Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira 15 % dari seluruh
neoplasma susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor intradural tumbuh dari
konstituen seluler medula spinalis dan filum terminale, akar saraf atau meningens.
Metastasis ke dalam kompartemen intradural kanalis spinalis jarang terjadi
(paraganglioma, neoplasma melanositik).
Insiden 10 per 100.000 penduduk per tahun . Usia muda dan pertengahan
dewasa mendominasi. Tumor Intrameduler lebih sering pada anak-anak. Tumor
Extrameduler lebih sering pada dewasa. Pada laki-laki dan wanita sama-sama sering
terjadi.
Sebagian besar tumor primer medula spinalis tumbuh pada intradural. Lokasi
tumor medula spinalis : Thorak (50%), lumbal (30%), servikal (20%).
Tumor medula spinalis yang paling sering pada intrameduler adalah glioma.
Tipe lainnya yang sering adalah astrositoma, ependimoma, dan ganglioglioma, lebih
jarang hemangioblastoma dan tumor neuroektodermal primitif.
Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang asimtomatis. Di Amerika
Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami spondilosis
lumbalis, meningkat dari 3% pada individu berusia 20-29 tahun. Di dunia, spondilosis lumbal
dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun. Hal ini meningkat, dan mungkin tidak dapat
dihindari, bersamaan dengan usia. Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit
vertebralis, yang sering terjadi setinggi T9-10. Kira-kira 30% pria dan 28% wanita berusia 55-
64 tahun mempunyai osteofit lumbalis. Kira-kira 20% pria dan 22% wanita berusia 45-64 tahun
mengalami osteofit lumbalis.2
Rasio jenis kelamin pada keadaan ini bervariasi, namun hampir sama secara bermakna.
Spondilosis lumbalis ini sendiri muncul sebagai fenomena penuaan yang tidak spesifik.
Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara spondilosis dengan gaya
hidup, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol,
atau riwayat reproduksi.2
Spondilosis lumbalis sering bersifat asimtomatis, sehingga kita sebagai dokter
sangat perlu untuk mengetahui patogenesis, gejala klinis yang sering tampak serta

1
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan diagnosa
dan memberikan penanganan yang tepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Tumor medulla spinalis
a. Definisi
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada
daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor primer: 1)
jinak yang berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut saraf disebut
neurinoma (Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma; d) jaringan
otak; Glioma, Ependinoma. 2) ganas yang berasal dari a) jaringan saraf seperti;
Astrocytoma, Neuroblastoma, b) sel muda seperti Kordoma. B. Tumor sekunder:
merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis
dan tumor payudara.

Gambar 1. Diagram otak, tulang belakang dan medulla spinalis.

Pembesaran gambar menunjukkan struktur dari medulla spinalis

2.1.1. Etiologi
Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi
kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada tempat tersebut. Riwayat

3
genetik terlihat sangat berperan dalam peningkatan insiden pada keluarga
tertentu atau syndromic group (neurofibromatosis). Astrositoma dan
neuroependymoma merupakan jenis yang tersering pada pasien dengan
neurofibromatosis tipe 2, yang merupakan kelainan pada kromosom 22. Spinal
hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan von hippel-lindou
syndrome sebelumnya,yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.2
2.1.2. Epidemiologi
Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai
19% dari semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua
tumor pada aksis saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi
pada jenis kelamin tertentu hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma
yang pada umumnya terdapat pada wanita, serta ependymoma yang lebih sering
pada laki-laki. Sekitar 70% dari tumor intradural merupakan ekstramedular dan
30% merupakan intramedular.4-6

Histologi Insiden
Tumor sel glia 23 %
Ependymoma 13%-15%
Astrositoma 7%-11%
Schwanoma 22%-30%
Meningioma 25%-46%
Lesi vascular 6%
Chondroma/chondrosarkoma 4%
Jenis tumor yang lain 3%-4%

Table 1. distribusi insiden tumor primer medulla spinalis berdasarkan histology

Jenis tumor Total insiden Umur Jenis kelamin Lokasi anatomis


Schwanoma 53,7 % 40-60 tahun > Laki-laki >lumbal
Meningioma 31,3% 40-60 tahun >perempuan >thorakal
Ependymoma 14,9% <> Laki-laki=perempuan >lumbal

4
Tabel 2, distribusi tumor intradural ekstramedular berdasarkan umur, jenis kelamin dan
lokasi tersering.
Lokasi Insiden

Thorakal 50%-55%
Lumbal 25%-30%
Servikal + Foramen magnum 15%-25%
Tabel 3, insiden tumor primer medulla spinalis berdasarkan lokasi

Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma,


astrositoma dan hemangioblastoma. Ependymoma merupakan tumor
intramedular yang paling sering pada orang dewasa. Tumor ini lebih sering
didapatkan pada orang dewasa pada usia pertengahan(30-39 tahun) dan lebih
jarang terjadi pada usia anak-anak. insidensi ependidoma kira-kira sama dengan
astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma muncul pada daerah lumbosakral.4,8
Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat
tumbuh pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi
yang tersering pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor
spinal intramedular yang tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari
tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60%
pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen
servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal,
lumbosakral atau pada conus medialis.5
Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat
dengan prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula
spinalis. Rata-rata terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von
Hippel-Lindau syndrome (VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan
mempunyai tumor yang multipel. Rasio laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1.4
Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan
meningioma. Berdasarkan table 3, schwanoma merupakan jenis yang tersering
(53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia
40-60 tahun dan tersering pada daerah lumbal.4

5
Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada kelompok
intradural-ekstramedullar tumor. Meningioma menempati kira-kira 25% dari
semua tumor spinal. Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada segmen
thorakal, 25% pada daerah servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada
foramen magnum.5,9
2.1.3. Klasifikasi
Tumor pada medulla spinalis dapat dibagi menjadi tumor primer dan
tumor metastasis. Kelompok yang dominan dari tumor medula spinalis adalah
metastasis dari proses keganasan di tempat lain. Tumor medula spinalis dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, berdasarkan letak anatomi dari massa tumor.
Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya dengan selaput menings spinal,
diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan tumor ekstradural. Selanjutnya,
tumor intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tumor yang
tumbuh pada substansi dari medula spinalis itu sendiri intramedullary tumours-
serta tumor yang tumbuh pada ruang subarachnoid (extramedullary).3

Ekstra dural Intradural ekstramedular Intradural intramedular

Chondroblastoma Ependymoma, tipe myxopapillary Astrocytoma


Chondroma Epidermoid Ependymoma
Hemangioma Lipoma Ganglioglioma
Lipoma Meningioma Hemangioblastoma
Lymphoma Neurofibroma Hemangioma
Meningioma Paraganglioma Lipoma
Metastasis Schwanoma Medulloblastoma
Neuroblastoma Neuroblastoma
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma

6
Sarcoma
Vertebral
hemangioma

Table 4 distribusi anatomi dari tumor medulla spinalis berdasarkan gambaran


histologisnya

Gambar 2, letak tumor medulla spinalis, ed = ekstradural; ie = intradural


ekstramedular; ii = intradural intramedular*

2.1.4. Gambaran Klinis


Gambaran klinik dari tumor pada aksis spinal tergantung dari fungsi
pada daerah anatomis yang terkena. Tumor medulla spinalis dapat menyebabkan
gejala lokal dan distal dari segmen spinal yang terkena (melalui keterlibatan

7
traktus sensorik dan motorik pada medula spinalis) akibat organisasi anatomik
dalam medula spinalis, maka kompresi lesi-lesi di luar medula spinalis biasanya
menimbulkan gejala di bawah tingkat lesi. Tingkat gangguan sensorik naik
secara berangsur-angsur bersama dengan meningkatnya kompresi, dan
melibatkan daerah yang lebih dalam. Lesi yang terletak jauh di dalam medula
spinalis mungkin tidak menyerang serabut-serabut yang terletak superfisial, dan
hanya menimbulkan disosiasi sensorik, yaitu sensasi nyeri dan suhu yang hilang,
dan sensasi raba yang masih utuh. Kompresi medula spinalis akan
mengakibatkan ataksia karena mengganggu sensasi posisi.4
Gambaran klinik pada tumor medulla spinalis sangat ditentukan oleh
lokasi serta posisi pertumbuhan tumor dalam kanalis spinalis.

a. Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor


Tumor foramen magnum
Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai
dengan hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2). Setiap
aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk, mengedan,
mengangkat barang atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan
adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien yang
melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing. Perluasan tumor
menyebabkan kuadraplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna.
Gejala lainnya adalah pusing, disatria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas,
mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastiodeus dan trapezius.
Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia,
rigiditas nuchal, gaya berjalan spastic, palsy N.IX sampai XI, dan kelemahan
ekstremitas.10
Tumor daerah servikal
Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas diduga disebabkn
oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melaui arteria spinalis anterior.

8
Pada umumnya terdapat kelemahan dan artrofi gelang bahu dan lengan. Tumor
servikalis yang lebih rendah ( C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ekstremitas atas (biseps,brakhioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada
kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7; dan lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.10
Tumor daerah thorakal
Penderita lesi daerah thorakal seringkali datang dengan kelemahan spastik
yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian
mengalami parastesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan
tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri
akibat intrathorakal dan intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian bawah,
refleks perut bagian bawah dan tanda beevor dapat menghilang.10
Tumor daerah lumbosakral
Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut,
namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan
kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda babynski
bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke selangkangan. Lesi yang melibatkan
lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki. Hilangnya sensasi
daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung
kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian
bawah.10
Tumor kauda ekuina
Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan dan atrofi
dari otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot anterior
tibialis. Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejala-gejala sfingter dini
dan impotensi. Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum dan
perineum yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi

9
sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris. 10 Refleks lain
dapat terpengaruh tergantung letak lesi.
b. Perjalanan klinis tumor berdasarkan letak tumor dalam kanalis
spinalis
Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi
cepat akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis,
atau perdarahan dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala kompresi medula
spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar dan posisi sendi di bawah
tingkat lesi merupakan tanda awal kompresi medula spinalis.10
Lesi Intradural
1. Intradural Ekstramedular
Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi medula
spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard
mungkin disebabkan oleh kompresi lateral medula spinalis. Sindrom akibat
kerusakan separuh medula spenalis ini ditandai dengan tanda-tanda disfungsi
traktus kortikospinalis dan kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi.
Pasien mengeluh nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang
radiks spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh
gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam
hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada
radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah
hilangnya efek pemendekan dari gravitasi. Defisit sensorik mula-mula tidak
jelas dan terjadi di bawah tingkat lesi (karena tumpah tindih dermaton).
Defisit ini berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medula
spinalis. Tumor pada sisi posterior dapat bermanifestasi sebagai parestesia
dan selanjutnya defisit sensorik proprioseptif, yang menambahkan ataksia
pada kelemahan. Tumor yang terletak anterior dapat menyebabkan defisit
sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan gangguan motorik yang hebat.10

2. Intradural Intramedular

10
Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula
spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron
substansia grisea. Kerusakan serabut-serabut yang menyilang ini
mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke
seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan
kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya
utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya
modalitas sensasi yang lain dikenal sebagai defisit sensorik yang terdisosiasi.
Perubahan fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel kornu
anterior. Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh
keterlibatan neuron-neuron motorik bagian bawah. Gejala dan tanda lainnya
adalah nyeri tumpul sesuai dengan tinggi lesi, impotensi pada pria dan
gangguan sfingter.10
2.2. Spondylosis Lumbal
2.2.1. Definisi
Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis ini
disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus intervertebralis,
yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebralis dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini
disebabkan oleh terjadinya osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong
durameter yang mengakibatkan iskemik dan radang.
Spondylosis lumbal merupakan penyakit degenerative pada corpus
vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada
wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan
kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini
banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga
berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar.
Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis atau
spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerasi.
Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L 4 L5 dan L5 S1.

11
Komponen-komponen vertebra yang seringkali mengalami spondylosis
adalah diskus intervertebralis, facet joint, corpus vertebra dan ligamen (terutama
ligamen flavum).

2.2.2. Patogenesis

Spondilosis muncul sebagai akibat pembentukan tulang baru di tempat


dimana ligament anular mengalami ketegangan. 1

Faktor perkembangan dan kongenital termasuk beberapa variasi


anatomis yang memberikan ruang lebih sempit untuk jalannya saraf, sehingga
bahkan hanya dengan perubahan osseus minor dapat berkembang menjadi
penekanan akar saraf: canalis spinalis yang dangkal, canalis dengan bentuk
trefoil, atau anomali dari akar saraf. 2

Variasi anatomis facet joint dalam hal orientasi, bentuk, atau


asimetrisitas membuat degenerasi lebih mudah terjadi yang berkembang
menjadi penekanan akar saraf. Degenerasi lebih sering menyebabkan gejala
penekanan akar saraf pada canalis spinalis yang sempit, dibandingkan dengan
yang lebar bahkan spondilosis atau spondiloartrosis yang berat tidak
memberikan tanda-tanda klinis. 2

Bentuk trefoil dari canalis spinalis adalah variasi anatomis dari canalis
spinalis, yang disebabkan oleh orientasi dari lamina dan facet joint. Paling
sering ditemukan setinggi L3 sampai L5. Kondisi ini dianggap sebagai faktor
predisposisi berkembangnya stenosis recessus lateralis melalui perubahan
degeneratif dari facet joint. 2

Kelainan-kelainan akar saraf (akar yang berhimpit, akar yang


ukurannya melebihi normal, akar yang melintang) juga dapat berperan dalam
berkembangnya gejala. Disproporsi antara ukuran recessus lateralis dan
diameter akar yang di luar normal dapat menimbulkan gejala yang sesuai. 1,2

Facet joint yang asimetris dapat mempercepat degenerasi discus, facet


joint dengan orentasi ke frontal memungkinkan ruang yang lebih lebar untuk
membengkok ke lateral dan oleh karena itu juga mempunyai akibat negatif
terhadap integritas discus. Pada saat yang sama, juga terdapat ruang yang lebih

12
sempit di recessus lateralis. Orientasi sendi ke sagital memungkinkan
mudahnya pergeseran ke sagital dari vertebra-yaitu berkembangnya
spondilolistesis degeneratif. Faktor yang didapat yaitu termasuk semua
perubahan degeneratif yang berkembang menjadi penekanan akar saraf baik
osseus maupun non-osseus.

2.2.3. Gambaran Klinis

Spondilosis lumbalis biasanya tidak menimbulkan gejala. Ketika


terdapat keluhan nyeri punggung atau nyeri skiatika, spondilosis lumbalis
biasanya merupakan temuan yang tidak ada hubungannya. Biasanya tidak
terdapat temuan apa-apa kecuali munculnya suatu penyulit. 1

Pasien dengan stenosis spinalis lumbalis sebagian besar mengalami


keluhan saat berdiri atau berjalan. Gejala atau tanda yang mncul saat berjalan
berkembang menjadi claudicatio neurogenik. Dalam beberapa waktu, jarak saat
berjalan akan bertambah pendek, kadang-kadang secara mendadak pasien
mengurangi langkahnya. Gejala yang muncul biasanya akan sedikit sekali
bahkan pada pasien yang dengan kasus lanjut.2

Gejala dan tanda yang menetap yang tidak berhubungan dengan postur
tubuh disebabkan oleh penekanan permanen pada akar saraf. Nyeri tungkai
bawah, defisit sensorik motorik, disfungsi sistem kemih atau impotensi
seringkali dapat ditemukan. 2

Gejala dan tanda yang intermiten muncul ketika pasien berdiri,


termasuk nyeri pinggang bawah, nyeri alih, atau kelemahan pada punggung.
Gejala-gejala ini berhubungan dengan penyempitan recessus lateralis saat
punggung meregang. Oleh karena itu, gejala-gejala akan dipicu atau
diperburuk oleh postur tubuh yang diperburuk oleh lordosis lumbal, termasuk
berdiri, berjalan terutama menuruni tangga atau jalan menurun, dan termasuk
juga memakai sepatu hak tinggi. 2

Nyeri punggang bawah adalah keluhan yang paling umum muncul


dalam waktu yang lama sebelum munculnya penekanan radikuler. Kelemahan
punggung merupakan keluhan spesifik dari pasien dimana seolah-olah
punggung akan copot, kemungkinan akibat sensasi proprioseptif dari otot dan

13
sendi tulang belakang. Kedua keluhan, termasuk juga nyeri alih (nyeri
pseudoradikuler) disebabkan oleh instabilitas segmental tulang belakang dan
akan berkurang dengan perubahan postur yang mengurangi posisi lordosis
lumbalis : condong ke depan saat berjalan, berdiri, duduk atau dengan
berbaring. Saat berjalan, gejala permanen dapat meluas ke daerah dermatom
yang sebelumnya tidak terkena atau ke tungkai yang lain, menandakan
terlibatnya akar saraf yang lain. Nyeri tungkai bawah dapat berkurang, yang
merupakan fenomena yang tidak dapat dibedakan. Karena pelebaran foramina
secara postural, beberapa pasien dapat mengendarai sepeda tanpa keluhan,
pada saat yang sama mengalami gejala intermiten hanya setelah berjalan
dengan jarak pendek

2.3. Pemeriksaan Penunjang


Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk
mendiagnosis semua tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini
dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada struktur medula
spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan
yang lain.4
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan
pembesaran foramen intervertebralis. Lesi intra medular yang
memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk
(scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular.4
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor
intradural-ekstramedular memberikan gambaran filling defect yang
berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular
menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.4

14
Gambar 3, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular)

Gambar 4, gambaran MRI tumor intradural ekstramedular

Cairan Serebro Spinal (CSS)


Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat
bermanfaat untuk differensial diagnosis ataupun untuk memonitor
respon terapi. Apabila terjadi obstruksi dari aliran CSS sebagai akibat
dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi
lumbal harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor
medula spinalis dengan sakit kepala (terjadi peninggian tekasan
intrakranial).4,5
15
Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan
(sitologi), protein dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta
kadar glukosa dan sitologi yang normal didapatkan pada tumor-tumor
medula spinalis, walaupun apabila telah menyebar ke selaput otak,
kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan
malignansi. Adanya xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya
eritrosit merupakan karakteristik dari tumor medula spinalis yang
menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis
pada daerah kaudal tekal sac.4,5
2.7 Diagnosis
Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisis serta penunjang. Tumor ekstradural
mempunyai perjalanan klinis berupa fungsi medula spinalis akan hilang
sama sekali disertai kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar dan
posisi sendi di bawah tingkat lesi yang berlangsung cepat. Pada
pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita
tumor akan memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan nyata
pada pedikulus dan korpus vertebra. Myelogram dapat memastikan
letak tumor.10
Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah
kompresi serabut saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak
adalah nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di sepanjang radiks
spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh traksi oleh
gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada
malam hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh
traksi pada radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang
memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi. Defisit
sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen
medulla spinalis. Pada tomor ekstramedular, kadar proteid CSS hampir
selalu meningkat. Radiografi spinal dapat memperlihatkan pembesaran
foramen dan penipisan pedikulus yang berdekatan. Seperti pada tumor

16
ekstradural, myelogram, CT scan, dan MRI sangat penting untuk
menentukan letak yang tepat.10
Pada tumor intramedular, Kerusakan serabut-serabut yang
menyilang pada substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi
nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena,
yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya
besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas sensi
yang lain dikenal sebagai defisit sensorik yang terdisosiasi. Radiogram
akan memperlihatkan pelebaran kanalis vertebralis dan erosi pedikulus.
Pada myelogram, CT scan, dan MRI, tampak pembesaran medulla
spinalis.10
2.8 Diagnosis Banding
Tumor medula spinalis harus dibedakan dari kelainan-kelainan
lainnya pada medula spinalis. Beberapa diferensial diagnosis meliputi :
transverse myelitis, multiple sklerosis, syringomielia,
syphilis,amyotropik lateral sklerosis (ALS), anomali pada vertebra
servikal dan dasar tengkorak, spondilosis, adhesive arachnoiditis,
radiculitis cauda ekuina, arthritis hipertopik, rupture diskus
intervertebralis, dan anomaly vascular.5
Multiple sklerosis dapat dibedakan dari tumor medula spinalis
dari sifatnya yang mempunyai masa remisi dan relaps. Gejala klinis
yang disebabkan oleh lesi yang multiple serta adanya oligoklonal CSS
merujuk pada multiple sklerosis. Transverse myelitis akut dapat
menyebabkan pembesaran korda spinalis yang mungkin hampir sama
dengan tumor intramedular.5
Diferensial diagnosis antara syringomielia dan tumor
intramedular sangat rumit, karena kista intramedular pada umumnya
berhubungan dengan tumor tersebut. Kombinasi antara atrofi otot-otot
lengan dan kelemahan spastic pada kaki pada ALS mungkin dapat
membingungkan kita dengan tumor servikal. Tumor dapat disingkirkan

17
apabila didapatkan fungsi sensorik yang normal, adanya fasikulasi, dan
atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis servikal, dengan atau tanpa
rupture diskus intervertebralis dapat menyebabkan gejala iritasi serabut
saraf dan kompresi medulla spinalis. Osteoarthritis dapat didiagnosis
melalui pemeriksaan radiologi.5
Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak,
seperti platybasia atau klippel-feil syndrome dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan radiologi. Kadang kadang arakhnoiditis dapat memasuki
sirkulasi dalam medulla spinalis yang dapat menunjukkan gejala seperti
lesi langsung pada medulla spinalis. Pada arakhnoiditis, terdapat
peningkatan protein CSS yang sangat berarti.5
Tumor jinak pada medulla spinalis mempunyai ciri khas
berupa pertumbuhan yang lambat namun progresif selama bertahun-
tahun. Apabila sebuah neurofibroma tumbuh pada radiks dorsalis, akan
terasa nyeri yang menjalar selama bertahun-tahun sebelum tumor ini
menunjukkan gejala-gejala lainnya yang dikenali dan didiagnosis
sebagai tumor. Sebaliknya, onset yang tiba-tiba dengan defisit
neurologis yang berat, dengan atau tanpa nyeri, hampir selalu
mengindikasikan suatu tumor ekstradural malignan, seperti karsinoma
metastasis atau limfoma.
2.9 Tata Laksana
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi
neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-
ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis
yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang
mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologist
dan tidak secara total di hilangkan melalui operasi dapat diterapi
dengan terapi radiasi post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :

18
a. Dexametason (DMZ) (Decadron) : 100 mg (mengurangi nyeri
pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan perbaikan
neurologis).
b. Evaluasi Radiografi:
1) Foto Polos seluruh tulang belakang: 67-85 % abnormal;
kemungkinan temuan: erosi pedikel (defek pada mata burung hantu
pada tulang belakang LS AP) atau pelebaran, fraktur kompresi
patologis, badan vertebra scalloping, sklerosis, perubahan osteoblastik
(mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca
payudara.
2) Bila tersedia dan pasien bersedia, MRI dilakukan secepat
mungkin.
c. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
Bila tdk ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya Sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal (XRT) pada lesi bertulang ; analgesik
untuk nyeri.
Bila lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000
cGy pada 10x perawatan dg perluasan dua level diatas dan di bawah
lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan
komplikasi yg lebih sedikit.
Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan
derajat blok dan kecepatan deteriorasi.
Bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat:
penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi,
teruskan DMZ keesokan harinya dengan 24 mg IVP setiap 6 jam
selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2
minggu.
bila < 80 % blok,: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan DMZ 4
mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai
toleransi.
d. Radiasi

19
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang
tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy .
e. Pembedahan.
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya
dengan teknik myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop
digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan:
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi
bila lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat
terjadi pada pasien dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan
sebagai metastase.
Medula spinalis yang tidak stabil (Unstable spinal).
Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam,
kecuali signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya
terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal
atau melanoma.
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
Komplikasi pembedahan :
Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis
yang besar selama tindakan operasi.
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi
pada anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang
belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat
terjadi obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan
hidrosefalus.

2.10 Prognosis
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif
mempunyai prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal
mungkin dilakukan pada kasus-kasus ini. Pengangkatan total dapat

20
menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam waktu
yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung
pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring
meningkatnya umur (>60 tahun).5

BAB III

LAPORAN KASUS

Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura SMF NEUROLOGI

Nama : Ny. M.M.K

21
Umur : 50 tahun

Identitas Jenis Kelamin : Perempuan No.DM :42 84 90

Alamat : Tanah Hitam Tanggal :18 Mei 2017

Agama : Kristen Protestan

Suku : Manado

Sumber : 1. Pasien

2. Keluarga (ayah/ibu/suami/Istri/saudara/Anak)

DaftarMasalah

No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

1. Spondylosis lumbal 18 Mei 2017 Tidakada -

2. Paraparese Inferior1 18 Mei 2017 Tidakada -

3. Spondilosis lumbal1 18 mei 2017 Tidak ada -

3. HT grade II 18 Mei 2017 Tidak ada -

S/ 1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluhan Utama : Tidak dapat berdiri/lemah kedua tungkai

1. Onset : 1 bulan yll SMRS


2. Lokasi : Vertebra Lumbal
3. Kronologi : Pasien datang dengan keluhan lemah pada kedua tungkai bawah 1
bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini dialami pasien secara mendadak saat
pasien sedang mandi (pasien sedang mandi dalam posisi duduk kemudian pasien
tidak dapat berdiri). Namun kedua kaki pasien masih dapat bergeser. Pasien mengaku
nyeri ketika kedua tungkai bawah digerakkan. Rasa kebas pada kedua tungkai sejak
januari 2017. Pasien masih dapat merasakan sentuhan ketika kedua tungkai pasien
disentuh. Pasien juga mengeluhkan nyeri dibagian punggung 5 tahun yang lalu
hingga saat ini, namun nyeri yang dirasakan tidak mengganggu aktivitas. Pasien

22
mengaku sering mengangkat barang berat. Pasien juga mengeluh sejak kedua tungkai
lemah, Pasien sulit BAB. Sulit BAB dirasakan pasien 1 bulan yang lalu.
Makan/minum: baik, BAK lancar.
4. Kualitas: Kesan ada kelemahan di anggota gerak bawah

555 555

222 222

5. Kuantitas: Activity Daily of Living : Dependent Total


6. Faktor memperberat: tidak ada
7. Faktor memperingan : tidak ada
8. Keluhan tambahan : tidak ada

2. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat stroke 1 Bulan yll,

Riwayat DM (-)
HT (+)
Jantung (-)
Kolesterol (-)
Asam Urat (- )
OAT di sangkal oleh pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut anak pasien Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti pasien

Riwayat DM (-)
HT (-)
Jantung (-)
Kolesterol (-)
4. Riwayat Keadaan Sosial Ekonomi :
Riwayat merokok (-)
Riwayat alkoholisme (-)
Riwayat makan pinang (-)
5. Riwayat kebiasaan : Menurut anak pasien, pasien memiliki hobi makan, dan suka
mengangkat barang berat.
O/ Pemeriksaan Fisik (tanggal 18 Mei 2017, 13.40 WIT)

23
Status Generalis
Kesadaran: Composmentis GCS : E4V5M6 = 15
Vital Sign: Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 91 x/menit

Respirasi : 24x/menit
Temperatur : 36,7oC
SpO2 : 98 %

Kepala/Leher : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera iktetrik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil
isokor (+/+), oral candidiasis (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks : I. Simetris
P. Vocal fremitus dextra=sinistra
P. Sonor
A. Suara napas vesikuler (+/+), rhonchi (-/-), wheezing (-/-) Bunyi
jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen : I. Tampak datar

A. Bising usus (+)


P. Nyeri tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba

P. Tympani -/-/- -/-/-

Ekstremitas : Akral teraba hangat, udem -/-/- -/-/-


Vegetatif : Ma/Mi (+/+) NGT, BAB/BAK (-/+)
Pemeriksaan Neurologik
Motorik : Inspeksi:Atrofi otot (-)
Palpasi : - nyeri tekan (-)
- Raba sensorik/suhu (normal)
- Kekuatan Motorik : kesan ada kelemahan di anggota gerak bawah

555 555

222 222

Rangsangan Meningeal

24
Kakukuduk :(-)
Lasegue sing : (- / -)
Kernig sing : (- / -)
Brudzinsky I , II, III, IV : (- / -), (- / -), (- / -), (- / -)

Refleks Fisiologis
Bisep : (++ /++)
Trisep : (++/++)
Radialis : (++/++)
Patella : (++/++)
Achilles : (++/++)
Refleks Patologis
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Trommer : (-/-)
Gordon : (-/-)
Gondo : (-/-)

Nervuscranialis Interpretasi

N. I (Olfaktorius) Penciuman (+)

N.II (Optikus) Refleks cahaya (+)

Pengenalan warna : (+)

N.III(Oculomotorius) Pupil isokor (+), diameter 2mm


N.IV(Trochlearis
N.VI(Abducens) Bola mata berada di tengah

Gerak bola mata kesagala arah (+)

N.V(Trigeminus) Cab 1. Opthalmikus: sensoris (+)

Cab 2. Maxilaris: mengunyah (+), sensoris (+)

Cab 3. Mandibularis: sensori (+)


N.VII(Fasialis ) Motorik:Mengerutkan dahi (+), mengangkat alis (+),
senyum(+)

25
N.VIII( vestibulocokleareis) Koklearis : dalam batas normal

Vestibularis:

- Stepping test: suit dievaluasi


- Romberg test: (+) ke kiri
- Tes telunjuk-telunjuk: (+)

N.IX(Glosopharingeus) Pengecapan 1/3 anterior lidah (+)


N.X(Vagus)
Sekresi kelenjar parotis (+)

N.XI(Assesorius) Mengangkat bahu (+)

Memalingkan wajah (+)

N.XII(Hypoglosus) Pergerakan lidah (+) , lidah atrofi (-)

Resume
Pasien wanita, Usia 50 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan lemah pada
kedua tungkai bawah 1 Bulan yang lalu. Vital Sign : Tekanan Darah 110/80,
Frekuensi Nadi 91x/mnt, Respirasi 24x/mnt, Suhu badan 36,7 oC, SpO2: 98%. dan dari
pemeriksaan neurologis reflex fisiologis dalam batas normal, reflex patologis (-).
Diagnosis Kerja
I. - Diagnosis Klinis : Spondylosis lumbal
- Diagnosis Topis : Vertebra Lumbal
- Diagnosis Etiologi: Tumor Medula Spinalis
- Diagnosis Banding : Spondilolistesis
- Diagnosis tambahan : -
Pemeriksaan Penunjang
- Cek Darah Lengkap - CT Scan V. Lumbo Sakral/ Myelografi
- Elektrolit - Pemeriksaan Tumor Marker
Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin (18-05-2017)

Jenis Hasil
Nilai Rujukan
Pemeriksaan (18-05-2017)

HGB 10,8 g/dl 11,0 14,7 g/dl

26
RBC 3,62 x 106/L 4,2 5,4 x 106/L

WBC 5,23 x103/L 4,8 10,8 x 103/L


HCT 32,6 % 37 47 %

PLT 194/L 150-450/L


MCV 89,5 fl 79 - 99 fl
MCH 29,8 pg 27 - 31 pg
MCHC 33,3g/dl 33 37

Kimia Lengkap (18-05-2017)

Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemeeriksaan

Pria: 0,6-1,1
CREATININ 0,6 mg/dl
Wanita0,5-0,9
UREUM 10,9 mg/dl 10-50 mg/dl
NATRIUM 143 mEq/L 135 148 mEq/L
KALIUM 3,8 mEq/L 3,5 5,3 mEq/L
CHLORIDA 109 mEq/L 98 106 mEq/L
KALIUM 3,8 mEq/L 3,5 5,3 mEq/L
Albumin 3,9 g/L 3,5 5,2 g/L

Pemeriksaan selanjutnya :

- Radiologi : CT Scan V. Lumbo Sakral/ Myelografi

27
Pengobatan (tanggal 18 Mei 2017)
- IVFD NaCL 0.9% 500cc + cernevit 1 vial + Diazepam 1 amp + metylprednisolone
250mg /12 jam
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
- Dulcolax supp II
- Amlodipin 1x10 mg (p.o)
- CPG 1x75 mg (p.o)
- Ranitidine 2x1 amp (IV)
Prognosis
Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungtionam : Dubia at Malam

Quo ad Sanationam : Dubia at Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

28
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi
pada daerah cervical pertama hingga sacral. Sedangkan Spondylosis lumbal
merupakan penyakit degenerative pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis.
Biasa teradi karena sala sat factorpencets adala karena Tumor medla spinalis.
Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk
dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek.

Seperti yang terjadi pada Ny.M.K yang mengalami periode nyeri punggung
bagian belakang, seperti yang diketahui melalui anamnesa, pasien dating dengan
keluahan lemah pada kedua tungkai, onset 1 bulan SMRS, dengan periode nyeri
pada punggung sebelumnya, onset 5 tahun yang lalu, rasa kebas pada kedua
tungkai jika digerakan (+), onset 4 bulan yang lalu, pasien merasa nyeri ketika
menggerakan kedua tungkai. Pasien memiliki riwayat gaya hidup yang kurang
baik, yaitu sering mengangkat beban berat, membungkuk dalam waktu yang
lama. Pasien mengaku, semenjak merasakan kelemahan pada kedua tungkai,
pasien juga mengalami sulit BAB, mengedang namun feses susah keluar. Pada
pemeriksaan fisik, ditemukan ada kelemahan di tungkai bawah dengan kekuatan
motoric atas kiri/kanan 555/555 dan motoric bawah kiri/kanan 222/222. Hal ini
diperkuat oleh literature yang mengatakan bahwa spondylosis lumbal ditandai
dengan Nyeri punggang bawah yang merupakan keluhan yang paling umum muncul
dalam waktu yang lama sebelum munculnya penekanan radikuler. Pada literatur juga
mengatakan bahwa Spondilosis lumbalis biasanya tidak menimbulkan gejala. Ketika
terdapat keluhan nyeri punggung atau nyeri skiatika, spondilosis lumbalis biasanya
merupakan temuan yang tidak ada hubungannya. Biasanya tidak terdapat temuan apa-
apa kecuali munculnya suatu penyulit.

Pada pasien tersebut, mengalam onset nyeri pada punggung bagian bawah
kurang lebih 5 tahun yang lalu, namun gejala baru muncul yaitu mengalami kelemahan
pada tungkai bawah, hal ini memperkuat literatur yang mengatakan bahwa spondilosis
lumbal biasanya merupakan temuan yang tidak ada hubungannya. Biasanya tidak
terdapat temuan apa-apa kecuali munculnya suatu penyulit. Pada keadaan pasien

29
tersebut, ditemukan penyulit yaitu terdapat tumor medula spinalis, ini yang merupakan
penyakit penyerta yang menjadi penyebab munculnya gejala.

Pengobatan pada pasien tersebut adalah, bedrest total, dan pengbata konservatif,
yaitu pemberian analgesik, antibotik. Sehingga pada pasien tersebut diberikan cairan
infus NaCl 0,9% 500 cc + sernevit 1 vial + diazepam 1 ampul + metylprednisolone 250
mg / 12 jam. Kemudian pada pasien ini juga diberikan amlodipin 1 x 10 mg (p.o)
sebagai antihipertensi. Pasien juga diberikan injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr (iv) sebagai
antibiotik, Dulcolax supp II, ranitidin 2 x 1 ampul (iv), CPG 1 x 75 mg (p.o).

BAB V

PENUTUP

30
5.1.Kesimpulan
Seorang pasien wanita usisa 50 tahun. Dari anamnesa didapatkan

data pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keluhan

lemah pada tungkai bawah onset 1 bulan yang lalu, nyeri punggung 5

tahun yang lalu, demam ( - ), mual ( - ), muntah ( - ), penurunan berat badan

secara drastis ( - ), sering berekeringat ( - ), nyeri ulu hati ( - ), sulit BAB ( +

), BAK ( + ) warna kuning seperti biasa, nyeri ( - ), GCS: E4 V5 M6, kekuatan

motorik atas, kiri/kanan 555/555, motorik bawah kiri/kanan 222/222.


Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang yang didapatkan, maka pasien ini didiagnosa: Spondilosis lumbal

dengan diagnosis etiologi; Tumor medula spinalis, dan diagnose klinis

paraparese inferior.

DAFTAR PUSTAKA

1. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi III. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999.
Hal 331-340.
2. Hakim, A Adril. Permasalahan Serta Penanggulangangn Tumor Otak Dan Sumsum
Tulang Belakangi. . http://www.USU-digitallibrary.com. 2006.

31
3. Plummer. Report Of A Case Of Spinal Cord Tumor. http:// www.jbjs.org. 2008
4. Anonim. How Are Brain and Spinal Cord Tumors in Adults Diagnosed?.
http://www.cancer.org. 2008
5. Mumenthaler and Mattle. Fundamental of Neurology. Thieme. 2006. Page 146-147.
6. Anonim. About Brain and Spinal Cord Cancers. http://www.jbjs.org. 2008
7. Mark S. Greenberg. Handbook of Neurosurgery. Third Edition. Greenberg Graphics.
Lakeland, Florida. 1994. Page 689-699.
8. Francavilla, L Thomas. Intramedullary Spinal Cord Tumors.
http://www.emedicine.com. 2002.
9. Shneiderman, Amiran. Tumors of the Conus and Cauda Equina.
http://www.emedicine.com. 2006.
10. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis. http://www.USU-digitallibrary.com. 2002.

32

Anda mungkin juga menyukai