Disusun oleh :
1. M Nor Zamroni
2. Nailul Himmah
3. Tulus Yan A. W
4. Uliz Zuhafa
5. Wahyu Setyawati
6. Wulansari
Menyetujui,
(....................) (....................)
Mengetahui,
(………………..) (…………………)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sebagai bahan seminar dalam Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia ini
dengan baik. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.A
dengan
gangguan eliminasi di ruang teratai RSUD Ra Kartini Jepara kami susun untuk
”
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
A. Definisi
B. Anatomi dan
Fisiologi a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua,panjangnya 12,5
cm dan tebalnya 2,5 dan tebalnya 2,5 cm. beratnya kurang lebih 125 sampai
175 gram pada laki – laki dan 115 sampai 155 gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian rongga abdomen bagian atas setinggi
vertebrathorakal 11 da 12. Ginjal dilindungi oleh otot – otot abdomen
jaringan lemak atau kapsul adipose.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi merangsang
produksi eritropoitin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada
sumsum tulang.
Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah.
Fungsi utama ginjal :
Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
Mengatur jumlah dan zat – zat kimia dalam tubuh.
Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam – garam serta
asam dan basa.
b. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu
ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot – otot
yang distimulasi oleh tranmisi impuls elektrik berasal dari saraf otonom.
Akibat
gerakan peristaltic urete maka didorong ke kandung kemih.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )
Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 – 30
cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang
pada
posisi retroperitronium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga
panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar
dariureter ke kandung kemih umumnya steril.
( Potter&Perry, 2005 )
terletak pada rectum bagian posterior dan pada wanita kandung kemih
terletak pada dinding uterus dan vagina.
(Potter&Perry, 2005 )
d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu
spintereksterna yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine
yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membrane
mukosa melapisi uretra dan kelenjar uretra mensekresi lender ke dalam
saluran uretra. Lender dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra. ( Potter&Perry, 2005
)
c. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
d. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih menggunakan pot urin.
e. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blodder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untruk
berkemih juga akan berkurang.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)
D. Masalah Eliminasi
Urine a. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kanung kemih. Penyebab distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. normalnya 250-
400 ml.
b. Inkotinensia urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada 2 jenis inkontinensia :
Pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat
tekanan intraabdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa.
Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien
terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
bawah atau spasme bladder.
c. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksternal.biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)
c. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih.
d. Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e. Urinary suppression : kedaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara
tiba-tiba. Anuria (urine < 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-
500ml/24 jam). (Tarwoto&Wartonah, 2006)
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pola berkemih
- Gejala dari perubahan berkemih
- Faktor yang mempengaruhi berkemih
Intervensi :
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan
cairan
3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga deficit cairan
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
Rasional : mencegah nokturia
5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan
berkemih
8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : menguatkan otot pelvis
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urine
Daftar Pustaka
Ruang : Teratai
Tanggal Pengkajian : 26-2-2013
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bringin
Tanggal masuk RS : 17 Februari 2013
Nama : Ny.U
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Bringin
B. Riwayat Keperawatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada seluruh tubuh.
P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Seluruh tubuh dan pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30 menit
Pasien mulai merasakan nyeri pada dadanya sekitar 2 bulan yang lalu,
saat itu pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat pereda nyeri.
Pengobatan tidak berhasil karena pasien masih merasakan nyeri,pucat, dan
lemas, sehingga keluarga pasien membawa pasien ke RSUD RA. Kartini
pada tanggal 17 februari 2013. Di bawa ke IGD pada jam 18.30 WIB pasien
diterima oleh perawat jaga dan dilakukan serangkaian pemeriksaan dan
pasien dipasang infuse RL 20 tpm, ceftriaxone 1x2 gram. pasien dipindahkan
ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
6. Riwayat alergi
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
a. Kesadaran : Composmentis
b. Vital sign
HR Frekuensi : 80 x/menit
Kekuatan : kuat
Reguler/irreguler : regular
RR Frekuensi : 26 x/menit
Reguler/irreguler : reguler
BP : 130/ 80 mmHg dengan posisi supinasi.
T : 6 per Aksila
c. Sakit/Nyeri
1. P: Nyeri pada scrotum
2) BB : 120 kg
3) IMT : BB/TB 2
=
120/ 1.652= 44,11 (Obesitas)
e. Status Personal Higine
Secara umum klien terlihat bersih, keluarga klien menyibini klien 2x
sehari.
b. Dada
Sistem Pernafasan
1) Inspeksi dada
- RR : 26x/menit
- Warna kulit sawo matang
- Irama ireguler
- Bentuk dada simetris
- menggunakan otot
pernafasan 2) Palpasi dada
- Tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus dalam intensitas
getaran yang sama antara paru kanan dan kiri
3) Perkusi dada
- Sonor pada semua lapang paru dextra maupun
sinistra 4) Auskultasi dada
- vesikuler di semua lapang paru
c. Sistem Kardiovaskuler
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak.
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada intercosta ke-
5 linea mid clavicula sinistra.
3) Perkusi : sonor pada intercosta ke 2 parasternum dekstra sampai
dengan intercosta ke-5 linea mid clavicula sinistra (tidak ada
pembesaran jantung)
4) Auskultasi : bunyi jantung s1 dan s2 normal, tidak ada bunyi
tambahan
d. Payudara
1) Inspeksi: simetris, warna kulit sawo matang, areola tidak ada
lesi 2) Palpasi : Tidak terdapat nodul
e. Aksila:
5555555555
5555555555
h. Kelamin
1) Inspeksi: Oedema pada skrotum, trdapat luka pada penis dan skrotum.
3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
Klien dapat
melakukan ibadah
Klien hanya disibin
sendiri sesuai
Kebutuhan istirahat 2x sehari oleh
ketentuan
dan tidur istrinya, oral gygiene.
kuku dipotong
4.
seminggu sekali.
Klien mengatakan baik-
baik,tidak .pernah
mengeluh
Klien tidak dapat
melakukan ibadah
karena keterbatasan
Klien dapat aktivitas
berkomunikasi dengan
baik dengan keluarga
maupun lingkungan
sekitar.
Klien mengeluh nyeri
Q : senut-senut
R : pada scrotum
Klien dapat melakukan
S : sedang, 5
pekerjaan sehari-hari T : nyeri saat ditekan
Kebutuhan aktivitas
Klien dapat
5. berkomunikasi
dengan baik
dibuktikan dengan
klien dapat menjawab
segala pertanyaan
yang diberikan oleh
perawat
Klien tidak dapat
bekerja
Kebutuhan personal
hygine.
6.
Kebutuhan spiritual
7.
8.
Pola berkomunikasi
9.
Pola bekerja
10.
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Nilai Satuan
N
Cholesterol 63 Mg % 150-220
0-0,30
Sgot 12,7 Unit/l
Sgpt 28 Unit/l
15-37
9-42
Terapi pemberian obat
Obat :
1. Parenatal : Rl 12 tpm
2. Injeksi : Cefotaksim 2 X 1 gr
Ranitidin 3 X 50 mg
Lasix 2 X 10 mg
3. Diet : Bubur Rendah Garam
4. Oral : Hepamax 2 x1
tab Urdanex 2x1
tab ISDN 3x5 mg
Fucohelix 1x1 tab
Spironulaston 1x100 mg
Dulcolax 1x2 mg
1. Parenteral: Rl 12 tpm
2. Injeksi : Cefotaxim 2x1 gr
Ranitidin 3x50 mg
Lasix 2x20 mg
3. Diet : Bubur rendah garam
4. Oral : Aspilet 1x80 mg
Hepamax 2x1 tab
Urdanex 2x1 tab
ISDN 3x5 mg
Furcohelix 1x1 tab
Sproudafu 1x100 mg
Dulcolax: 1x2 mg
ANALISA DATA
55555 55555
55555 55555
3 27 Ds: nyeri
Februari -klien mengatakan nyeri pada Gejala infeksi
2013 alat kelaminnya
16.05 WIB P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30
menit
Do:
-klien tampak meringis
kesakitan.
-tampak udema skrotum
O2 ke jaringan
NURSING CARE PLANE
26/2/2013
Setelah dilakukan 1. Manageme 1. Mengajarkan pada
- skala nyeri
berkurang
menjadi
0 – 2
- pasien
kelaminnya analgetik
- pasien tampak
tenang dan tidak
meringis
kesakitan
1) Lakukan progam
Setelah dilakukan pelatihan
tindakan pengosongan
keperawatan 3x 24 . Perawatan kandung kemih
jam diharapkan retensi 2) Pantau asupan dan
retensi urine dapat urine haluaran
teratasi dengan 3) Kaji balance cairan
kriteria hasil NOC:
-Klien dapat
26
berkemih secara
Februari
normal (1-
2013 2cc/kgBB/jam)
1) Pantau eliminasi
15.15
- Tidak terjadi urine meliputi
WIB
penumpukan . Menejemen
frekuensi,
eliminasi
cairan pada tubuh konsistensi,
urine
(oedema) volume, warna,
bau
2) Beritahu pasien
tentang tanda dan
gejala infeksi
saluran kemih
3) Memantau
banyaknya cairan
yang masuk dan
keluar
5. Kateterisasi 1) Memasang kateter
urine kedalam kandung
kemih untuk
sementara waktu
dalam pengeluaran
urine
1) Monitor
1) Kaji tingkat
aktivitas
kemampuan
pasien untuk
berpindah dari
tempat tidur,
berdiri, ambulasi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24 2) Managem
en
jam diharapkan energi
Intoleransi aktivitas
1)Bantu klien dalam
dapat teratasi
menentukan
dengan kriteria
hasil NOC: aktivitas yang dapat
dilakukan
- klien dapat
2) Tentukan penyebab
melakukan aktivitas
keletihan
ringan sendiri,
3) Pantau respons
seperti makan, ganti
26 kardiorespiratory
baju, merawat diri,
Februari terhadap aktivitas
dsb
2013 4) Pantau respons
- klien dapat oksigen pasien
15.30 mengelola 3) Terapi
WIB aktivitas
energinya sendiri 1) Bantu pasien untuk
mengubah posisi
secara berkala
2) Rencanakan terapi
aktivitas bersama
pasien dan
keluarga yang
meningkatkan
kemandirian
IMPLEMENTASI
HR : 88 x/menit
RR : 26 x/menit
T: 37,4o C
1
15.15 2) Mengajarkan pada S: klien mengatakan mau
pasien tekhnik nafas dalam jika nyeri timbul
untuk mengikuti
instruksi perawat
(relaksasi)
O:Pasien
kooperatif,pasien mengikuti intruksi
dari perawat
S: klien mengatakan
BAK sedikit,
2 3) Memantau eliminasi
urine meliputi frekuensi, O: sehari BAK 2x.
15.30
volume, dan warna volume 600 ml,
warna kuning pekat
S : pasien mengatakan
mau untuk dipasang
4) Memasang kateter
alat bantu BAK
kedalam kandung
2
kemih untuk O : klien tampak
17.00 pengeluaran urine meringis kesakitak
saat pemasangan
S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
5) Memberikan obat
O : klien kooperatif
antibiotic, cefotaxin 2 x
1,2,3 1, Ranitidin 3 x1, lasix
2 x 10 mg
18.00
S:-
6) Mengkaji tingkat
kemampuan pasien O : klien tampak
untuk berpindah dari kesusahan dalam
tempat tidur, berdiri, berpindahn posisi
ambulasi tidur, dan berdiri
P: Nyeri pada
scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan
1 Skala 4
T: Nyeri timbul setiap
19.20
1 jam
O: Klien tampak
mringis kesakitan
S: klien mengatakan
minum 1 liter
8) Memantau banyaknya
perhari. Dan
cairan yang masuk dan
BAK setiap 3 jam
keluar
O: klien terlihat
oedema.
S:-
21.00 BP : 130/80
mmHg HR : 76
x/menit
RR : 28 x/menit
T : 36,8o C
1) memantau eliminasi
urine meliputi
S: klien mengatakan
1,2,3 frekuensi, volume,
BAK sedikit,
dan warna
27/3/2
O: sehari BAK 3x.
013
volume 800 ml/ 24
05.00 jam warna kuning
2) Mengajarkan pada
pekat
pasien tekhnik nafas
dalam jika nyeri timbul
S: pasien mengatakan
nyeri berkurang
setelah melakukan
teknik relaksasi
2 O:Pasien tampak tenang.
07.00
1) memberikan asupan
makanan yang
tinggi energy
S:klien mengatakan
makan setengah
porsi
09.00
S : klien mengatakan
1) Memonitor vital sign
mau untuk di suntik
dan minum obat
O : klien kooperatif
2) Memantau eliminasi
2 urine meliputi S:-
09.16 frekuensi, volume,
O: klien kooperatif
dan warna
BP : 140/90
mmHg HR : 80
x/menit
RR : 26 x/menit
3) Memberikan asupan
T : 37,0o C
makanan yang tinggi
energy
S: klien mengatakan
BAK bertambah dari
1,2,3
hari sebelumnya
10.00
O: BAK 4x/24 jam.
volume 800 ml/24
4) Memberikan obat
jam, warna kuning
antibiotic, cefotaxin 2
bening
x 1, Ranitidin 3 x1,
lasix 2 x 10 mg
S: klien mengatakan
2,3 makan setengah
porsi, tidak habis.
28/3/2
013 O: klien tampak makan
5 sendok.
05.00
S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
O : klien kooperatif
2
06.30
07.00
09.00
PROGRESS REPORT
2
S:klienmengeluhtidakbisa
berkemih,secara normal, ( )
01.00
O: klien tampak mringis saat mengejan
saat berkemih, terdapat oedema skrotum. sehari BAK 2x. volume
600 ml, warna kuning pekat
2 P:lanjutkan intervensi 1, 2, 4
S:klienmengeluhbengkakpada
seluruh tubuh dan area kelamin
3
O:klientampakkesulitansaat
02.00 bergerak, badan odema
P : Lanjutkan intervensi 4, 6
P: lanjutkan intervensi 5, 6, 7
P: lanjutkan intervensi 2, 6, 7
R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan Skala 4 T: Nyeri timbul setiap 1 jam
2
A: masalah teratasi
05.10
P : lanjutkan intervensi 4
1-3-2013
O : klien kooperatif
P: lanjutkan intervensi. 1, 2
20.15
EVALUASI
O : klien kooperatif
P: lanjutkan intervensi. 1, 2
O:klientampakbiasasaja,
P: lanjutkan intervensi
S:klienmengatakandapat
melakukanaktivitasringan
secara mandiri
A: masalah teratasi
22.20
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
lagi dibutuhkan oleh tubuh dalam proses aktivitasnya.
Eliminasi sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses
eliminasi akan mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula.
Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka
akan terjadi pengakumulasian zat-zat sisa metabolisme yang nantinya hanya
akan menjadi pengganggu kegiatan tubuh individu.
Eliminasi fekal melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut
sampai dengan anus.
Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses
eliminasi secara normal.
2. Saran
Alimul A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika : Jakarta
Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta
Wartonah Tarwoto. “Kebutuhan Dasar Manusia”. 2006. Jakarta : Salemba
Medika Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, edisi 9. Jakarta : EGC