Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Bencana Banjir


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Bencana banjir sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Indonesia memiliki
sejarah bencana banjir yang mengerikan hingga kematian dan kerugian materi tak dapat
dicegah lagi. Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang
banyak dialiri oleh alirasn sungai dan saat inisepertinya sudah menjadi langganan bagi beberapa
daerah dan kota besar diIndonesia ketika musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya
hanyalah salah satu output dari pengelolan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan
oleh beberapa hal yaitu curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS, penyempitan
saluran drainase dan perubahan penggunaan lahan (Simajuntak, 2014).
Dalam Modul Pengenalan Banjir terdapat tiga jenis banjir disertai dengan
bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. 
1. Banjir Kilat
Banjr yang terjadi hanya dalam waktu 8 jam setelah hujan lebat mulai turun.
Biasanya jenis banjir ini seringdihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat
dan petir yang keras,badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan
olehmeluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut jugadapat
disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang
meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahanbesar dibagian hulu
sungai.

2. Banjir Luapan
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yangcukup lama,
walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan,sehingga datangnya banjir
terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman
atau tahunan, dan mampu berlangsung sangatlama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanyamampu menahan kelebihan debit air.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang dipicu
angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan membanjiri
daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu


banjir yangsering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang
(flash flood) adakah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit
sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat
melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan
cekungan-cekungan dan biasanya membawa material sampah (debris) dalam
alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan
mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan
membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya
(Mulyanto, 2012).

B. Mitigasi Bencana Banjir


Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana). Mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis yang luas
dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi yangmana akan
mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta mengurangi sekecil-kecilnya dampak
kehilangan harta benda.
Rencana mitigasi pada umumnya meliputi: kemampuan untuk memelihara fungsi,
desain bangunan, lokasi bangunandi luar dari zona bahaya, kemampuan esensial
bangunan, proteksi dari bagian darisuatu bangunan, asuransi, edukasi publik, peringatan,
dan evakuasi.
Mitigasi dilaksanakan sebelum, sesudah, dan sebelum terjadinya suatu bencana.
Untuk bencana banjir sendiri, salah satu tindakan mitigasi bencana banjir adalah
melakukan peringatan dini bencana banjir.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang Pedoman umum
mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam mitigasi
bencana banjir seperti:
1. Langkah mitigasi yang dilakukan sebelum banjir melanda yakni:
a. Pengawasan penggunaan lahan
b. Pembangunan infrastruktur yang kedap air
c. Pengerukan dan pembangunan sudetan sungai
d. Pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen
e. Pembuatan saluran drainase
f. Pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir
g. Menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir.

2. Langkah mitigasi yang dilakukan ketika banjir melanda yakni:


a. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untukmematikan
aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masihmemungkinkan untuk diseberangi.
c. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
d. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
e. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana.

3. Langkah mitigasi yang dilakukan setelah banjir melanda yakni


a. Bersihkan rumah
b. Siapkan air bersih untuk menghindari diare
c. Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada
d. Selalu waspada terhadap banjir susulan
C. KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITIGASI BENCANA 1. KEBIJAKAN
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi
semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang
ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur
tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit
masing-masing.

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang


melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemateri
berdayaan masyarakat serta kampanye.

2. STRATEGI
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:
a. Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta
rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam
antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat ini penggunaan peta
ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda sehingga
menyulitkan dalam proses integrasinya.
b. Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.
Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa
kawasan rawan bencana.
c. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara: memberikan poster dan leaflet
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana,
tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan etektronik tentang kebencanaan adalah salah
satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap
bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
d. Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK
PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan
menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai
hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan
dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika
terjadi bencana.
e. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi
bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi dari petugas lapangan,
pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk
kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
f. Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahu- kan tingkat kegiatan hasil pengamatan
secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat
dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-- waktu terjadi bencana.
Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah
dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari
bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis
dapat berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya), pengungsian
dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai