SURAKARTA 2018 Appendisitis • Definisi • Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis • Etiologi • Disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi • Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith • Penyebab lain : • Hiperplasia folikel lymphoid • Carcinoid atau tumor lainnya • Benda asing (pin, biji-bijian) • Kadang parasit Spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob ● Escherichia coli ● Bacteroides fragilis ● Viridans streptococci ● Peptostreptococcus micros ● Pseudomonas aeruginosa ● Bilophila species ● Enterococcus ● Lactobacillus species Klasifikasi • Appendicitis akut • Gejala khas : radang mendadak pada appendik • Nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri fiseral daerah epigastrium sekitar umbilikus • Mual muntah nafsu makan turun • Appendicitis kronis • Dx ditegakan jika nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu Anamnesis • Px Fisik • KU • TTV • Px Penunjang • Laboratorium (leukositosis, bakteri pada urin) • Radiologi (eksaserbasi akut, MC Burney struktur ECO kasar, tak homogen dengan appendik menebal) • USG (jika px fisik ragu terutama pada wanita bila dicurigai adanya abses) Komplikasi • Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis • Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua • Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua Jenis komplikasi • Abses • peradangan appendiks yang berisi pus • Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis • Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus • Perforasi • pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut • Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50 C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN) • Peritonitis • peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis • Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum General Anestesi • Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible • Tujuan anestesi umum • hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi otonom • Syarat • Memberi induksi yang halus dan cepat. • Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons • Timbulkan keadaan amnesia • Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan. • Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk tindakan operasi. • Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak menimbulkan ESO yang berlangsung lama Kontraindikasi • Mutlak • dekompresi kordis derajat III – IV • AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P) • Relatif • hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110) • DM tak terkontrol • infeksi akut • sepsis Komplikasi • hipotensi dimana tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg atau turun 25 % dari sebelumnya • Hipertensi pada periode induksi dan pemulihan anestesi • pada penyakit jantung dapat menyebabkan iskemik atau infark • Komplikasi lain berupa gelisah setelah anestesi, tidak sadar , hipersensitifitas ataupun adanya peningkatan suhu tubuh Persiapan Anestesi • Persiapan fisik • Memilih obat anestesi yang sesuai • Menentukan status fisik dengan klarifikasi ASA The American Society Of Anesthesiologist (ASA) • ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat. • ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit lain. • ASA III: Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diakibatkan karena berbagai penyebab. • ASA IV: Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam kehidupannya. • ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak Stadium Anestesi • Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran • Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+), pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya reflekss menelan dan kelopak mata • Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya pernapasan spontan • Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal TANDA REFLEKS PADA MATA • Refleks pupil • Refleks bulu mata • Refleks kelopak mata • Refleks cahaya TEKNIK ANESTESI UMUM • Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan • Indikasi : • Tindakan singkat ( ½ - 1 jam) • Keadaan umum baik (ASA I – II) • Lambung harus kosong • Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan • memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal tube) kedalam trakea via oral atau nasal • Indikasi : operasi lama, sulit mempertahankan airway • Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol) • Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12 - 20 x permenit Pre Medikasi • Pemberian obat sebelum anestesi diberikan untuk memberikan rasa nyaman, mencegah muntah, memperlancar induksi, memberikan anelgesi • Gol. Antikolinergik: Atropin • mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah, melemaskan tonus otot polos organ – organ dan menurunkan spasme gastrointestinal • Dosis 0,4 – 0,6 mg IM bekerja setelah 10 – 15 menit • Gol. Hipnotik – sedative: Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital) • sedasi dan mengurangi kekhawatiran sebelum operasi • Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB • Gol. Analgetik narkotik: Morfin • mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi • Dosis premedikasi dewasa 10 – 20 mg • Pethidin • menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos • Dosis premedikasi dewasa 25 – 100 mg IV • Gol. Transquilizer: Diazepam (Valium) • Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik • Dosis premedikasi dewasa 0,2 mg/kgBB IM Aldrete Score • Nilai Warna • Kesadaran • Merah muda, 2 • Sadar, siaga dan orientasi, 2 • Pucat, 1 • Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 • Sianosis, 0 • Tidak berespons, 0 • Pernapasan • Aktivitas • Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 • Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2 • Dangkal namun pertukaran udara adekuat, • Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 1 • Tidak bergerak, 0 • Apnoea atau obstruksi, 0 • Sirkulasi • Tekanan darah menyimpang <20% dari Jika jumlahnya > 8, penderita dapat normal, 2 dipindahkan ke ruangan • Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1 • Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0 STATUS PASIEN • Identitas • Nama : Sdr RAM • Jenis kelamin : Laki-laki • Usia : 19 tahun • Alamat : Pati • BB : 73 kg • TB : 167 cm • Diagnosa : Appendicitis • Tindakan operasi : Appendictomy • Jenis anestesi : General Anestesi • Tanggal operasi : 8 Oktober 2018 • Anamnesis • Keluhan utama Nyeri di perut • Riwayat penyakit sekarang Seorang laki-laki,dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu dan 1 minggu terakir keluhan disertai mual, muntah, lemes, BAB cair 1x dan nafsu makan menurun. Kemudian pasien dibawa datang ke RS PKU Muhammadiyah Surakarta. • Riwayat penyakit dahulu Disangkal • Riwayat penyakit keluarga Disangkal • Pemeriksaan fisik • KU : tampak sakit sedang, compos mentis • Vital Sign : TD : 140/70 mmHg RR : 18x/menit HR : 100x/menit Suhu : 36,50C • Airway/Respirasi : Airway clear, BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-, Gigi palsu (-), Gigi goyang (-) • Sirkulasi : Akral hangat, Konjungtiva anemis -/-, BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-), Hipertensi (-) • Saraf : GCS E4M6V5, Kesadaran kompos mentis, Pupil isokor 3mm/3mm, Refleks cahaya +/+ • GIT : Mual (+), Muntah (+), Maag disangkal, BAB cair (diare 1 x) • Renal : BAK tidak ada keluhan, Nyeri ketok CVA -/- • Metabolik : DM disangkal • Hati : Ikterik, Hepatitis disangkal Pemeriksaan penunjang LABORATORIUM • Golongan Darah :B • Hb : 15,8 g/dl • Rhesus : Positif • Leukosit : 8,30 ribu/ul • Masa perdarahan : 12,9 detik • Hematokrit : 49,2 % • Masa pembekuan : 24,5 detik • Trombosit : 226 ribu/ul • SGOT : 21 U/L • Eritrosit : 5,75 juta/ul • SGPT : 31 U/L • Neutrofil : 56,4 % • Ureum : 24 mg/dl • Limfosit : 38,3 % • Creatinin : 1,00 mg/dl • Monosit : 5,3 % • GDS : 80,6 mg/dl • MCV : 85,7 fL • MCH : 27,4 pg • MCHC : 32,1 g/dL • MPV : 8,5 fL • HbsAg : 0,00 (Non Reaktif) RADIOLOGI • Appendicitis kronis dengan eksaserbasi akut • Pankreas tidak ada masa • MC Burney struktur ECO kasar, tidak homogen dengan appendic menebal • Status ASA-2 • Diagnosis Appendicitis • Tatalaksana anestesi General Anestesi Tatalaksana Anestesi • Persiapan Pre-operasi • Cek surat persetujuan operasi dan anestesi • O2 3 lpm • N2O 2 lpm • Isofluranse 3 vol% • IVFD 1 line : RL + Petidine 150 mg • Premedikasi: • Recofol 100 mg • Notrixum 25 mg • Fentanyl 40 mg Di kamar operasi • Scope : Stetoskop, Laringoskop • Tubes : ETT (cuffed) size 6 kink, fix di tepi bibir • Airway : Oropharyngeal airway • Tape : Plester untuk fiksasi • Introducer : Untuk memandu agar pipa ETT mudah dimasukkan • Connector : Penyambung antara ETT dan alat anestesi • Suction : Memastikan tidak ada kerusakan pada alat suction •Medikasi •Recofol 100 mg •Fentanyl 40 mcg •Atracurium 30 mg •Ondansetron 4 mg •Ketorolac 30 mg • Langkah Tindakan Anestesi • Persiapan alat : • Menyiapkan meja operasi dan aksesorisnya • Menyiapkan mesin dan alat anestesi • Menyiapkan komponen STATICS • Menyiapkan obat-obat anestesia yang diperlukan • Menyiapkan obat-obat resusitasi; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat, dll • Menyiapkan tiang infus, cairan infus, plester, dll • 12.00 pasien masuk kamar operasi • 12.24 dilakukan tindakan general anestesi sesuai prosedur • Cuff dipasang dan dilakukan bantuan nafas dengan bagging • Dilakukan intubasi endotrakeal dengan ETT nomor 6. • Dilakukan tindakan operasi • Monitoring TTV per 15 menit Pemeriksaan Fisik Post Operasi • B1 : Airway paten (ekstubasi), napas spontan, RR 18 x/menit, Rh (-), Wh (-) • B2 : Akral hangat,nadi 88 x/menit, reguler, kuat angkat, TD 120/80 mmHg, CRT< 2”, BJ I&II regular, murmur (-), gallop (+) • B3 : Kontak (+), compos mentis • B4 : Terpasang kateter, urin (+) 350cc warna kuning jernih • B5 : BU (+), luka operasi bersih • B6 : Mobilitas (+), mampu menggerakkan kedua ekstremitas atas, sedangkan ekstremitas bawah masih belum bisa digerakkan, edema (-), sianosis (-), anemis(-), ikterik (-), CRT<2detik Post Operasi • Bila kesakitan : Ketorolac 30 mg i.v • Bila mual/muntah: Ondansetron 8 mg i.v • Antibiotik : RL + Petidine 150 mg 24tpm • Obat-obatan lain : sesuai instruksi operator (DPJP) • Infus : RL /24tpm • Makan/minum : bertahap bila pasien sadar penuh, bising usus (+) • Monitoring : tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan tiap 15 menit selama 2 jam Monitoring cairan yang masuk dan keluar • Cairan Masuk • Pre operasi : RL 200 ml • Durante Operasi : RL 550 ml • Cairan Keluar • Pre operasi : 100 ml • Durante operasi • Perdarahan : ±10 ml • Urin : 50 ml PEMBAHASAN Pre Operasi • Diagnosa appendicitis dilakukan appendictomy • TD : 140/70 • HR : 85 x/mnt • SpO2 : 100% Durante Operasi • Diputuskan general anestesi dengan indikasi pasien dalam keadaan amnesia • Induksi anestesi dengan Recofol (Propofol) 100 mg • Notrixum 25 ml • Fentanyl 40 mg • Beaging dengan ceff untuk membantu pernafasan pasien • dilakukan pemeriksaan kesadaran dengan memeriksa reflek bulu mata • Dilakukan Laringoskopi dan intubasi endotrakeal dengan ETT nomor 6 • Diberikan oksigen 3 lpm, N2O 2 lpm, dan isoflurane 3% dialirkan melalui cuff untuk rumatan anestesi Post Operasi • Dipindahkan ke ruang pemulihan setelah dilakukan bantuan nafas dan mampu nafas dengan sepontan • Tanda vital pasien nadi : 85x/menit, TD : 120/70 mmHg, SpO2: 100% • Pasien diberikan oksigen nasal sebanyal 3 liter per menit • Skor aldrete pada saat pasien masuk ruang pulih sadar adalah 6 dengan rincian • warna kulit (2), • aktifitas motorik (1), • pernapasan (1), • tekanan darah (1), • kesadaran (1) • maka pasien tetap diistirahatkan di ruang pemulihan hingga mencapai skor >8 dan baru dapat dipindahkan ke bangsal Kesimpulan Pada kasus ini, pasien terdiagnosa Appendicitis. Dilakukan operasi appendictomy menggunakan general anestesi. Obat anastesi yang digunakan adalah Recofol (Propofol) 100 mg. Obat-obat yang diberikan selama anestesi berlangsung ondansetron 8 mg untuk mencegah terjadinya mual dan ketorolac 30 mg sebagai pereda nyeri. TERIMAKASIH