Kelas 7D ( Bilingual A )
Kelompok 1
2020-2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tetang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupn inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB IPENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang 4
1. 2 Tujuan Penulisan 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2. 1 Konsep lansia 7
2. 2 Konsep Lansia dengan gangguan Pendengaran 11
2. 3 Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan gangguan
pendengaran 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian 26
3.2 Analisa Data 27
3.3 Diagnosa Keperawatan 28
3.4 Intervensi 28
3.5 Implementasi 31
3.6 Evaluasi 32
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN 34
4.2 SARAN 34
DAFTAR PUSTAKA 35
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia didefinisikan sebagai suatu kondisi penurunan,
kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
perubahan lingkungan , hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta
perubahan fisiologis yang terkait usia (Aru, dalam Tri Yulianti 2016).
Setiap makhluk hidup didunia ini akan mengalami proses menua, hal ini
dikarenakan proses menua merupakan hukum alam (Sunariani dkk. dalam
Tri Yulianti, 2016). Menurut Nugroho (dalam Tri Yulianti, 2016) proses
menua adalah proses yang terjadi disepanjang hidup manusia, dimulai
sejak dari awal kehidupan. Proses menua merupakan akibat dari
kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss) yang terkait dengan
banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia (lanjut usia). Proses
penuaan menyebabkan terjadi perubahan fungsi pada lansia seperti
kemunduran pada sistem sensorinya (Tri Yulianti, 2016). Dalam
memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misal kemunduran
dalam fisik, kulit mulai mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan
lambat, dan juga penuaan dalam proses berpikir (Nuha Medika, 2013).
Sistem sensori adalah sistem penghantaran rangsangan dari perifer
(reseptor) ke pusat (otak). Pada manusia terdapat lima sistem sensori
(pengindraan) eksoreseptor, yaitu sistem visual (penglihatan), sistem
auditory (pedengaran), sistem somatosensory (perabaan), sistem olfactory
(penciuman) dan sistem gustatory (pengecapan) (Syaifuddin, 2011). Pada
Sistem sensori auditory (pedengaran) biasanya masalah yang timbul
adalah penumpukan serumen, presbiakusis, tinitus, Persepsi pendengaran
abnormal dan gangguan terhadap lokasi suara (Syaifuddin, 2011).
Gangguan pendengaran merupakan masalah serius yang paling
sering dihadapi. Ada sekitar 10% di Amerika Serikat dari populasi dewasa
mengalami gangguan pendengaran. Hampir 30-35% dari populasi diatas
65 tahun menderita gangguan pendengaran dan sekitar 1,5-3,0%
4
membutuhkan alat bantu dengar. oleh seseorang karena dapat
menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat bersosialisasi (Astari,
2014).
Prevalensi penurunan pendengaran akibat proses penuaan juga
meningkat yaitu sekitar 12 % pada kelompok umur 65 - 74 tahun, 16 %
pada umur 75 - 84 tahun dan 30 % pada umur lebih dari 85 tahun. Dari
data lain menunjukkan penurunan pendengaran oleh berbagai sebab lebih
tinggi lagi yaitu 44 % dan meningkat menjadi 66 % pada usia 70-79 tahun
dan akan menjadi 90 % pada umur lebih dari 80 tahun (Setiati dan Laksmi,
2015).
Penurunan kemampuan mendengar biasanya dimulai pada usia
dewasa tengah,yaitu usia 40 tahun. Penurunan kemampuan mendengar
pada lansia tersebut terjadi sebagai hasil dari perubahan telinga bagian
dalam.Seperti halnya rusaknya cochlea atau reseptor saraf primer,
kesulitan mendengar suara bernada tinggi (presbikusis), dan timbulnya
suara berdengung secara terus menerus (tinnitus).Sistem vestiular
bersama-sama dengan mata dan propioseptor membantu dalam
mempertahaan keseimbangan fisik dan tubuh. Gangguan pada sistem
vestibular dapat mengarah pada pusing dan vertigo yang dapat
mengganggu keseimbangan (Mauk,2010).
Hasil penelitian oleh Martir dan Jerger (2005) dengan judul “Some
Effects of Agging on Central Auditory Processing” menggambarkan 28
orang dengan alat bantu pendengaran telinga kanan dan kiri 23 diantaranya
memiliki pendengaran yang baik sedangkan 5 dengan pendengaran yang
kurang baik. Ada 23 orang dengan alat bantu dengar pada telinga kanan 17
orang memiliki pendengaran baik dan 6 orang memilii pendengaran yang
kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari
lebih dalam mengenal Asuhan Keperawatan pada Lansia Dengan
Gangguan Pendengaran.
5
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dalam mempelajari lebih dalam tentang
Asuhan Keperawatan pada Lansia Dengan Gangguan Pendengaran.
b. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi apa saja perubahan yang terjadi terkait
usia terhadap fungsi pendengaran.
b. Mampu mengidentifikasi apa saja Faktor resiko gangguan
pendengaran.
c. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah
gangguan pendengaran.
d. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
pada lansia dengan masalah gangguan pendengaran.
e. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan
masalah gangguan pendengaran.
f. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan masalah gangguan
pendengaran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Menurut (Fatmah, 2010) lansia merupakan proses alamiah yang
terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua
seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.
Istilah manusia usia lanjut belum ada yang mematenkan sebab setiap
orang memiliki penyebutannya masing-masing seperti manusia lanjut
usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut (usila), serta ada
yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi
tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional.Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain (Kholifah, 2016).
B. Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
7
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemundutan fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansian yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial dimasyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Misalnya lansia menduduki jabatan sosial dimasyarakat
sebagia ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
8
1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan
Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)
b. Variasi lingkungan tempat tinggalnyKlasifikasi lansia dibedakan
menjadi 4 kelompok usia. Menurut Word Health Organization
(WHO), (Fatmah, 2010: 8) dan (Aspiani, 2014: 20):
1) Usia Pertengahan (Middle Age): Usia 45-59 Tahun
2) Usia Lansia (Elderly): Usia 60-74 Tahun
3) Usia Lansia Tua (Old): Usia 75-90 Tahun
4) Usia Sangat Tua (Very Old): Usia Diatas 90 Tahun
D. Tipe-tipe Lansia
Tipe lanjut usia menurut Azizah (2011:3-4), sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diridengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi, undangan, dan menjadi
panutan. 3
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengritik.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung
9
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe ini antara lain:
a. Tipe optimis
b. Tipe konstruktif
c. Tipe ketergantungan
d. Tipe defensive
e. Tipe militant dan serius
f. Tipe marah atau frustasi (the angry man)
g. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating man.
2. Pendekatan Sosial.
Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita,
memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien
lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan
kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.
3. Pendekatan Spiritual.
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia,
terutama bila lansia dalam keadaan sakit.
10
2. 2 Konsep Lansia dengan Gangguan Pendengaran (Presbikusis)
A. Pengertian Presbikusis
Presbikus adalah hilangnya pendengaeran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi yang merupakan suatu fenomena yang
berhubungan dengan lanjutnya usia.
Presbikus adalah penurunan pendengaran normal dengan proses
penuaan (ilmu keperawatan, 2011 ).
Presbikus adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi
pada usia lanjut, simetris kiri dan kanan disebabkan proses degenerasi
didalam telinga dalam ( sandhi Indra Yanas, 2014).
B. Etiologi
1. Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer
organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik
mungkin juga mengalami gangguan.sehingga baik jalur audiotorik
dan lobus temporalis otak sering terganggua akibat lanjutnya usia.
2. Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan obat otottokssik dan
reaksi pasca radang.( ilmu keperawatan, 2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presbikus yaitu :
Usia dan jenis kelamin
Kebanyakan orang yang berusia 60-65 tahun banyak yang
menderita presibikus.Presibikus banyak terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan karena laki-laki lebih sering
terpapar suara bising dari pada perempuan.
Hipertensi
Hipertensi kronik dapat memperberat tahanan vaskuler
yang mengakibatkan peningkatan viskositas darah,
penurunan aliran darah kapiler dan transpot oksigen ke
organ telinga dalam, terjadi kerusakan sel-sel auditori dan
proses transmisi sinyal dapat terganggu
11
Diabetes melitus
Merokok
Riwayat bising ( menurut sandhi indra yanas, 2014).
C. Manifestasi klinis
keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran
secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga.
Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui dengan pasti.
Pertama-tama terjadi sedikit demi sedikit kekurangan pendengaran
pada frekuensi tinggi, dan kemudian diikuti oleh tidak bisa mendengar
dengan jelas akibat susahnya menangkap huruf konsonan yang
bersuara mendesis ( S, SH, Z, C dan T ). Keluhan lainnya adalah
telinga berdenging (tinnitus nada tinggi).
Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat
dengan latar belakang yang ramai (cocktail party deafness). Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri ditelinga, hal ini
disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment). Pada kasus
presibikus yang berat komunikasi dengan penderita lebih
sukar.Umumnya penderita presibikus yang berat komunikasi dengan
penderita lebih suka bila kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata
yang pendek dan bicara agak ke dekat kuping, dari pada suara yang
keras.Berkurangnya secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris pada
kedua telinga.Telinga berdenging, pasien dapat mendengar suara
percakapan tapi sulit memahaminya, terutama bila cepat dan latarnya
riuh. Bila intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri. Dapat disertai
tinnitus dan invertigo.
Pada pemeriksaan otoskop tampak membrane timpani suram dan
mobilitasnya berkurang.
Perubahan-perubahan dalam struktur dan fungsi pada telinga bagian
dalam membuat sulit untuk memhami tipe bunyi bicara tertentu dan
menyebabkan intoleran terhadap bunyi keras. Buny-bunyi yang
12
biasanya hilang pertama kali adalah f, s, th, ch dan sh. Saat penurunan
pendengaran berlanjut, kemampuan untuk mendengar bunyi b, t, p, d,
k dan t juga rusak
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran menurutemirza NW, 2013:
Kesulitan mengerti pembicaraan
Ketidakmampuaan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan
nada tinggi
Kesulitan membedakan pembicaraan bunyi bicara lain yang
parau atau bergumam
Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar terutama
dengan latar belakang yang bising
Latar belakang bunyi bordering atau berdesis yang konstan
Perubahan kemampuan mendengar konsonana seperti s, z, t, f,
dan g
Suara vocal yang frekuensinya rendah seperti a, e, I, o, u,
umumnya relative diterima dengan lengkap.
13
Pendengaran dimulai di telinga luar atau luar, yang terdiri dari
pinna dan saluran pendengaran eksternal.Ini struktur tulang rawan
melokalisasi suara sehingga orang tersebut bisa identifikasi
sumbernya. Pinna mengalami perubahan ukuran,bentuk,
fleksibilitas, dan pertumbuhan rambut dengan bertambahnya usia,
tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi konduksi gelombang
suara orang dewasa yang lebih tua yang sehat. Saluran
pendengaran ditutupi oleh kulit dan dilapisi dengan folikel rambut
dan kelenjar penghasil serumen.Cerumen, atau kotoran telinga,
adalah bahan alami yang secara genetik ditentukan sebagai kering
(bersisik dan abu-abu) atau basah (lembab dan coklat atau
tan).Fungsi serumen adalah membersihkan, melindungi, dan
lumasi saluran telinga. Cerumen secara alami dikeluarkan, tapi
dapat menumpuk pada orang dewasa yang lebih tua karena
perubahan terkait usia, seperti peningkatan konsentrasi keratin,
pertumbuhan rambut lebih panjang dan lebih tebal (terutama pada
pria), dan menipis dan pengeringan kulit yang melapisi saluran.
Penurunan terkait usia dalam aktivitas kelenjar keringat semakin
meningkatkan potensi cerumen untuk menumpuk dengan membuat
lilin lebih kering dan lebih sulit untuk menghapus. Saluran telinga
yang menipis atau robek adalah kondisi terkait lainnya yang dapat
terjadi dan memengaruhi lokalisasi dan persepsi suara frekuensi
tinggi.
Perubahan Konsekuansi
Telinga Rambut yang lebih panjang Potensi serumen dan
luar dan tebal kulit yang terkena
Lebih tipis, lebih kering dampak selanjutnya
Peningkatan keratin mengganggu
konduksi suara
14
Telinga Penurunan ketahanan Konduksi suara
tengah membran timpani terganggu
Osikel yang mengeras dan
mengeras
Otot dan ligamen yang
lemas dan kaku
b. Telinga Tengah
Membran timpani berwarna transparan, abu-abu mutiara, sedikit
lapisan jaringan fleksibel berbentuk kerucut yang memisahkan
bagian luar dan telinga tengah.Fungsi utamanya adalah
mengirimkan suara energi dan melindungi telinga tengah dan
dalam. Dengan meningkat usia, jaringan kolagen menggantikan
jaringan elastis, menghasilkan di gendang telinga yang lebih tipis
dan lebih kaku. Getaran suara berlalu melalui membran timpani ke
tiga tulang telinga pendengaran: malleus, incus, dan stapes.
Tulang-tulang ini terhubung satu sama lain tetapi bergerak secara
independen, bertindak sebagai pengungkit untuk memperkuat
suara. Fungsi utamanya adalah mengirimkan getaran ke telinga
tengah yang berisi udara, melalui jendela oval, dan ke telinga
bagian dalam yang berisi cairan.Transmisi suara dipengaruhi oleh
15
frekuensi setiap suara dan merupakan yang paling banyak efektif
dalam rentang frekuensi menengah dari suara normal dan paling
tidak efektif pada frekuensi terendah dan tertinggi. Kalsifikasi
tulang ossicular terkait usia dapat mengganggu transfer getaran
suara dari membran timpani ke jendela oval. Otot telinga tengah
dan ligamen berkontraksi sebagai respons terhadap suara keras,
merangsang refleks akustik melindungi telinga bagian dalam yang
lembut dan menyaring gangguan pendengaran yang berasal dari
suara dan gerakan tubuh seseorang. Dengan bertambahnya usia,
otot telinga tengah dan ligament menjadi lebih lemah dan kaku dan
memiliki efek yang merugikan refleks akustik. Selain itu,
perubahan degeneratif tersebut mengurangi ketahanan membran
timpani.
c. Bagian dalam telinga
Di telinga bagian dalam, getaran ditransmisikan ke koklea, di mana
mereka diubah menjadi impuls saraf dan diberi kode intensitas dan
frekuensi.Impuls saraf merangsang serat saraf kranial kedelapan
dan mengirim pesan pendengaran ke otak. Proses ini terjadi
terutama dimbut sensorik sel organ Corti di koklea. Perubahan
terkait usia pada telinga bagian dalam termasuk rambut rontok sel,
penurunan suplai darah, penurunan endolimf produksi, penurunan
fleksibilitas membran basilar, degenerasi sel ganglion spiral, dan
hilangnya neuron di inti koklea. Perubahan telinga bagian dalam
ini menyebabkan gangguan pendengaran degeneratif yang disebut
presbycusis.
E. Klasifikasi Presbikusis
Salah satu sistem klasifikasi untuk presbycusis didasarkan pada
spesifik sumber struktural gangguan sebagai berikut:
1. Presbycusis sensorik berhubungan dengan degenerative
perubahan sel rambut dan organ Corti dan ditandai dengan
gangguan pendengaran yang tajam pada frekuensi tinggi.
16
2. Presbycusis saraf
yang disebabkan oleh degenerasi serabut saraf di koklea dan
ganglion spiral, ditandai dengan berkurangnya diskriminasi bicara.
3. Presbycusis metabolik
disebabkan oleh perubahan degenerative di stria vascularis dan
gangguan berikutnya dalam suplai nutrisi penting. Awalnya,
perubahan ini mengurangi file kepekaan terhadap semua frekuensi
suara; akhirnya, mereka mengganggu diskriminasi bicara.
4. Presbycusis mekanik
dihasilkan dari perubahan mekanis di struktur telinga bagian
dalam dan ditandai dengan pendengaran kerugian yang awalnya
melibatkan frekuensi yang lebih rendah dan bertahap menyebar ke
frekuensi yang lebih tinggi dan mengganggu pembicaraan
diskriminasi.
Meskipun berguna untuk menjelaskan dasar fisiologis berbagai jenis
presbycusis, pada kenyataannya, biasanya presbycusis melibatkan
beberapa proses terkait usia
.
F. Faktor risiko gangguan pendengaran
Selain perubahan terkait usia yang memengaruhi pendengaran, faktor
yang terkait dengan gaya hidup, keturunan, lingkungan, obat-obatan,
lilin yang terkena dampak, dan kondisi penyakit dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. Pedoman berbasis bukti mengidentifikasi
berikut ini mencari faktor risiko gangguan pendengaran (Adams-
Wendling & Jerawat, 2008):
Usia 65 tahun atau lebih
Tempat tinggal di fasilitas perawatan
Gangguan kognitif atau penglihatan
Eksposur ke noise yang berlebihan
Penggunaan obat ototoksik
Jenis kelamin laki-laki
17
Banyak penelitian tentang faktor risiko berfokus pada yang dapat
dimodifikasi faktor risiko, seperti kebisingan, yang dapat diatasi
intervensi promosi kesehatan.Penelitian juga difokuskan keterkaitan
antara faktor risiko, seperti kebisingan dan zat ototoxic (misalnya,
obat-obatan atau racun lingkungan).Misalnya, orang-orang yang
cenderung secara genetic gangguan pendengaran mungkin lebih rentan
terhadap efek merusak paparan kebisingan atau obat-obatan ototoksik.
Karena terkait usia Perubahan meningkatkan risiko gangguan
pendengaran, sangat penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang
dapat dimodifikasi pada orang dewasa yang lebih tua bahwa risiko
tersebut dapat diatasi. Kemungkinan besar, beberapa pendengaran
kerugian yang dikaitkan dengan perubahan terkait usia sebenarnya
terjadi faktor risiko, seperti paparan kebisingan atau zat ototoksik.
18
Robertson, 2009; Wagstaff, 2009).Penggunaan headphone dan
earphone dengan pemutar musik pribadi adalah aktivitas rekreasi yang
meningkatkan risiko NIHL (Kim, Hong, Shim, Cha, & Yeo, 2009;
Vogel, Verschuure, van der Ploeg, Brug, & Raat, 2010).
19
pendengaran keluarga ibu dan pada pria secara signifikan, tetapi
kurang kuat, terkait dengan riwayat keluarga ayah(McMahon, Kifley,
Rochtchina, Bewall, & Mitchell, 2008).
G. Patofisiologi
Bertambahnya usia akan mengakibatkan degenerasi primer di
organ corti yaitu berupa hilangngnya sel epitel saraf yang dimulai pada
usia pertengahan, terjadi degenerasi pada serabut aferen dan eferen sel
sensorik dari koklea dan juga terjadi perubahan pada sel ganglion
siralis di basal koklea. Selain itu elastisitas membrane basalis dikoklea
dan membrane timpani juga akan menurun. Suplai darah dari reseptor
neurosensorik mungkin juga akan mengalami gangguan sehingga jalur
audiotorik dan lobus temporalis otak akan terganggu.
H. Komplikasi
Presibikus dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi untuk tuli.
Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurag secara
berangsur, biasanya terjadi bersamaan pada kedua telinga. Telinga
menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suaranya.
Hal ini yang terjadi pada penderita presibbikus adalah masalah fisik
dan emosional antara lain berupa :
Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga
Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran
Pemarah dan mudah frustasi
Depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert)
Merasa kehilangan control pada kehidupannya
Self critism
Berkurangnya aktivitas dengan kelompok social
Berkurangnya stabilitas emosi ( sandhi indra yanas, 2004)
2. 3 Konsep Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
20
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, golongan darah, dan
lain-lain.
b) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Saat sekarang keluarga klien mengatakan klien susah
mendengar pesan atau rangsangan suara.
- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti
terhadap pembicaraan.
- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta lawan bicara
untuk mengulangi pembicaraan.
- Keluarga klien mengatakan klien lebih senang menyendiri
dan dengan kesendiriannya itu klien mengekspresikan
kesepian.
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri
dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota
keluarga.
- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan
bahwa klien lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan
aktivitas apapun.
- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui
pesan tertulis.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami
penyakit akut atau kronis.
- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien?
Biasanya presbikusis sering muncul pada umur 60 than
keatas, tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi
klien.
21
- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan
mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan minuman.
- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok
berat atau tidak.
- Apakah klien sering terpajan dengan suara bising?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem
pendengaran, apakah ada kelurga yang menderita DM.
c) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
a. Inspeksi:
- Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
- AwPosisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik
puncak
- Penempatan pada lipatan luar mata ( masih
terdapat/tampak atau tidak)
- Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau
tidak.
b. Palpasi:
- Apakah terdapat nyeri raba
- Apakah ada pembengkakan
d) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membran timpani dengan cara inspeksi:
Hasil:
- Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
- Dinding liang telinga berwarna merah muda
b. Tes ketajaman pendengaran
1. Tes penyaringan sederhana
Hasil:
22
- Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-
angka yang disebutkan
- Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam
pada jarak 1-2 inchi.
2. Uji rinne
Hasil: Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran
garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat
bunyi menghilang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran
b. Resiko cedera
c. Gangguan komunikasi verbal
d. Harga diri rendah kronis atau situasional
e. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan
3. Intervensi
a. DX 1 : gangguan persepsi sensorik : pendengaran
Intervensi :
- Berbicara dengan nada yang tidak berteriak (berteriak
meningkatkan intonasi nada suara).
- Menghadap ke arah pasien ketika berbicara
- Berbicara secara perlahan-lahan dan jelas
- Gunakan sentuhan untuk mendapat perhatian pasien jika
berada dibelakangnya
- Gunakan kalimat sederhana
b. DX 2 : Resiko cedera
Intervensi :
- Berikan pendidikan tambahan pada pasien
- Anjurkan pada pasien untuk penggunaan alat bantu dengar
- Observasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap
cedera
23
- Damping pasien dalam pemenuhan ADL
c. Dx 3 : Gangguan komunikasi verbal
Intervensi :
- Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
- Periksa apakah ada serumen yang mengganggu
pendengaran
- Bicara dengan pelan dan jelas
- Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
- Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
- Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
d. Dx 4 : Harga diri rendah kronis atau situasional
Intervensi :
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik
diri
- Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang mungkin
- Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan
- Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan
kerugian dari perilaku menarik diri
e. Dx 5 : Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dari
lingkungan
Intervensi :
- Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan
pengalaman
- Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
- Variasikan rutinitas sehari-hari
24
- Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-
hari
- Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
- Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan atau intervensi keperawatan yang telah ditetapkan atau dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria evaluasi.
BAB III
25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN PENDENGARAN
Kasus Pemicu
Seorang laki2 usia 67 tahun tinggal bersama keluarga, mengeluh sejak 2 tahun
terakhir pendengarannya kurang jelas pada kedua telinga, jika berbicara klien
selalu memperhatikan gerakan bibir lawan bicaranya, satu bulan lalu klien pernah
mengalami kecelakaan terserempet motor yg datang dari arah belakang karena
tidak mendengar suara motor. Klien menilai dirinya negatif karena merasa tidak
berguna dalam komunikasi. Klien merasa tidak mampu bekerja seperti biasanya
setelah kemampuan pendengaran klien berkurang. Ketika perawat mewawancarai
klien, klien tampak lesuh dan tidak bergairah. Keluarga klien mengatakan bahwa,
klien sering menarik diri dari lingkungan. Hasil pemeriksaan fisik lubang telinga
terlihat kotor, banyak serum yg sudah mengeras. Pada pemeriksaan otoskopik,
terlihat serumen pasien berwarna kuning. Klien lama bekerja sebagi pandai besi.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn.H
Umur : 67 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
b. Keluhan Utama
- Pendengaran klien kurang jelas pada kedua telinga
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Pendengaran klien kurang jelas pada kedua telinganya
- Klien selalu melihat gerakan bibir lawan bicaranya ketika
berbicara
- Klien menilai dirinya negatif karena merasa tidak berguna
dalam komunikasi
- Klien merasa tidak mampu bekerja seperti biasanya setelah
kemampuan pendengaran klien berkurang
26
- Ketika perawat mewawancarai klien, klien tampak lesuh
dan tidak bergairah.
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri
dari lingkungan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Klien tidak mempunyai penyakit akut ataupun kronis
- Klien mengeluh pendengarannya kurang jelas sejak 2 tahun
yang lalu
- Klien lama bekerja sebagi pandai besi
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit turun temurun
f. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
- Lubang telinga terlihat kotor
- Banyak serum yg sudah mengeras.
g. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Otoskopik
- Serumen berwarna kuning.
DO :
27
- Pada pemeriksaan fisik Lubang
telinga terlihat kotor dan banyak
serum yg sudah mengeras.
- Pada pemeriksaan otoskopik
Serumen berwarna kuning.
DS : Harga diri rendah Penurunan
kronis fungsi
- Klien menilai dirinya negatif karena
pendengaran
merasa tidak berguna dalam
komunikasi
- Klien merasa tidak mampu bekerja
seperti biasanya setelah kemampuan
pendengaran klien berkurang
- Keluarga klien mengatakan bahwa
klien sering menarik diri dari
lingkungan.
DO :
- Ketika perawat mewawancarai klien,
klien tampak lesuh dan tidak
bergairah.
28
berhubungan keperawatan pesan kemampuan
dengan selama 3x24 - Periksa apakah ada pasien untuk
degenerasi jam, diharapkan serumen yang mendengar.
telinga komunikasi mengganggu - Untuk
pendengaran verbal klien pendengaran mengidentifika
bagian dalam dapat berjalan - Bicara dengan pelan si apakah
dengan baik dan jelas terdapat serum
dengan kriteria - Gunakan alat tulis yang dapat
hasil : pada waktu menyumbat
- Klien dapat menyampaikan lubang telinga,
Menerima pesan sehingga
pesan - Beri dan ajarkan pendengaran
melalui klien pada dapat
metode penggunaan alat berkurang.
alternatif bantu dengar - Agar pasien
- Klien dapat - Anjurkan Klien dapat
Mengerti untuk menjaga menangkap
apa yang kebersihan telinga pesan dari
diungkapkan pembicaraan
- Klien yang dilakukan
Memperlihat oleh perawat
kan suatu - Alat tulis
peningkatan adalah salah
kemampuan satu media
untuk yang dapat
berkomunika membantudala
si m
berkomunikasi.
Dx 2: Harga diri Setelah - Kaji pengetahuan kli - Untuk mengide
rendah dilakukan en tentang perilaku ntifikasi apakah
kronisberhubun tindakan menarik klien mengerti
gan dengan keperawatan diri dan tanda- bahwa sebenarn
penurunan selama 3x24 tandanya yaprilaku mena
29
fungsi jam, diharapkan - Beri kesempatan pad rik diri merupa
pendengaran pasien dapat a klien untuk kan
menerima mengungkapkan per suatu hal yang
keadaan dirinya asaan penyebab klie merugikan bagi
dan n pasien.
bersosialisasi tidak mau bergaul at - Untuk mengeta
seperti biasanya au menarik diri hui penyebab p
dengan kriteria - Diskusikan bersama asien memiliki
hasil : klien ketidak percaya
- klien dapat tentang perilaku me an diri untuk be
mengenal narik diri, tanda- rsosialisasi sehi
perasaan tanda serta penyebab ngga pasien ber
yang yang mungkin. prilaku menarik
menyebabka - Beri pujian terhadap diri.
n perilaku kemampuan klien - Diskusi adalah
menarik diri mengungkapkan per suatu tindakan
- klien dapat asaan. yang dapat dila
berhubungan - Diskusikan tentang kukan untuk
sosial dengan keuntungan dari memperoleh jal
orang lain berhubungan dan an keluar secar
- mendapat kerugian dari a bersama-sama
dukungan perilaku menarik - Untuk membin
keluarga diri a hubungan sali
mengembang - Anjurkan anggota ng percaya dan
kan keluarga untuk Agar pasien me
kemampuan secara rutin dan miliki rasa
klien untuk bergantian bahagia dan
berhubungan mengunjungi klien lega setelah
dengan orang bercerita
lain sehingga pasien
akan lebih
terbuka lagi
30
- Agar pasien
memiliki
gambaran
positif sehingga
dapat merubah
kebiasaan
negatif menjadi
kearah yang
lebih positif
lagi
- Agar pasien
mulai terbiasa
dengan
hubungan
berinteraksi
dengan orang
lain sehingga
lama kelamaan
pasien mulai
percaya diri
Diagnosa Implementasi
Dx 1: Gangguan komunikasi verbal - Mengkaji tingkat kemampuan klien
berhubungan dengan degenerasi dalam penerimaan pesan
telinga pendengaran bagian dalam - Memeriksa apakah ada serumen yang
mengganggu pendengaran
- Berbicara dengan pelan dan jelas
- Menggunakan alat tulis pada waktu
menyampaikan pesan
- Memberi dan ajarkan klien pada
penggunaan alat bantu dengar
31
- Menganjurkan Klien untuk menjaga
kebersihan telinga
Dx 2: Harga diri rendah - Mengkaji pengetahuan klien
kronisberhubungan dengan penurunan tentang perilaku menarik
fungsi pendengaran diri dan tanda-tandanya
- Memberi kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab kli
en tidak mau bergaul atau menarik diri
- Mendiskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang mungkin.
- Memberi pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan.
- Mendiskusikan tentang keuntungan dari
berhubungan dan kerugian dari perilaku
menarik diri
- Menganjurkan anggota keluarga untuk
secara rutin dan bergantian
mengunjungi klien
3.6 Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Dx 1: Gangguan komunikasi verbal S :
berhubungan dengan degenerasi telinga - Klien mengatakan pendengaran nya
pendengaran bagian dalam sekarang sudah lebih jelas dari
sebelumnya setelah memakai alat
bantu dengar
O:
- Klien sudah tidak melihat gerakan
bibir lawan bicaranya ketika
berbicara
- Pada pemeriksaan fisik Lubang
32
telinga klien sudah bersih dan
serumen sudah berkurang.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Dx 2: Harga diri rendah S :
kronisberhubungan dengan penurunan - Klien sudah tidak menilai dirinya
fungsi pendengaran negatif dan mau menerima keadaan
klien.
- Klien sudah memulai pekerjaan yang
baru dirumah. (berdagang)
- Keluarga klien mengatakan bahwa
klien sudah tidak menarik diri dan
sudah mau bersosialisasi dengan
lingkungan
O:
- Ketika klien sedang diwawancarai
oleh perawat, klien tampak bergairah
dan semangat dalam berkomunikasi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
33
Lanjut usia didefinisikan sebagai suatu kondisi penurunan,
kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
perubahan lingkungan , hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta
perubahan fisiologis yang terkait usia (Aru, dalam Tri Yulianti
2016).Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
3. Menua membutuhkan perubahan peran
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Presbikus adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi pada
usia lanjut, simetris kiri dan kanan disebabkan proses degenerasi didalam
telinga dalam ( sandhi Indra Yanas, 2014). Presbikusis disebabkan oleh
faktor inernal dan faktor eksternal. Terdapat 4 klasifikasi presbikusis
yaitu Presbycusis sensorik berhubungan dengan degenerative, presbikusis
mekanik, presbikusis saraf, dan presbikusi metabolic.
4. 2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini mengakui bahwa makalah ini belum
sepenuhnya benar. Maka dari itu, kami sebagai penyusun menerima
masukkan saran dan kritik dari pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
34
Miller, C.A. 2012. Nursing for wellness in older adults:theory and practice. (hal
311-329)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta selatan:DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta selatan:DPP PPNI
35