Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi
ginjal progresif yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan
metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smetlzer &
Bare, 2004). CKD disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti glomerolunefritis akut; gagal ginjal
akut; penyakit ginjal pilikistik; obstruksi saluran kemih; piel; lonefritis; nefrotoksin; dan
penyakit sistemik, seperti diabetimilitus, hipertensi, lupuseritematosus, poliartritis, penyakit sel
sabit, serta amyloi dosis (Black & Hawks, 2005).
Hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium yang mendukuing diagnosis CKD, antara lain
(verrelli,2006): peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum.
 Hyperkalemia, penurunan bikarbonat serum, hipokalsemia, hiperfospatemia,
hiponatremia ( pada CKD tanpa overload)
 Hipoalbuminemia tersebab oleh banyak protein yang keluar bersama urine
 Anemia normokrom normositik tersebab oleh penurunan produksi hormone
eritropoetin
 Urinalisi: proteinuria, diduga akibat gangguan pada glomelurus atau
tubulointerstitial.
 Sel darah merah pada sedimen urine diduga ada glomeluronefritis proliferative.
Piuria dan atau sel darah merah dalam urine, diduga ada nefritis interstitial
(terutama jika terjadi eosinofiluria) atau infeksi saluran kemih
 Urine 24 jam untuk memeriksa CCT dan protein total.
 Elektroporesis protein urine dan serum untuk melihat ptotein monoklon,
kemungkinan adanya mielomamultipel
 Anti bodi anti nuklir (antinuclear antibody, ANA),kadar anti-doubel-stranded
DNA untuk melihat adanya lupus eritematosus sistemik (systemic lupus
erythematosus,SLE).
 Kadar komplemen serum untuk menunjukkan glomerulonephritis.
 C-ANC and P-ANCA untuk diagnosis granulomatosis Wegener dan poliartritis
nodosa atau poliangitis mikroskopik.
 Serologi Hepatitis B dan C, HIV, Venereal Disease Research Laboratory
(VDRL): berhubungan dengan glomerulonefritis.
Pemeriksaan atau hasil pemeriksaan diagnostic yang mendukung diagnosis CKD adalah
(Verrelli,2006)
 Sinar-X abdomen: meihat gambaran batu radio-opak atau nefrokalsinosis
 Pielogram intravena: jarang dilakukan karena potensi toksin, sering digunakan
untuk diagnosis batu ginjal.
 Ultrasonografi ginjal: untuk melihat ginjal polikistik dan hidronefrosis, yang tidak
terlihat pada awal obstruksi. Ukuran ginjal biasanya normal pada nefrropati
diabetic
 CT scan untuk melihat massa dan batu ginjal yang dapat menjadi penyebab CKD
 MRI untuk diagnosis thrombosis vena ginjal. Angiografi untuk diagnosis stenosis
arteri ginjal, meskipun arteriografi ginjal masih menjadi pemeriksan standar
 Voiding cystourethrogram (VCUG): pemeriksaan standara untuk diagnosis
refluks vesikoureteral
Terapi penggantian ginjal perlu dilakukan jika perubahan fisiologis pada CKD
mengancam jiwa atau menimbulkan ketidak nyamanan berlanjut pada klien. Jika klien
tidak dapat lagi dirawat dengan terapi konser-vatif, seperti pengaturan diet, medikasi, dan
dan pembatasan cairan, terapi dialisis baik hemodialysis maupun peritoneal dialisis serta
terapi transplantasi ginjaln dapat menjadi pilihan.
Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran
Klien composmentis (CM)

 Kepala
Rambut hitam tidak mudah dicabut, konjungtiva pucat anemis, sclera tidak ikterik, mulut
tidak kering, uremic fector tidak ada, stomatitis uremik tidak ada.

 Leher
Tekanan vena jugular (jugular vein pressure,JVP) normal, kelenjar getah bening tidak
teraba, tampak kebiruan pada leher kiri yang menurut klien bekas kejang yang terjadi saat
dirumah

 Dada
Dada simetris, vesikular, terdengar ronki basah di kedua lapang paru, mengi tidak ada,
bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop, nyeri dada tidak ada, napas
tidak cepat dan tidak dalam

 Abdomen
Abdomen datar, lemas, tidak ada asites, nyeri tekan tidak ada, bising usus positif
12x/menit, hepar tidak teraba, pembesaran ginjal, hepar, limpa tidak ada, nyeri ketok
ginjal tidak ada, diare/konstipasi tidak ada, perdarahan gastrointestinal tidak ada, muntah
tidak ada, klien mengatakan nafsu makan menerun

 Integument
Kulit tidak gatal, tidak ada uremic frost, kulit tampak kering, kulit tidak abu-abu/kuning
kehijauan, turgor kulit baik, pada tangan kiri terlihat bekas area pemasangan jalur
hemodialisis dan juga bekas pengambilan darah vena menjadi kemerahan dan tidak panas,
tidak bengkak

 Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tulang, kekuatan otot baik, tidak ada kram otot, tidak ada
plegi atau paralisis

 Eliminasi urine
Dari catatan perawatan diketahui jumlah urine menurun rata-rata 300-500 ml/hari sejak
dirawat, klien terpasang kateter urine, urine kuning jernih, nokturia tidak dapat dikaji
karena klien terpasang kateter urine

 Kondisi psikologis
Status istirahat: klien tidak cemas, merasa takut terhadap penyakitnya, kooperatif terhadap
perawat atau keluarga dan individu lain, sudah mendapat penjelasan dari dokter tentang
penyakitnya dan sudah mengerti, tidak sedih, keluarga (suami dan anak) turut mendukung
dan bergantian menjaga klien, biaya pengobatan menggunakan gakin, klien mengatakan
kadang agak sulit tidur karena sesak nafas

Anda mungkin juga menyukai