Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN JIWA

KONSEP SEHAT JIWA PADA “REMAJA”

Di Susun Oleh:
Kelompok 6

1. Alifia Dellisa Putri


2. Desti Citra Vitaloka
3. Fanny Fitri Febriani
4. Nadila Tri Andini
5. Putri Aylani
6. Riska Shelia
7. Yaya Apriyani

Kelas : 4 C

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS UHAMMADIYAH JAKARTA


2018 - 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Esa, karena berkat izinya
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah KEPERAWATAN JIWA dengan judul “pertumbuhan dan
perkembangan pada remaja”.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasakan banyak mengalami


kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan seumbangan kritik
dan sarannya kepada pembaca terhadap makalah ini, agar kiranya dapat menjadi
lebih baik lagi dikemudian hari, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
dan dapat menambah wawasan kita semua tentang endometrosis dikemudian hari.

Jakarta, Maret 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II

2.1 Pengertian ......................................................................................... 3


2.2 Perkembangan Biologis .....................................................................4
2.3 Perkembangan Kognitif .....................................................................8
2.4 Perkembangan Motorik.....................................................................10
2.5 Perkembangan Spiritual....................................................................10
2.6 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja .......................................11
2.7 Perkembangan Sosial Remaja...........................................................12
2.8 Dukungan Kesehatan Anak Usia Remaja ........................................14
2.9 Masalah Mental Emosional ..............................................................17
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Remaja ........18
2.11 Perkembangan Moral Remaja .........................................................22
2.12.................................................................................. Aplikasi CMHN 22
2.13................................................... Tugas-tugas Perkembangan Remaja 27
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................28
3.2 Saran................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang
beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan.
Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali
jati diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang
yang menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari
sisi psikologis.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang
masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah
laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan
kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
Remaja juga sangat rentan dengan stres. Sebab, di masa ini seseorang akan
memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan
dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya,
remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka.
Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja
menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau
bersenang-senang dengan teman sebayanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian masa remaja?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja?
3. Bagaimana tumbuh kembang psikososial pada masa remaja?
4. Bagaimana masalah mental emosional pada masa remaja?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi masalah mental emosional pada masa
remaja?
6. Apa saja tugas- tugas perkembangan masa remaja?

1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan jiwa pada remaja serta
untuk mengetahui tugas perkembangan pada masa remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi
dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung pada decade kedua masa
kehidupan.
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu
fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu
bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah
proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi.
Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
suatu percepatan pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas
dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok.
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai
dengan isu-isu biologis, psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-14
tahun), Menengah (5-16 tahun) dan Akhir (17-20 tahun). Masa remaja awal
ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.
Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian besar dari energi intelektual dan
emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan
restrukturisasi dari jati dirinya. Pada saat yang sama, penerimaan dari kelompok
sebaya sangatlah penting: bisa jalan bareng dan tidak dipandang beda adalah
motif yang mendominasi banyak perilaku sosial masa remaja awal ini.

3
2.2 Perkembangan Biologis

Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan


fisik dan pada penampakan serta perkambagan karakteristik sekunder.
Perubahan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan
karakterisktik pembeda : karakteristik sex primer merupakan organ external dan
internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya; ovarium uterus
payudara penis); karakteristik sex sekunder merupakan perubahan yang terjadi
diseluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya; perubahan
suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan lemak)
tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi

Perubahan hormonal dalam pubertas secara umum diterima bahwa peristiwa


pubertas disebabkan oleh pengaruh hormone dan dikendalikan oleh kelenjar
hopofisis anterior (adenohipofisis sebagai respon terhadap stimulus dari
hipotalamus) stimulasi gonad memiliki fungsi ganda, yaitu: 1. Produksi dan
pelepasan gamet – produksi sperma oada prima dan kematangan serta pelepasan
ovum pada wanita dan 2 sekresi hormone sex yang sesuai, yaitu estrogen dan
progesterone dari ovarium (wanita) dan testosterone dari testis (pria).

Hormone seks itu diseksresi leh ovarium , testis, dan adrenal; hormone sex
diproduksi dalam jumlah bervariasi oleh kedua jenis kelamin sepanjang rentan
kehidupan. Kortex adrenal bertangung jawab untuk sejumlah kecil sekresi
sebelum masa pubertas, tetapi prosuksi hormone sex yng menyertai kematangan
gonat bertanggung jawab terhadap terjadinta berbagai perubahan biologis yang
dipantau selama pubertas.

Estrogen merpakan hormone kewanitaan ditemukan dalam jumlah sedikit


selama masa anak anak dan meningkat secara perlahan lahan sampai usia sekitar
11thn. Pada pria, peningkatan secara bertahap berlanjut hingga mencapai
kematangan sexsual. Pada wanita, produksi estrogen didalam ovarium
menyebabkan peningkatan dan berlanjut sampai sekitar 3thn setelah wanita
menstruasi.

4
Androgen hormone pria disekresi dalam jumlah sedikit dan jumlahnya
meningkat secara bertahap sampai usia sekitar 7-9tahun pada tersebut androgen
terjadi lebih cepat pada kedua jenis kelamin sampai sekitar usia sekitar 15thn.
Hormone ini bertanggung jawab atas perubahan pertumbahan yang paling cepat
dimasa ramaja awal.

Kematangan Seksual kematangan seksual di capai secara berurutan dan status


kematangan dapat diperkirakan berdasarkan penampakan manifestasi. Ketika
usia perubahan ini terjadi di observasi dan waktu yang diperlukan untuk
berlanjut dari satu tahap ke tahap lainnya mungkin bervariasi pada setiap anak.
Contoh : pada wanita tumbuhnya payudara dan pada laki – laki penonjolan
aerola. Tahap perkembangan karakteristik seks sekunder dan perkembangan
genetal telah di tetapkan sebagai panduan untuk memperkirakan kematangan
seksual yang disebut sebagai tahap tanner.

Kematangan Seksual Pada Anak Perempuan tampaknya tonjolan payudara


yang dikenal sebagai tlarke, di ikuti oleh pertumbuhan rambut pubis pada mon
pubis yang dikenal sebagai aderenarke. Awal munculnya menstruasi, atau
menarke terjadi sekitar 2 tahun setelah penampakan pubertas pertama. Menarke
telah dikaitkan dengan perolehan kandungan lemak tubuh (lebih banyak
kandungan lemak, lebih awal terjadinya menarke). Rentan usia normal
terjadinya menarke biasanya adalah 10 – 15 tahun, dengan rata- rata 12 tahun 9
bulan pada remaja putri di Amerika Utara.

Kematangan Seksual Pada Remaja Putra perubahan pubertas yang pertama


pada remaja putra adalah pembesaran testis disertai dengan penipisan,
kemerahan, dan peningkatan kelonggaran skortum. Biasanya terjadi antara usia 9
– 14 tahun di karakteristikan dengan awal munculnya rambut pubis, penis mulai
membesar, dan pembesaran testis serta pertumbuhan rambut pubis hingga masa
pertengahan pubertas. Terjadi peningkatan otot, perubahan suara pertama kali,
dan mulai munculnya rambut di wajah. Pembesaran dan kekenyalan payudara
gine, stia yang bersifat sementara biasa terjadi pada masa pubertas pertengahan,
terjadi pada sepertiga remaja putra.

5
Sebagian besar pembesaran dada menghilang dalam 2 tahun pada akhir pubertas,
terdapat peningkatan yang pasti pada pemanjangan dan pembesaran penis, testis,
dan ejakulasi pertama terjadi, bulu aksila berkembang rambut pada wajah mulai
meluas menutupi bagian depan leher. Perubahan suara terakhir terjadi akibat
pertumbuhan laring. Keterlambatan pubertas harus dilakukan pada remaja putra
yang tidak mengalami pembesaran testis atau skrotumnya pada usia 13 – 14
tahun atau jika pertumbuhan genital tidak lengkap dalam 4 tahun setelah testis
mulai membesar.

Kematangan sexual adalah peningkatan pertumbuhan yang dramatis sekitar


20% - 25% tinggi badan akhir dicapai selama pubertas, dan kebanyakan
pertumbuhan ini terjadi selama periode 24 – 36 bulan – ledakan pertumbuhan
remaja. Percepatan pertumbahan ini terjadi pada semua anak – anak tetapi pada
area perkembangan lainnya, usia terjadi awitan, durasi, dan luasnya
pertumbuhan sangat bervariasi.

Perbedaan seks dalam pola pertumbuhan:

Perbedaan remaja putra dan wanita merupakan dampak dari fungsi hormonal
ketika pubertas dan terutama terlihat pada panjang ekstremitas. Remaja putri
lebioh awal berhenti pertumbuhannya disebabkan oleh penyatuan epifise
dibawah pengaruh kuat sekresi estrogen, dan efek hormonal pada pertumbuhan
tulang wanita lebih kuat dari pada efek testosterone pada pria. Pada remaja putra
lamanya periode pertumbuhan sebelum pubertas dan lambatnya epifise
ditunjukkan dalam tinggi badan yang lebih besar dan ekstremitas lebih panjang.

Hipertrofi mukosa laring pembesaran laring dan pita suara remaja putra dan
putri mengakibatkan perubahan suara, suara putri agak lebih dalam dan berat
tetapi pada putra efeknya lebih jelas, dengan perubahan suara sering tidak dapat
di kendalikan dari suara dalam ke intonasi tinggi pada pertengahan kalimat.
Perubahan tidak hanya di kaitkan dengan pemanjangan pita suara tetapi juga
peningkatan struktur di masa lipatan vocal (karries, dkk 1998).

6
Pertumbuhan masa tubuh tanpa lemak terutama otot cenderung terjadi setelah
ledakan pertumbuhan tulang, yang terjadi secara terus menerus selama masa
remaja. Masa tubuh berlemak juga meningkat tapi polanya kurang teratur.
Kemungkinan terdapat peningkatan sementara dalam lemak subkutaneus segera
sebelum ledakan pertumbuhan tulang rangka, terutama pada remaja putri.
Pengaruh hormonal selama menyebabkan percepatan pertumbuhan dan
kematangan kulit serta struktur anggota badannya kelenjar sebasea pada saat ini
sangat aktif terutama kelenjar sebasea pada genital pada “ flus areas “ (mis,
wajah, leher, bahu, punggung, dada). Kelenjar keringat ekrin terdapat pada
semua area kulit manusia berfungsi penuh dan berespon dengan baik terhadap
stimulus emosional dan tempratur. Berkeringat lebih mencolok pada remaja
putra di bandingkan remaja putri. Kelenjar apokrin tidak berfungsi pada masa
anak – anak mencapai kemampuan pada sekresi pada masa pubertas tidak seperti
kelenjar keringat ekrin distribusi kelenjar apokrin terbatas dan tumbuh
bersamaan dengan folikel rambut pada aksila di sekililingi areola payudara,
sekeliling umbilicus, salruan pendengaran eksternal, dan dalam area genetal, dan
anus. Kelenjar apokrin mensekresi zat yang kental akibat stimulasi emosinal
yang jika di aktifkan dengan bakteri permukaan akan menghasilkan bau tidak
sedap.

Rambut tubuh mempunyai pola distribusi yang sangat khas dan mengalami
prubahan tekstur selama pubertas dibawah pengaruh androgen gonad dan
adrenal rambut menjadi kasar, lebih gelap dan lebih panjang pada tempat –
tempat yang terkait dengan karakteristik seks sekunder. Rambut pubis dan aksila
tubuh pada kedua jenis kelamin walaupun rambut pubis lebih meluas pada pria
daripada wanita. Janggut kumis dan rambut tubuh pada dada, bagian atas
sepanjang linea alba dan kadang kala pada area tubuh lainnya (mis, punggung
dan bahu) muncul pada pria dan bergantung pada androgen. Bulu – bulu di
ekstremitas jumlahnya bervariasi pada kedua jenis kelamin dan baik pria
maupun wanita tetapi pertumbuhannya lebih subur pria.

7
2.3 Perkembangan Kognitif

Perubahan yang terjadi dalam pemikiran dan perluasan lingkungan adolesens


mengakibatkan pada aktivitas formal dan perkembangan intelektual, menurut
piaget. Tanpa lingkungan pendidikan yang sesuai, pada perkembangan
neurologis, mungkintidak dapat dicapai dan yang diarahkan untuk berpikir
rasional dapat mencapai tahap ini lebih awal.
Adolesens mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui
tindakan logis.Remaja dapat berpikir abstrak dan menghadapi masalah hipotetik
secara efektif.Untuk pertama kali remaja dapat bergerak melebihi sifat fisik atau
ememahami keabstrakan.
Selain itu, tingkat tertinggi fungsi kognitif membuat adolesens mau menerima
informasi yang lebih rinci dan beragam tentang seksualitas dan perilaku
seksual.Misalnya, pendidikan seksual dapat meliputi penjelasan tentang
perubahan seksual fisiologis dan alat pengatur kelahiran (KB).
Pada adolesns tengah terdapat kualitas introspektif yang muncul berkaitan
dengan kognisi, pada masa ini adolesens percaya bahwa imaginaryaudience
(Elkind,1984) memberikan cara evaluatif dan perasaan unik. Konsep ini dapat di
lihat dari adanya perilaku khas adolesens, meliputi kesadaran diri dan keinginan
privasi.
Elkind juga menjelaskan karakteristik fungsi kognitif lain, yaitu personal
fable.Cerita yang di buat elkind tidak benar. Konsep ini menunjukkan adanya
banyak keinginan perilaku yang mengandung resiko, karena adolens percaya ia
kebal dari konsekuensi negatif.
Kenyataanya, adolesens dapat menampilkan tingkat yang berbeda dalam
situasi yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalunya, pendidikan formal
dan motivasi dalam penggunaan alasan deduktif yang efektif dan logis.

8
Macam-macam Perkembangan Kognitif Remaja:

1. Perkembangan Intelektual berkaitan dengan kecakapan untuk berfikir,


mengamati atau mengerti, atau pemikiran.
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American
Language, istilah intellect berarti:
- Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti, kecakapan untuk
mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya.
- Kecakapan mental yang besar, sangat interlligence
- Pikiran atau intelegensi
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada
masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus
bertambah. Pada awal remaja kira-kira 12 tahun, anak berada pada masa
yang disebut masa operasi formal atau berfikir atau abstrak, pada masa
ini ia telah berfikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin
disamping hal yang nyata.
2. Perkembangan Bakat Khusus atau Minat berhubungan dengan potensi atau
talenta
Terdapat perbedaan antara individu dalam tingkat kemampuan atau
prestasi. Hal ini karena terdapat perbedaan bakat yang dibawa sejak lahir dan
hasil dari latihan atau pengalaman. Bakat adalah kemampuan bawaan yang
masih perlu dikembangkan. Sedangkan minat adalah satu perangkat mental
yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian,
prasangka atau rasa takut yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu.
Dalam masa remaja, minta yang dibawa pada masa kanak-kanak
cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Selain itu,
tangggung jawab yang harus digunakan sesuka hati, maka remaja dari waktu
kewaktu harus membatasi minatnya, terutama dibidang rekreasi.
9

2.4 Perkembangan Motorik


1. Motorik Kasar
Biasanya selama awal masa remaja, remaja mulai mengembangkan daya
tahan. Konsentrasi mereka telah meningkat sehingga mereka dapat mengikuti
instruksi yang kompleks. Koordinasi dapat menjadi masalah karena growth
spurt yang tidak sama. Selama pertengahan masa remaja, kecepatan dan
keakuratan meningkat sementara koordinasi juga membaik. Remaja menjadi
lebih kompetitif antara satu sama lain. Selama akhir masa remaja, remaja
biasanya mempersempit area minatnya dan berkonsentrasi pada keterampilan
terkait yang diperlukan.
2. Motorik halus
Penggunaan komputer sangat meningkatkan keterampilan motoric halus
remaja. Di awal masa remaja, anak remaja meningkatkan kemampuannya
untuk memanipulasi benda. Tulisan tangan remaja rapid an ia meningkatkan
kecakapan jari tangannya. Masa remaja pertengahan menunjukkan remaja
memperhalus keterampilan ketangkasannya. Pada akhir masa remaja, anak
remaja telah mengembangkan koordinasi mata – tangan dan ketangkasangan
jari tangan.

2.5 Perkembangan Spiritual


Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup,
Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup.
Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau
menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku
dan role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok
paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari
orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan
memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena
orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
10
2.6 Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja

Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa pembuahan


sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis yang
menyebabkan perkembangan fisik yang dapat diukur. Perkembangan merupakan
suatu proses seorang individu dalam aspek ketrampilan dan fungsi yang
kompleks. Individu berkembang dalam pengaturan neuromuskuler, ketrampilan
menggunakan anggota tubuh, serta perkembangan kepribadian, mental, serta
emosi. Perkembangan remaja dalam perjalananya dibagi menjadi tiga fase, yaitu
fase remaja awal, fase pertengahan, dan fase akhir.
1. Remaja awal (10-14 tahun)
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan
cepat. Pikiran difokuskan pada keberadaanya dan pada kelompok sebaya.
Identitas terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada
keadaan normal. 9 Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat
menyelidiki, dan tidak membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman
sebaya adalah normal. Remaja pada masa ini berusaha untuk tidak
bergantung pada orang lain. Rasa penasaran yang tinggi atas diri sendiri
menyebabkan remaja membutuhkan privasi.
2. Remaja pertengahan (15-17 tahun)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri
maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif
remaja pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal,
remaja pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang
dapat dibuat dengan barang barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan
merefleksikan perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus
pada masalah identitas yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja
pada fase ini mulai bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku
beresiko, dan mulai mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat
dari eksperimen beresiko, remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan, kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor.
11
Usaha remaja fase pertengahan untuk tidak bergantung, menguji batas
kemampuan, dan keperluan otonomi mencapai maksimal mengakibatkan
berbagai permasalahan yang dengan orang tua, guru, maupun figur yang lain.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan
seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan 10
seksualnyadaripada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang
tidak tuntas dari fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika
mengalami perpisahan fisik dengan keluarganya. Dalam perjalanan
kehidupanya, remaja tidak akan lepas dari berbagai macam konflik dalam
perkembanganya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai dengan kondisi
perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi oleh remaja
semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada
berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis,
dimensi kognitif, dimensi moral dan dimensi psikologis.

2.7 Perkembangan Sosial Remaja


Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari
perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Bahkan, terkadang,
perkembangan sosial remaja lebih mementingkan kehidupan sosialnya di luar
ikatan sosialnya dalam keluarga. Perkembangan sosial remaja pada fase ini
merupakan titik balik pusat perhatian. Lingkungan sosialnya sebagai perhatian
utama. Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya
bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya
termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan intelektual juga didapatkan
oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan
masalah. Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi
perkembangan sosial remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan
baik dalam kelompoknya diperlukan kompentensi sosial yang berupa
kemampuan dan keterampilan berhubungan dengan orang lain.
12

1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja


Ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja, yaitu :
a. Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkah laku sosial remaja.
Remaja telah diperkenalkan tingkah laku-tingkah laku sosial, dan nilai-nilai
bertingkah laku yang dijunjung tinggi oleh orang tua. Disamping itu
hubungan dengan orang tua merupakan hubungan paling akrab
dibandingkan dengan siapapun dalam kehidupan remaja. Hubungan yang
mendalam dan akrab besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi remaja.
Namun, karena remaja menjadi mandiri dan tidak mau lagi bergaul, diatur
serta dituntut patuh oleh orang tua dalam kehidupan sosial, maka terjadi
konflik antara orang tua dan remaja.
b. Pengaruh sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung jawab
untuk memberikan pendidikan kepada siapapun yang berhak. Oleh karena
itu remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur 4
tahun. Dengan demikian, sekolah mempengaruhi tingkah laku remaja
khususnya tingkah laku sosial remaja. Di sekolah seharusnya banyak
dilakukan kegiatan kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial
seperti kerjasama, saling membantu, saling menghormati dan menghargai
misalnya kelompok belajar, kelompok pengembangan bakat khusus seperti
kelompok menyanyi, menari, olahraga dan keterampilan khusus lainnya.
c. Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan
sosial, mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam
mengatasi kesulitan dalam rangka mencapai kemandirian. Teman sebaya
dijadikan tempat memperoleh sokongan dan penguatan, guna melepaskan
diri dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu pentingnya peranan
teman sebaya bagi perkembangan sosial remaja, maka apabila terjadi
penolakan dari kelompok teman sebaya dapat menghambat kemajuan
dalam hubungan sosial.
13
2. Upaya Menumbuh kembangkan Perkembangan Sosial Remaja
Hal yang harus dilakukan remaja dalam upaya menumbuh kembangkan
perkembangan sosialnya adalah:
a. Di Lingkungan Keluarga
- Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga.
- Menerima otoritas orang tua dan mau mentaati peraturan yang ditetapkan
orang tua.
- Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
- Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun
kelompok dalam mencapai tujuannya.
b. Di Lingkungan Sekolah
- Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah.
- Berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah.
- Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.
- Bersikap hormat dan patuh terhadap guru dan semua personil sekolah.
- Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
c. Di Lingkungan Masyarakat
- Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain.
- Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.
- Bersikap simpati terhadap kesejahteraan orang lain.
- Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan
masyarakat.

2.8 Dukungan Kesehatan Anak Usia Remaja


a. Nutrisi
Pertumbuhan tinggi badan, berat badan, manssa otot, dan kematangan
seksual yang cepat dan meluas pada masa remaja terjadi disertai
peningkatan kebutuhan nutrisi. Kebutuhan nutrisi erat kaitannya dengan
peningkatan masa tubuh. Kebutuhan puncak terjadi pada tahun-tahun
pertumbuhan maksimum?, yautu selama masa tubuh tumbuh mencapai
hampir dua kali lipat. Kebutuhan kalori dan protein selama masa ini lebih
besar di bandingkan pada masa lain dalam kehidupan.

14
Akibat peningkatan kebutuhan anabolik ini, remaja sangat sensitif terhadap
pembatasan kalori.
Kebutuhan nutrisi remaja sulit di tentukan karena tidak lengkapnya.
Informasi mengenai nutrisi dan anggota kelompok usia ini.
Kesulitan menjadi lebih rumit akibat pengaruh emosional dan faktor faktor
stres lainnya yang memengaruhi pemanfaatan nutrisi dan faktor faktor
psikologis yabg mempengaruhi kebiasaan makan. Selain itu, sangat
beragamnya laju pertumbuhan selama masa remaja dan begjtu juga dengan
variasi usia ketika perubahan ini terjadi mempersulit upaya untuk penetapan
standar diet minimal.
Remaja biasanya memiliki asupan protein yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka, kecuali remaja yang membatasi asupan
makanannya akibat masalah ekonomi atau sebagai upaya untuk menurunkan
berat badannya. Terdapat peningkatan kebutuhan yang penting untuk
memebuhi kebutuhan mineral kalsium, besi, dan seng selama periode
pertumbuhan yang cepat: kalsium ubtuk perrumbuhan tulang, zat untuk
perluasan masa otot dan volume darah, dan seng untuk pertumbuhan
jaringan tulang dan rangka. Remaja putri yang sering mengalami menstruasi
dalam jumlah yang banyak terutama veresiko mengalami defiensi zat besi
akibat kehilangan darah. Asupan kalsium dari sumber sumber makanan
sangat penting selama masa remaja untuk membantu pencegahan
osteoporosis secara keseluruhan, asteoporosis merupakan akibat faktor
genetik dan lingkungan seperti nutrisi dan latihan fisik (ralston, 1997)
b. Aktivitas dan tidur
Kebutuhan tidur dan istirahat remja bervariasi pertumbuhan fiisk yang
cepat, kecenderungan terhadap pengaerahan tenaga yang berlebihan, dan
keseluruhan aktivitas yang meningkat ada usia ini mengakibatkan terjadinya
keletihan padaremaja. Selama ledakan pertumbuhan, kebutuhan tidur
meningkat. Mereka cenderung untuk terjaga sampai larut malam yang
mengakibatkan sulit untuk bangun pagi, dan mereka mungkin tidur larut
malam pada setiap kesempatan. Tidur dan istirahat yang adekuat pada saat
ini penting untuk terapi untuk kesehatan menyeluruh.

15
c. Kesehatan gigi
Kesehatan gigi tidak boleh diabaika selama masa remaja walaupun
frekuensi pembentukan karies gigi tidak sebesar masa anak-anak.Remaja
awal merupkan waktu ketika alat pengoreksi ortodentik seperti kawat gigi
digunakan, dan sering kali hal ini sebagai sumber rasa malu dan menyita
perhatian remaja.Menginformasikan remaja bahwa gangguan bersifat
sementara dan untuk memperoleh penampilan yang lebih baik, dapat
membantu remaja menoleransi gangguan.Merupakan hal yang juga penting
untuk memberi penguatan terhadap anjuran dokter gigi tentang penggunaan
dan perawatan kawat gigi serta menekankan sikap berhati-hati ketika
menyikat giginya pada saat ini.
d. Pencegahan injur
Cedera fisik merupakan penyebab tungggal kematian yang paling
besar pada kelompok usia remaja dan meminta korban lebih banyak dari pad
semua penyebab kombinasi lainnya. Usia yang paling rentan adalah remaja,
ketika jumlah cedera akibat kecelakaan menyebabkan 60% kematian pada
remaja putra dan 40% kematian remaja putri. Selama masa remaja, pucak
fungsi fisik, sensorik, dan psikomotor memberi remaja perasaan kuat dan
percaya diri yang belum pernah mereka alami sebelumnya, dan perubahan
fisiologis memberi dorongan terhadap kekuatan naluri dasar.Kecenderungan
remaja melakukan prilaku yang beresiko serta perasaan super
mengakibatkan remaja rentan terutama terhadap cedera.
1. Cedera kendaraan bermotor
2. Senjata api
3. Cedera akibat olahraga
16
2.9 Masalah Mental Emosional
Perkembangan mental emosional merupakan proses perkembangan individu
dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pengalaman-
pengalamannya. Masalah mental emosional dapat timbul jika terdapat suatu
konflik dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan
pengalamanpengalamannya. Masalah mental emosional pada remaja menurut
Rae G N dkk (1989) dipengaruhi oleh interaksi antara faktor risiko dan faktor
protektif. Faktor risiko merupakan faktor yang telah diidentifikasi dapat
meningkatkan risiko terjadinya masalah mental emosional pada remaja, antara
lain faktor individu, keluarga, sekolah, peristiwa hidup, dan sosial. Faktor
protektif adalah faktor yang memberi penjelasan bahwa tidak semua remaja yang
mempunyai faktor risiko akan mempunyai masalah mental emosional. Faktor
protektif antara lain, yaitu karakter / watak yang positif, lingkungan keluarga
yang suportif, lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk
memperkuat upaya penyesuaian diri remaja, keterampilan sosial yang baik, serta
tingkat intelektual yang baik masalah mental emosional juga dapat diesbabkan
oleh karena ketidakseimbangan antara faktor resiko dengan faktor protektif.
Menurut Erickson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor
risiko pada seorang remaja, maka akan tercapailah kematangan kepribadian dan
kemandirian sosial yang ditandai oleh self awareness, role of anticipation, dan
apprenticeship. Seiring dengan berjalanya waktu dan berkembangnya zaman
serta teknologi, faktor-faktor resiko yang menyebabkan masalah mental
emosional dimungkinkan juga ikut berkembang. Sehingga dapat muncul faktor
faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan mental emosional individu.
Masalah mental emosional pada anak dibagi menjadi dua kategori yaitu
internalisasi dan eksternalisasi. Masalah emosional internalisasi termasuk gejala
depresi, kecemasan, perilaku menarik diri, dan digolongkan sebagai emosi yang
menghukum diri seperti kesedihan, perasaan bersalah, ketakutan dan
kekhawatiran berlebih. Gejala emosional mempunyai dampak yang serius,
misalnya, menghambat kesuksesan akademik dan hubungan dengan
lingkunganya.

17
Gambaran masalah mental emosional eksternalisasi antara lain: temperamen
sulit, ketidakmampuan memecahkan masalah, gangguan perhatian, hiperaktivitas,
perilaku bertentangan (tidak suka ditegur/diberi masukan positif, tidak mau ikut
aturan) dan perilaku agresif. Masalah mental emosional pada usia muda
dimungkinkan akan meningkatkan risiko kelainan fisik dan mental pada masa
perkembangan selanjutnya. Deteksi dini harus segera dilakukan agar dapat segera
dapat ditindak lanjuti lebih awal.

2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Mental Remaja

Perkembangan mental emosional remaja dipengaruhi oleh interaksi dari


berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan maupun menurunkan resiko
masalah psikiatri. Berdasarkan teori yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat
dilakukan identifikasi lanjut mengenai faktor resiko dan faktor protektif yang
berpengaruh terhadap perkembangan mental emosional remaja dengan
menggunakan sudut pandang faktor intrinsik dan ekstrinsik dari individu.
Faktorfaktor intrinsik merupakan hal-hal yang lebih mengacu pada apa yang
ada dalam diri seorang anak sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor dari
luar, yaitu lingkungan. Lingkungan dalam pertumbuhan seorang anak dapat
dibagi menjadi lingkungan mikro, mini, meso dan makro.
a. Faktor Intrinsik
Faktor biologis yang berpengaruh terhadap perkembengan mental
adalah genetik, jenis kelamin, dan usia. Kemajuan dalam ilmu saraf
membuktkan bahwa masalah mental dapat tercipta karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan. Hampir semua gangguan mental dan
perilaku umum berhubungan dengan komponen genetik. Studi tentang cara
penularan gangguan mental dalam keluarga dan studi yang membandingkan
risiko gangguan mental pada anak kembar menghasilkan kesimpulan bahwa
risiko gangguan mental secara genetik merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks.

18
Jenis kelamin berpengaruh terhadap perkembangan masalah mental.
Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan cenderung
lebih menunjukkan gejala masalah mental daripada laki-laki.Penelitian lain
menunjukkan bahwa perempuan menunjukkan gejala depresi dan keinginan
bunuh diri yang lebih tinggi sedangkan laki laki cenderung lebih
menunjukkan tindakan kekerasan.
Perkembangan masalah mental emosional juga dipengaruhi oleh usia.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa masalah mental emosional pada usia
remaja lebih tinggi dari pada masa kanak-kanak. Masalah mental emosional
banyak terjadi pada usia 24-49 tahun, awal dari munculnya masalah mental
emosional dimulai di usia sekitar tujuh tahun.
Remaja begitu memperhatikan penampilan fisik, komposisi tubuh
ideal merupakan dambaan bagi para remaja, budaya untuk mengurangi
menggunakan obat-obatan dan muntah sering dilakukan oleh para remaja
untuk mengurangi berat badan. Ketidakpuasan terhadap komposisi tubuh
dapat menyebabkan gangguan emosional. Beberapa permasalahan yang
umum terjadi pada remaja diantaranya adalah obesitas, anoreksia, dan
bulemia nervosa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa obesitas dapat
menyebabkan status depresi dan depresi dapat menyebabkan obesitas.
b. Faktor ekstrinsik
Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap perkembangan remaja.
- Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro merupakan lingkungan terkecil bagi seorang individu.
Ibu merupakan unsur utama yang paling berperan dalam lingkungan mikro.
Hubungan ibu dan anak dapat terjalin sangat erat. Dalam lingkungan mikro,
peran ibu adalah memberikan kecukupan gizi anak pada awal kehidupan,
sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap ibu dalam mencukupi kebutuhan biopsikososial
yaitu asuh, asih, dan asah sangat berpengaruh dalam perkembangan anak,
termasuk perkembangan mental dan emosional anak.

19
- Lingkungan Mini
Lingkungan mini merupakan lingkungan keluarga, dimana unsur anggota
keluarga yaitu ayah, saudara, nenek atau kakek dan orang lain yang tinggal
dalam satu atap. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan anggota keluarga
dalam membentuk lingkungan keluarga yang baik dalam memberikan
kebutuhan biopsikososial, sangat besar pengaruhnya terhadap tumbuh
kembang individu. Tugas seorang ayah dalam keluarga salah satunya adalah
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kondisi keluarga dan ekonomi
yang baik dapat memberikan dampak postif dalam tumbuh kembang
seorang anak, termasuk dalam perkembangan mental. Remaja mulai
memiliki pikiran yang rasional, dengan dasar pemikiran yang di temukan
dalam lingkungan remaja mulai bereksperimen di luar rumah, akan tetapi
kondisi emosi yang labil, dan sikap mudah menyerah dari remaja dapat
menimbulkan suatu masalah. Penanaman nilai-nilai yang baik oleh keluarga
sebelum remaja keluar menuju lingkungan yang lebih luas sangat penting
untuk dilakukan, agar remaja tidak salah dalam menyerap nilai-nilai dari
lingkungan yang dapat menimbulkan masalah mental emosional.
- Lingkungan Meso
Lingkungan meso terdiri dari lingkungan yang berada di luar rumah. Unsur
lingkungan meso yang dapat berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang
anak antara lain teman sebaya, pendidikan sekolah, sarana bermain, dan
lingkungan tetangga. Memasuki masa remaja, anak mulai melepaskan diri
dari ikatan emosi dengan orang tuanya dan menjalin sebuah hubungan yang
akrab dengan teman-teman sebayanya. Kelompok sebaya memberikan dunia
tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku
bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman
seusianya. Apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah
nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertutup, dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan
kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku
dan gaya hidup kelompoknya.

20
Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, rokok atau
zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan
akibatnya.
- Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang sangat luas, sehingga
secara tidak langsung memberikan dampak bagi perkembangan anak dan
remaja. Unsur yang termasuk dalam lingkungan makro diantaranya adalah
kebijakan pemerintah, sosial budaya masyarakat, lembaga non pemerintah,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Lingkungan masyarakat yang berpengaruh
terhadap perkembangan jiwa remaja meliputi lingkungan media massa dan
sosial budaya. Budaya lokal dan budaya nasional mulai tertembus oleh
budaya global, dengan demikian terjadi pergeseran nilai kehidupan.
Teknologi dewasa ini telah berkembang sangat pesat dan berpengaruh
terhadap pesatnya pertukaran informasi. Berbagai macam informasi yang
tengah terjadi dapat dengan mudah dan cepat diketahui oleh banyak orang di
seluruh dunia. Remaja dalam masa perkembanganya mendapatkan berbagai
macam pengajaran tentang nilai-nilai spiritual dan budaya dari guru dan
orang tua. Nilainilai tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan bagi
remaja dalam menjalani kehidupan. Pertukaran informasi yang begitu cepat
dari penjuru dunia ikut membawa budaya luar yang berbeda dengan budaya
Indonesia, sehingga dapat menggeser nilai-nilai budaya yang ada. Nilai-nilai
budaya asing tersebut dirasakan oleh remaja begitu berbeda dengan nilai
spiritual yang telah didapatkan. Situasi ini dapat menimbulkan kebingungan
dalam diri remaja sehingga memicu konflik nilai yang berakibat terjadinya
penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria,
pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas. Perkembangan yang pesat
ini harus di dampingi dengan pengawasan dan penyaringan akan unsur-
unsur negatif yang datang bersamanya, agar tidak memberikan dampak
buruk bagi kehidupan terutama pada anak-anak dan remaja.

21
2.11 Perkembangan Moral Remaja
Menurut Hurlock (2006:225) salah satu tugas perkembangan yang penting
pada masa remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok atau
sosial-budayanya. Remaja harus berperilaku sesuai dengan harapan-harapan
sosial tanpa dibimbing dan diawasi, didorong dan diancam dengan hukuman
seperti saat masa anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral
pada masa anak-anak dengan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum, dan
merumuskan ke dalam kode moral yang akan berfungsi menjadi pedoman untuk
berperilaku baik. Mitchel menegaskan remaja harus mengendalikan perilakunya
sendiri, yang dulu menjadi tanggung orang tua dan guru. (Hurlock, 2006:225).
Remaja umumnya berada pada tingkat pascakonvensional. Pada tingkat ini
terjadi internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-standar moral orang
lain. Bila remaja telah mencapai tingkat pasca konvensional, berarti remaja telah
mencapai kematangan sistem moral.

2.12 Aplikasi CMHN


Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup
tiga tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer
1) Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
2) Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa,
dan usia lanjut.
4) Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
a. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang
tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Pendidikan kesehatan pada orang tua.
- Pendidikan menjadi orang tua.
- Perkembangan anak sesuai dengan usia.
22
- Memantau dan menstimulasi perkembangan.
- Menyosialisasikan anak dengan lingkungan.
 Cara mengatasi stres.
- Stres pekerjaan.
- Stres perkawinan.
- Stres sekolah.
- Stres pascabencana.
b. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan
pasangan, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan rumah/tempat
tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa
kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Memberikan informasi cara mengatasi kehilangan.
 Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua
asuh bagi anak yatim piatu.
 Melatih keterampilan sesuai keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
 Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh
tempat tinggal.
c. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat
sering digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi
stres.
 Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan
tanpa menyakiti orang lain.
 Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang
ada pada diri seseorang.
d. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu
cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami
keputusasaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan program berikut.
 Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri.
23
 Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
 Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan Sekunder
1) Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi
dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
segera.
2) Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
4) Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi
dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan
penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
 Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
(format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
 Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan dan
depresi, maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
 Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan
jiwa (di tempat-tempat umum).
 Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang
ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program
pengobatan (bekerja sama dengan dokter) serta memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
 Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat
lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang
dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).

24
 Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga
agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya
tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak
lanjut.
 Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di
tempat yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan
koping dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
 Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum dirujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
 Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan
untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas
kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan.
 Memfasilitasi kelompok swadaya—self-help group (kelompok
pasien, kelompok keluarga atau kelompok masyarakat pemerhati)
berupa kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang
terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
 Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24
jam melalui telepon berupa pelayanan konseling.
 Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
1) Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
2) Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa.
3) Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan
jiwa pada tahap pemulihan.
4) Aktivitas pada pencegahan tersier antara lain sebagai berikut.
a. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat
(tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayanan terdekat
yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan
meliputi hal sebagai berikut.
25
 Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat
terhadap penerimaan pasien gangguan jiwa.
 Pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan
pasien yang mengalami kekambuhan.
b. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga
hingga mandiri. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan
keluarga dengan cara berikut.
 Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan
dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.
 Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan
keluarga dan masyarakat.
 Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga, dan masyarakat.
 Membantu pasien dan keluarga merencanakan serta mengambil
keputusan untuk dirinya.
c. Program sosialisasi
 Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
 Mengembangkan keterampilan hidup, seperti aktivitas sehari-hari,
mengelola rumah tangga, dan mengembangkan hobi.
 Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke
tempat rekreasi.
 Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, dan kegiatan adat.
d. Program mencegah stigma Stigma merupakan anggapan yang keliru
dari masyarakat terhadap gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu
diberikan program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan
diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:

26
 Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan
menghargai pasien gangguan jiwa.
 Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang
berpengaruh dalam rangka menyosialisasikan kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa.

2.13 Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi
dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya
dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja
tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk
fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-
tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial
fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
William Kay, mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja
sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-
figur yang mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas
pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
27
6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)
atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Dari arah Ke arah


Kematangan emosional
Tidak toleran dan bersikap superior. Bersikap toleran dan merasa nyaman.
Kaku dalam bergaul Luwes dalam bergaul
Peniruan buta terhadap teman sebaya Interdependensi dan mempunyai self-
esteem
Kontril orang tua Control diri sendiri
Perasaan yang tidak jelas tentang dirinya Perasaan mau menerima dirinya dan
orang
Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa Mampu menyatakan emosinya secara
marah dan sikap permusuhannya.
Perkembangan heteroseksualitas
Belum memiliki kesadaran tentang Menerima identitas
perubahan seksualnya.
Mengidentifikasi orang lain yang sama Mempunyai perhatian terhadap jenis
jenis kelaminnya kelamin yang berbeda dan bergaul
dengannya.
Bergaul dengan banyak teman. Memilih teman-teman tertentu.
Kematangan kognitif
Menyenangi prinsip-prinsip umum dan Membutuhkan penjelasan tentang
jawaban yang final.
Menerima kebenaran dari sumber otoritas Memerlukan bukti sebelum menerima
Memiliki sedikit minat/perhatian
Memiliki banyak minat atau perhatian. terhadap jenis kelamin yang berbeda
dan bergaul dengannya
Bersikap subjektif dalam menafsir sesuatu Bersikap objektif dalam menafsirkan
Filsafat hidup
Tingkah laku dimotivasi oleh kesenangan Tingkah laku dimotivasi oleh aspirasi.
belaka
Acuh tak acuh terhadap prinsip-prinsip Melibatkan diri atau mempunyai
ideologi dan etika. perhatian terhadap ideologi dan etika.
Tingkah lakunya tergantung pada Tingkah lakunya dibimbing oleh
reintorcement (dorongan dari luar). tanggung jawab

Selanjutnya, dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja,


mengemukakan pendapat Luella Cole yang mengklasifikasikannya ke dalam
sembilan kategori, yaitu:
1. Kematangan emosional.
2. Pemantapan minat-minat heteroseksual.
3. Kematangansosial.
4. Emansipasi dari control keluarga.
5. Kematanganintelektual
6. Memilihpekerjaan.
7. Menggunakan waktu senggang secara tepat.
8. Memilikifalsafahhidup.
9. Identifikasidiri.

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurts sebagaimana dikutip


Gunarsa, sebagai berikut:

1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang dialaminya dan dapat


melakukan peran sesuai dengan jenisnya secara efektif dan merasa puas
terhadap keadaan tersebut.
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik teman sejenis
maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat.

29

5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri dalam bidang
ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan
bakat dan kesanggupannya.
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan diri untuk
berkeluarga.
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai dengan
pandangan ilmiah. Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat
kompleks dan relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat melaksanakan
tugas-tugas tersebut dengan baik, remaja masih sangat membutuhkan
bimbingan dan pengarahan supaya dapat mengambil langkah yang tepat
sesuai dengan kondisinya. Di samping tugas-tugas perkembangan, remaja
masih mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut
pemenuhan secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut, menurut Edward, adalah meliputi ;


1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
2) kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal,
3) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan,
4) kebutuhan akan keteraturan,
5) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk menentukan sikap sesuai dengan
kehendaknya,
6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan persahabatan,
7) adanya keinginan ikut berempati,
8) kebutuhan mencari bantuan dan simpati,
9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai,
10) menganggap diri sendiri rendah,
11) adanya kesediaan untuk membantu orang lain,
12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan,
13) adanya keuletan dalam melaksanakan tugas,
30
14) kebutuhan untuk betgaul dengan lawan jenis, dan
15) adanya sikap suka mengkritik orang lain.

Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama antara individu


yang satu dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang berbeda, situasi
lingkungan yang berlainan, dan ada individu yang ingin segera kebutuhannya
terpenuhi, namun kenyataannya banyak yang tidak terpenuhi. Dari uraian ini
nampak bahwa tugas perkembangan dan kebutuhan merupakan sesuatu yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan remaja. Apabila tugas
dan kebutuhan dapat terpenuhi, maka membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila
gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap dan prilaku kekanank-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas-tugas perkembangan masa
remaja menurut Hurlock (1991) :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya.


2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan yang berlainan jenis.
4. Berusaha mencapai kemandirian emosional.
5. Berusaha mencapai kemandirian ekonomi.
6. Mengembangkan keterampilan intelektual.
7. Memahami nilai-nilai orang dewasa.
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
Memepersiapkan berbagai tanggung jawab untuk kehidupan keluarga.
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Nama klien :
Usia :
Nama Orang tua :
Alamat :
JAWABAN
DATA PENGKAJIAN
YA TIDAK
Kognitif
a. Remaja Awal (11-14 tahun)
- Berpikir secara egosentrik
- Antusias untuk menerapkan proses abstrak
yang terbatas ke situasi berbeda dan ke
kelompok sebaya
b. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
- Suka membuat keputusan sendiri
- Mampu menyelesaikan masalah verbal dan
mental dengan menggunakan metode ilmiah
- Peningkatan kemampuan untuk berpikir secara
abstrak yang terbatas ke situasi berbeda dan ke
kelompok sebaya
c. Remaja Akhir (17-20 tahun)
- Pemikiran abstrak terbentuk
- Mengembangkan keterampilan berpikir kritis
- Membuat tujuan realistis dan rencana karier
Fisiologi
Wanita
a.) Remaja Awal (10-13 tahun)
- Rambut pubis mulai keriting dan menyebar ke
atas mons pubis
- Pigmentasi ginetalia meningkat
- Tonjolan payudara dan areola terus mebesar
- Periode menstruasi pertama
b.) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
- Rambut pubis berubah menjadi bertekstur
kasar dan terus menjadi keriting
- Jumlah rambut meninggkat
- Areola dan papilla terpisah dari kontur
payudara untuk membentuk tonjolan sekunder

c.) Remaja Akhir (17-20 tahun)


- Distribusi rambut pubis telah matang dan kasar

Pria
a.) Remaja Awal (10-13 tahun)
- Rambut pubis menyebar ke arah lateral, mulai
keriting, pigmentasi meningkat
- Pertumbuhan dan pembesaran testis didalam
skortum (warna skortum menjadi kemerahan)
dan penis terus memanjang
- Telah berkaki panjang karena ekstremitas
tumbuh lebih cepat dibandingkan batang tubuh

b.) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)


- Rambut pubis menjadi bertekstur lebih kasar
dan distribusinya tersebar seperti orang dewasa
- Testis dan skortum terus tumbuh, kulit skortum
menjadi lebih gelap, penis tumbuh dalam arah
melebar, dan glans penis terbentuk
- Perubahan suara, lebih maskulin karena
cepatnya pembesaran laring dan faring serta
perubahan paru

c.) Remaja Akhir (17-20 tahun)


- Distribusi rambut pubis telah matang dan
menjadi lebih kasar
- Ukuran bentuk testis, skortum, dan penis sama
pada bentuk orang dewasa, kulit skortum
menjadi lebih gelap.

Psikologi
a. Remaja Awal (11-14 tahun)
- Berfokus pada perbuhana tubuh
- Mengalami perubahan pada perasaan dengan
sering
- Mengidentifikasi teman sebaya berjenis
kelamin sama
- Berjuang untuk menguasai keterampilan di
dalam kelompok sebaya
b. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
- Terus menyesuaikan diri dengan perubahan
citra tubuh
- Tertarik dalam menarik lawan jenis
- Mencoba beberapa peran berbeda di dalam
kelompok sebaya di tingkat yang tertinggi
- Waktu konflik terbesar dengan orang tua/figure
otoritas
c. Remaja Akhir (17-20 tahun)
- Mampu memahani dampak perilaku dan
keputusan
- Merasa aman dengan citra tubuhnya
- Memiliki identitas seksual yang telah matang
- Memiliki tujuan karier yang ideal
Etika atau Moral
a.) Moral penyelesaian masalah
- Apakah remaja dapat menyelesaikan
masalahnya secara mandiri
b.) Moral tingkah laku
- Apakah anda selalu memelihara ketertiban.
- Apakah anda selalu memelihara kebersihan
lingkungan
- Apakah anda selalu memelihara hak orang lain
c.) Moral pada emosi
- Apakah anda pernah membully
- Apakah anda pernah berbohong
- Apakah anda sering menonton film porno
Sosial
a) Di Lingkungan Keluarga
– Apakah remaja menjalin hubungan yang baik
dengan para anggota keluarga?
– Apakah remaja menerima otoritas orang tua dan
mau mentaati peraturan yang ditetapkan orang
tua?
– Apakah remaja menerima tanggung jawab dan
batasan-batasan (norma) keluarga?
– Apakah remaja berusaha untuk membantu anggota
keluarga, sebagai individu maupun kelompok
dalam mencapai tujuannya?
b) Di Lingkungan Sekolah
– Apakah remaja bersikap respek dan mau
menerima peraturan sekolah?
– Apakah remaja berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sekolah?
– Apakah remaja menjalin persahabatan dengan
teman-teman di sekolah?
– Apakah remaja bersikap hormat dan patuh
terhadap guru dan semua personil sekolah?
– Apakah remaja membantu sekolah dalam
merealisasikan tujuan-tujuannya?
c) Di Lingkungan Masyarakat
–Apakah remaja mengakui dan respek terhadap
hak-hak orang lain?
–Apakah remaja memelihara jalinan persahabatan
dengan orang lain?
–Apakah remaja bersikap simpati terhadap
kesejahteraan orang lain?
– Apakah remaja bersikap respek terhadap nilai-
nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan masyarakat?
Spiritual
- Apakah anda sholat 5 waktu dalam sehari ?
- Apakah sebeleum dan sesudah beraktivitas anda
selalu berdoa?
- Apakah anda membaca Al-quran setiap hari?
- Apakah anda takut jika berbuat dosa?
Seksualitas
a.) Wanita
- Apakah anda sudah mengalami masa menstruasi
- Apakah anda pernah melakukan masturbasi
b.) Pria
- Apakah anda sudah mengalami masa mimpi
basah
- Apakah anda pernah melakukan ejakulasi
Total Point

3.2 Diagnosa
Persiapan Perkembangan Pada Anak Usia Remaja.
35
3.3 Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan awal tentang Unuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan remaja terhadap
pertumbuhan dan
pertumbuhan dan perkembangan
perkembangan yang dialaminya yang terjadi pada dirinya
2 Berikan informasi tentang hal Agar remaja tau mana hal hal positif
hal positif dalam melakukan yang dapat menguntungkan untuk
kegiatan sehari hari dirinya dan orang lain dan tidak
menimbulkan hal hal negative
3 Berikan pengetahuan tentang Untuk memilih tindakan yang tepat
bagaimana cara mengatasi dan Agar para remaja tau bagaimana
strees dan emosi yang caranya mengatasi strees dan emosi
berlebihan yang berlebihan sehingga tidak terjadi
terlalu lama dan tidak menimbulkan
gangguan yang berlebih.

3.4 Implementasi
Tanggal/ TTD
Diagnosa Implentasi
Jam Perawat
Persiapan 1. Mengkaji pengetahuan awal tentang
perkembang
pertumbuhan dan perkembangan
an pada anak
usia remaja yang dialaminya
2. Memberikan pengetahuan tentang
bagaimana cara mengatasi strees
dan emosi yang berlebih
36
3.5 Evaluasi
Tanggal/
Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam
Persiapan S:
perkembang – klien mengatakan pertumbuhan dan
an pada anak perkembangan sudah sesuai yang
usia remaja semestinya. Dan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan
secara baik
– klien mengatakan sudah tau
bagaimana cara mengatasi emosi dan
strees yang berlebihan
O:
– Klien menjelaskan kembali
pertumbuhan dan perkembangan pada
usia remaja dan perubahan perubahan
yang terjadi pada remaja

A:
– Masalah sudah teratasi
P:
– Hentikan intervensi
37
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Jika dipandang dari aspek psikologis
dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan
dengan pubertas. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks
sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok.
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai
dengan isu-isu biologic, psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-14
tahun), Menengah (5-16 tahun) dan Akhir (17-20 tahun). Masa remaja awal
ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik.

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoma pada banyak sumber yang dapat di pertanggung jawabkan. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar mengetahui
tentang tumbuh kembang pada remaja.
38

DAFTAR PUSTAKA

Prof. dr. Ali Mohammad dan Prof. dr. Asrori Mohammad 2004 Psikologi Remaja
Jakarta Bumi Aksara Hal 9,10,11,21

Prof. dr. Soetjiningsih 2004 Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya Jakarta
Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai