Oleh
Nur Rahmat Wibowo, S.Ked
I11106029
Pembimbing
dr. H. Yustar Mulyadi, Sp. PD
2
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN. ii
BAB I. PENDAHULUAN . 1
2.1 Definisi....... 2
2.2 Epidemiologi..... 2
2.3 Etiologi.. 4
2.6 Klasifikasi. 15
2.8 Diagnosis.. 17
2.9 Penatalaksanaan... 22
2.11 Prognosis. 27
DAFTAR PUSTAKA . 29
3
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
BAB I
PENDAHULUAN
Obat merupakan salah satu penyebab penting dari kerusakan hati. Lebih dari
900 jenis obat, toksin dan herbal telah dilaporkan dapat mengakibatkan kerusakan
pada sel-sel hati, dan 2040% dari semua kejadian gagal hati fulminan
diakibatkan oleh obat. Kerusakan hati akibat obat (Drugs Induced Liver Injury)
adalah alasan paling banyak dimana suatu obat dapat ditarik dari peredarannya
ataupun dibatasi penggunaannya. Seorang dokter harus lebih peka dalam
mengidentifikasi obat-obat yang berhubungan dengan kerusakan hati karena
dengan deteksi awal dapat menurunkan beratnya tingkat hepatotoksisitas dari
suatu obat apabila penggunaan obat segera dihentikan. Manifestasi dari kerusakan
hati yang diinduksi oleh obat sangat bervariasi, mulai dari peningkatan enzim-
enzim hati yang tanpa gejala (asimptomatik) sampai terjadinya gagal hati
fulminan.1
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar, misalnya obat.
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal. Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga terbentuk metabolit yang
lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau empedu.
Dengan faal sedemikian ini, tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar pula untuk dirusak oleh obat. Kerusakan hati
akibat obat ( Drugs Induced Liver Injury ) pada umumnya tidak menimbulkan
kerusakan permanen, tetapi kadang-kadang dapat berlangsung lama dan fatal.2
Di Amerika Serikat, kira-kira dari 2000 kasus terjadinya gagal hati akut
(Acute Liver Failure), lebih dari 50%-nya diakibatkan oleh obat (39% karena
asetaminofen, 13% karena reaksi idiosinkrasi dari pengobatan lain).1
4
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan
hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena
terpajan obat atau agen non-infeksius lainnya.3 FDA-CDER (2001)
mendefinisikan kerusakan hati sebagai peningkatan level alanine
aminotransferase (ALT/SGPT) lebih dari tiga kali dari batas atas nilai
normal, dan peningkatan level alkaline phosphatase (ALP) lebih dari dua kali
dari batas atas nilai normal, atau peningkatan level total bilirubine (TBL)
lebih dari dua kali dari batas atas nilai normal jika berkaitan dengan
peningkatan alanine aminotransferase atau alkaline phosphatase.3
Gambar 1. Definisi Drug Induced Liver Injury berdasarkan tipe kerusakan yang
terjadi pada hati4
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian DILI (Drug Induced Liver Injury) sebagian besar tidak
diketahui dengan pasti, hal ini dikarenakan penelitian prospektif pada
populasi yang berhubungan dengan kerusakan hati yang diakibatkan oleh
5
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
obat masih relatif rendah. Angka kejadian DILI pada populasi umum
diperkirakan 12 kasus per 100.000 orang pertahun. Pada pusat rujukan
tersier kira-kira terdapat 1,2% hingga 6,6% kasus penyakit hati akut yang
diakibatkan oleh DILI. Sedangkan estimasi insiden DILI adalah 14 per
100.000 pasien per tahun pada penelitian prospektif yang dilakukan di
Prancis bagian utara, yang berarti 10 kali lebih tinggi dari rata-rata yang
dilaporkan oleh penelitian lain.5 Laporan terbaru mengindikasikan bahwa
DILI terjadi dalam 1/100 pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam.7
DILI adalah kejadian yang jarang tetapi terkadang menjadi penyakit yang
serius. Diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting di dalam praktek
sehari-hari.6
Di negara-negara barat, penyebab mayoritas DILI adalah obat antibiotik,
antikonvulsan dan agen psikotropika.5 Laporan lain menyebutkan bahwa
Asetaminofen merupakan penyebab utama DILI di negara-negara barat.7 Di
Amerika Serikat, amoksisilin/klavulanat, INH, nitrofurantoin dan
florokuinolons adalah penyebab DILI yang terbanyak. Perbedaan diantara
penelitian di AS dan Eropa dikarenakan terdapat perbedaan di dalam
penggunaan obat-obat yang diterima di masing-masing negara dan kebiasaan
di dalam meresepkan obat. Di negara Asia, herbal dan suplemen diet adalah
penyebab paling sering dari DILI. Herbal dan suplement diet baru-baru ini
menyebabkan kurang dari 10% kasus DILI di negara-negara barat.5
2.3 Etiologi
6
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Tabel 1. Obat-obat yang telah dilaporkan dapat menyebabkan Drug-Induced
Liver Injury7
7
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
(3,0%) dan Cytarabine (2,9%), Antibiotik (8,7%) seperti Trovafloxacin
(3,2%), Sulfa/trimethoprim (2,9%) dan Clarithromycin (2,8%), Anestesi
seperti Halothane (4,8%), Obat Anti-tuberculosis, Isoniazid (3,2%),
Diklofenak (3,1%) dan Oxycodone (3,1%).6
8
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.4 Faktor Resiko
b. Umur
Reaksi obat jarang terjadi pada anak-anak. Resiko kerusakan hepar
meningkat pada orang dewasa oleh karena penurunan klirens, interaksi
obat, penurunan aliran darah hepar, variasi ikatan obat, dan volume hepar
yang lebih rendah. Ditambah lagi, kurangnya asupan makanan, infeksi,
dan sering mondok di rumah sakit menjadi alasan penting akan terjadinya
hepatotoksisitas obat.
c. Jenis Kelamin
Walaupun alasannya tidak diketahui, reaksi obat pada hepar lebih banyak
pada wanita.
d. Konsumsi alkohol
Peminum alkohol akan lebih rentan pada toksisitas obat karena alkohol
menyebabkan kerusakan hepar dan perubahan sirotik yang mengubah
metabolisme obat. Alkohol menyebabkan deplesi simpanan glutation yang
menyebabkannya lebih rentan terhadap toksisitas obat.
e. Penyakit hepar
Pada umumnya, pasien dengan penyakit hati kronis tidak semuanya
memiliki peningkatan resiko kerusakan hepar. Walaupun total sitokrom P-
450 berkurang, beberapa orang mungkin terpengaruh lebih dari yang
lainnya. Modifikasi dosis pada penderita penyakit hati harus berdasarkan
pengetahuan mengenai enzim spesifik yang terlibat dalam metabolisme.
9
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Pasien dengan infeksi HIV dan Hepatitis B atau C, resiko efek
hepatotoksik meningkat jika diberikan terapi antiretroviral. Pasien dengan
sirosis juga resikonya meningkat terhadap dekompensasi pada obat.
f. Faktor genetik
Gen unik mengkode tiap protein P-450. Perbedaan genetik pada enzim P-
450 menyebabkan reksi abnormal terhadap obat, termasuk reaksi
idiosinkratik. Debrisoquine merupakan obat antiaritmia yang
menyebabkan rendahnya metabolisme karena ekspresi dari P-450-II-D6.
Hal ini dapat diidentifikasi dengan amplifikasi PCR dari gen mutasi.
g. Penyakit lain
Seseorang dengan AIDS, malnutrisi, dan puasa lebih rentan terhadap
reaksi obat karena rendahnya simpanan glutation.
h. Formulasi obat
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar
dibandingkan dengan obat-obatan short-acting.
10
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.5 Patofisiologi dan Mekanisme Drug Induced Liver Injury
2.5.1 Metabolisme Obat
a. Sistem tahap I
11
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
menambah kelompok reaktif, misalnya hidroksil radikal. Sebagai hasil dari
tahap ini dalam detoksifikasi, diproduksi suatu molekul reaktif yang lebih
toksik daripada molekul awal. Apabila molekul reaktif ini tidak berlanjut
pada metabolisme selanjutnya, yaitu tahap II (konjugasi), dapat
menyebabkan kerusakan pada protein, RNA, dan DNA di dalam sel.
Beberapa penelitian menunjukkan bukti terhadap hubungan antara
terjadinya induksi tahap I dan/atau berkurangnya aktivitas tahap II dengan
meningkatnya resiko penyakit, misalnya kanker, SLE, dan penyakit
Parkinson.9
b. Sistem tahap II
13
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
melibatkan sel-sel sitotoksik dan berbagai sitokin. Obat-obat tertentu
menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda pada beta-oksidasi
dan enzim-enzim rantai respirasi. Metabolit-metabolit toksis yang
dikeluarkan dalam empedu dapat merusak epitel saluran empedu.9
Kerusakan dari sel hepar terjadi pada pola spesifik dari organella
intraseluler yang terpengaruh. Hepatosit normal terlihat di tengah-tengah
gambar yang dipengaruhi melalui 6 cara.1,9
a. Kerusakan hepatosit
d. Apoptosis hepatosit
14
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
e. Gangguan mitokondria
15
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Secara patofisiologik, obat yang dapat menimbulkan kerusakan pada
hati dibedakan atas dua golongan yaitu hepatotoksin yang predictable dan
yang unpredictable.1,2
16
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Tabel 3. Reaksi Obat Idiosinkrasi dan Sel-Sel yang dipengaruhinya11
Reaksi Hipersensitivitas
Biasanya terjadi setelah satu sampai lima minggu dimana terjadi proses
sensitisasi. Biasanya dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam, ruam
kulit, eosinofilia dan kelainan histologik berupa peradangan
granulomatosa atau eosinofilik pada hati. Dengan memberikan satu atau
dua challenge dose, gejala-gejala di atas biasanya segera timbul lagi.
17
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
hepatotoksik dari obat sampai pada taraf yang memungkinkan terjadinya
kerusakan hati.2
18
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2. Tipe Kolestasis
Tipe kolestasis didefinisikan sebagai peningkatan ALP > 2 kali ULN atau
R 2.
3. Tipe Campuran
Tipe campuran didefinisikan sebagai peningkatan ALT > 2 kali ULN dan
2<R<5. Pasien dengan tipe kolestasis atau campuran lebih sering
berkembang menjadi penyakit kronik daripada tipe hepatoseluler.
19
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
gagal hati akut berat terutama bila pasien masih meminum obat tesebut
setelah awitan hepatotoksisitas. Apabila jejas hepatosit lebih dominan maka
konsentrasi aminotransferase dapat meningkat hingga paling tidak lima kali
batas atas normal, sedangkan kenaikan konsentrasi alkali fosfatase dan
bilirubin menonjol pada kolestasis. Mayoritas reaksi obat idiosikratik
melibatkan kerusakan hepatosit seluruh lobus hepatik dengan derajat nekrosis
dan apoptosis bervariasi. Pada kasus ini gejala hepatitis biasanya muncul
dalam beberapa hari atau minggu sejak mulai minum obat dan mungkin terus
berkembang bahkan sesudah obat penyebab dihentikan pemakaiannya.9
2.8. Diagnosis
20
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Tabel 5. Skala kriteria CIOMS/RUCAM Scale14
Type of liver
Hepatocellular Cholestatic/Mixed Points
injury
Time of onset of the First Second Second
First exposure
event exposure exposure exsposure
21
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Gambar 7. Perbandingan metode penilaian untuk diagnosis DILI di
antara berbagai metode diagnostik yang ada6
1. Waktu dari mulai minum obat dan penghentian obat sampai awitan reaksi
nyata adalah sugestif (5-90 hari dari awal minum obat) atau kompatibel
(kurang dari lima hari atau lebih dari 90 hari sejak mulai minum obat dan
tidak lebih 15 hari dari penghentian obat untuk reaksi hepatoseluler dan
tidak lebih dari 30 hari dari penghentian obat untuk reaksi kolestatik)
dengan hepatotoksisitas obat.
2. Perjalanan reaksi sesudah penghentian obat adalah sangat sugestif
(penurunan enzim hati paling tidak 50% dari konsentrasi di atas batas atas
normal dalam 8 hari) atau sugestif (penurunan enzim hati paling tidak 50%
dari konsentrasi di atas batas atas normal dalam 30 hari untuk reaksi
hepatoseluler dan 180 hari untuk reaksi kolestatik) dari reaksi obat.
3. Alternatif sebab lain telah dieksklusi dengan pemeriksaan teliti, termasuk
biopsi hati tiap kasus.
4. Dijumpai respons positif pada pemaparan ulang dengan obat yang sama
paling tidak kenaikan dua kali lipat enzim hati.
22
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
Dikatakan reaksi drugs related jika semua ketiga kriteria terpenuhi atau
jika dua dari tiga kriteria pertama terpenuhi dengan respons positif pada
pemaparan ulang obat.
Mengidentifikasi reaksi obat dengan pasti adalah hal yang sulit tetapi
kemungkinan sekecil apapun adanya reaksi terhadap obat harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan disfungsi hati. Riwayat
23
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
pemakaian obat harus diungkap dengan seksama termasuk di dalamnya obat
herbal atau obat alternatif lainnya. Obat harus selalu menjadi diagnosis
banding pada setiap abnormalitas tes fungsi hati dan/atau histologi.
Keterlambatan penghentian obat yang menjadi penyebab berhubungan
dengan resiko tinggi kerusakan hati persisten. Bukti bahwa pasien tidak sakit
sebelum minum obat, menjadi sakit selama minum obat dan membaik secara
nyata setelah penghentian obat merupakan hal esensial dalam diagnosis
15
hepatotoksisitas karena obat.
24
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.9 Penatalaksanaan
25
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.10 Beberapa Obat yang Dapat Mengakibatkan DILI
26
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.10.2 Hepatotoksisitas obat kemoterapi
27
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
dapat berupa hepatoseluler atau kolestatik. Perbedaan rute obat oral atau
parenteral tidak mengubah sifat hepatotoksisitasnya. Azatioprin (AZ)
memiliki sifat hepatotoksisitas meskipun jarang terjadi. Hepatotoksisitas
berupa peningkatan konsentrasi bilirubin serum dan alkali fosfatase dengan
peningkatan sedang konsentrasi aminotransferase dan secara histologik
berupa kolestasis dengan nekrosis parenkim hati yang bervariasi. 6-
thioguanine dikenal menyebabkan penyakit oklusi vena. Metotreksat (MTX)
pada dosis standar diekskresi tanpa perubahan melalui urin. Pada dosis tinggi
sebagian dimetabolisir oleh hati menjadi 7-hydroxymethotrexate. Pada terapi
rumatan leukemia akut anak-anak, metotreksat dapat menimbulkan fibrosis
dan sirosis hati. Pada pemakaian dosis tinggi, MTX meningkatkan
aminotransferase dan lactate dehydrogenase (LDH). Pasien arthritis rematoid
atau psoriasis dengan MTX dosis kumulatif kurang dari 2 gram mempunyai
insidens hepatotoksisitas yang rendah meskipun durasi terapinya lama, 24-48
bulan. Dengan demikian pemakaian MTX dosis rendah jangka panjang dapat
menimbulkan fibrosis/sirosis, sementara dosis tinggi menyebabkan perubahan
tes fungsi hati. Gemcitabine sering menyebabkan kenaikan transaminase
sementara tetapi tidak bermakna. Mitoksantron mempunyai insidens
toksisitas serius lebih rendah dibandingkan obat-obat kanker antrasiklin yang
lain, dan hanya menimbulkan kenaikan konsentrasi AST dan ALT sementara
saja. Insidensi disfungsi hati karena pemakaian bleomycin sangat rendah.
Hepatotoksisitas mitomysin belum jelas, tetapi ditemukan dalam konsentrasi
tinggi dalam empedu. Paclitaxel dan docetaxel sebagian besar diekskresi
melalui hati dan perlu hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Etoposide tidak menimbulkan hepatotoksisitas pada dosis standar meskipun
diekskresikan terutama dalam empedu. Cisplatin jarang menyebabkan
hepatotoksisitas pada dosis standar tetapi kadang-kadang dijumpai kenaikan
AST. Pada dosis tinggi cisplatin menimbulkan kenaikan AST dan ALT.
Procarbazine dikenal dapat menyebabkan hepatitis granulomatosa.
Hydroxyurea dapat menimbulkan toksisitas hati dan pernah dilaporkan
9,15
sebagai penyebab peliosis hepatis.
28
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.10.3 Hepatotoksisitas obat anti inflamasi non steroid
29
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
2.11 Prognosis
Prognosis pada pasien Drug Induced Liver Injury akan semakin baik
apabila penetapan diagnosis dilakukan seawal mungkin.
30
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
BAB III
KESIMPULAN
Kerusakan hati akibat obat (Drug Induced Liver Injury) adalah kerusakan
hati yang berkaitan dengan gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh karena
terpajan obat atau agen non-infeksius lainnya. Lebih dari 900 jenis obat,
toksin dan herbal telah dilaporkan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-
sel hati. Kerusakan hati akibat obat (Drugs Induced Liver Injury) adalah
alasan paling banyak dimana suatu obat dapat ditarik dari peredarannya
ataupun dibatasi di dalam penggunaannya.
Manifestasi dari kerusakan hati yang diinduksi oleh obat sangat
bervariasi, mulai dari peningkatan enzim-enzim hati yang tanpa gejala
(asimptomatik) sampai terjadinya gagal hati fulminan.
Terdapat banyak metode diagnostik yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis Drug Induced Liver Injury. Akan tetapi kriteria
CIOMS/RUCAM merupakan metode diagnostik yang paling banyak dan luas
di dalam penggunaannya dan saat ini merupakan metode diagnostik standar
yang dianjurkan.
Mengidentifikasi reaksi obat dengan pasti adalah hal yang sulit tetapi
kemungkinan sekecil apapun adanya reaksi terhadap obat harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan disfungsi hati. Riwayat
pemakaian obat harus diungkap dengan seksama termasuk di dalamnya obat
herbal atau obat alternatif lainnya. Obat harus selalu menjadi diagnosis
banding pada setiap abnormalitas tes fungsi hati.
Terapi efek hepatotoksik obat terdiri dari penghentian segera obat-obatan
yang dicurigai. Jika dijumpai reaksi alergi berat dapat diberikan
kortikosteroid, meskipun belum ada bukti penelitian klinis dengan kontrol
31
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
DAFTAR PUSTAKA
32
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...
dkk. 2006. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
33
Yesterday we learn...Today we practice and Tomorrow we achieve...