Pada kegiatan Program Pengenalan Klinik (PPK) kali ini, kelompok kami ditugaskan di
Puskesmas Srumbung. Kami dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang masing – masing kelompok
mendapatkan 1 orang pasien. Banyak kasus yang dapat dipelajari di Puskesmas Srumbung, seperti
diare, gastritis, ISPA, dyspepsia (rasa tidak enak pada bagian abdomen) dan lain – lain. Kasus yang
Dyspepsia adalah suatu gejala yang merupakan gambaran terganggunya saluran pencernaan
bagian atas.
Pada dasarnya dyspepsia adalah masalah yang serius pada setiap penderita, biasanya timbul
perasaan tidak nyaman pada bagian abdomen. Gejala tersebut merupakan gelaja yang harus diketahui
penyebabnya. Gejala gastrointestinal tersebut memiliki komplikasi yang dampak buruk jika tidak
Tujuan PPK kali ini adalah mempelajari kasus yang didapatkan, dalam hal ini dyspepsia, dan
mengamati tindakan dari dokter di Puskesmas Srumbung dalam menghadapi kasus tersebut.
Diharapkan, setelah kegiatan PPK ini, kami dapat lebih memahami penanganan kasus yang
berhubungan dengan system digestva di Puskesmas mengenai kasus yang berkaitan dengan organ
digetiva.
I. ANAMNESIS
Identitas
Nama : OS
Alamat : Cempan
Umru : 22 Tahun
Agama : Islam
Nomor CM : 13 01 59
Diberikan oleh : OS
Os datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kiri atas, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke punggung. Nyeri dirasakan ketika Os telat makan,
sesudah makan dan malam hari. Os mengeluh, sangat terganggu dalam melakukan aktifitas
fisik, Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat dari dokter atau membeli di warung untuk
meringankan rasa nyeri yang dirasakan sebelumnya. Rasa sakit tersebut sudah dirasakan ± 1
Berdasarkan Informasi, tahun 2008 Os menjalani operasi pengangkatan ginjal sebelah kiri.
Pengangkatan tersebut dilakukan Karena Os menderita tumor ginjal. Pengangkatan tersebut dilakukan
Anamnesis Sistem
Urogenital : BAK (warna, bau, frekuensi, dan proses miksi) tidak ada keluhan
Muskuloskeletal : Anggota gerak (tidak ada keluhan), tidak ada nyeri otot
Sakit serupa pernah dialaminya dan sembuh dengan obat yang diberikan oleh dokter
puskesmas (±2 bulan yang lalu). Os pernah menjalani operasi pengangkatan ginjal karena tumor
ginjal di Rumah Sakit dr. Sardjito. Os menyangkal ketika ditanyakan riwayat hipertensi dan
diabetes milletus.
Os merasakan ventilasi di tempat tinggal sudah cukup dan merasa nyaman, aman, dan
tenang. Namun pola makan yang tidak teratur (telat makan) memberikan respon negatif terdap
kondisi saluran pencernaan Os (dyspepsia). Air minum yang dikonsumsi Os adalah air minum
Os juga mengaku bahwa aktifitas fisik dirasakan kurang. Os mengeluh bahwa dirinya
Status Genralisata
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 82x/menit
Suhu : 37,2 0C
1. Kepala
2. Thorax:
tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ketertinggalan gerak ketika ekspirasi-
inspirasi
suara)
region medianus abdominal, tidak ada perubahan warna kulit di bagian abdomen.
terdengar suara bising pada aorta abdominis, arteri renalis, pada auskultasi iliaka
tidak melebihi SIC V, batas kanan hepar tidak lebih dari 2 cm di bawah processus
xypoideus.
5. Px Fisik Tambahan (Psoas sign, obturator, tes ascites) : normal (tidak terdapat kelainan)
IV. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding :
penunjang)
b. Gastritis.
c. Ulkus Peptikum.
d. Esofagitis.
e. Ulkus duodenum
2. Diagnosis Kerja :
a. Dyspepsia
V. TERAPI
1. Antasida 3x1
2. Parasetamol 3x1
3. Vitamin B6 3x1
Os disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan pedas, asin (makanan yang dapat
merangsang keluarnya asam lambung yang berlebihan). Os juga disarankan untuk menjaga pola makan
yang teratur, porsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan (tingkat aktifitas Os, porsi sedang). Tujuan
Edukasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan nutrisi tubuh dan meminimalisir frekuensi
timbulnya dyspepsia dalam sehari serta, bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
IX. Prognosis
1. Baik jika Os dapat mengikuti edukasi, anjuran serta mengikuti alur penatalaksanaan
2. Kemungkinan besar Komplikasi akan terjadi jika Os tidak mengikuti saran atau
Interpretasi Anamnesis :
Keluhan Utama :
Nyeri abdomen atau rasa tidak enak pada abdomen bagian kiri atas merupakan
gambaran penyakit saluran cerna. Secara klinis abdomen dibagi menjadi 9 regio dan 4 kuadran.
Hal tersebut bertujuan untuk menunjukan letak serta mengetahui bagian organ secara deskriptif
Os datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kiri atas, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, seperti ditusuk-tusuk dan menjalar ke punggung. Nyeri dirasakan ketika Os telat makan,
sesudah makan dan malam hari. Os mengeluh, sangat terganggu dalam melakukan aktifitas
fisik, Os mengaku belum pernah mengkonsumsi obat dari dokter atau membeli di warung untuk
meringankan rasa nyeri yang dirasakan sebelumnya. Rasa sakit tersebut sudah dirasakan ± 1
kiri. Pengangkatan tersebut dilakukan Karena Os menderita tumor ginjal. Pengangkatan tersebut
Secara garis besar hal yang dapat dijadikan pedoman untuk mendiagnossis penyakit Os
adalah :
Berdasarkan Onsetnya, nyeri dirasakan sewaktu telat makan dan pada malam
hari.
dan Os juga merasa bahwa tidurnya sangat terganggu pada waktu malam hari.
Berdasarkan point-point di atas dapat disimpulkan secara deskriptif bawah Os mengalami
gangguan saluran pencernaan bagian atas. Hal tersebut diperkuat oleh keluhan Os dengan
menunjukkkan letak (lokasi) nyeri perut yang dirasakannya. Namun dari hasil anamnesis tersebut
masih membutuhkan beberapa tanda, gejala klinis, pemeriksaan fisik serta pemerikasaan laboratorium.
Gambar diambil dari www.nejm.org George F. Longstreth, M.D. Functional Dyspepsia-Managing the
Anamnesis Sistem
ada keluhan
f. Muskuloskeletal : Anggota gerak (tidak ada keluhan), tidak ada nyeri otot
Terdapat sebuah keterkaitan secara fisologis dari 2 gejala gejala klinis yang diperoreh dari
informasi anamnesis system, yaitu “nyeri perut dan pola makan tidak teratur”. Nyeri perut diakibatkan
oleh sekresi asam lambung yang berlebih, dengan kondisi lambung yang kosong paparan antara
mokosa lambung dengan HCL lambung dapat menyebabkan rasa tidak enak pada saluran pencernaan
Pemeeriksaan Fisik
a. Status Genralisata
c. Vital sign:
Kepala
Thorax:
angkat, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ketertinggalan gerak ketika
ekspirasi-inspirasi
- Palpasi : Vocal fremitus kanan-kiri sama (hantaran tekanan
suara)
posterior tidak terdapat suara paru tambahan (krepitasi, ronki basah dan ronki
kering)
Pemeriksaan fisik Pada dinding dada antero-posterior menunjukkan tidak terdapat kelainan.
Abdomen:
anterior region medianus abdominal, tidak ada perubahan warna kulit di bagian
abdomen.
(7x/detik). Tidak terdengar suara bising pada aorta abdominis, arteri renalis, pada
kanan atas tidak melebihi SIC V, batas kanan hepar tidak lebih dari 2 cm di
lepas tekan.
Pemeriksaan fisik pada abdomen hanya terlihat scar yang merupakan bekas jahitan
Px Fisik Tambahan (Psoas sign, obturator, tes ascites) : normal (tidak terdapat kelainan)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
DIAGNOSIS
o Diagnosis Banding :
penunjang)
Gastritis.
Ulkus Peptikum.
Esofagitis.
Ulkus duodenum
o Diagnosis Kerja :
Dyspepsia
Diagnostis kerja adalah Dispepsia, karena terdapat tanda gejala yang telah ditemukan
berdasarkan anamnesis :
1. Nyeri Epigastrium
Dyspepsia berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti secara terminologi adalah indigestion
atau kesulitan dalam mencerna karena adanya gejala Vomitus, Heartburn, rasa tdak nyaman pada
saluran pencernaan atas (Holtmann, et al., 2006; Djojoningrat, 2006; Kolk, 2004).
TERAPI
1. Antasida
Antasida adalah senyawa magnesium, aluminium, bismut, hidrotalsit, kalsium karbonat, dan
Na-bikarbonat. Zat-zat tersebut dapat mengikat asam. Yang secara terminologi memiliki 2 arti kata
yaitu : anti = lawan, acidus = asam, yang merupakan senyawa basa lemah yang meliki kemampuan
untuk mengikat dan menetralkan asam labung. sehingga pH lambung meningkat yang mengakibatkan
aktivitas pepsin menjadi minimal (Gilman & goodman, 2007; Tjay & Rahardja, 2002; Holtmann, et al.,
2006).
• Garam Magnesium
Menetralakan asam lambung, iritasi mukosa dikurangi. Mengurangi aktifitas pepsin Perlindungan
Farmakokinetik :
Diabsorbsi dalam jumlah kecil Distribusi : pengikatan pada protein plasma ; mekanisme yang lain
tidak diketahui. Metabolisme T1/2 tidak diketahui Eliminasi : feses, dalam jumlah sangat kecil
melalui urine PO : mula = 15-30menit Waktu mencapai kadar puncak = 0,5 jam, Lama kerja =
1-3 jam
Efek samping : Diare, hipermagnesemia (mual, muntah, hiporefleksia, penurunan tonus otot)
Kontra indikasi : Diare, Penurunan fungsi ginjal (akibat hipermagnesemia), Sindrom mal
Absorbsi.
• Garam aluminium
Farmakodinamik :
Menetralakan asam lambung, iritasi mukosa dikurangi. Mengurangi aktifitas pepsin Perlindungan
Farmakokinetik :
Diabsorbsi dalam jumlah kecil Distribusi : pengikatan pada protein plasma ; mekanisme yang lain
tidak diketahui. Metabolisme T1/2 tidak diketahui Eliminasi : feses, dalam jumlah sangat kecil
melalui urine PO : mula = 15-30menit Waktu mencapai kadar puncak = 0,5 jam, Lama kerja =
1-3 jam
• Senyawa magnesium & aluminium dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan
pilihan pertama. Karena garam magnesium bersifat mencahar, maka biasanya dikombinasikan
serta dapat bekerja sebagai antipepsin, dapat mengikat dan menginaktivasi empedu yang masuk
ke dalam lambungakibat refluks. Setelah dikembalikan lagi kesuasana basa di usus maka
empedu tersebut akan dilepas kembali (Djojoningrat, 2006; Tjay & Rahardja, 2002).
analgetik dan antipiretik, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti
nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). memiliki Efek analgetik yang
diperkuat oleh kofein dengan ± 50% dan kodein. Prosentase Pengikatan pada protein-nya 25%, plasma
t ½ -nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan
menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan
Efek samping
Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis
dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang
reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat
ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida
tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah
kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa
menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga
perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya
Farmakodinamik
Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh karena itu
parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Tjay dan Rahardja, 2002; Gilman dan goodman,
2007).
Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma
dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam.
Interaksi
Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia (Tjay dan
Rahardja, 2002)
Dosis
Nyeri akut dan demam bisa diatasi dengan 325-500 mg empat kali sehari dan secara
proposional dikurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari . Untuk
nyeri dan demam oral 2-3 sehari 0,5-1 g, maksimum 4 g / hari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5
g/hari. Anak-anak 4-6 tiap hari 10 mg / kg, yakni rata-rata usia 3-1 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg,
4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 3-6 kali sehari (Tjay dan Rahardja, 2002).
3. Vitamin B6
Piridoksin, bersama dengan piridoksal dan piridoksamin, adalah jenis senyawa yang dapat
disebut sebagai vitamin B6.. Vitamin B6 berperan penting di dalam metabolisme protein, dimana
vitamin B6 berfungsi untuk membantu kerja enzim-enzim yang berperan di dalam metabolisme
protein. Vitamin B6 juga berperan di dalam penggunaan glikogen pada otot. Selain itu, vitamin B6
(bersama dengan zinc, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C) juga diperlukan di dalam sintesis
hemoglobin pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh. Bentuk
sediaan tablet 10 mg, 25 mg, Kaplet 10 mg Ampul 50 mg/ml x 1ml, 100 mg/ml x 1m (Tjay & Rahardja,
2002).
Indikasi
Defisiensi piridoksin. Gangguan metabolik. Drug-induced neurotoxicity dan intoksikasi akut.
Efek Samping
- Sistem saraf pusat : sakit kepala, kejang (mengikuti pemberian dosis IV yang sangat
4. Rencana Tindakan
merangsang keluarnya asam lambung yang berlebihan). Os juga disarankan untuk menjaga pola makan
yang teratur, porsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan (tingkat aktifitas Os, porsi sedang). Tujuan
Edukasi tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan nutrisi tubuh dan meminimalisir frekuensi
timbulnya dyspepsia dalam sehari serta, bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
6. Prognosis
- Baik jika Os dapat mengikuti edukasi, anjuran serta mengikuti alur penatalaksanaan
- Kemungkinan besar Komplikasi akan terjadi jika Os tidak mengikuti saran atau edukasi
7. Usulan Pemeriksaan
Secara teoritis dyspepsia merupakan istilah klinis suatu gejala gangguan atau keluhan pada
saluran cerna bagian atas yang meliputi nyeri, rasa tidak enak pada ulu hati, kembung, mual, muntah,
sendawa, cepat kenyang (Djojoningrat, 2006; Talley et al., 2005; Longstreth, 2006).
Penegakan pendekatan diagnosis perlu dan sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut
bertujuan agar keluhan dyspepsia dan penyebab-nya dapat diatasi. pendekatan diagnostik harus
dilakukan secara akurat melalui (Djojoningrat, 2006; Grace, 2006; Tian, et all., 2009) :
- Anamnesis yang akurat untuk memperoleh gambaran keluhan yang terjadi, karakteristik
terjadi “alarm symptoms” yaitu : penurunan berat badan, anemia, muntah berat, adanya
PENUTUP
kesan
Kelompok tutorial 12 telah melaksanakan kegiatan PPK (Program Pengenalan Klinik) dengan
sebaik-baiknya pada hari kamis tanggal 22 april 2010 di Puskesmas Sleman. Kegiatan ini merupakan
salah satu penilaian yang dilakukan tim blok Nutrisi dan Sistema Digestiva kepada seluruh mahasiswa/i
fakultas kedokteran angkatan 2008 dan sekaligus merupakan inti dari PBL (Problem Base Learning)
yang merupakan kurikulum FKUII. Secara formal PPK memiliki hal yang positif dalam memperoleh
pengetahuan. Kami kelompok 1 dari tutorial 12 sangat setuju dengan diadakannya PPK di setiap blok .
Saran
PPK (Program Pengenalan Klinik) adalah salah satu objek yang dapat membawa mahasiswa/i
FKUII untuk mengetahui dan mempelajari contoh-contoh kasus yang berada di Rumah Sakit dan
Puskesmas. Salah satu kompetensi dokter adalah wajib hukumnya untuk belajar secara teori dan secara
praktek. Maka kami meminta kepada pihak fakultas untuk :
• Tidak menghapus PPK.
• Selain PPK dilaksanakan puskesmas, kami juga meminta agar PPK dilaksanakan di Rumah
Sakit.
Semoga FK UII dapat melahirkan dokter-dokter yang bermafaat, semoga staf keryawa/i, tutor-tutor,
dekan, wakil dekan dosen-dosen FK UII mendapatkan pahala atas ilmu & usaha yang telah diberikan
kepada kami
Daftar pustaka
- Djojoningrat Dharmika. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid. I. FK UI:
Jakarta. (287;290).
- Gilman & Goodman. 2007. Dasar Farmakologi dan Terapi. ed.10st. vol.2 EGC: Jakarta.
- Grace & Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Ed.3. Erlangga: Jakarta.
Milwaukee, Wisconsin. 2005. Practice Guidelines Guidelines for the Management of Dyspepsia
American Journal of Gastroenterology, jurrnal diakses dari www.amj.com Pada tanggal 24-april-
2010 (2324;2337)
- Tian Xiao-Ping, Ying Li, Fan-Rong Liang, Guo-Jie Sun, Jie Yan, Xiao-Rong Chang, Ting-
Ting Ma, Shu-Yuan Yu, Xu-Guang Yang. 2009. Translation and validation of the Nepean
Dyspepsia Index for functional dyspepsia in China, jurnal diakses dari www.wjg.com pada tanggal
24-april-2010 (3173;3177).
- Tjay & Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
- Mari-Ann Wallandera Mari-Ann , Saga Johanssona, Ana Ruigo´mezd, Luis Alberto Garcı´a
Rodrı´guezd and Roger Jonese. 2007. Dyspepsia in General Practice: Incidence, Risk Factors,
- Holtmann Gerald, M.D., Nicholas J. Talley, M.D., Ph.D., Tobias Liebregts, M.D., Birgit
Adam, M.D., and Christopher Parow, M.D. 2006. A Placebo-Controlled Trial of Itopride in
Functional Dyspepsia, jurnal di akses dari www.NEJM.com, pada tanggal 24-april 2010 (832;840)
- Kolk Helgi. 2004. Evaluation of Symptom Presentation in Dyspeptic Patients Referred for
Upper Gastrointestinal Endoscopy in Estonia Helgi, jurnal di akses dari www.cmj.com pada