Anda di halaman 1dari 55

IMUNISASI

Kelompok Tutorial 11B


Khalida Sheikh Masyhur
DEFINISI IMUNISASI
DEFINISI IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005).
DEFINISI IMUNISASI

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu


penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya(Menurut WHO 2008)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PROGRAM IMUNISASI
1. Status Imun Penjamu

Fetus mempunyai Apabila vaksinasi akan memberikan


antibodi maternal campak diberikan efek yang kurang
spesifik terhadap pada saat kadar memuaskan
virus campak antibodi spesifik
campak masih tinggi

Demikian pula ASI yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio
dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Oleh
karena itu bila vaksinasi polio oral diberikan pada masa pemberian kolostrum (usia
0-3 hari).
Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Fungsi makrofag pada
neonatus Masih kurang terutama fungsi mempresentasikan antigen. Pembentukan
antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang , sehingga imunisasi yang
diberikan sebelum bayi berumur 2 tahun jangan lupa memberikan imunisasi ulangan.
2. Faktor Genetik Penjamu

Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas


genetik. Secara genetik, respon imun manusia terbagi menjadi
respon baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu,
tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon
imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan
vaksinasi tidak sampai 100% .
3. Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun misalnya
vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik,
sedangkan vaksin polio paranteral hanya memberikan imunitas sistemik
saja.
Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis
terlalu tinggi akan menghambat respon imun yang diharapkan,
sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel
imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji
klinis,karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan.
Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun. Bila
pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik
masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan,
sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat
terjadi reaksi arthus. Pemberian vaksin ulang (booster) sebaiknya
mengikuti anjuran sesuai hasil uji klinis.
JENIS-JENIS IMUNISASI
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya

Imunisasi Wajib Imunisasi Pilihan


Merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
Imunisasi rutin; seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka
Imunisasi Dasar; dan melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular
tertentu.
Imunisasi Lanjutan Jenis imunisasi pilihan :
Imunisasi tambahan; dan Haemophillus influenza tipe b (Hib),

Imunisasi khusus. Pneumokokus,


Rotavirus,
Human Papilloma Virus
Influenza, (HPV), dan
Japanese Encephalitis.
Varisela,
Measles Mumps Rubella (MMR)
Demam Tifoid,
Hepatitis A
Imunisasi Dasar

Diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun;


Jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud adalah
Bacillus Calmette Guerin (BCG);
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B
(DPT-HB-Hib);
Hepatitis B pada bayi baru lahir;
Polio; dan
Campak.
Imunisasi Lanjutan

Merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan


tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
anak usia bawah tiga tahun (Batita);
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B
(DPT-HB-Hib)
Campak
Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan diberikan pada :


anak usia sekolah dasar; dan
Diphtheria Tetanus (DT),
Campak, dan
Tetanus diphteria (Td).
wanita usia subur.
Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi Tambahan

Diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling


beresiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologi
pada periode waktu tertentu.

Pemberian imunisasi tambahan tidak menghapuskan


kewajiban pemberian imunisasi rutin
Imunisasi Khusus
Kegiatan imunisasi yang dilaksanakan unutk melindungi
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.

Situasi tertentu yang dimaksud adalah :


keberangkatan calon Jemaah haji/umroh
Persiapan menuju Negara endemis penyakit tertentu
Kondisi kejadian luar biasa

Pemberian imunisasi khusus yang diberikan adalah :


Imunisasi Meningitis Meningokokus
Imunisasi demam kuning (yellow fever)
Imunisasi anti rabies (VAR)
CARA PEMBERIAN
Hepatitis B

Vaksin rekombinan DNA


dosis I segera setelah lahir (12 jam)
bila ibu HBsAg (+) risiko penularan (40%)
semakin muda terkena hepatitis B semakin besar
risiko sirosis (95%), Ca hepatoseluler (40%)
Kombinasi dengan DPT-Hep: 2, 3, 4 bulan
Intra muskuler, paha atas antero lateral

Bayi dari ibu HBs Ag (+):


vaksinasi hep B & imunoglobulin (HBIG),
tempat suntikan berbeda, segera (12 jam setelah lahir)
Efektifitas: durasi proteksi setelah 3 dosis: 15 20 th
Efektif: > 95 % mencegah infeksi kronis
Efek samping: 3-20 %, lokal: sakit, sistemik
BCG

Vaksin hidup yang dilemahkan (M. Bovis):


Tidak boleh pada pasien penurunan kekebalan
Mudah rusak , 3 jam setelah dilarutkan rusak
Indonesia daerah endemis:
segera setelah lahir (0-2 bulan)
usia > 3 bulan : PPD test
1 kali, 0,05 ml, intra kutan
Proteksi meragukan?
42 % (50-78%) mencegah TBC primer
70 % TB berat mempunyai parut
ditunggu vaksin yang lebih poten

Efek samping: 1-2 %, limfadenitis regional


Vaksin BCG
Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 8C (bukan
freezer), hanya boleh 3 jam
Kering : simpan dlm suhu 2 8C, lebih baik
dalam freezer,
Jangan kena sinar matahari
Dosis : 0.05 ml intrakutan, m. deltoidius kanan

Buku Imunisasi di Indonesia 2013


Vademecum Biofarma, 2015
POLIO, 2 Jenis :
Oral polio vaccine (OPV):
vaksin hidup dilemahkan, diteteskan, 2 tetes
dasar: 4 kali: 0,2,3,4, (ulangan: 1 , 5 tahun)
Mudah, murah, efektif untuk eradikasi polio
Pembentukan IgG dan IgAs (usus menghambat berkembang biak
virus polio liar)
Efek samping (KIPI): paralisis/ vaccine-associated paralytic
poliomyelitis (VAAP); 1/ 750.000 (polio 1) ,
1/ 2.5 juta vaksin

Inactive polio Vaccine (IVP):


vaksin mati, injeksi im, 4 dosis
Efek samping paralitik (-), pasien gangguan kekebalan
Tidak membentuk IgAs tidak bisa untuk eradikasi polio
Vaksin Polio Oral (OPV)
Virus hidup, dilemahkan
Virus poliomielitis tipe 1, 2, 3 strain Sabin
Penyimpanan (sebelum dibuka):
dalam suhu - 20C potensi sampai 2 thn
dlm suhu 2 8C potensi sampai 6 bulan
Setelah dibuka simpan dlm suhu 2 8C
potensi hanya sampai 7 hari
Tidak beku, ada sorbitol
Sedang diare : boleh divaksin, 4 minggu
kemudian beri 1 dosis sebagai dosis
tambahan
DPT

mengandung:
Toksoid dipteri & tetanus, bakteri (whole cell/ aselullar pertusis
Adjuvant: meningkatkan potensi suntikan intra muskuler
dalam (mencegah pembengkaan)
2, 3, 4 bulan
Boster 1 th, BIAS (bulan imunisasi anak sekolah: DT/ TT
2 jenis:
DPwT: pertusis whole cell , efek samping lebih sering (demam,
rewel )
DPaT: aseluler: efek samping lebih sedikit, mahal
DPT

Difteria dan tetanus : toksoid dimurnikan


Pertusis : bakteri mati, teradsorbsi dlm Al fosfat
Tiap 1ml :40 Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf
toksoid tetanus, Al fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg.
Simpan dan transportasi dalam 2 8C, jangan
dalam freezer
Kocok sampai homogen, bila ada gumpalan atau
endapan jangan digunakan
Vaksinasi anti Tetanus (DPT, TT)
Tujuan
Eliminasi tetanus neonatorum
Cegah tetanus
Target imunisasi tetanus : > 5 kali
3 dosis saat bayi + 2 dosis toksoid dewasa
dosis ke-4 (18 24 bl) kekebalan > 5 th
Dosis ke-5 (masuk SD) kekebalan > 10 th
Dosis ke-6 (keluar SD, TD atau dT) kekebalan > 20 th
Uji Kocok (Shake Test)
Vaksin tidak pernah beku Vaksin pernah beku

Setelah dikocok

Setelah 15 menit

Setelah 30 menit

Setelah 60 menit

Boleh digunakan Jangan digunakan


Measles (Campak)

Virus hidup dilemahkan


9 bulan, bila ada wabah 6 bulan (harus di ulang 9/12 bln)
ulangan :
MMR: 6 bulan setelah campak
BIAS: klas 1 SD, 29 % usia 5-7 thn pernah menderita campak
meskipun sudah imunisasi
Subkutan
Kontra indikasi: demam, penyakit sedang/ berat, ibu hamil,
penderita dgn gangguan sistem imun, habis transfusi
Vaksin Campak

Virus hidup dilemahkan, jangan kena sinar matahari


Vaksin kering : simpan < 0 C atau < 8C, lebih baik
minus 20 C. Pelarut tidak boleh beku.
Setelah dilarutkan, dlm suhu 2 8C maksimum 8
jam
Tiap 0,5 ml mengandung
1000 u virus strain CAM 70
100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
Dosis 0,5 ml, subkutan, di deltoid lengan atas
Ukuran Jarum

Intramuskular di paha mid-anterolateral


Neonatus
kurang bulan / BBLR : 5/8 inch (15,8 mm)
cukup bulan : 7/8 inch (22,2 mm)
124 bulan : 7/8 1 inch (22,2-25,4 mm)

Intramuskular di deltoid
> 2 thn (tergantung ketebalan otot)
7/8 1,25 inch (22,2 -31,75 mm)
Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch (38,1mm)
Teknik dan Posisi Penyuntikan

Bayi digendong pengasuh,


Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to chest)
Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)
Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
Jarum disuntikan dengan cepat
Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan bersamaan
Posisi Anak ketika Divaksinasi

Lengan yg satu Tangan yg lain


dijepit ketiak ibu dipegang ibu,
Kemudian
anak dipeluk

Tungkai anak
dijepit paha ibu
Tabel : Dosis,Cara pemberian,Jumlah pemberian,Intervensi Dan waktu Pemberian imunisasi
MEKANISME PEMBENTUKAN SISTEM
KEKEBALAN POST-IMUNISASI
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
DEFINISI KIPI

Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam


masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada kejadian tertentu lama
pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (artritis kronik
pasca vaksinasi rubella), atau sampai 6 bulan (infeksi virus
campak vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau
resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio.
KLASIFIKASI KIPI
Reaksi Vaksin, misal : induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin
Kesalahan program, misal : salah dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan,
semprit dan jarum tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik,
penyimpanan vaksin salah
Kebetulan (coincidental), kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak
disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan diketemukannya
kejadian yang sama disaat yang sama pada kelompok populasi setempat
tetapi tidak mendapat imunisasi.
Injection reaction, disebabkan rasa takut/gelisah atau sakit dari tindakan
penyuntikan, bukan dari vaksin. Misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntik, takut, pusing dan mual.
Penyebab tidak diketahui, yaitu penyebab kejadian tidak dapat ditetapkan
EDUKASI
EDUKASI SEBELUM DAN SESUDAH
IMUNISASI

Tujuan dari pemberian imunisasi untuk mencegah


terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh
dkk, 2011).
Memberi kekebalan pada bayi dan anak dengan
maksud menureunkan kematian dan kesakitan serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
SEBELUM IMUNISASI

1. Pastikan kondisi si Kecil optimal setiap sebelum imunisasi.


Setiap kali akan dilakukan imunisasi, petugas kesehatan
atau dokter akan melakukan wawancara kepada orangtua
mengenai kondisi si Kecil.
Pemeriksaan badan juga harus dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan dan mencari tahu apakah si Kecil sakit atau
tidak. Pada keadaan sakit ringan seperti batuk, pilek atau
diare, imunisasi tetap dapat dilakukan dan penyakit yang
diderita si Kecil diobati. Pemberian imunisasi dalam keadaan
sakit ringan tidak akan mempengaruhi pembentukan
kekebalan tubuh atau antibodi.
SEBELUM IMUNISASI

2. Jika si Kecil sedang sakit, obati dulu penyakitnya


Bila kondisi si Kecil tidak memungkinkan untuk
mendapat imunisasi sesuai jadwalnya, hal itu tidak
akan jadi masalah. Ibu dapat menunggu kesehatan si
Kecil untuk pulih kembali. Setelah si Kecil sembuh, Ibu
bisa membawanya ke dokter untuk diberikan imunisasi.
Jika Ibu terlambat memberikan imunisasi dari jadwal
yang sudah ada atau tidak teratur, pemberian
imunisasi berikutnya tidak perlu diulang kembali dan
bisa diteruskan sesuai jadwalnya.
SETELAH IMUNISASI

1. Berikan istirahat setelah imunisasi


Setelah pemberian imunisasi, si Kecil bisa saja
mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
seperti demam, rewel, sering menangis atau timbul
pembengkakan di tempat suntikan yang disertai ruam
kemerahan. Bila ia mengalami keadaan di atas,
sebaiknya ajak ia untuk beristirahat.
SETELAH IMUNISASI

2. Jenis imunisasi tertentu dapat menyebabkan demam


Beberapa jenis vaksin dapat menimbulkan demam. Jenis vaksin
tersebut adalah DPT, Campak, Hib. Demamnya pun bervariasi, bisa
ringan atau tinggi. Pada keadaan demam, Ibu dapat memberikan
obat penurun panas atau melakukan kompres hangat.

3. Vaksin sebaiknya diberikan sesuai jadwal agar imunitas anak


optimal
Vaksin yang terlambat diberikan dapat dilanjutkan tanpa
mengenal istilah hangus. Vaksin yang diberikan terlambat dapat
tetap melindungi anak, walaupun tidak sebaik yang diberikan tepat
waktu. Untuk mengejar keterlambatan, dapat digunakan vaksin
kombinasi atau pemberian secara bersamaan. Dengan pemberian
vaksin ini, si Kecil menjadi lebih nyaman.
Mengatasi Ketakutan dan Nyeri
Jangan menakut-nakuti anak
Empati, jangan dipaksa dengan dipegang kuat
Diajak bicara, dielus-elus, ditenangkan
Bayi baru lahir : diberi ASI, sukrosa dilidahnya
Tekan 10 detik sebelum disuntik
Anak : bernafas dalam, tiup baling-baling, ajak bicara,
bacakan cerita, musik
PERSIAPAN PEMBERIAN VAKSIN
Cuci tangan
Identitas anak, umur, jarak dengan imunisasi sebelumnya
Baca nama vaksin, tanggal kadaluwarsa,
teliti kondisi vaksin apakah masih layak :
warna indikator VVM,
Kocok : penggumpalan, perubahan warna
Alat suntik : sekali pakai
Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
Pasang dropper polio dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas IDAI. Edisi 5 tahun 2014
PERMENKES 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN 1626 tahun 2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penyelenggaraan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI)
Probandari, Ari Natalia; et all. 2013. Keterampilan Imunisasi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai