Anda di halaman 1dari 5

Elemen 7.

Output

Output (Keluaran) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, output bisa
berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit, dalam hal ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan/atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. PAK dan KAK di kalangan tenaga medis
dan non medis di Rumah Sakit seluruh Indonesia belum terekam dengan baik. Padahal tenaga
medis merupakan salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja
dengan kemampuannya menangani korban kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya K3. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan yang mudah terjangkit penyakit atau tempat kerja yang mempunyai
karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelas bahwa
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya
yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Berikut beberapa elemen output mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang diharapkan dapat diterapkan di Rumah Sakit UNS :
1. Pelayanan Kesehatan Kerja
Menurut Permenaker dan Transmigrasi RI No. Per 03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan menyebutkan bahwa tujuan dari pelaksanaan pelayanan kesehatan adalah:
(a) Memberi bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental,
terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.
(b) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan
atau lingkungan kerja.
(c) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani), dan kemampuan fisik tenaga
kerja.
(d) Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja dapat diberikan kepada seluruh karyawan di RS
UNS baik tenaga medis maupun non medis dengan melakukan :
1) Program Pelayanan Kesehatan Kerja yang meliputi :
(a) Pemeriksaan Kesehatan Awal
Pemeriksaan kesehatan awal biasanya dilakukan untuk seluruh karyawan baru.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kesehatan mata, jantung, dan thorak serta
kesehatan secara fisik.
(b) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan bagi semua karyawan yang bertugas
di tempat yang berisiko besar terhadap gangguan kesehatan terhadap pekerjaannya,
yaitu tenaga kerja yang bekerja di Instalasi Gizi, Farmasi, Radiologi, Laboratorium
dan Keperawatan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik
diagnostik dan pemeriksaan penunjang lainnya oleh dokter yang ditunjuk Dinas
Kesehatan yang dilakukan 2 kali dalam setahun.
(c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan jika tenaga kerja mengalami
kecelakaan, gangguan kesehatan, dan terinfeksi PAK (Penyakit Akibat Kerja).
2) Memberikan jadwal kegiatan-kegiatan jasmani secara rutin
Pelaksanaan kegiatan jasmani seperti kegiatan senam secara rutin dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas kesehatan maupun non
kesehatan di rumah sakit UNS.
3) Jaminan Kesehatan Karyawan
Jaminan Kesehatan Karyawan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan kerja
bagi karyawan yang dapat diterapkan di RS UNS sebagai sebuah bentuk program publik
yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di RS untuk mengatasi resiko-resiko
tertentu dan penyelenggaraanya menggunakan mekanisme asuransi. Jaminan kesehatan
ini sebagai bentuk pelayanan kesehatan kerja yang umumnya hampir sama dengan
pelayanan untuk pasien hanya saja karyawan medis RS diberikan sarana dan prasarana
dengan gratis atau tanpa biaya. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 24 Tahun
2011 Tentang BPJS Ketenagakerjaan.
2. Penerapan Keselamatan Kerja
Beberapa bentuk penerapan keselamatan kerja yang dapat dilakukan di Rumah Sakit UNS
antara lain :
1) Keselamatan Kerja Bidang Kimia
Di dalam rumah sakit keselamatan kerja di bidang kimia sangat dianjurkan bagi tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya harus menggunakan APD, maupun antiseptik
(alkohol) sebelum bekerja, sehingga bakteri maupun virus dapat mati. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kontaminasi.
2) Keselamatan Kerja Bidang Mekanik
Untuk keselamatan kerja di bidang mekanik semuanya yang berhubungan dengan mesin-
mesin, genset, boiler sampai dengan bagian pengering dan setrika di laundry harus
dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh pihak rumah sakit.
3) Keselamatan Kerja Bidang Listrik
Sumber utama listrik yang digunakan di RS yaitu dari PLN. Dan sumber listrik cadangan
bila listri PLN mati yaitu Genset yang mensuplai seluruh unit dan bagian di RS UNS.
Alat pengaman listrik secara umum juga harus memadai, antara lain di sekeliling instalasi
dipasang Instalasi Penangkal Petir, karena bangunannya yang tinggi memungkinkan
rawan akan adanya sambaran petir.
4) Keselamatan Kerja Bidang Kebakaran
Di setiap RS pasti memiliki bagiang-bagian atau ruang daerah yang rawan dengan
potensi bahaya kebakaran. Oleh karena itu berbagai tindakan yang harus dilakukan untuk
meminimalisir dan antisipasi adanya kebakaran yaitu:
(a) Pemasangan Hydrant outdoor.
(b) Pemasangan APAR di setiap gedung RS.
(c) Pemasangan alarm kebakaran.
(d) Pemasangan sprinkler, dsb.
5) Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat pelindung yang memiliki kemampuan dalm
melindungi seseorang saat bekerja yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari
bahaya di tempat kerja, terutama di RS. APD yang biasanya digunakan di RS antara lain :
ear plug, ear muff, masker, sarung tangan, kacamata pengaman, pakaian pelindung.
Sebagaimana mestinya peraturan mengenai APD di rumah sakit telah diatur dalam
Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
3. Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja diberikan dengan menunjukkan adanya
hubungan yang dilakukan oleh orang satu kepada orang lain. Komunikasi keselamatan dan
kesehatan kerja dapat berupa :
1) Safety talk;
2) Safety sign (peringatan mengenai rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja);
3) Safety induction;
4) Pemasangan Poster keselamatan dan kesehatan kerja; dsb.
4. Emergency Respone (Tanggap Darurat)
Di setiap tempat kerja harus menyediakan sistem tanggap darurat yang memadai. Sama
halnya di RS UNS yang semestinya harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keadaan
darurat. Para petugas atau tim tanggap darurat telah terkoordinir dan pernah mendapat
pelatihan. Selain itu juga telah tersedia sistem komunikasi yang memadai untuk keadaan
darurat
Emergency response adalah suatu kebijakan dari manajemen untuk menghadapi keadaan
darurat dan mendadak yang berhubungan dengan K3RS, misalnya kebakaran dan peledakan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut RS UNS membuat kebijakan mengenai emergency
response yang memuat tentang tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan pada saat terjadi
insiden mendadak. Pengadaan dan pemeriksaan dilakukan secara berkala. Pintu-pintu darurat
juga disediakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Pemeriksaan APAR
setiap 1 bulan sekali yang dilaksanakan oleh pihak ketiga yaitu sebuah CV bidang
penyediaan APAR.
Adapun beberapa faktor untuk menunjang pelaksanaan emergency response ini, RS UNS
harus sudah menyediakan:
1) Petugas
Petugas disini bertanggung jawab sebagi koordinator penanggulangan keadaan darurat
dalam bidang pengamanan dan keselamatan bangunan, bencana, dan evakuasi.
2) Pelatihan
Dalam meningkatkan ketrampilan para personil tim tanggap darurat, maka RS UNS harus
bekerja sama dengan dinas pemadam kebakaran Surakarta dan tim SAR untuk
mengadakan pelatihan yang meliputi:
(a) Training ke-Hiperkesan atau Training mengenai Keselamatan dan Kesehatan dalam
bekerja;
(b) Keadaan darurat dan evakuasi;
(c) Pelatihan pemadaman kebakaran;
3) Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah APAR, Hydrant, Alarm Sistem, APD, pintu darurat, dan
tangga darurat.

Sumber :
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)., diakses 1 Februari 2017 ;
http://perpustakaan.depkes.go.id.
Abrar, Peranan K3 di Instansi Rumah Sakit (blogspot)., diakses 1 Februari 2017;
http://abrarenvirolink.blogspot.com/2010/03/peranan-k3-di-rumah-sakit-instansi.html.

Anda mungkin juga menyukai