Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTESI PADA APPENDICTOMY

Husnul Fatah Noor Shulhaeni, S.Ked J 510185004


Daulani Mahar, S.Ked J510185132

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SURAKARTA
2018
Appendisitis
• Definisi
• Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis
• Etiologi
• Disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi
kongesti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi
• Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith
• Penyebab lain :
• Hiperplasia folikel lymphoid
• Carcinoid atau tumor lainnya
• Benda asing (pin, biji-bijian)
• Kadang parasit
Spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis
Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob
● Escherichia coli ● Bacteroides fragilis
● Viridans streptococci ● Peptostreptococcus micros
● Pseudomonas aeruginosa ● Bilophila species
● Enterococcus ● Lactobacillus species
Klasifikasi
• Appendicitis akut
• Gejala khas : radang mendadak pada appendik
• Nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri fiseral daerah epigastrium
sekitar umbilikus
• Mual muntah nafsu makan turun
• Appendicitis kronis
• Dx ditegakan jika nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu
Anamnesis
• Px Fisik
• KU
• TTV
• Px Penunjang
• Laboratorium (leukositosis, bakteri pada urin)
• Radiologi (eksaserbasi akut, MC Burney struktur ECO kasar, tak homogen
dengan appendik menebal)
• USG (jika px fisik ragu terutama pada wanita bila dicurigai adanya abses)
Komplikasi
• Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis
• Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%, paling sering pada anak kecil
dan orang tua
• Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75%
pada orang tua
Jenis komplikasi
• Abses
• peradangan appendiks yang berisi pus
• Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis
• Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung
pus
• Perforasi
• pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut
• Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50 C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN)
• Peritonitis
• peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk
akut maupun kronis
• Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum
General Anestesi
• Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible
• Tujuan anestesi umum
• hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi otonom
• Syarat
• Memberi induksi yang halus dan cepat.
• Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons
• Timbulkan keadaan amnesia
• Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan.
• Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk
tindakan operasi.
• Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak menimbulkan ESO yang
berlangsung lama
Kontraindikasi
• Mutlak
• dekompresi kordis derajat III – IV
• AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P)
• Relatif
• hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110)
• DM tak terkontrol
• infeksi akut
• sepsis
Komplikasi
• hipotensi dimana tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg atau turun 25
% dari sebelumnya
• Hipertensi pada periode induksi dan pemulihan anestesi
• pada penyakit jantung dapat menyebabkan iskemik atau infark
• Komplikasi lain berupa gelisah setelah anestesi, tidak sadar ,
hipersensitifitas ataupun adanya peningkatan suhu tubuh
Persiapan Anestesi
• Persiapan fisik
• Memilih obat anestesi yang sesuai
• Menentukan status fisik dengan klarifikasi ASA
The American Society Of Anesthesiologist
(ASA)
• ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
• ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang
baik karena penyakit bedah maupun penyakit lain.
• ASA III: Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan karena berbagai penyebab.
• ASA IV: Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya.
• ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak
Stadium Anestesi
• Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat
anestetik sampai hilangnya kesadaran
• Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai
dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya
(+), pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi
dan diakhiri dengan hilangnya reflekss menelan dan kelopak mata
• Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga
hilangnya pernapasan spontan
• Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan
segera diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien
meninggal
TANDA REFLEKS PADA MATA
• Refleks pupil
• Refleks bulu mata
• Refleks kelopak mata
• Refleks cahaya
TEKNIK ANESTESI UMUM
• Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan
• Indikasi :
• Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)
• Keadaan umum baik (ASA I – II)
• Lambung harus kosong
• Intubasi Endotrakeal dengan napas spontan
• memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakeal tube) kedalam trakea
via oral atau nasal
• Indikasi : operasi lama, sulit mempertahankan airway
• Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol)
• Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol
pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12 - 20 x permenit
Pre Medikasi
• Pemberian obat sebelum anestesi diberikan untuk memberikan rasa
nyaman, mencegah muntah, memperlancar induksi, memberikan anelgesi
• Gol. Antikolinergik: Atropin
• mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan muntah, melemaskan tonus
otot polos organ – organ dan menurunkan spasme gastrointestinal
• Dosis 0,4 – 0,6 mg IM bekerja setelah 10 – 15 menit
• Gol. Hipnotik – sedative: Barbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital)
• sedasi dan mengurangi kekhawatiran sebelum operasi
• Dosis dewasa 100 – 200 mg, pada bayi dan anak 3 – 5 mg/kgBB
• Gol. Analgetik narkotik: Morfin
• mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang operasi
• Dosis premedikasi dewasa 10 – 20 mg
• Pethidin
• menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos
• Dosis premedikasi dewasa 25 – 100 mg IV
• Gol. Transquilizer: Diazepam (Valium)
• Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik
• Dosis premedikasi dewasa 0,2 mg/kgBB IM
Aldrete Score
• Nilai Warna • Kesadaran
• Merah muda, 2 • Sadar, siaga dan orientasi, 2
• Pucat, 1 • Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
• Sianosis, 0 • Tidak berespons, 0
• Pernapasan • Aktivitas
• Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 • Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
• Dangkal namun pertukaran udara adekuat, • Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
1 • Tidak bergerak, 0
• Apnoea atau obstruksi, 0
• Sirkulasi
• Tekanan darah menyimpang <20% dari Jika jumlahnya > 8, penderita dapat
normal, 2 dipindahkan ke ruangan
• Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari
normal, 1
• Tekanan darah menyimpang >50% dari
normal, 0
STATUS PASIEN
• Identitas
• Nama : Sdr RAM
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 19 tahun
• Alamat : Pati
• BB : 73 kg
• TB : 167 cm
• Diagnosa : Appendicitis
• Tindakan operasi : Appendictomy
• Jenis anestesi : General Anestesi
• Tanggal operasi : 8 Oktober 2018
• Anamnesis
• Keluhan utama
Nyeri di perut
• Riwayat penyakit sekarang
Seorang laki-laki,dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah sejak kurang lebih
1 bulan yang lalu dan 1 minggu terakir keluhan disertai mual, muntah, lemes,
BAB cair 1x dan nafsu makan menurun. Kemudian pasien dibawa datang ke RS
PKU Muhammadiyah Surakarta.
• Riwayat penyakit dahulu
Disangkal
• Riwayat penyakit keluarga
Disangkal
• Pemeriksaan fisik
• KU : tampak sakit sedang, compos mentis
• Vital Sign : TD : 140/70 mmHg RR : 18x/menit
HR : 100x/menit Suhu : 36,50C
• Airway/Respirasi : Airway clear, BND vesikuler, Rhonki -/-,
Wheezing -/-, Gigi palsu (-), Gigi goyang (-)
• Sirkulasi : Akral hangat, Konjungtiva anemis -/-,
BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-),
Hipertensi (-)
• Saraf : GCS E4M6V5, Kesadaran kompos mentis,
Pupil isokor 3mm/3mm, Refleks cahaya +/+
• GIT : Mual (+), Muntah (+), Maag disangkal, BAB cair (diare 1 x)
• Renal : BAK tidak ada keluhan, Nyeri ketok CVA -/-
• Metabolik : DM disangkal
• Hati : Ikterik, Hepatitis disangkal
Pemeriksaan penunjang
LABORATORIUM • Golongan Darah :B
• Hb : 15,8 g/dl • Rhesus : Positif
• Leukosit : 8,30 ribu/ul • Masa perdarahan : 12,9 detik
• Hematokrit : 49,2 % • Masa pembekuan : 24,5 detik
• Trombosit : 226 ribu/ul • SGOT : 21 U/L
• Eritrosit : 5,75 juta/ul • SGPT : 31 U/L
• Neutrofil : 56,4 % • Ureum : 24 mg/dl
• Limfosit : 38,3 % • Creatinin : 1,00 mg/dl
• Monosit : 5,3 % • GDS : 80,6 mg/dl
• MCV : 85,7 fL
• MCH : 27,4 pg
• MCHC : 32,1 g/dL
• MPV : 8,5 fL
• HbsAg : 0,00 (Non Reaktif)
RADIOLOGI
• Appendicitis kronis dengan eksaserbasi akut
• Pankreas tidak ada masa
• MC Burney struktur ECO kasar, tidak homogen dengan appendic
menebal
• Status
ASA-2
• Diagnosis
Appendicitis
• Tatalaksana anestesi
General Anestesi
Tatalaksana Anestesi
• Persiapan Pre-operasi
• Cek surat persetujuan operasi dan anestesi
• O2 3 lpm
• N2O 2 lpm
• Isofluranse 3 vol%
• IVFD 1 line : RL + Petidine 150 mg
• Premedikasi:
• Recofol 100 mg
• Notrixum 25 mg
• Fentanyl 40 mg
Di kamar operasi
• Scope : Stetoskop, Laringoskop
• Tubes : ETT (cuffed) size 6 kink, fix di tepi bibir
• Airway : Oropharyngeal airway
• Tape : Plester untuk fiksasi
• Introducer : Untuk memandu agar pipa ETT mudah
dimasukkan
• Connector : Penyambung antara ETT dan alat anestesi
• Suction : Memastikan tidak ada kerusakan pada alat
suction
•Medikasi
•Recofol 100 mg
•Fentanyl 40 mcg
•Atracurium 30 mg
•Ondansetron 4 mg
•Ketorolac 30 mg
• Langkah Tindakan Anestesi
• Persiapan alat :
• Menyiapkan meja operasi dan aksesorisnya
• Menyiapkan mesin dan alat anestesi
• Menyiapkan komponen STATICS
• Menyiapkan obat-obat anestesia yang diperlukan
• Menyiapkan obat-obat resusitasi; adrenalin,
atropine, aminofilin, natrium bikarbonat, dll
• Menyiapkan tiang infus, cairan infus, plester, dll
• 12.00 pasien masuk kamar operasi
• 12.24 dilakukan tindakan general anestesi sesuai prosedur
• Cuff dipasang dan dilakukan bantuan nafas dengan bagging
• Dilakukan intubasi endotrakeal dengan ETT nomor 6.
• Dilakukan tindakan operasi
• Monitoring TTV per 15 menit
Pemeriksaan Fisik Post Operasi
• B1 : Airway paten (ekstubasi), napas spontan, RR 18 x/menit, Rh (-),
Wh (-)
• B2 : Akral hangat,nadi 88 x/menit, reguler, kuat angkat, TD 120/80
mmHg, CRT< 2”, BJ I&II regular, murmur (-), gallop (+)
• B3 : Kontak (+), compos mentis
• B4 : Terpasang kateter, urin (+) 350cc warna kuning jernih
• B5 : BU (+), luka operasi bersih
• B6 : Mobilitas (+), mampu menggerakkan kedua ekstremitas atas,
sedangkan ekstremitas bawah masih belum bisa digerakkan,
edema (-), sianosis (-), anemis(-), ikterik (-), CRT<2detik
Post Operasi
• Bila kesakitan : Ketorolac 30 mg i.v
• Bila mual/muntah: Ondansetron 8 mg i.v
• Antibiotik : RL + Petidine 150 mg 24tpm
• Obat-obatan lain : sesuai instruksi operator (DPJP)
• Infus : RL /24tpm
• Makan/minum : bertahap bila pasien sadar penuh, bising usus (+)
• Monitoring : tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan tiap
15 menit selama 2 jam
Monitoring cairan yang masuk dan keluar
• Cairan Masuk
• Pre operasi : RL 200 ml
• Durante Operasi : RL 550 ml
• Cairan Keluar
• Pre operasi : 100 ml
• Durante operasi
• Perdarahan : ±10 ml
• Urin : 50 ml
PEMBAHASAN
Pre Operasi
• Diagnosa appendicitis dilakukan appendictomy
• TD : 140/70
• HR : 85 x/mnt
• SpO2 : 100%
Durante Operasi
• Diputuskan general anestesi dengan indikasi pasien dalam
keadaan amnesia
• Induksi anestesi dengan Recofol (Propofol) 100 mg
• Notrixum 25 ml
• Fentanyl 40 mg
• Beaging dengan ceff untuk membantu pernafasan pasien
• dilakukan pemeriksaan kesadaran dengan memeriksa reflek bulu
mata
• Dilakukan Laringoskopi dan intubasi endotrakeal dengan ETT nomor 6
• Diberikan oksigen 3 lpm, N2O 2 lpm, dan isoflurane 3% dialirkan
melalui cuff untuk rumatan anestesi
Post Operasi
• Dipindahkan ke ruang pemulihan setelah dilakukan bantuan nafas dan
mampu nafas dengan sepontan
• Tanda vital pasien nadi : 85x/menit, TD : 120/70 mmHg, SpO2: 100%
• Pasien diberikan oksigen nasal sebanyal 3 liter per menit
• Skor aldrete pada saat pasien masuk ruang pulih sadar adalah 6 dengan
rincian
• warna kulit (2),
• aktifitas motorik (1),
• pernapasan (1),
• tekanan darah (1),
• kesadaran (1)
• maka pasien tetap diistirahatkan di ruang pemulihan hingga mencapai skor
>8 dan baru dapat dipindahkan ke bangsal
Kesimpulan
Pada kasus ini, pasien terdiagnosa Appendicitis. Dilakukan
operasi appendictomy menggunakan general anestesi. Obat anastesi
yang digunakan adalah Recofol (Propofol) 100 mg. Obat-obat yang
diberikan selama anestesi berlangsung ondansetron 8 mg untuk
mencegah terjadinya mual dan ketorolac 30 mg sebagai pereda nyeri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai