Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang: Untuk membandingkan efikasi steroid pemberia jangka pendek dengan dimenhydrinate

(antihistamin) dpada pengobatan hiperemesis gravidarum yang sulit diobati.

Metode: Dalam penelitian deskriptif ini, lima puluh pasien menerima hidrokortison intravena 100 mg
setiap delapan jam dosis harian selama tiga hari. Selanjutnya diberikan prednisolon oral 45 mg yang
kemudian dilakukan tapering off dalam 5 hari. Lima puluh pasien lainnya diberi dimenhydrinate
intravena 50 mg 3 kali sehari selama 3 hari, dilanjutkan dengan tablet oral 50mg tiga kali sehari selama 5
hari. Pasien difollow up setiap hari selama masa terapi dan 2 minggu setelah dipulangkan

Hasil: terjadi penurunan episode muntah yang signifikan dalam kelompok hidrokortison dibandingkan
dengan kelompok dimenhidrinasi (p <.0001). delapan dari pasien dari kelompok hidrokortison yang
menerima dimenhidrinat masuk kembali ke rumah sakit untuk penanganan muntah yang sulit diobati 1
minggu setelah keluar rumah sakit.

Kesimpulan: kortikosteroid pemeberian jagnka pendek adalah pengobatan yang efektif untuk
hiperemesis gravidarum yang sulit diatasi. Kata kunci: Hiperemesis; Steroid; Dimenhidrinasi

1. Pendahuluan

Mual dan muntah adalah gejala yang paling umum dialami pada awal kehamilan. Mual dan muntah
parah berhubungan dengan morbiditas maternal walaupun tidak ada bukti kerusakan janin. 3% wanita
hamil mengalami hiperemesis gravidarum, yaitu bentuk muntah yang parah pada saat kehamilan yang
ditandai dengan penurunan berat badan, kelainan elektrolit, dehidrasi, dan ketonuria. Komplikasi yang
terkait dengan hiperemesis gravidarum termasuk kerusakan mukosa di persimpangan esofagus dan
perut. (Mallory-Weiss tear) atau perforasi esofagus dan ensefalopati Wernicke, kelainan neurologis yang
ditandai dengan kebingungan, disorientasi, penggulungan bola mata (nistagmus) secara tidak disengaja,
penglihatan ganda (diplopia), koma, rhabdomyolysis, koagulopati, dan bayi dengan berat lahir rendah .
Dehidrasi berat dapat menyebabkan hipovolemia, yang menyebabkan syok. Tidak naiknya Berat badan
ibu dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan intrauterine.

Gejala biasanya dimulai antara usia kehamilan minggu ke 4 dan 7 dan sembuh pada minggu ke-16.
Komplikasi serius dimungkinkan jika kondisi tidak diobati. Wanita dengan hiperemesis gravidarum yang
berat badannya naik kurang dari 15,4 pon (7 kg) selama kehamilan lebih cenderung melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah dan diperkirakan memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur.

Perawatan umum wanita dengan Hiperemesis berat penanganannya melampaui penggunaan terapi
steroid. Mobilisasi harus bertahap karena gerakan fisik memperburuk mual yang . pemulangan pasien
ketika cairan intravena tidak lagi diperlukan bukan merupakan langkah yang bijak, karena hal ini mungkin
terkait dengan hilangnya kontrol yang disebabkan oleh perjalanan pulang.

2. Metode penelitian
Dari Januari 2010 sampai Desember 2011, 100 wanita yang menghadiri departemen Obgin rumah sakit
umum daaerah mengeluh mual dan muntah pada paruh pertama kehamilan (kurang dari 20 minggu dan
lebih dari 10 minggu kehamilan) segera didaftarkan dlam penelitian untuk membandingkan keampuhan
steroid dan dimenhidrinat. Steroid dan dimenhidrinate, diberikan secara intravena selama 3 hari
pertama dan kemudian secara oral selama 5 hari.

Wanita yang dianggap memenuhi syarat untuk penelitian ini adalah mereka yang sebelumnya tidak
mempan terhadap terapi rawat jalan dan yang memiliki nilai keton 3 + atau 4pada uji dipstick sebagai
bukti dehidrasi berat atau penurunan berat badan lebih dari 5 persen berat badan sebelum hamil.
Sebelum masuk ke penelitian ini, ultrasound dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan mola, untuk
mengkonfirmasi janin hidup, dan untuk menentukan usia kehamilan. Semua wanita menjalani uji fungsi
tiroid, fungsi hati, pankreas (amilase dan lipase) dan elektrolit

Semua pasien diberikan hidrasi intravena dengan kristaloid sampai ketonuria hilang. 1 Liter pertama
kristaloid ditambahkan tiamin 100 mg. pasien dibagi ke dua kelompok. Kelompok A diberi Hidrokortison
100 mg intravena selama 3 hari diikuti dengan rejimen prednison oral (40 mg untuk hari ke 4, 30 mg
untuk hari ke 5, 20 mg untuk hari ke 6, dan 10 mg untuk hari ke 7). Kelompok B diobati dengan
dimenhidrinasi 10mg secara intravena setiap 8 jam selama 3 hari diikuti dengan rejimen yang sama
diberikan secara oral selama 5 hari sampai keluar dari rumah sakit. Kedua kelompok diizinkan makan
dalam diet yang kecil sesuai permintaan dan dinaikkan ke diet reguler sesuai dengan toleransi, dan pada
saat itulah pasie dapat dipulangkan. Setiap wanita diedukasi tentang diet, dan diberi tahu untuk sering
makan dalam jumlah kecil. Setelah keluar, semua wanita diinstruksikan untuk melapor kembali, jika
muntah kambuh. Pasien yang membutuhkan pengobatan ulang untuk hiperemesis gravidarum diberi
oral dimenhydrinate.

3.hasil

Seratus wanita direkrut antara Januari 2010 sampai Desember 2011. Tiga pasien hilang followupnya
hilang, dua dari kelompok dimenhidrinate dan satu dari kelompok steroid. Ada 62 primigravida. Usia
gestasional antara 10 minggu sampai 20 minggu (Tabel 1). Efek samping obat tidak terjadi di kedua
kelmpok. Tingkat keparahan hiperemesis gravidarum dinilai dengan jumlah muntah per hari dan
penurunan berat badan pada kehamilan saat ini dibandingkan dengan berat badan sebelum hamil, dan
hasilnya hampir sama di antara dua kelompok (Tabel 1).

Setelah satu minggu pengobatan, delapan wanita di kelompok steroid dan dua puluh wanita di kelompok
dimenhidrinate masih muntah, di antaranya tiga di kelompok steroid dan enam belas pada kelompok
dimenhidrinate muntah lima kali atau lebih perharinya. Pasien yang muntah lebih dari lima kali sehari
diberikan tambahan terapi intravena selama tiga hari lagi.

Karateristik Grup A( 49) Grup B (48)


Primigrravid 28 (56%) 34(68%)
Mltigravid (>3) 12(24%) 26(52%)
Usia kehamilan ( minggu ) 13.2SD (2.5) 11.5SD (2.1
Rata-rata ( SD)
Berat badan (kg) 61.8(10.2) 58.3(12.5)
Rata-rata (SD)
Jumlah muntah lebih dari 5 kali per 32(64%) 37(74%)
hari

Dua puluh lima wanita, pada kelompok steroid, menglami penekanan muntah dalam waktu 48 jam,
sementara 16 merasa lebih baik setelah satu minggu terapi. 8 pasien masih muntah pada satu minggu
setelah terapi berakhir dan 1 pasien pun hilang follow up. Sedangkan untuk kelompok Dimenhydrinate
11 pasien mencapai penekanan muntah dalam waktu 48 jam sementara 17 pasien merasa lebih baik
setelah satu minggu pengobatan, 20 pasien masih muntah dan 2 orang hilang follow up. Pengendalian
muntah jauh lebih baik dengan steroid karena jumlah pasien Yang masih memerlukan infus intravena
pada akhir terapi minggu pertama hanya 3 pasien pada kelompok steroid dibandingkan dengan 16 pada
kelompok dimenhidrinate.

Jumlah pasien yang membutuhkan antiemetik pada akhir minggu pertama pengobatan adalah 8 pada
kelompok steroid dibandingkan dengan 20 pada kelompok dimenhidrinasi. Tujuh pasien dari kelompok
dimenhidrinate kembali dirawat dalam waktu satu minggu setelah dikeluarkan tetapi tidak ada pasien
dari kelompok steroid yang rawat ulang (Tabel 3) Terdapat peningkatan tingkat kesejahteraan yang
signifikan pada kelompok steroid. Sebagian besar (67,32%) pasien di Kelompok steroid mentolerir
makanan oral dengan baik dalam dua minggu follow up, dibandingkan dengan 39,58% pada kelompok
dimenhidrinasi.

Outcome primer
Steroid ( 49) Dimenhidrinat (48) p-value
Jumlah pasien dengan 1 8 20 0.00<0.5
kali muntah setelah satu
minggu
Jumlah pasien degan infus 3 16 0.00<0.5
IV

Outcome skunder
Sterioid Dimenhidrinat RR (99% CI) p-value
Rawat ulang 0 7 1.8791 0.00
aNtiemetik 8 20 1.6305 0.00
Tingkat well being 33 19 1.3804 0.00
setelah 2 minggu

4. Diskusi

Hiperemesis gravidarum berat menyebabkan morbiditas maternal yang signifikan. Indikasi penggunaan
steroid pada hiperemesis gravidarum ditekankan. Sebagian besar protokol menyarankan penggunaan
steroid setelah minggu ke 10 kehamilan dan membatasi penggunaannya hnya selama satu bulan. Dosis
awal biasanya tinggi, kemudian ditapering perlahan setelah beberapa hari. Temuan menunjukan
terhentinya muntah didapatkan pada sebagian besar pasien setelah dosis awal hidrokortison intravena.
Terapi maintenance prednisolone inilah yang menyebabkan pasien boleh keluar dari rumah sakit dalam
beberapa hari, dimulainya kembali makan normal, pembalikan muscle wasting dan kembalinya berat
badan normal. Penggunaan steroid biasanya diberikan untuk wanita yang tidak responsive terhadap obat
lain pada akhir trimester pertama, dan yang megalami penurunan berat badan dengan cepat karena
mual dan muntah yang lebih parah. Penggunaan steroid untuk hiperemesis gravidarum menunjukkan
manfaat sehubungan dengan kesejahteraan pasien, asupan makanan dan penambahan berat badan.
Studi telah menemukan efek buruk pada bayi karena durasi pengobatan biasanya satu bulan atau
kurang. Jalur Transplasental untuk prednisolon rendah, yang menyebabkan efek minimal pada janin.

Ada banyak kekhawatiran sebelumnya, mengenai kemungkinan adanya hubungan antara penggunaan
steroid pada trimester pertama dan bibir sumbing, studi RodriguezPinilla dan Martinez-Frias sering
dikutip karena menunjukkan adanya efek signifikan penggunaan steroid trimester pertama dan sumbing
bibr dan Langit-langit, tapi tiga dari lima kasus yang teridentifikasi tampaknya tidak relevan. Satu dari
ketiganya hanya menerima dua dosis prednisolon setelah usia kehamilan delapan minggu dan pada saat
itu fusi bibir telah terjadi, yang lain dikaitkan dengan kelainan multipel dan yang ketiga menerima
penggantian dosis hidrokortison. Sebuah studi yang lebih besar menemukan tingkat kemunculan
sumbing tampaknya serupa pada kelompok kontrol dan kelopok yang memakai steroid pada trimester
pertama dan gagal menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan steroid pada trimester pertama
dan sumbing.

Meskipun tingkat keparahan muntah diperlukan sebagai syarat untuk diberkan pengobatan, muntah
pada kehamilan bisa memiliki berbagai penyebab. Jadi beberapa wanita mungkin pernah muntah murni
karena efek hormonal pada kehamilan tapi pada orang lain, faktor emosional mungkin merupakan factor
dominan.

5. Kesimpulan

Terapi steroid, untuk hiperemesis gravidarum, setelah minggu kesepuluh kehamilan, akan menghindari
implikasi merugikan ibu dan janin.

Anda mungkin juga menyukai