, dimana lebih
dari 50% (54.1%) responden memiliki sikap negatif sebelum diberikan konseling tentang
kanker payudara dan Sebagian besar (72.9%) responden memiliki sikap positif sesudah
diberikan konseling tentang kanker payudara. Perlu diberikan konseling kepada Lansia dan
keluarga lansia tentang manfaat Posyandu Lansia. Memberdayakan kader Posyandu Lansia
untuk memberikan informasi kepada Lansia tentang Posyandu Lansia. Serta perlu
memotivasi petugas kesehatan memberkan informasi kepada setiap Lansia yang berkunjung
ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya dan keluarganya tentang manfaat Posyandu
Lansia.

13
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat penambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian
tubuh. Perkembangan adalah pertambahan sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Yang mana, bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase
kehidupan tersebut.Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hidayanti, Elli. 2017. Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga. Ciputat.


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Dirjen Pembinaan Kesehatan
Felicia, Hutagaol Esther, Kundre Rina. 2015. Hubungan Status Gizi Dengan Siklus
Menstruasi Pada Remaja Putri. Fakultas Kedokteran UNSRAT. Manado
T.A., Sifra. (2013). Hubungan Malnutrisi Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Di
Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).Sumompo.
Inayati, C.Peny. 2009 .Hubungan Antara Status Gizi Dan Menstruasi Dengan Kejadian
Anemia Pada Santri Putri Pondok Pesantren Al-Hidayah. Universitas Negeri
Semarang.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Hasil RISKESDAS 2013 – Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai