Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Pada kegiatan Program Pengenalan Klinik (PPK) kali ini, kelompok kami ditugaskan di

Puskesmas Srumbung. Kami dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang masing – masing kelompok

mendapatkan 1 orang pasien. Banyak kasus yang dapat dipelajari di Puskesmas Srumbung, seperti

diare, gastritis, ISPA, dyspepsia (rasa tidak enak pada bagian abdomen) dan lain – lain. Kasus yang

akan saya ambil adalah dyspepsia.

Dyspepsia adalah suatu gejala yang merupakan gambaran terganggunya saluran pencernaan

bagian atas.

Pada dasarnya dyspepsia adalah masalah yang serius pada setiap penderita, biasanya timbul

perasaan tidak nyaman pada bagian abdomen. Gejala tersebut merupakan gelaja yang harus diketahui

penyebabnya. Gejala gastrointestinal tersebut memiliki komplikasi yang dampak buruk jika tidak

ditangani dengan baik.

Tujuan PPK kali ini adalah mempelajari kasus yang didapatkan, dalam hal ini dyspepsia, dan

mengamati tindakan dari dokter di Puskesmas Srumbung dalam menghadapi kasus tersebut.

Diharapkan, setelah kegiatan PPK ini, kami dapat lebih memahami penanganan kasus yang

berhubungan dengan system digestva di Puskesmas mengenai kasus yang berkaitan dengan organ

digetiva.
I. ANAMNESIS

Identitas

Nama : OS

Alamat : Cempan

Umru : 22 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tuna Karya

Tanggal pemekrisaan : 22-04-2010

Nomor CM : 13 01 59

Diberikan oleh : OS

Keluhan Utama : Nyeri Perut kiri atas menjalar ke punggung kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kiri atas, nyeri yang dirasakan hilang

timbul, seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke punggung. Nyeri dirasakan ketika Os telat makan,

sesudah makan dan malam hari. Os mengeluh, sangat terganggu dalam melakukan aktifitas

fisik, Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat dari dokter atau membeli di warung untuk

meringankan rasa nyeri yang dirasakan sebelumnya. Rasa sakit tersebut sudah dirasakan ± 1

minggu. Sering cekukan disangkal. Penurunan berat badan disangkal.

Berdasarkan Informasi, tahun 2008 Os menjalani operasi pengangkatan ginjal sebelah kiri.

Pengangkatan tersebut dilakukan Karena Os menderita tumor ginjal. Pengangkatan tersebut dilakukan

di Rumah Sakit dr. sardjito.

Anamnesis Sistem

Saraf : nyeri kepala (-), pusing (-), demam (-)

Kardiovaskuler : nyeri dada (-), jantung berdebar (-)

Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)


Digestiva : mual(-), muntah(-), gangguan BAB tidak ada keluhan, nyeri perut (+),

pola makan tidak teratur

Urogenital : BAK (warna, bau, frekuensi, dan proses miksi) tidak ada keluhan

Muskuloskeletal : Anggota gerak (tidak ada keluhan), tidak ada nyeri otot

Integumentum : edema (-), merah (-), gatal (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Sakit serupa pernah dialaminya dan sembuh dengan obat yang diberikan oleh dokter

puskesmas (±2 bulan yang lalu). Os pernah menjalani operasi pengangkatan ginjal karena tumor

ginjal di Rumah Sakit dr. Sardjito. Os menyangkal ketika ditanyakan riwayat hipertensi dan

diabetes milletus.

Riwayat Penyakit Keluarga

Os menyangkal ketika ditanyakan riwayat penyakit serupa hipertensi, diabetes mellitus,

kanker, tumor, dan penyakit gondok.

Lingkungan, Kebiasaan dan Kondisi Sosial

Os merasakan ventilasi di tempat tinggal sudah cukup dan merasa nyaman, aman, dan

tenang. Namun pola makan yang tidak teratur (telat makan) memberikan respon negatif terdap

kondisi saluran pencernaan Os (dyspepsia). Air minum yang dikonsumsi Os adalah air minum

yang sudah dimasak (direbus).

Os juga mengaku bahwa aktifitas fisik dirasakan kurang. Os mengeluh bahwa dirinya

sering merasa cepat capek. Kebiasaan merokok disangkal.

II. PEMEERIKSAAN FISIK

Status Genralisata

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis


a. Vital sign:

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Respirasi : 24x/menit

Nadi : 82x/menit

Suhu : 37,2 0C

b. Pemeriksaan fisik per-regio:

1. Kepala

Conjungtiva anemis : OD/OS (-).

Sklera Ikterik : OD/OS (-).

Sklera Hiperemis : OD/OS (-).

Leher : JVP Teraba, tidak terlihat adanya bendungan vena.

2. Thorax:

- Inspeksi : Terdapat lesi, Scar, Iktus kordis tidak kuat angkat,

tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ketertinggalan gerak ketika ekspirasi-

inspirasi

- Palpasi : Vocal fremitus kanan-kiri sama (hantaran tekanan

suara)

: Iktus kordis teraba.

- Perkusi : Paru dalam batas normal, Jantung tidak dilakukan.

- Auskultasi : Pada bagian antero-posterior tidak terdapat suara paru

tambahan (krepitasi, ronki basah dan ronki kering)


3. Abdomen:

- Inspeksi : Terdapat scar, pada bagian anterior

region medianus abdominal, tidak ada perubahan warna kulit di bagian abdomen.

- Auskultasi : Terdengar peristaltik (9x/menit). Tidak

terdengar suara bising pada aorta abdominis, arteri renalis, pada auskultasi iliaka

komunis tidak dilakukan.

- Perkusi : 4 kuadran timpani, batas kanan atas

tidak melebihi SIC V, batas kanan hepar tidak lebih dari 2 cm di bawah processus

xypoideus.

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan lepas tekan.

4. Ekstremitas : tidak ada gangguan anggota gerak.

5. Px Fisik Tambahan (Psoas sign, obturator, tes ascites) : normal (tidak terdapat kelainan)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Belum dilakukan pemeriksaan penunjang.

IV. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding :

a. Dyspepsia (sebagai diagnosis kerja, karena belum dilakukan pemeriksaan

penunjang)

b. Gastritis.

c. Ulkus Peptikum.

d. Esofagitis.

e. Ulkus duodenum

2. Diagnosis Kerja :

a. Dyspepsia
V. TERAPI

1. Antasida 3x1

2. Parasetamol 3x1

3. Vitamin B6 3x1

VI. Rencana Tindakan

1. Menurunkan asam lambung dengan antasida.

2. Menghilangkan rasanyeri dengan parasetamol.

3. B6 untuk vitamin tambahan.

VII. Edukasi & Penatalaksanaan Non Farmakologis :

Os disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan pedas, asin (makanan yang dapat

merangsang keluarnya asam lambung yang berlebihan). Os juga disarankan untuk menjaga pola makan

yang teratur, porsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan (tingkat aktifitas Os, porsi sedang). Tujuan

Edukasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan nutrisi tubuh dan meminimalisir frekuensi

timbulnya dyspepsia dalam sehari serta, bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

IX. Prognosis

1. Baik jika Os dapat mengikuti edukasi, anjuran serta mengikuti alur penatalaksanaan

farmakologis dan non farmakologis yang telah diberikan.

2. Kemungkinan besar Komplikasi akan terjadi jika Os tidak mengikuti saran atau

edukasi yang telah diberikan.


PEMBAHASAN

Interpretasi Anamnesis :

 Keluhan Utama :

a. Nyeri Perut kiri atas menjalar ke punggung kiri.

Nyeri abdomen atau rasa tidak enak pada abdomen bagian kiri atas merupakan

gambaran penyakit saluran cerna. Secara klinis abdomen dibagi menjadi 9 regio dan 4 kuadran.

Hal tersebut bertujuan untuk menunjukan letak serta mengetahui bagian organ secara deskriptif

yang mengalami gangguan klinis (Swartz, 1995; Bates, 1998).

Gambar diperoleh dari Swartz (Buku Ajar

Diagnostik Fisik hal - 240)


Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kiri atas, nyeri yang dirasakan hilang

timbul, seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke punggung. Nyeri dirasakan ketika Os telat makan,

sesudah makan dan malam hari. Os mengeluh, sangat terganggu dalam melakukan aktifitas

fisik, Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat dari dokter atau membeli di warung untuk

meringankan rasa nyeri yang dirasakan sebelumnya. Rasa sakit tersebut sudah dirasakan ± 1

minggu. Sering cekukan disangkal. Penurunan berat badan disangkal.

Berdasarkan Informasi, tahun 2008 Os menjalani operasi pengangkatan ginjal sebelah

kiri. Pengangkatan tersebut dilakukan Karena Os menderita tumor ginjal. Pengangkatan tersebut

dilakukan di Rumah Sakit dr. sardjito.

Secara garis besar hal yang dapat dijadikan pedoman untuk mendiagnossis penyakit Os

adalah :

 Lokasi nyeri pada perut bagian kiri atas.

 Berdasarkan Onsetnya, nyeri dirasakan sewaktu telat makan dan pada malam

hari.

 Frekuensi serangan dirasakan ± 3x sehari, yaitu ketika Os telat makan, sesudah

makan dan malam hari.

 Sifat serangan nyeri yang dirasakan hilang timbul (Intermeitten).

 Lamanya gangguan diderita (durasi) sudah dirasakan ± 1 minggu.

 Jenis (kualitas) keluhan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke punggung.

 Kuantitas keluhan sangat menganggu Os dalam melakukan aktifitas sehari-hari,

dan Os juga merasa bahwa tidurnya sangat terganggu pada waktu malam hari.
Berdasarkan point-point di atas dapat disimpulkan secara deskriptif bawah Os mengalami

gangguan saluran pencernaan bagian atas. Hal tersebut diperkuat oleh keluhan Os dengan

menunjukkkan letak (lokasi) nyeri perut yang dirasakannya. Namun dari hasil anamnesis tersebut

masih membutuhkan beberapa tanda, gejala klinis, pemeriksaan fisik serta pemerikasaan laboratorium.

Gambar diambil dari www.nejm.org George F. Longstreth, M.D. Functional Dyspepsia-Managing the

Conundrum, di unduh pada bulan April 24, 2010

 Anamnesis Sistem

a. Saraf : nyeri kepala (-), pusing (-), demam (-)

b. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), jantung berdebar (-)

c. Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

d. Digestiva : mual(-), muntah(-), gangguan BAB tidak ada keluhan,

nyeri perut (+), pola makan tidak teratur

e. Urogenital : BAK (warna, bau, frekuensi, dan proses miksi) tidak

ada keluhan

f. Muskuloskeletal : Anggota gerak (tidak ada keluhan), tidak ada nyeri otot

g. Integumentum : edema (-), merah (-), gatal (-)


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari anamnesis sistem :

Terdapat sebuah keterkaitan secara fisologis dari 2 gejala gejala klinis yang diperoreh dari

informasi anamnesis system, yaitu “nyeri perut dan pola makan tidak teratur”. Nyeri perut diakibatkan

oleh sekresi asam lambung yang berlebih, dengan kondisi lambung yang kosong paparan antara

mokosa lambung dengan HCL lambung dapat menyebabkan rasa tidak enak pada saluran pencernaan

atas (dyspepsia) (Djojoningrat, 2006; Wallandera, et al., 2007; Longstreth, 2006).

 Pemeeriksaan Fisik

a. Status Genralisata

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

c. Vital sign:

Tekanan darah: 110/70 mmHg (Normal)

Respirasi : 24x/menit (Normal)

Nadi : 82x/menit (Normal)

Suhu : 37,2 0C (Normal)

d. Pemeriksaan fisik per-regio:

Kepala

Conjungtiva anemis : OD/OS (-) tidak terdapat tanda-tanda anemia.

Sklera Ikterik : OD/OS (-) tidak terdapat tanda-tanda peningkatan bilirubin.

Leher : JVP Teraba, tidak terlihat adanya bendungan vena.

Thorax:

- Inspeksi : Tidak terdapat lesi, Sekar, Iktus kordis tidak kuat

angkat, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ketertinggalan gerak ketika

ekspirasi-inspirasi
- Palpasi : Vocal fremitus kanan-kiri sama (hantaran tekanan

suara)

: Iktus kordis teraba.

- Perkusi : Tidak dilakukan.

- Auskultasi : Pada bagian antero-

posterior tidak terdapat suara paru tambahan (krepitasi, ronki basah dan ronki

kering)

Pemeriksaan fisik Pada dinding dada antero-posterior menunjukkan tidak terdapat kelainan.

Abdomen:

- Inspeksi : Terdapat scar, pada bagian

anterior region medianus abdominal, tidak ada perubahan warna kulit di bagian

abdomen.

- Auskultasi : Terdengar peristaltik

(7x/detik). Tidak terdengar suara bising pada aorta abdominis, arteri renalis, pada

auskultasi iliaka komunis tidak dilakukan.

- Perkusi : 4 kuadran timpani, batas

kanan atas tidak melebihi SIC V, batas kanan hepar tidak lebih dari 2 cm di

bawah processus xypoideus (normal).

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan

lepas tekan.

Pemeriksaan fisik pada abdomen hanya terlihat scar yang merupakan bekas jahitan

ketika Os menjalani operasi pengangkatan ginjal kanan-nya. Tidak ditemukan tanda-tanda

kelainan yang lain.

Ekstremitas : tidak ada gangguan anggota gerak.

Px Fisik Tambahan (Psoas sign, obturator, tes ascites) : normal (tidak terdapat kelainan)
 PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

 DIAGNOSIS

o Diagnosis Banding :

 Dyspepsia (sebagai diagnosis kerja, karena belum dilakukan pemeriksaan

penunjang)

 Gastritis.

 Ulkus Peptikum.

 Esofagitis.

 Ulkus duodenum

o Diagnosis Kerja :
 Dyspepsia

Diagnostis kerja adalah Dispepsia, karena terdapat tanda gejala yang telah ditemukan

berdasarkan anamnesis :

1. Nyeri Epigastrium

2. Nyeri ketika malam hari

3. Nyeri ketika telat makan dan setelah makan.

Dyspepsia berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti secara terminologi adalah indigestion

atau kesulitan dalam mencerna karena adanya gejala Vomitus, Heartburn, rasa tdak nyaman pada

saluran pencernaan atas (Holtmann, et al., 2006; Djojoningrat, 2006; Kolk, 2004).

 TERAPI

1. Antasida

Antasida adalah senyawa magnesium, aluminium, bismut, hidrotalsit, kalsium karbonat, dan

Na-bikarbonat. Zat-zat tersebut dapat mengikat asam. Yang secara terminologi memiliki 2 arti kata

yaitu : anti = lawan, acidus = asam, yang merupakan senyawa basa lemah yang meliki kemampuan

untuk mengikat dan menetralkan asam labung. sehingga pH lambung meningkat yang mengakibatkan

aktivitas pepsin menjadi minimal (Gilman & goodman, 2007; Tjay & Rahardja, 2002; Holtmann, et al.,

2006).

• Garam Magnesium

Menetralakan asam lambung, iritasi mukosa dikurangi. Mengurangi aktifitas pepsin Perlindungan

mukosa oleh antacid melalui rangsangan produksi prostaglandin.

Farmakokinetik :

Diabsorbsi dalam jumlah kecil Distribusi : pengikatan pada protein plasma ; mekanisme yang lain

tidak diketahui. Metabolisme T1/2 tidak diketahui Eliminasi : feses, dalam jumlah sangat kecil
melalui urine PO : mula = 15-30menit Waktu mencapai kadar puncak = 0,5 jam, Lama kerja =

1-3 jam

Efek samping : Diare, hipermagnesemia (mual, muntah, hiporefleksia, penurunan tonus otot)
Kontra indikasi : Diare, Penurunan fungsi ginjal (akibat hipermagnesemia), Sindrom mal

Absorbsi.

• Garam aluminium

Farmakodinamik :

Menetralakan asam lambung, iritasi mukosa dikurangi. Mengurangi aktifitas pepsin Perlindungan

mukosa oleh antacid melalui rangsangan produksi prostaglandin.

Farmakokinetik :

Diabsorbsi dalam jumlah kecil Distribusi : pengikatan pada protein plasma ; mekanisme yang lain

tidak diketahui. Metabolisme T1/2 tidak diketahui Eliminasi : feses, dalam jumlah sangat kecil

melalui urine PO : mula = 15-30menit Waktu mencapai kadar puncak = 0,5 jam, Lama kerja =

1-3 jam

• Senyawa magnesium & aluminium dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan

pilihan pertama. Karena garam magnesium bersifat mencahar, maka biasanya dikombinasikan

dengan senyawa alumunium atau dengan kalsiumkarbonat. Persenyawaan tersebut akan

membentuk hidrotalsit. Hidrotalsit adalah MgAlhidroksikarbonat dengan daya netralisasi asam

serta dapat bekerja sebagai antipepsin, dapat mengikat dan menginaktivasi empedu yang masuk

ke dalam lambungakibat refluks. Setelah dikembalikan lagi kesuasana basa di usus maka

empedu tersebut akan dilepas kembali (Djojoningrat, 2006; Tjay & Rahardja, 2002).

• Efek samping : Konstipasi, hiperkalsemia, hipofosfatemia

Kontra indikasi : konstipasi, Osteomalaisia (tulang lunak),Penyakit obstruk siusus.

2. Parasetamol : Asetaminofen, Panadol, Tylenol.


Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, parasetamol. Khasiatnya adalah

analgetik dan antipiretik, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti

nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). memiliki Efek analgetik yang

diperkuat oleh kofein dengan ± 50% dan kodein. Prosentase Pengikatan pada protein-nya 25%, plasma

t ½ -nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan

menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan

sulfat (Tjay dan Rahardja, 2002; Gilman dan goodman, 2007).

Efek samping

Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis

dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang

reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat

ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida

tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah

kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa

menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga

perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya

dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Farmakodinamik

Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga

berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh karena itu

parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Tjay dan Rahardja, 2002; Gilman dan goodman,

2007).

Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma

dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam.

Interaksi

Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.

Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia (Tjay dan

Rahardja, 2002)

Dosis

Nyeri akut dan demam bisa diatasi dengan 325-500 mg empat kali sehari dan secara

proposional dikurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari . Untuk

nyeri dan demam oral 2-3 sehari 0,5-1 g, maksimum 4 g / hari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5

g/hari. Anak-anak 4-6 tiap hari 10 mg / kg, yakni rata-rata usia 3-1 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg,

4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 3-6 kali sehari (Tjay dan Rahardja, 2002).

3. Vitamin B6

Piridoksin, bersama dengan piridoksal dan piridoksamin, adalah jenis senyawa yang dapat

disebut sebagai vitamin B6.. Vitamin B6 berperan penting di dalam metabolisme protein, dimana

vitamin B6 berfungsi untuk membantu kerja enzim-enzim yang berperan di dalam metabolisme

protein. Vitamin B6 juga berperan di dalam penggunaan glikogen pada otot. Selain itu, vitamin B6

(bersama dengan zinc, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C) juga diperlukan di dalam sintesis

hemoglobin pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Bentuk

sediaan tablet 10 mg, 25 mg, Kaplet 10 mg Ampul 50 mg/ml x 1ml, 100 mg/ml x 1m (Tjay & Rahardja,

2002).

Indikasi
Defisiensi piridoksin. Gangguan metabolik. Drug-induced neurotoxicity dan intoksikasi akut.

Mushroom toxicity. Sideroblastic Anemia.

Efek Samping

- Sistem saraf pusat : sakit kepala, kejang (mengikuti pemberian dosis IV yang sangat

besar), sensory neuropathyEndokrin & metabolik

- Penurunan sekresi serum asam folat Gastrointestinal


Dosis disesesuaikan dengan yang ada dalam referensi.

4. Rencana Tindakan

a. Menurunkan asam lambung dengan antasida.

b. Menghilangkan rasanyeri dengan parasetamol.

c. B6 untuk vitamin tambahan.

5. Edukasi & Penatalaksanaan Non Farmakologis :


Os disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan pedas, asin (makanan yang dapat

merangsang keluarnya asam lambung yang berlebihan). Os juga disarankan untuk menjaga pola makan

yang teratur, porsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan (tingkat aktifitas Os, porsi sedang). Tujuan

Edukasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan nutrisi tubuh dan meminimalisir frekuensi

timbulnya dyspepsia dalam sehari serta, bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

6. Prognosis

- Baik jika Os dapat mengikuti edukasi, anjuran serta mengikuti alur penatalaksanaan

farmakologis dan non farmakologis yang telah diberikan.

- Kemungkinan besar Komplikasi akan terjadi jika Os tidak mengikuti saran atau edukasi

yang telah diberikan.

7. Usulan Pemeriksaan

Secara teoritis dyspepsia merupakan istilah klinis suatu gejala gangguan atau keluhan pada

saluran cerna bagian atas yang meliputi nyeri, rasa tidak enak pada ulu hati, kembung, mual, muntah,

sendawa, cepat kenyang (Djojoningrat, 2006; Talley et al., 2005; Longstreth, 2006).

Penegakan pendekatan diagnosis perlu dan sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut

bertujuan agar keluhan dyspepsia dan penyebab-nya dapat diatasi. pendekatan diagnostik harus

dilakukan secara akurat melalui (Djojoningrat, 2006; Grace, 2006; Tian, et all., 2009) :

- Anamnesis yang akurat untuk memperoleh gambaran keluhan yang terjadi, karakteristik

yang memiliki keterkaitan dengan penyakit tertentu.

- Pemeriksaan fisik umtuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi dan keganasan.

- Ultrasoonografi : untuk mengidentifikasi kelainan pada intra abdomen.

- Endoskopi (esofagogastroduodenoskopi) : pemeriksaan yang sangat dianjurkan jika

terjadi “alarm symptoms” yaitu : penurunan berat badan, anemia, muntah berat, adanya

dugaan obstruktif, terjadi pada usia lebih dari 45 tahun.


- Radiologi (dalam hal ini Pemeriksaan Barium Meal): pemeriksaan ini dapat

mengidentifikasi kelainan struktural dinding mukosa saluran pencernaan bagian atas

seperti tukak atau gambaran ke arah tumor.

Alur tatalaksana diagnosis dyspepsia (gambar skematik)

( Djojoningrat, 2006; Talley, et al., 2005).

PENUTUP
kesan
Kelompok tutorial 12 telah melaksanakan kegiatan PPK (Program Pengenalan Klinik) dengan
sebaik-baiknya pada hari kamis tanggal 22 april 2010 di Puskesmas Sleman. Kegiatan ini merupakan
salah satu penilaian yang dilakukan tim blok Nutrisi dan Sistema Digestiva kepada seluruh mahasiswa/i
fakultas kedokteran angkatan 2008 dan sekaligus merupakan inti dari PBL (Problem Base Learning)
yang merupakan kurikulum FKUII. Secara formal PPK memiliki hal yang positif dalam memperoleh
pengetahuan. Kami kelompok 1 dari tutorial 12 sangat setuju dengan diadakannya PPK di setiap blok .
Saran
PPK (Program Pengenalan Klinik) adalah salah satu objek yang dapat membawa mahasiswa/i
FKUII untuk mengetahui dan mempelajari contoh-contoh kasus yang berada di Rumah Sakit dan
Puskesmas. Salah satu kompetensi dokter adalah wajib hukumnya untuk belajar secara teori dan secara
praktek. Maka kami meminta kepada pihak fakultas untuk :
• Tidak menghapus PPK.
• Selain PPK dilaksanakan puskesmas, kami juga meminta agar PPK dilaksanakan di Rumah
Sakit.
Semoga FK UII dapat melahirkan dokter-dokter yang bermafaat, semoga staf keryawa/i, tutor-tutor,
dekan, wakil dekan dosen-dosen FK UII mendapatkan pahala atas ilmu & usaha yang telah diberikan
kepada kami

Daftar pustaka

- Djojoningrat Dharmika. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid. I. FK UI:

Jakarta. (287;290).

- Gilman & Goodman. 2007. Dasar Farmakologi dan Terapi. ed.10st. vol.2 EGC: Jakarta.

- Grace & Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Ed.3. Erlangga: Jakarta.

- Longstreth George F. 2006. Functional Dyspepsia — Managing the Conundrum, Artikel

diakses dari: www.nejm.org pada tanggal 24-april-2010.

- Swartz Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik fisik. EGC: Jakarta

- Talley Nicholas, Nimish Vakil, Hepatology, Mayo Clinic, Rochester, Minnesota,

Milwaukee, Wisconsin. 2005. Practice Guidelines Guidelines for the Management of Dyspepsia
American Journal of Gastroenterology, jurrnal diakses dari www.amj.com Pada tanggal 24-april-

2010 (2324;2337)

- Tian Xiao-Ping, Ying Li, Fan-Rong Liang, Guo-Jie Sun, Jie Yan, Xiao-Rong Chang, Ting-

Ting Ma, Shu-Yuan Yu, Xu-Guang Yang. 2009. Translation and validation of the Nepean

Dyspepsia Index for functional dyspepsia in China, jurnal diakses dari www.wjg.com pada tanggal

24-april-2010 (3173;3177).

- Tjay & Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek

sampingnya. Ed 5th. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

- Mari-Ann Wallandera Mari-Ann , Saga Johanssona, Ana Ruigo´mezd, Luis Alberto Garcı´a

Rodrı´guezd and Roger Jonese. 2007. Dyspepsia in General Practice: Incidence, Risk Factors,

Comorbidity and Mortality, jurnal di akses dari http://fampra.oxfordjournals.org pada tanggall 24

april 2010 (403;411).

- Holtmann Gerald, M.D., Nicholas J. Talley, M.D., Ph.D., Tobias Liebregts, M.D., Birgit

Adam, M.D., and Christopher Parow, M.D. 2006. A Placebo-Controlled Trial of Itopride in

Functional Dyspepsia, jurnal di akses dari www.NEJM.com, pada tanggal 24-april 2010 (832;840)

- Kolk Helgi. 2004. Evaluation of Symptom Presentation in Dyspeptic Patients Referred for

Upper Gastrointestinal Endoscopy in Estonia Helgi, jurnal di akses dari www.cmj.com pada

tanggal 24-april 2010 (592;598)

Anda mungkin juga menyukai