Anda di halaman 1dari 23

CATATAN KULIAH ANESTESI II

Kuliah : Dr Herman Dau, Sp. An Tanggal : 2 September dan 16 September 2003 berencana maka resikonya pun jauh lebih besar (dilakukan 1-2 jam sebelum operasi). Kegunaan secara khusus terhadap persiapan pra anestesi meliputi :

PERSIAPAN PRA ANESTESI


Tindakan anestesi merupakan suatu tindkan yang bertujuan untuk keselamatan penderita dalam tindakan anestesi dan pembedahan maka sebelum melakukan anestesi kita harus melakukan pemeriksaan untuk mencegah kecelakaan yang mungkin timbul pada saat dilakukan anestesi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : Anamnesa, Pemeriksaan fisik, Laboratorium, Radiologi, Pemeriksaan lain yang dianggap

1. Persiapan anestesi sangat berperan thd keselamatan penderita. 2. Persiapan anestesi merupakan support mental bagi penderita krn
dirinya merasa diperhatikan sehingga penderita dapat lebih tenang.

3. Merupakan salah satu cara supaya dokter yang memeriksa dapat


mengetahui lebih banyak mengenai sakit-sakit terdahulu yang tidak berhubungan secara langsung terhadap pembedahan. Tujuan secara khusus pemeriksaan pra anestesi : 1. Untuk Pengumpulan Data Ada 2, yaitu : a. Data subyektif : biasa didapatkan dari anamnesa atau heteroanamnesa b. Data obyektif : merupakan pemeriksaan fisik, laboratorium, radiologi dan lain-lain yang menunjang Untuk pemeriksaan fisik dan anamnesa berpatokan pada B6, yaitu :

menunjang terhadap pemeriksaan yang kita lakukan kepada penderita sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan. Pemeriksaan sebaiknya dilakuakn beberapa hari atau satu hari sebelum dilakukan operasi dan anestesi supaya kita dapat mempersiapkan penderita lebih baik. Ini untuk penderita yang operasinya berencana (operasi elektif). Pada operasi-operasi darurat/emergency, mengingat waktu yang terbatas maka persiapan tidak bisa selengkap seperti operasi-operasi

1. Breath (nafas) Merupakan pemeriksaan anamnesa dan fisik dari sistem pernafasan : misal sesak, batuk, pilek, asma, merokok dan berapa banyak (sebab orang

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


yang merokoknya banyak akan tahan terhadap obat bius dan akan terjadi batuk pada saat narkose). - Bagaimana keadaan jalan nafas, bentuk hidung, lubang hidung, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi. - Bagaimana keadaan lidah dan tonsil - Menciutkan frekuensi nafas, berapa frekuensi nafasnya, tipe nafasnya (cuping hidung, abdominal-thorakal, nafas dengan bantuan otot pernafasan) - Dengan pemeriksaan fisik dapat mengetahui apakah ada ronkhi, wheezing atau suara nafas tambahan 2. Blood (darah) / Sistem Kardiovaskular - Berapa tekanan nadi (bradikardi / takikardi) - Bagaimana isi nadi (kuat / lemah / kecepatannya) - Berapa tekanan darah (tinggi / normal / rendah) - Bagaimana perfusi perifer (apakah telapak tangan hangat / kering / kemerah-merahan) - Apakah ada syok, perdarahan - Bagaimana keadaan jantung penderita (murmur, BJ I-II) 3. Brain (otak) / Susunan saraf pusat - Apakah penderita takut dan gelisah - Bagaimana tingkat kesadaran penderita (diperiksa dengan GCS) 6. Bone (tulang) - Kaku kuduk pada penderita - Patah tulang pada penderita - Bentuk leher, tubuh (atletik / picnic / astenic) 5. Bowel / sistem Digestive - Apakah ada muntah, diare, kembung. Nyeri tekan - Bising usus, peristaltik usus - Flatus penderita (pernah/tidak) - Apakah ada cairan bebas dalam perut (ascites) - Meraba hati, lien (membesar / tidak teraba / berbenjol-benjol) - Photo polos abnomen (BNO) - Pemeriksaan laboratorium (liver function test) - Apakah ada kelumpuhan saraf - Tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat (harus hati-hati karena post operasi penderita akan jatuh koma). 4. Bladder (kandung kencing) / Sistem Urogenitalia - Bagaimana produksi urin (anuria, hematuria) - Apakah ada penyumbatan saluran kencing atau darah pada kencing - Pemeriksaan laboratorium dapat melihat keadaan faal ginjal penderita - Pemeriksaan radiologi

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Setelah B1-B6 kita juga perlu menanyakan pada penderita apakah penderita minum obat-obatan yang lain sebelum operasi, apakah ada alergi terhadap obat-obatan. Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium dan radiologi disesuaikan dengan fasilitas rumah sakit dimana kita berada. Pemeriksaan Standar : pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, bleeding cloating) Pemeriksaan liver function test : SGOT, SGPT, Bilirubin, Alkali fosfatase Pemeriksaan renal function test : serum kreatinin, kreaatinin, BUN Pemeriksaaan radiologi : Foto thoraks Pemeriksaan pelengkap atas indikasi : gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah puasa, untuk penderita berumur 40 tahun atau lebih kita harus meminta pemeriksaan EKG. 3. Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi - Nafas - Kardiovaskuler - Kesadaran Dengan data yang ada maka kita dapat mengantisipasi kesulitankesulitan yang akan terjadi. Misalnya penderita dengan asma bronkhial terdapat penyulit attack asthma, maka dapat diberika bronkodilator. 4.Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi - Obat anestesi yg bersifat bronkodilator - konsultasi dengan dokter - Pada penderita TBC aktif lakukan terapi sebelum operasi - berikan antasida, isap dgn ppa lambung Menentukan status fisik dari penderita Ex : Tumor yang besar, tumor yang sulit utk dioperasi, tumor berdarah saat operasi Masalah anestesi yang khusus : - menentukan apakah penderita dilakukan intubasi endotrakeal misalnya operasi struma - Apakah perlu anestesi dengan nafas buatan - Posisi penderita pada saat operasi

Pada operasi-operasi besar kita dapat meminta pemeriksaanpemeriksaan lain : CT Scan (trauma kepala), faal paru (paru), faal hemostatis (berdarah)

2. Menentukan masalah yang ada pada penderita sesuai data Masalah yang ada biasanya : Masalah medik : Penyakit tertentu yang ada pada penderita di luar operasi. Ex : Os. Asma bronkhial, Gang.faal liver, ginjal, AMI dll Masalah bedah

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Status fisik sangat berhubungan dengan kondisi penderita, macam operasi, resiko opersi. Untuk status fisik dari Amerika yaitu ASA (American Society Anestesi) Untuk operasi emergency, maka dibelakang angka diberi huruf E/D (Darurat). Misal operasi apendiks. ASA 1 E.

- ASA 1 Penderita tidak didapatkan kelainan organik atau sistemik, selain penyakit yang dioperasi. Misal pada kasus opeasi patah tulang, kutil dll. - ASA 2 Penderita didapatkan kelainan sistemik ringan sampai sedang, selain penyakit yang akan dioperasi. Misal DM yang terrkontrol, hipertensi ringan. - ASA 3 Penderita didapatkan kelainan sistemik berat tapi belum mengancam jiwanya, selain penyakit yg dioperasi. Misalnya DM tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi. - ASA 4 Penderita dengan kelainan sistemik berat yg mengancam jiwanya selain penyakiy yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkiale yg sesak, koma diabetikum - ASA 5 Suatu penyakit dimana penderita dilakukan atau tidak tindakan operasi akan mengancam jiwa penderita.

6. Menentukan obat dan cara anestesi Dari data yang ada kita dapat melakukan anestesi dengan menentuykan obat premedikasi untuk penderita. Misalnya : penderita dengan hipertensi maka diberiobat anestesi yang tidak berefek menaikkan tekanan darah (ketamin tidak boleh diberikan). Premedikasi Adalah obat atau penerangan yang diberikan kepada pasien sebelum dilakukan anestesi dengan tujuan : Supaya penderita bisa tenang dan mengurangi rasa takut Mengurangi rasa sakit/nyeri Mengurangi dosis dan hasil ikutan obat anestesi Menambah khasiat obat anestesi

Cara pemberian obat anestesi Suntikan melalui im, biasanya diberikan - 1 jam sebelum anestesi dan operasi dilakukan

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Melalui IV pada keadaan darurat. Diberikan 5-10 menit sebelum anestesi dan pembedahan dilakukan. Dosis 1/3 dari dosis IM. Apabila memungkinkan malam hari sebelum penderita diberikan dan operasi terlebih dahulu diberi obat penenang, seperti : diazepam. Suntikan injeksi dalam ampul (1 ampul = 1 cc). 1cc = 5 mg Morfin 2. Golongan Sedativa + transqualizer Golongan ini diberikan karena khasiat sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk. Dengan obat ini kadangkadang pasien mengalami depresi pernafasan dan depresi sirkulasi, Penggolongan Obat-obat Anestesi : 1. Golongan Narkotika Obat ini dipakai untuk mengurangi rasa nyeri, mengingat obat ini mempunyai sifat analgesik yang sangat kuat, tapi kita tidak lupa hasil ikutannya yaitu : Menimbulkan depresi pusat nafas Menyebabkan mual atau muntah Vasodilatasi pembuluh darah, sehingga harus berhati-hati pada penderita dengan gangguan nafas, gangguan tapi bila pasien merasa ada nyeri sebelum anesthesi pasien tampak lebih gelisah. Hasil ikutan dalam golongan sedativa adalah depresi nafas dan sirkulasi jantung terjadi apabila sudah ada nyeri pada penderita setelah pemberian sedativa penderita tampak lebih gelisah. Dosis golongan obat sedativa : Luminal : Dewasa 100 mg IM, anak-anak 3-5 mg/Kg BB IM

Nembufal : Dewasa 100 mg IM. Tidak Boleh diberikan pd anak2

sirkulaso berat dan penderita dengan tekanan intrakranial yang tinggi Kita memberikan narkotika bila anesthesi yang dilakukan dengan obat-obat yang sifat analgesiknya rendah. Pada obat-obat anesthesi yang berefek mual primer = flutam. Dosis yanng diberikan :

Dosis golongan obat transquilezer : Valium : dipakai 1 jam sebelum operasi Diazepam Paling sering dipakai sebagai obat premedikasi. Dewasa 10 mg im (1 ampul). Anak 0,3 mg-0,5 mg/kg BB im. Obat ini agak susah diberikan karena suntikan diazepam menimbulkan rasa nyeri yg sangat sakit, jadi jarang

Petidin. Dengan diencerkan 1 cc 5 cc ( 1cc mengandung 10 mg petidin). Dosis : 1 mg/KgBB IM Morfin

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


diberikan pada anak kecil. Pada pemberian iv bisa mengiritasi pembuluh darah jika pemberiannya tidak diencerrkan atau tidak pelan-pelan. Dihidrobensferidol (DHBF) Dewasa 2,5-5 mg/kg BB im, anak 0,2-0,5 mg/kg BB im. Jarang pada anak-anak, jarrena obat ini memang susah didapat, juga ada efek samping timbul rasa tak enak, hidung buntu, usah bernafas shg penderita jadi lebih gelisah. 3. Golongan Obat Pengering Berkhasiat untuk menurunkan sekresi kelenjar, misal ludah, keringat dan lendir di mulut dan untuk menurunkan efek parasimpatolitik/paraphasogolitik. Kerugian Menurunkan sekresi kelenjar, misal ludah, keringat, shg proses pembuangan panas akan terganggu shg terjadi kenaikan suhu badan penderita, hal ini sering terjadi pada anak-anak. Indikasi Diberikan pada anestesi yang menggunakan obat yg berefek hipersekresi seperti ketamin, eter. Dosis Skopolamin (jarang ada) Dosis = dosis SA Setelah pemberian obat premedikasi diharapkan penderita : Menjadi lebih tenang Terjadi sedasi Tanpa depresi pernapasan Tanpa depresi sirkulasi Mengantuk/tertidur tetapi mudah dibangunkan, jadi tidak terjadi depresi SSP Secara umum : Pasien dipuasakan minimal 6-8 jam untuk dewasa, minimal 4 jam untuk anak-anak, 6 jam sebelumnya tidak boleh makan, hanya minum pada 4 jam sebelumnya

Cairan yang diberikan utk maintenance biasanya RL 2 Sebaiknya infus dipasang 2-3 jam sebelum op sebagai DS 0,25 NS diberikan kepada anak-anak Untuk persiapan infus anak-anak yang tidak bisa diinfus

cc.Kg BB/jam maintenance

Sulfastropin (SA)

diinduksi dulu dengan ketamin IM setelah os tidur baru langsung diinfus Gigi palsu harus dilepas. Dilepas sebelum masuk ke kamar operasi, saat mau berangkat dari kamar perawatan

Dewasa 0,5 mg im (1 ampul= 0,25 mg sulfas atropin), anak-anak 0,01 mg/kg BB im.

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Seluruh perhiasan, pakaian yang tidak perlu dilepas Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi penggumpalan protoplasma) 2. Teori Lipid - Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi. - Kelarutan anestesi makin kuat - Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat - Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD

sebelum masuk kamar operasi

DASAR-DASAR ANESTESI
Dosen : dr. Retna Utami, Sp. An Tgl : 9 September 2003

3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi. 4. Teori biokimia Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif). 5. Teori Neurofisiologi

Teori anestesi umum : 1. Teori Kolloid Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran. 6. Teori Fisika Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk mikrokristal di SSP.

John Snow (+) 1 Stadium : stadium paralisis (kelebihan obat per Iv) Goedel secara sistimatik Gillespie (1943) menyempurnakan stadium-stadium menurut Guedel - Tanda-tanda perubahan pada sistem nafas, akibat insisi kulit - Sekresi air mata - Refleks Laring

Stadium-stadium Anestesi : - Eter - Premedikasi Tanda-tanda Anestesia Trias Anestesi : Analgesia Hipnosis Arefleksia / relaksasi Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium Jenis jenis Pembagian Stadium Anestesi : eter oleh Morton Pounly (1877) 3 stadium - Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur - Terjadi depresi pada ganglia basalis rx berlebihan bila ada rangasang (hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba) Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi - Induksi kesadaran hilang - Nyeri ( ) o.k bedah kecil - Berakhir : refleks bulu mata hilang

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma Stadium 3 : Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana : Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal - Pupil terfiksasi, miosis - Refleks cahaya (+) - Lakrimasi - Refleks faring dan muntah (-) - Tonus otot mulai Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal - Volume tidal - Frekuensi nafas - Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis - Refleks cahaya - Refleks kornea (-) Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal - Lakrimasi (-) - Pupil melebar dan sentral - Refleks laring dan peritoneum (-) - Tonus otot Keterangan : Pupil pada : Stadium 4 : Stadium paralisis - Disebut juga stadium kelebihan obat. - Terjadi henti nafas sampai henti jantung Tanda-tanda anestesi : untuk menilai stadium-stadium anestesi - cukup dalam - terlalu dalam - masuh dangkal Ventilasi normal : - Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma) - Pria dewasa : dominan torakal lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal) - Tonus otot - Pupil midriasis - Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)

Stadium I : tidak melebar ok psikosensorik dan pengaruh emosi Stadium II : pupil midriasis ok rangsang simpatik pada otot dilatator

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Stadium III : pupil mulai midriasis lagi ok pelepasan adrenalin pada anestesi dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV Pada pupil yang diperhatikan : - gerak - fixasi posisi pupil Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur Anestesi dalam (kelebihan dosis) : - Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III - Ventilasi perut dan dangkal Sebab lain pupil midriasis : 1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear) 2. Premedikasi atropin tanda opiat 3. Hipoksia 4. Syok dan perdarahan Refleks bulu mata N : sentuhan berkedip (kontraksi) (-) : akhir stadium I, awal stadium II Refleks kelopak mata N : tarik kelopak mata ada tarikan (kontraksi) (-) : awal stadium III Yang dimonitor : 1. Kedalaman anestesi 2. Kardiovaskuler : - Tekanan darah (invasif atau non invasif) - EKG - CVP 3. Ventilasi respirasi : 1. Diagnosis adanya permasalahan 2. Perkiraan kemungkinan teerjadi kegawatan 3. Evaluasi hasil tindakan : efektifitas dan efek tambahan Dilakukan perioperatif dengan : - Memperhatikan - Mengawasi - Memeriksa (dgn melihat, meraba, mendengar) Agar tecapai tujuan tertentu keselamatan penderita thd rx pemberian obat pada fs pernafasan dan jantung Refleks cahaya : N : Pupil miosis (-) : Stadium 3 plana 3 Monitoring Anestesi

10

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


- Stetoskop - Pulse oksimetri saturasi - Capnometer - Analisa gas darah 4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris - Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat - Axilla, rectal, osefagus, nasofaring 5. Blok pelumpuh otot; obat anestesi tidak boleh dihentikan selama obat pelumpuh otot bekerja karena dapat menyebabkan apneu 6. Produksi urin : - 1 cc/kg BB/j 7. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20% perdarahan diberi transfusi whole blood. 8. Sirkuit anestesi Digunakan kapnometer untuk mengukut O2 dalam darah O2----mesin anestesi corugated-corugated masker/ ET Pasien Kuliah : dr. Retna Utami, Sp. An Tgl : 23 September dan 07 Oktober 2003 Perbedaan Dewasa Anak : Anatomis Fisiologi Farmakologi Psikologi Patologi Perbedaan Anatomi : Anak : s/d 12 tahun

1. Ukuran pasien : kecil neonatus 1/20 dewasa organ-organ tubuh


kecil

2. Luas permukaan tubuh > dibanding BB mudah kehilangan suhu


tubuh dan cairan tubuh (kulit) 3. Sulit pasang canul/iv catheter pada vena 4. Disproporsi tubuh : Kepala > badan Leher : kecil, belum adekuat (perlu dibantu) Dada : sangkar thorax kecil dan lemah. Tulang iga : horizontal kurang expansi. Expansi oleh diafragma

ANESTESI PADA PEDIATRI


Definisi : Newborn/neonatus : s/d 1 bulan Infant : s/d 1 tahun

Abdomen : besar dengan organ abdomen, mendesak diafragma (dada) mempengaruhi pertukaran udara

11

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Epiglotis : besar, bentuk U, kaku Ring cricoid : dangkal

5. Sistem respirasi berbeda dengan dewasa


A. Mudah obstruksi o.k : Pasage hidung, glotis dan trachea dangkal (trachea pendek dan sempit)

E. Kavum thorax kecil Gerakan iga terbatas Infant : nafas lebih banyak tergantung dari gerak diafragma daripada dewasa 6. Ductus arteriosus patent dapat persistent sampai 6 bulan atau lebih 7. Susunan saraf pusat : Akhir medula spinalis penting untuk punksi lumbal Dewasa : VL1 Anak : VL3, ukuran sama dgn dws stlh 1 thn Perbedaan fisiologi : 1. Metabolisme energi : Basal metabolisme rate anak > dewasa konsumsi O2 anak (6 ml/kg BB > dewasa (4 ml/kgBB Toleransi thd hipoksia rendah ok FRC rendah 2. Sistem respirasi : Pusat respirasi : immatur, cenderung irregular Kecepatan respirasi : lebih cepat, TV relatif kecil. MV : 220 ml/kg pada anak

Lidah besar, adenoid, tonsil > a. Sekresi Edem glotis Edem subglotis hubungan dengan : infeksi, iritasi mekanis batuk sulit nafas

B. Jalan nafas/udara :

Dangkal/sempit dan resistensi nafas kerja nafas nafas Obstruksi jalan nafas retraksi (substernal, suprasternal, intercostal) jelas terlihat saat dispneu berat

C. Dead space respirasi : 1/3 TV (2ml/kgBB) (pharynx, trachea, bronchi, bronchioli). TV : 3 x DS (6 ml/kgBB) D. Laring

Pada anak lebih tinggi dibanding dewasa. (anak C3/C4, dewasa C5/C6) Tempat : lebih anterior

12

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II Kebutuhan utama : dextrose/ glukosa, bila rendah


3. Sistem kardiovaskular : Sering anomali KV hipoglikemi Dehidrasi, lihat : TD, warna kulit dan membran mukosa, volume suara jantung dan produksi urin. 6. Kontrol Temperatur :

HR 120x/m
TDS lahir : 70-90 mmHg HR dan TD sama dengan dewasa setelah 5 tahun Cuff TD : 2/3 lengan atas Volume darah : berdasar BB (80 ml/kg), perlu transfusi : perdarahan > 10% BV 4. Susunan saraf otonom : Dominant vagal cenderung : bradikardi, spasme laring, hipersekresi 5. Cairan Elektrolit Anak : pergantian metabolisme cairan > dewasa Blood volume : 7-8 % BB Batas aman : sangat sempit. Replacement perlu bila kehilangan 10% BV

Infant : pengatur suhu di hipotalamus (aktif) tapi tidak


berkembang baik suhu tubuh : tergantung lingkungan

Suhu tubuh ok : produksi panas dan retensi panas Pertumbuhan hipertemi selama anestesi bahaya predisposisi
o o Panas Dehidrasi

o Suhu ruangan
o o Obat penghambat keringat (SA, Scopolamin) atau gangguan regulasi suhu (GA) Selimut/penutup berlebihan Hipertemi maligna Hipotermi 1. Panas hilang lewat konveksi udara 2. Kotak dengan obyek dingin 3. Evaporasi keringat

Neonatus/anak kecil (> 3 bln), toleransi (-) thd beban garam.


Hindari NaCl, cairan garan : . 1/5 N. Kombinasi dgn 2-4 % dextrose.

13

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II 4. Produksi panas


5. Vasodilatasi 6. Expor organ viscera Operasi mayor : infant diatas matras dengan Monitor kontinyu suhu tubuh sirkulasi air hangat Perbedaan Farmakologi Petidin : 1-1,5 mg/kg/im Morfin : 0,1 kg/im Diazepam : 0,2 mg/kg/po atau 0,1 mg/kh/iv Midazolam : 0,4 mg/kg/po Promethazon/phenergan : 0,5 mg/kg/im Chlorpromazine/largactil : 0,5 mg/kg/im B. Obat induksi : Thiopentone : 5 mg/kg/iv

Dosis, Aksi obat, Efek samping tidak sama dengan dewasa Dosis BB Perbedaan dosis
Relaksan

Ketamin : 2 mg/kg/iv atau 5-7 mg/kg/im


C. Obat relaxan A. Suxamethonium Chl (Scholine) 1. Neonatus (1-28 hari) : 2 mg/kg/iv 2. Anak : 1 mg/kg/iv atau 2-3 mg/kg/iv B. Pancuronium (Pavulon) 1. Neonatus : 0,03 mg/kg 2. Anak : 0,1 mg/kg

o Suxamethonium 3 aksi :
Infant : fasciculasi (-) Resistent suxameth pada neonatus dan infant sangat muda Sering bradikardi Dosis neonatus (28 hari) : 2mg/kg/iv Dosis anak : 1 mg/kg/iv atau 2-3 mg/kg/im

A. Obat Premedikasi :

D. Obat Reverse : - atropin : 20 gr/kg


- neostigmin : 50 gr/kg E. Perbedaan Psikologi

Atropin : 10 gr/kg

14

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Fentanyl : 0,5-1 gr/kg/iv Perbedaan Psikologi 1. Sulit komunikasi,khususnya 1-5 tahun 2. Rasa takut >>> Perbedaan Patologi 1. Os biasanya sangat sulit 2. Bisa berhubungan dengan kelainan kongenital ALAT-ALAT ANESTESI 1. Breathing systems, Karakteristik : a. Resistensi nafas minimal b. Dead space minimal c. Alat kecil d. Mudah digunakan e. Gas dilembabkan Jacksons Rees + bag/bellow 500 ml 2. Laringoskop - Blade lurus : untuk nenoatus/infant (< 1thn) - Blade lengkung : untuk > 1 tahun 3. Endotracheal tube + conector TEKNIK ANESTESI 1. Management Preoperatif : 1. Harus periksa : Status medis infant Kelainan kongenital ? Gangguan medis ? Pemeriksaan fisik : dehidrasi ?, elektrolit ? Data lab ? Diskusi dengan orang tua os Ukuran tube : Umur (tahun) x 4 tahun 4 5. Airways : Guedel oropharyngeal airway dari PVC atau karet. Cegah obstruksi jalan nafas, gigitan. Ukuran : 000 a/d 4 4. Masker - Dirancang dead space : kecil (4ml) - Ukuran masker : 0,1,2,3 dan 4 PVC iritasi (-), tertekuk (-) Karet merah : iritasi, post extubasi : stridor

15

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


2. Restriksi makan/minum (puasa) Atropin : 30 gr/kg dengan febris (-) Petidin, jangan berikan pada : Operasi Cito : Pengosongan lambung lambat ok : Iritasi peritoneal Takut Trauma kepala 3. Timbang BB 4. Persiapan psikologis untuk op : Diskusi dengan orang tua os Kurangi rasa takut Pendekatan ahli anestesi terhadap anak Neonatus dan infant < 6 bulan Trauma kapitis Sangat sakit (lemah)

Operasi elektif : neonatus : 4 jam pre anestesi Infant/ > : 4 jam Cairan iv mengandung glukosa (cegah hipoglikemia)

Petidin diberikan dengan osis kecil pada kasus : a. Anestesi + nafas spontan b. Obstruksi jalan nafas : tonsil, adenoid c. Os dengan diabetes, lambung penuh MANAGEMENT INTRA OP : 1. Periksa mesin dan alat anestesi dan teknik anestesi sebelum operasi 2. Perhatikan !!! Dosis berdasar BB anak dan ukuran ET sesuai umur (ukuran no lebih kecil) 3. Maintenance cairan selama operasi. Dasar : status hidrasi anak dan Berat Badan 4. Volume darah anak : tergantung BB dan umur Indikasi :

5. Premedikasi : a. b. c. Keringkan sekresi Kurangi insiden reflex yang tak diinginkan Sedai anak sebelum op Potensiasi dengan obat anestesi dosis

(bradikardi spasme laring)

Umur beberapa hari

d.
dikurangi

Induksi/intubasi Os sangat sakit

16

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Resiko regurgitasi (distensi abdomen) Hindari : - Hipoksia - Laringospasme - Obstruksi Induksi inhalasi. Pada anak dengan campuran : N2O/O2/Halotan Induksi IV : paling cepat, bila infus lancar Os baik : tiopenton bradikardi Os jelak : ketamin takikardi Induksi IM : - Jalur iv (-) ketamin im - Luka bakar pada wajah Induksi rectal : - Tiopenton 40mg/kg dalam larutan 10% Teknik rectal tidak dianjurkan, ok : - Tidak menyenangkan - Kesadaran hilang 10 - Pemulihan sadar lambat - Terjadi depresi respirasi - Cenderung prolaps rectal INTUBASI a. Lambung penuh 3. Intubasi dengan Relaksan Untuk anak yang lebih tua Dosis Suxamethonium untuk intubasi : 2mg/kgBB/iv neonatus : 1 mg/kg/iv Banyak digunakan pada kasus : Awake (sadar) 1. Intubasi sadar (awake intubation), pada : - Neonatus > 2 minggu - Lambung penuh - Lebih aman 2. Intubasi dengan GA dalam (inhalasi) N2O/O2/halotan.Intubasi setelah level anestesi cukup dalam. Dilakukan pada : - Anak sangat muda (infant muda) - Anak dengan problem jalan nafas : Sulit ventilasi dengan masker Bahaya bila pakai relaksan

Problem :

1. Lidah jatuh ke belakang obstruksi jalan nafas selama inhalasi


2. Bila spasme laring pada saat awal anestesi dan saat intubasi 3. Bradikardi ok halotan selama intubasi

b. Os sulit ventilasi dengan masker perlu intubasi cepat c. Os sangat sakit intubasi cepat dan oksigenasi

17

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


MAINTENANCE : N2O/O2/Halotan + relaksan Posisi hati-hati Monitoring : 1. Sistem KV : Aterm infant s/d 10 kg > 10 kg Dewasa : 90 100 ml/kg : 85 ml/kg : 80 ml/kg : 70 ml/kg

Cairan pemeliharaan : 10 ml/kgBB jam I 5 ml/kg BB REVERSAL Atropin : 20 gr/kg/iv Neostigmin : 50 gr/kg/iv Sebelum extubasi : nafas teratur dan dalam Extubasi : - Nafas 10x dgn O2 100% - Sebelumnya suction faring jam berikutnya

N,HR stetoskop prekordial TD EKG jika ada Perdarahan

2. Sistem respirasi : Warna mukosa, darah RR, TV

3. Temperatur : Rectal, esofagus Suhu lingkungan : 75-80F Water blanket BB < 5 kg Kurangi evaporasi tubuh : tutup duk Darah/cairan hangat

Setelah extubasi : masker + O2 dan nafas masih adekuat. Dampingi perawat selama di RR TEKNIK ANESTESI LAIN YANG ADA

a. b.
Ketamin :

Respirasi spontan :N2O/O2/Halotan atau Enfluranc. Ketamin iv/im kombinasi dengan diazepam.

Pakai masker dan airway sesuai ukuran Halusinasi diazepam pada anak-anak.

4. Cairan : Blood volume Prematur infant : 100 110 ml/kg

18

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Untuk infant cukup sehat Hanya untuk : op minor daerah superfisial Ambil benda asing di telinga Sistoskopi Reposisi fraktur POST OP CARE : Diawasi di RR sampai sadar Perhatikan hati-hati pada : Analgesia, cairan, O2, dan monitoring Bila tidak perlu relaksan Posisi : - Semi prone - Kepala lebih rendah, cegah aspirasi isi lambung

Terapi O2 :

- Oksigen tent - Inkubator Keduanya untuk humidifiaksi dan suplemen O2 1. Inkubator : - Kontrol suhu - humidifikasi - Konsentrasi O2 2. Masker dan canul nasal tidak disukai anak Umur 1 hari 2 hari 3 hari 2 minggu 2 bulan 2 bulan 12 bulan 12 bulan 2 tahun 2 4 tahun 4 8 tahun 8 12 tahun > 12 tahun BB Kebutuhan u/ 24 jam 60 80 ml/kg 80 100 ml/kg 100 200 ml/kg 120 ml/kg 100 ml/kg 90 ml/kg 80 ml/kg 70 ml/kg 60 ml/kg 55 ml/kg

Komplikasi anestesi segeran tanganagi


Beri cairan iv PERIODE RECOVERY Airway patent/jalan nafas bebas Respirasu adekuat KU stabil

Pemeliharaan suhu tubuh : > 35C


Bila suhu < 35C, maka terjadi : - Depresi respirasi - Apnea - Bradikardi - Hipotensi

1 4 kg 3 10 kg 10 12,5 kg 12,5 15 kg 15 25 kg 25 40 kg > 40 kg

Kehilangan cairan ~ kehilangan darah atau melalui vomitus Diterapi secepatnya/adekuat

19

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


Trauma sedang : hernia, apendiktomi tanpa peritonitis dll Trauma berat : transplantasi ginjal, radikal mastektomi, laparotomi dll PEMBERIAN CAIRAN PADA ANAK < 3 tahun Kebutuhan cairan bayi/anak BB 0 10 kg 10 20 kg > 20 kg 24 jam 100 ml/kgBB 1000 ml + 50 ml Kg; >10 kg 1500 ml + 20ml/kg; > 10 kg 1 jam 4 ml/kgBB 40 ml + 2 ml/kg > 10 kg 40 ml + 2 ml/kg > 20 kg 1. jam I : hidrasi 25 ml/kgBB ditambah 2. Cairan maintenance : 4ml/kgBB

Trauma minimal : 2 ml/kgBB (6ml/kgBB) Trauma sedang : 4 ml/kgBB (8 ml/kgBB) Trauma berat : 6 ml/kgBB (10 ml/kgBB)
3. Kehilangan darah Ganti darah Ganti kristaloid > 4 tahun 1. Jam I ; hidrasi 15 ml/kgBB ditambah 2. Cairan maintenance 4 ml/kgBB ditambah

JENIS PEMBEDAHAN 1. Bedah kecil : Lama operasi < 30. Anestesi menggunakan masker 2. Bedah sedang : - Rutin pada os sehat - GETA (General Endotracheal anesthesia) - Lama op < 3 jam - Perdarahan < 10% BV 3. Bedah besar : - Lama operasi : > 3 jam - Peradarahan 10% BV - Bedah SSP, KU, paru TRAUMA OPERASI Trauma minimal : TE, bedah plastik dll

Trauma minimal : 2ml/kgBB 6ml/kgBB Trauma sedang : 4 ml/kgBB 8 ml/kgBB Trauma berat : 6 ml/kgBB 10 ml/kgBB
3. Kehilangan darah : sama seperti diatas

20

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II

Kuliah : Dr Asep S., Sp. An Tanggal : 30 September 2003

ANESTESI LOKAL
Definisi : suatu tindakan anestesi tanpa menghilangkan kesadaran Trias anestesi : Hipnosis/sedasi, Analgesia dan Relaksasi Indikasi anestesi lokal :

Tindakan sederhana ekstirpasi,ekstraksi Tindakan kompleks mis. Op jantung


Teknik Anestesi lokal :

1. Infiltrasi dilakukan didaerah intra 2. Blok perifer dilakukan pada daeraf saraf perifer yang
mempersarafi Dibagi menjadi : Mayor blok : pada percabangan saraf besar. Contoh : servikal, epidural Perifer

3. Blok sentral melibatkan saraf sentral. Dilakukan blok di medula


spinalis dengan teknik spinal/subdural.

21

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II


4. Blok intravena Cara : dipasang torniquet (dipasang double torniquet) lalu dimasukkan obat anestesi untuk mencegah penjalaran obat. Dalam anestesi lokal yang harus diperhatikan : Efek sistemik Anestesi lokal dikombinasi dengan HCl keadaan pH asam. Memperpanjang efek atau duration of action obat vasokonstriktor Mekanisme kerja : Memblok reseptor sel saraf dan bekerja secara spesifik pada reseptor yang bekerja pada Na channel. Perjalanan impuls saraf : Terjadi mekanisme perubahan berbagai mediator terutama asetilkoim Pengaruh farmakologi : - kecepatan mencapat reseptor spesifik - kecepatan dipecahnya oleh enzim enzim Golongan ester : Waktu paruh pendek Bekerja lebih singkat Lebih sepat dimetabolisis B. Amide : 1. Lidocaine 2. Mepivacaine 3. Bupivacaine 4. Etidocaine 5. Ropivacaine Golongan amide : bila terdapat gangguan hepar, akan memperlambat kerja obat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja obat pada anestesi lokal : Perbedaan sel-sel saraf Menilai anestesi lokal : 1. Sensasi nyeri 2. Sensasi suhu 3. Sensasi tekanan ANESTESI LOKAL Golongan : A. Ester : 1. Procaine 2. Cocaine 3. Chloroprocaine 4. Tetracaine

22

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

CATATAN KULIAH ANESTESI II

Cara kerja An. Lokal 1. Larutan An. Lokal sediaan pH asam stabil (kimiawi) Larutan murni bisanya pH 6 Larutan murni + vasokonstriktor pH 4. Karena molekul katekolamin tidak stabil pada pH alkalis. pH rendah onset time anestesi lebih lambat. 2. Pada vial mutidosis ditambah sntimikroba. Hanya untuk sediaan spinal, epidural, caudal anestesi cegah efek neurotoxic.

23

Prategrini Purwendahsricahyaprihatin Sucifaalinda

Anda mungkin juga menyukai