Anda di halaman 1dari 63

ANESTESI SPINAL PADA NON

UNION LEFT DISTAL TIBIA FIBULA

HABU JOHN KOCU

DOKTER PEMBIMBING:
DR. DUMA SIAHAAN, SP.AN. KIC
PENDAHULUAN

• Anestesi- suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika


melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada
• Digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr-
1846
• Anestesiologi adalah ilmu kedokteran yang pada awalnya
berprofesi menghilangkan nyeri dan rumatan pasien
sebelum, selama, dan sesudah pembedahan
General Anestesi  hilang rasa sakit
disertai hilang kesadaran
Regional Anestesi  hilang rasa sakit tanpa
disertai hilang kesadaran

1. GENERAL ANESTESI

General Anestesi
Intravena

General Anestesi Inhalasi


TRIAS ANESTESI

Efek hipnosis Diperoleh dengan mempergunakan obat


hipnotikum atau obat anestesi umum
yang lain

obat analgetik opiat atau obat general


Efek analgesia anestesi atau dengan cara analgesia
regional

obat pelumpuh otot atau general


Efek relaksasi anestesi, atau dengan cara analgesia
regional
REGIONAL ANESTESI

 Penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat


hantaran saraf sensorik, sehingga konduksi impuls nyeri dari
suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible)
 Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya
dan penderita tetap sadar
 Di Indonesia paling sering digunakan: lidokain dan
bupivakain
KLASIFIKASI REGIONAL ANESTESI

Blok Saraf Tepi


• Topical
• Infiltrasi
• Regional IV
• Nerve Block
Blok Sentral Neuraxial
• Spinal / Sub Arachnoid Block
• Epidural
SPINAL ANESTESIA

Penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang

subaraknoid

Indikasi:

• Bedah ekstremitas bawah

• Panggul

• sekitar rectum-perineum

• obstetric ginekologi urologi

• abdomen bawah
KONTRAINDIKASI
KI absolut relatif
Menolak Infeksi sistemik/ sepsis
Infeksi di tempat suntikan Infeksi di sekitar tempat
suntikan

Hipovolemi/ syok Kelainan neurologis


Terapi Kelainan psikis
antikoagulan/koagulopati

TIK meningkat Bedah lama


Fasilitasi resusitasi minim Penyakit jantung
Tanpa konsultan Nyeri punggung kronis
Penilain PS ASA
ASA I : Pasien tanpa gangguan organik, fisiologik, biokemik maupun
psikiatrik. Proses patologis yang akan dilakukan operasi terbatas
lokalisasinya dan tidak akan menyebabkan gangguan sistemik
ASA II : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang, yang
disebabkan baik oleh keadaan yang harus diobati dengan jalan
pembedahan maupun oleh proses patofisiologis

ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik yang berat, apapun penyebabnya,
namun tidak mengancam nyawa
ASA IV : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, yang
tidak selalu dapat dikoreksi dengan pembedahan. Contoh pasien
dengan dekompensasi jantung

ASA V : Pasien yang hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk hidup


 
PERSIAPAN DAN PERLENGKAPAN

Persiapan
 Lihat daerah sekitar tempat yg akan di suntik
 Inform consent
 PF
 Lab

Perlengkapan:
 Peralatan monitor ttv, EKG
 Peralatan resusitasi
 Jarum spinal
 Obat Anestesi Lokal
TEKNIK ANESTESI

• Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik tertinggi krista


iliaka kanan dan kiri memotong garis tengah punggung
setinggi L4-5
• Palpasi : untuk mengenali ruang antara vertebrae L2-3, L3-4,
L4-5 dan L5-S1
• Posisi
­ pasien : duduk atau berbaring lateral dengan
punggung fleksi maksimal
• Setelah tindakan antisepsis kulit daerah punggung pasien dan
menggunakan sarung tangan steril
• dilakukan dengan menyuntikan jarum lumbal pada bidang pada ruang
antar vertebrae lumbalis yang sudah ditentukan
• Setelah stilet dicabut, cairan cerebrospinal akan menetes, selanjutnya
masukkan obat analgetik lokal ruang subarachnoid tersebut
• Lalu cabut jarum lumbal, tutup daerah penyuntikan lalu kembalikan
pasien ke posisi semula
KOMPLIKASI SPINAL ANALGESIA

Komplikasi Dini Komplikasi Lanjut


Tekanan darah turun  Gangguan sirkulasi
Bradikardi  Gangguan respirasi
Mual dan muntah  Gangguan traktus gastrointestinal
Syok  Post spinal headache
Total spinal block  Gangguan traktus urogenital
Spinal headache  Gangguan syaraf
Retensi urine
Level Ketinggian Blok Segmen Untuk Operasi
Tempat Operasi Level Blok
Ekstremitas Bawah T-12
Panggul T-10
Vagina, Uterus T-10
Vesica urinaria, Prostat T-10
Testis, Ovarium T-8
Intraabdomen bagian bawah T-6
Bagian intraabdomen lain T-4
OBAT-OBATAN ANESTESI

Dua jenis golongan obat 2. Amide


- Dibucain
anestesi lokal yaitu:
- lidocain
1. Ester - mepivacain
- cocain
- prilocain
- procain - bupivacain
- chloroprocain - etidocain
- tetracain - ropivacain
Anestetik lokal Berat jenis Sifat Dosis

Lidokain(Xyloka
1.006 Isobarik 20-100mg(2-
in, Lignokain)
1.033 Hiperbarik 5ml)
2% plain
 Anestesi lokal untuk anestesi spinal 20-50 mg(1-2ml)
5% dalam
Dekstrosa 7.5%

Bupivakain(Mar
1.005 Isobarik 5-20mg(1-4ml)
kain)
1.027 Hiperbarik 5-15 mg(1-3 ml)
0,5% dalam air
0,5% dalam
Dekstrose 8,25%
Bunascan(Bupivacaine)

• Indikasi: anestesi spinal untuk operasi abdomen,


urologi dan tungkai bawah.

• Anestesi spinal pada orang dewasa7,5- 20 mg

• Perhatian: gangguan fungsi ginjal, hati dan


kardiovaskular
EFEK SAMPING

• 1. Sstemik
Biasanya berkaitan dengan sistem saraf pusat dan
kardiovaskular seperti hipoventilasi atau apneu, hipotensi
dan henti jantung
2. SSP
Gelisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat terjadi
penglihatan kabur atau tremor, kemungkinan mengarah
pada kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti rasa
mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas.
Odansentron

• Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat


kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat
aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan terjadinya
refleks muntah-mencegah mual dan muntah pasca operatif

• Efek samping: sakit kepala, rasa panas, hangat pada kepala


dan epigastrium,konstipasi, reaksi hipersensitivitas,
penglihatan kabur, pusing
 LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
• Nama : Tn. P
• Usia : 21 tahun
• Jenis kelamin : Pria
• Alamat : Waena
• Pekerjaan :-
• Pendidikan : Mahasiswa
• No. RM : 45 89 07
• Tanggal Operasi : 25 Januari 2019
Anamnesis

Keluhan utama :  nyeri kaki kiri sejak 7 hari SMRS

RPS: Pasien datang ke polik orthopedi dengan keluhan,


nyeri pada tungkai kiri bawah kurang lebih sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan di
tempat operasi,
• Pasien mengaku merasa nyeri ketika kaki pasien
digerakan. Pasien sebelumnya sudah pernah operasi
1 tahun yang lalu, pemasangan pen karena patah
tulang akibat kecelakaan lalulintas, namun setelah
operasi,
pasien jarang kontrol ke rumah sakit dan pasien pasien

memakasa berakrtiftas tanpa menggunakan tongkat.

Setelah seminngu SMRS, pasien mulai merasa nyeri

didaerah operasi sehingga pasien memutuskan untuk

datang kontrol ke polik orto. Demam (-), batuk (-),

makan/minum baik, BAB/BAK baik


Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat asma : disangkal


• Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
• Riwayat kencing manis : disangkal
• Riwayat alergi makanan dan obat: disangkal
• Riwayat penyakit kuning : disangkal
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini. Riwayat
hipertensi, DM, dan asma pada keluarga disangkal.
 
• Riwayat Anestesi dan Operasi
• OREF 2018

• Riwayat Kebiasaan
• OS tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak
menggunakan obat-obatan terlarang golongan narkotik.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda vital
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 76x/menit
• Suhu : 36,6o C
• Pernapasan : 18x/menit
• Berat badan : 60 Kg
• ASA : I
• Kepala :Normochepali, tidak terdapat benjolan,rambut
berwarna hitam dengan distribusi merata
• Leher :Tidak teraba benjolan pada kelenjar tiroid

• Thorax
• Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavikularis sinistra
• Perkusi : Pekak
• Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru

• Inspeksi : gerak dinding dada simetris

• Palpasi : vocal fremitus simetris

• Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

• Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-),


wheezing (-/-)
Abdomen

• Inspeksi : datar

• Auskultasi : bising usus (+)

• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak


teraba

• Perkusi : timpani

• Extremitas : teraba hangat pada keempat extremitas,


udem (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium:

Nilai Didapat Nilai Rujukan

Hemoglobin 14,0 13.0-18.0 g/dL

Hematokrit 34,7 40-50%

Eritrosit 4,30 3.87-5.39 juta/uL

Leukosit 8600 4,000-10,000 mm3

Trombosit 314.000 150000-450000 mm3

PT/APTT 10,78/23,5 <5menit/<15 menit

GDS 86 < 140 mg/dL


• Status Fisik (ASA) : ASA 1

• Diagnosis Kerja : Non Union left Distal Tibia


Fibula

• Rencana Tindakan Bedah : ORIF tibia fibula sinistra

• Rencana Tindakan Anestesi : RA (Regional Anestesi)


PRE OPERATIF

Anamnesis:

A: Tidak ada riwayt alergi obat-obatan dan makanan.

M: Telah mendapat pengobatan ceftriaxone inj 1 gr

sebelum operasi.

P : Riwayat DM (-), asma (-), hipertensi (-)

L : Puasa mulai 8 jam sebelum operasi.

E. : Kaki kiri bawah terasa nyeri dan sulit untuk


digerakkan.
Pemeriksaan fisik
• Airway clear, nafas spontan, tidak ada ronkhi, tidak
ada wheezing
• Mallampati 1
• Leher ekstensi maksimal
• Buka mulut > 2 jari
• Tidak ada gigi goyang, tidak ada gigi palsu
• Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 86 kali/menit
Frekuensi nafas :19 kali/menit
Suhu : 36,5 ° C
KONSUL TERKAIT

• Advice : Pasien dengan PS ASA I.


• Inform consent (+)
• Pasang IV line 1 jalur
• Pasien mulai puasa jam 24.00 wit
• Siap Whole Blood 1-2 bag
PERSIAPAN ANESTESI
Hari/Tanggal : 25 Januari 2019
Persiapan
: Inform consent (+), SIO (+), puasa (+)
Operasi
Makan/Minum
: 8 jam sebelum operasi
Terakhir
BB/TB : 60 Kg/163 cm
TTV di Ruang
Operasi Tekanan darah:120/70 mmHg; nadi: 92x/m, reguler, kuat angkat,
:
(25-01-2019, respirasi: 20x / menit; suhu badan:36,7oC
09.47 WIT)
SpO2 : 99%
Diagnosa Pra
: Non Union Tibia fibula Sinistra
Bedah
Indikasi Pra
: Non Union
Bedah
Airway:
Terasa hembusan nafas pasien di pipi
Feel :
pemeriksa.
Terdengar hembusan napas pasien,
Listen :
Pasien bicara spontan.
Breathing:
B1 : Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela
Inspeksi :
iga (-), frekuensi napas: 20 kali/menit
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru

Suara nafas vesikuler (+/+), suara rhonki


Auskultasi
: (-/-),
 
suara wheezing (-/-).

Akral: teraba hangat, kering, Capillary Refill


Time< 2”, TD:120/70 mmHg, Nadi: 92x/m,
Perfusi : reguler, kuat angkat
Akral: teraba hangat, kering, Capillary Refill Time< 2”, TD:120/70
Perfusi :
mmHg, Nadi: 92x/m, reguler, kuat angkat
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
B2 :
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm medial dari linea midklavikular sinistra

Perkusi : Pekak
Auskultas
: Bunyi jantung I-II, regular, murmur (-), gallop (-)
i

Compos Mentis, GCS:E4V5M6 = 15,


  Riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-),
B3 : Kesadaran : Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),
  Pupil: bulat, isokor, ϴ ODS 3 mm,
refleks cahaya (+/+)
B4 : Terpasang DC, produksi urin pre operasi 200 cc, warna kuning
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+), normal
B5 :
Palpasi : Supel, Nyeri tekan tidak ada, hepar lien tidak teraba
Perkusi : Tympani

B6 : Tampak deformitas dan terpasang external fixation pada tungkai bawah kiri, pergerakan terbatas.

Medikasi Pra
• Teknik anestesi:
• Pasien dalam posisi duduk dan kepala menunduk
• Tindakan asepsis dan antisepsis di daerah vertebrae
lumbal 3-4 dan sekitarnya
• Dilakukan subarachnoid block dengan
menggunakan jarum spinal no. 27 G pada L3-4, LCS
(+) jernih, blood (-)
• Masukkan obat anastesi lokal Bupivacain
• Baringkan pasien
•Pemantauan:
Anestesi mulai jam: 09.47
Operasi mulai jam: 10.15
Operasi selesai jam: 12.45
Tekanan darah dan denyut nadi selama operasi:
Jam Tekanan Darah (mmHg) Nadi (x/menit) Respirasi SPO2

09.35 130/75 65 20 98%

10.00 132/74 66 20 98%

10.30 132/75 72 21 97%

11.00 129/73 67 20 98%

11.15 135/67 60 22 98%

11.40 138/68 60 20 98%

12.30 128/71 60 20 99%

12.40 128/67 62 21 99%

12.45 128/68 62 20 99%


INTRA OPERATIF
• Monitor ttv
• Obat yang digunakan:
• Inj. Ranitidin 1 amp
• Inj. Antrain 1 amp
• Inj. Odansteron 1 amp
• Oksigen canul 2 lpm
TERAPI CAIRAN INTRA OP

• BB : 60 Kg
• Estimate Blood Volume (EBV) : 70cc/KgBB x 60 Kg
= 4200 cc
• Estimate Blood Loss (EBL) : 10% = 420 cc
• Jumlah perdarahan saat operasi: 715 cc
• Cairan yang diberikan:
• IVFD RL 1000 cc
• NaCl 0,9% 500 cc
• Gelofusal 500 cc
• Transfuse WB 610 cc ( 2 kantong WB)
LAPORAN DURANTE OP
Ahli Anestesiologi dr. Albinus Cobis, Sp.An. M.Kes
Ahli Bedah dr. Mervin Jakamilirena, Sp.OT
Jenis Pembedahan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) tibia fibula S
Jenis Anestesi Anestesi Regional - Anestesi Sub Arachnoid Block
(SAB)
Anestesi dengan Bupivacaine HCL 0,5% 12,5 mg
Teknik Anestesi Pasien duduk tegak di meja operasi dan kepala
menunduk, identifikasi vertebra lumbal 3-4,
dilakukan desinfeksi di daerah lumbal dengan
betadine lalu alkohol, kemudian jarum spinocain No.
27 ditusukkan diantara L3-L4, cairan serebrospinal
(+), darah (-), kemudian dilakukan blok subarachnoid
(injeksi Bupivacaine HCL 0,5% 12,5 mg), kemudian
pasien dibaringkan.
Pernafasan Respirasi spontan dengan O2 nasal 2-3 liter per menit
Posisi Supine
Posisi Supine
Infus Pada tangan kiri terpasang IV line abocath 18 G dengan cairan
Ringer Laktat 500 cc
Penyulit Pembedahan -
Obat yang digunakan
Premedikasi : (-)
Induksi dan maintenance : Bupivakain HCL 0,5% (12,5 mg), dilakukan blok pada jam:
09.47 WIT
Pengakhiran Anestesi : (-)
Medikasi Durante Operasi - Inj. Ranitidin 1 ampul
- Inj. Ondancentron 1 ampul
- Inj. Antrain 1 ampul
Urine Preop 200 cc
Urine post Op 120 cc
Perdarahan 715 cc
Tanda-tanda vital pada akhir TD: 120/80 mmHg, Nadi : 94x/m, reguler, kuat angkat, SpO2:
pembedahan 100%
 POST OPERATIF

• Keluhan pasien : tidak ada mual, tidak ada muntah


• Aldrete score:
Kesadaran : 2
Respirasi : 2
Sirkulasi : 2
Warna kulit : 2
Aktivitas : 1
• Tekanan darah ( 120/75 mmHg), CRT (< 2 detik ),
nadi (80 x/menit) saturasi oksigen 98%
• urin warna kuning jernih

• Terapi pasca bedah:


• Infus RL 20 tts/menit
• inj. Ketorolak/ 8 jam
• Ranitidin 50 mg/8 jam
• Hypobag 300 mg
PEMBAHASAN KASUS
• Pemelihan Jenis Anestesi
• Spinal Anestesi atau Subarachnoid Block (SAB) adalah salah satu
teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara menyuntikan
obat anestesi local ke dalam ruang subarachnoid untuk mendapatkan
analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka
• Pada pasien tersebut, jenis anestesi yang digunakan adalah Reginonal
Anestesi dengan teknik SAB
• Dasar dasar dari pemilihan jenis anestesi SAB pada pasien ini adalah:
karena operasi yang dilakukan merupakan salah satu indikasi dimana
lokasi berada pada regio Cruris sinistra yang persyarafannya berada
lebih rendah dari T4
PENENTUAN PS ASA

• Pasien ini tergolong dalam ASA I


• Dari Anamnesa, pemeriksaan fisik dan pereiksaan
penunjang tidak didapatkan adanya gangguan organik,
fisiologik, biokemik maupun psikiatrik
• Kemudian daerah patologis yang akan dilakukan operasi
juga terbatas lokalisasinya dan tidak akan menyebabkan
gangguan sistemik sehingga, penentuan PS ASA pada
pasien ini sesuai dengan teori
PENENTUAN JENIS OBAT ANESTESI YANG
DIPILIH

• Pada pasien digunakan obat anestesi golongan amide


yaitu bupivakain, Berdasarkan teori Lebih kuat dan lama
kerjanya 2 – 3 x lebih lama dibanding lidokain atau
mepivakain
• Onset anesthesi lebih lambat dibanding lidokain, ikatan
dengan HCl mudah larut dalam air, pada konsentrasi
rendah blok motorik kurang adekuat
• Pada pasien digunakan Bupivakain 0,5% dengan dosis
12,5 mg dengan durasi pembedahan ±3 jam
TERAPI CAIRAN DAN RESUSITASI CAIRAN

• Jenis operasi pada pasien ini tergolong dalam operasi


berat, dimana daerah yang dioperasi adalah region
cruris yang memiliki vaskularisasi yang padat
sehingga kemungkinan jumlah perdarahan yang akan
terjadi banyak
• Kebutuhan cairan pre-operatif bertujuan untuk
menggantikan kehilangan cairan selama puasa dan
untuk memenuhi kebutuhan maintenance-nya
Cairan yang Dibutuhkan Aktual  
BB: 60 Kg
Maintenance : Input:
Kebutuan cairan: 2400-3000 cc/ hari RL: 500
Jadi, total = 100 cc – 125 cc/jam
Replacement : cc
Kebutuhan cairan untuk pengganti 8 jam
puasa  Output:
100 cc x 8 jam = 800 cc
125 cc x 8 jam = 1000 cc - Urine :
jadi, total = 800 cc – 1000 cc ± 200cc
Sebelum operasi pasien diberikan resusitasi
Cairan RL 500 cc  
• Pasien diberikan infus dengan cairan ringer laktat 500 cc
untuk menunjang kebutuhan cairan pasien selama puasa
sebelum operasi
• Dari perhitungan kebutuhan penggantian cairan selama
puasa pasien ini membutuhkan 800-1000 cc RL, pada
pasien ini diberikan RL 500 cc dan kebutuhan cairan
belum mendekati cukup.
RESUSITASI CAIRAN DURANTE OPERASI

Pengantian kehilangan cairan menurut jenis operasi :


• Operasi kecil : 4-6 ml x BB/ jam
• Operasi sedang : 6 – 8 ml x BB/jam
• Operasi besar : 8 – 10 ml x BB/jam
Pada kasus ini, pasien tergolong dalam jenis
Operasi sedang
• 6x 60= 360 cc hingga 8 x 60 = 480 cc/jam 
• Selama 3 jam operasi, jumblah maintenance cairan yang
dibutuhkan adalah
• 1080 cc-1440 cc / 3 jam
placment :
• Resusitasi Perdarahan selama operasi
• Estimate Blood Volume (EBV): 70 cc / KgBB x BB = 70 cc/KgBB x 60
Kg = 4200 cc
Estimate Blood Loss (EBL):
• 10 % EBV = 420 cc
• 20% EBV = 840 cc
• 30% EBV =1260 cc
• 40% EBV = 1680 cc
• 50% EBV =2100 cc
Perdarahan 715 cc 15% termasuk dalam perdarahan kelas I,
dapat diganti dengan :
 Kristaloid 2-4 x EBL : (2 x 715 cc) s/d (4 x 715 cc) = 1430 cc s/d
2860 cc
 Koloid 1 x EBL
 (1 x 715 cc) = 715 cc

• Real: Penggantian perdarahan pada pasien:


- Kristaloid: 1500cc 1500 (Kristaloid)+500 (koloid) + 610
- Koloid 500 cc (WB), - 715 cc (perdarahan) = 1895 cc

- Tranfusi WB 610

Cairan yang diberikan ini sudah cukup untuk menggantikan prediksi kehilangan
 TERAPI CAIRAN POST OP
Post 25.Januari 2019 (12.35 – 08.00) (20 jam) Input :
Operasi 26.Maintenance
= BB x Kebutuhan cairan/ jam x 20 jam Volume
= 100-125 cc/jam x 20jam = 2000 – 2500 cc cairan :
Elektrolit :
RL: 500 cc/6
- Natrium : 2-4 mEq/kgBB/hari = 120 – 240 mEq/24 jam
Kalium : 1-3 mEq/kgBB/hari = 60 – 180 mEq/24 jam jam
-
- Kalori : 25-30 mg/kgBB/hari = 1500-1800 kkal/24 jam
- Asam Amino : 1-2 mg/kgBB/hari = 120-240 mg/hari
KESIMPULAN

• Pasien diklasifikasikan ke dalam PS ASA I berdasarkan:


Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
tidak ditemukan adanya kelainan sistemik, psikis dan factor
risiko yang dapat memperberat keadaan pasien saat tindakan
pembedahan tersebut
• Penentuan jenis anastesi pada pasien sudah tepat karena
penentuan jenis anastesi dengan mempetimbangkan
keselamatan pasien dan sesuai dengan indikasi pada teknik
Anestesi tersebut
• Obat anastesi pada pasien juga sudah tepat karena obat anastesi
golongan amide yaitu bupivakain berdasarkan teori lebih kuat
dan lama kerjanya 2-3 kali lebih lama dibandingkan lidokain
atau mepivakain
• Critical point pada pasien ini adalah Kehilangan cairan
akibat puasa dan perdarahan 15% saat pembedahan,
sehingga dilakukan tindakan resusitasi cairan yang dihitung
berdasarkan teori dan terapi pada kondisi pasien terdapat
perbedaan dalam pemberian cairan resusitasi dengan
jumblah perdarahan
• pengamat tidak mampu dalam perhitungan jumlah
perdarahan
• jumblah perdarahan diatas 30% sehingga pasien tersebut
diberkan transfusi WB sebanyak 610 cc
Saran
• Untuk kedepannya, sangat penting dalam
mengevaluasi jumblah perdarahan dan harus
belajar dalam menghitung jublah perdarahan
saat operasi, agar lebih baik dan lebih teliti
untuk mencapai penentuan resusitasi cairan
yang tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai