Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

ELIMINASI URINE PADA Tn. A DENGAN CHF (Congestive


Heart Falue) MASA KELOLAAN 26 FEBRUARI S/D 28
FEBRUARI 2013 DI RUANG TERATAI RSU RA. KARTINI
JEPARA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia


Dosen Pembimbing : Ns. Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
1.   M Nor Zamroni
 
2.  Nailul Himmah
3.   Tulus Yan A. W
4.  Uliz Zuhafa
5.  Wahyu Setyawati
6.  Wulansari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2013
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN
GANGGUAN ELIMINASI DI RUANG TERTAI RSUD RA
KARTINI JEPARA

Jepara, Februari 2013 

Menyetujui,

Pembimbing Klinik: Pembimbing Akademik:


Santi Nurhana S.Kep Ns. Biyanti Dwi Winarsih,S.Kep.,M.Kep

(....................) (....................)

Mengetahui,

Kepala Ruang Teratai Koordinator Bimbingan & Evaluasi


Edi Susilo S.Kep.,Ns.,M.Kep Diklat RSUD RA KARTINI
JEPARA

(………………..)  (…………………) 
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah sebagai bahan seminar dalam Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia ini
dengan baik. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.A
dengan
gangguan eliminasi di ruang teratai RSUD Ra Kartini Jepara kami susun untuk

memenuhi Tugas Pratik Klinik Kebutuhan Dasar I.


Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai
 pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1.   Para dosen yang mengampu Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Cendekia Utama Kudus.
2.   Edi susilo S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku kepala ruang Teratai RSU RA.
Kartini
3.   Sholihul Huda S.Kep.,Ns selaku dosen koordinator PKKD 1.
4.  Santi Nurhana S.Kep selaku pembimbing klinik 1.
5.  Siswanto.AMK Selaku pembimbing klinik 2.
6.  Teman-teman Stikes Cendekia Utama Kudus.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
 penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
 pembaca.

Jepara, Maret 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa  –  sisa metabolisme


tubuh, dapat melalui urine ataupun bowel, hal tersebut merupakan sebuah
 proses yang esensial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan harus
terpenuhi. Terganggunya sebuah kebutuhan sasar tentunya akan dirasakan
seseorang sebagai sebuah ketidaknormalan dalam tubuh. Gangguan tersebut
membutuhkan serangkaian kegiatan keperawatanuntuk mengatasinya. Dalam
menyelesaiakan masalah atau gangguan serta memenuhi kebutuhan manusia
dalam aspek bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual, perawat memiliki
metodologi pemecahan masalah yang disebut dengan proses keperawatan.
Tentunya proses keperawatan tersebut tidak terlepas dari kegiatan kolaboratif
dengan team kesehatan lain.
Gangguan proses eliminasi urine merupakan masalah yang sering
terjadi sebagai alasan pasien datang ke layanan kesehatan untuk memperoleh
layanan kesehatan. Dalam kesempatan ini, kelompok akan mengambil kasus
kelolan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar eliminasi
urine pada pasien CHF. CHF merupakan keadaan bila jantung bagian kanan
dan bagian kiri bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran
arah. Dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal
 jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Di RSUD Jepara banyak
ditemukan pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi khususnya eliminasi
urine, terutama pasien CHF. Ruang Teratai RSUD Jepara merupakan ruang
rawat penyakit dalam. Diruangan tersebut,kelompok memilih kasus pasien
dengan gangguan eliminasi urine.
Dari berbagai faktor – faktor tersebut, kami tertarik mengangkat kasus
CHF sebagai kasus seminar kelompok. Sehingga kami dapat mengetahui dan
mempelajari lebih dalam tentang gangguan kebutuhan eliminasi urine yang
dalam hal ini kususnya CHF untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan masalah.

B.   Tujuan Penulisan

1.  Tujuan Umum


Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada kebutuhan eliminasi urine.
2.   Tujuan khusus
Setelah dilakukan pembahasan dan seminar terkait asuhan dalam
 pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada kasus gangguan eliminasi
urine, diharapkan mahasiswa akan dapat :
a.  Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar terkait asuhan
keperawatan pada gangguan eliminasi urine
 b.  Mahasiswa dapat menjelaskan metodologi asuhan keperawatan pada
 pasien dengankebutuhan eliminasi urine
c.  Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan eliminasi urine
  BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Definisi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh.Pembuangan dapat melalui urin atau bowel.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)
Eliminasi urine normalnya adalah pengluaran cairan.Proses pengluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti
ginjal,ureter,dan uretra.
(Potter&Perry,
2005) Kesimpulannya Eliminasi adalah proses
pembuangan zat sisa metabolisme yangb sudah
tidak diperlukan oleh tubuh yang apabila tidak dikeluarkan maka akan
menimbulkan terganggunya fungsi-fungsi organ yang ada dalam tubuh, yang
akan menimbulkan penyakit, contohnya konstipasi dan
diare.

B.   Anatomi dan
Fisiologi a.  Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua,panjangnya 12,5
cm dan tebalnya 2,5 dan tebalnya 2,5 cm. beratnya kurang lebih 125 sampai
175 gram pada laki – laki dan 115 sampai 155 gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian rongga abdomen bagian atas setinggi
vertebrathorakal 11 da 12. Ginjal dilindungi oleh otot  –  otot abdomen
 jaringan lemak atau kapsul adipose.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi merangsang
 produksi eritropoitin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada
sumsum tulang.
Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah.
Fungsi utama ginjal :
  Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
  Mengatur jumlah dan zat – zat kimia dalam tubuh.
  Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam  –  garam serta
asam dan basa.

  Menghasilkan rennin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah


  Menghasilkan hormone eritropoitin yang menstimulasi pembentukan

sel – sel darah merah disumsum  tulang .


  Membantu dalam pembentukan vitamin D.
( Tarwoto&Wartonah, 2006 )

 b.  Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu
ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot – otot
yang distimulasi oleh tranmisi impuls elektrik berasal dari saraf otonom.
Akibat
gerakan peristaltic urete maka didorong ke kandung kemih.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )
Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 – 30
cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang
pada
 posisi retroperitronium untuk memasuki kandung kemih didalam rongga
 panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar
dariureter ke kandung kemih umumnya steril.
( Potter&Perry, 2005 )

c.  Kandung kemih


Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terdiri atas 2
 bagian yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot yang tersusun
dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan
uretra. (Tarwoto&Wartonah, 2006 )
Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi
dan tersususun atas jaringan otot serta merupakan tempat urine dan
merupakan organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih berada didalam
rongga panggul dibelakang simfisis publis. Pada pria , kandung kemih

terletak pada rectum bagian posterior dan pada wanita kandung kemih
terletak pada dinding uterus dan vagina.
(Potter&Perry, 2005 )

d.  Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu
spintereksterna yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urine
yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membrane
mukosa melapisi uretra dan kelenjar uretra mensekresi lender ke dalam
saluran uretra. Lender dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak
mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal
mengelilingi uretra. ( Potter&Perry, 2005
)

C.   Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi urine


a.  Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada
usia lanjut volume bladder berkurang, demikian juga wanita hamil sehingga
frekuensi berkemih juga akan sering.
 b.  Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebahagian masyarakat hanya dapat miksi pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada
lokasi terbuka.

c.  Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
d.  Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat
 berkemih menggunakan pot urin.
e.  Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blodder, otot abdomen dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untruk
 berkemih juga akan berkurang.

f.  Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat Anti Deuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan


 pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan eskresi urine.
g.   Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
 banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ
kemih menimbulkan retensi urine.
h.   Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urine akan menurun.
i.   Pengobatan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
 j.  Pemeriksaan diagnostik
Intravenous pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Cytocospy dapat menimbulkan edema local
 pada uretra, spasme dan spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.

(Tarwoto&Wartonah, 2006)

D.   Masalah Eliminasi
Urine a.  Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
 bladder untuk mengosongkan kanung kemih. Penyebab distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. normalnya 250-
400 ml.
 b.  Inkotinensia urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada 2 jenis inkontinensia :
Pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat
tekanan intraabdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa.
Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien
terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
 bawah atau spasme bladder.
c.  Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksternal.biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)

E.   Perubahan Pola Berkemih


a.   Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
 b.  Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.

c.   Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih.
d.   Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e.   Urinary suppression : kedaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara
tiba-tiba. Anuria (urine < 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-
500ml/24 jam). (Tarwoto&Wartonah, 2006)

F.   Asuhan Keperawatan
1.  Pengkajian
a.   Riwayat keperawatan
-  Pola berkemih
-  Gejala dari perubahan berkemih
-  Faktor yang mempengaruhi berkemih

 b.  Pemeriksaan fisik


-  Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
 bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, trenderness, bising usus.
-  Genetalia wanita : inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus,
keadaan atropi jaringan vagina.
-  Genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
 pembesaran skrotum.
c.  Intake dan output cairan
-  Kaji intake dan output cairan dalam satu hari (24 jam)
-  Kebiasaan minum dirumah.
-  Intake cairan infuse, oral, makanan, NGT
-  Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan
cairan
-  Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau,
kepekatan. d.  Pemeriksaan diagnostik

1.   Pemeriksaan urine (urinalisis)


  Warna (N : jernih kekuningan)
  Penampilan (N : jernih kekuningan)
  Bau ( N : beraroma)
   pH (N : 4,5-8,0)
  Berat jenis (N : 1,005-1,030)
  Glukosa (N : negatif)
  Keton (N : kuman pathogen negatif)
2.  Kultur urine (N : kuman pathogen
negatif)
e.  Diagnosa keperawatan dan intervensi
1.   Gangguan pola eliminasi urine : inkotinensia
Kemungkinan berhubungan dengan :
-  Gangguan neuromuskuler
-  Spasme bladder
-  Trauma pelvic
-  Infeksi saluran kemih
-  Trauma medulla spinalis
Kemungkinan yang ditemukan
:
-  Inkotinensia
-  Keinginan berkemih yang segera
-  Sering ke toilet
-  Menghindari minum
-  Spasme bladder
-  Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 500
ml tujuan yang diharapkan :
-  Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
-  Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkotinensia urine
-  Klien berkemih dalam keadaan
rileks Intervensi :
1.   Monitor keadaan bladder setiap 2 jam

Rasional : membantu mencegah distensi atau komplikasi


2.  Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : meningkaatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi
 bladder
3.   Kolaborasi dalam bladder training
Rasional : menguatkan otot dasar
pelvis
4.   Hindari faktor pencetus inkotinensia urine sperti
cemas Rasional : mengurangi atau menghindari
inkotinensia
5.   Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateterisasi
Rasional : mengatasi faktor penyebab
6.   Jelaskan tentang :
  Pengobatan
  Kateter
  Penyebab
  Tindakan lainya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan diharapkan pasien
lebih kooperatif
2.   Retensi urine
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan
 bladder secara tuntas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a.  Obstruksi mekanik
 b.  Pembesaran prostat
c.   Trauma
d.   Pembedahan
e.   Kehamilan
 

Kemungkinan data yang ditemukan :


a.  Tidak tuntasnya pengeluaran urine

 b.  Distensi bladder


c.  Hipertropi prostat
d.   Kanker
e.   Infeksi saluran kemih
f.   Pembedahan besar abdomen

Intervensi :
1.   Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : menentukan masalah
2.   Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan
cairan
3.   Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga deficit cairan
4.   Kurangi minum setelah jam 6 malam
Rasional : mencegah nokturia
5.   Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6.   Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7.  Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan kemampuan
 berkemih
8.   Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : menguatkan otot pelvis
9.   Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urine
 

Tujuan yang diharapkan :


a.  Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam

 b.  Tanda dan gejala retensi urine tidak ada

Daftar Pustaka

Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta


Wartonah Tarwoto. “Kebutuhan Dasar Manusia”. 2006. Jakarta : Salemba Medika 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : Teratai
Tanggal Pengkajian : 26-2-2013

Jam : 15.00 WIB

Diagnosa Medis : CHF

A.   Identitas
1.   Identitas Klien

 Nama : Tn. A
Umur : 37 th

Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Bringin
Tanggal masuk RS : 17 Februari 2013

2.   Identitas Penanggung Jawab

 Nama : Ny.U
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Bringin
B.   Riwayat Keperawatan
1.   Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien datang ke IGD RSU RA KARTINI JEPARA pada hari minggu


17/2/2013 karena pasien merasakan pusing, sakit saat kencing, dada sesak

2.   Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada seluruh tubuh.
P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Seluruh tubuh dan pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30 menit

3.   Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mulai merasakan nyeri pada dadanya sekitar 2 bulan yang lalu,
saat itu pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat pereda nyeri.
Pengobatan tidak berhasil karena pasien masih merasakan nyeri,pucat, dan
lemas, sehingga keluarga pasien membawa pasien ke RSUD RA. Kartini
pada tanggal 17 februari 2013. Di bawa ke IGD pada jam 18.30 WIB pasien
diterima oleh perawat jaga dan dilakukan serangkaian pemeriksaan dan
 pasien dipasang infuse RL 20 tpm, ceftriaxone 1x2 gram. pasien dipindahkan
ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.

4.   Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan pernah menderita penyakit paru-paru sejak 2


tahun yang lalu, dan hanya berobat di dokter dekat rumahnya, tidak ada
 pengobatan secara rutin. pasien mengatakan dulu tidak menderita penyakit
 jantung.
5.   Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit


 paru-paru maupun jantung seperti yang diderita pasien saat ini, ayah pasien
mempunyai darah tinggi, tidak ada penyakit menular dalam keluarga pasien.

 
6.   Riwayat alergi

Setelah dijelaskan tentang tanda-tanda alergi terhadap makanan


seperti gatal-gatal, pusing, mual muntah, Klien mengatakan tidak pernah
mengalami alergi terhadap makanan, klien juga tidak mempunyai alergi
terhadap obat antibiotic yang dibuktikan dengan skin test Pasien tidak
memiliki alergi terhadap obat atau makanan.

C.  PEMERIKSAAN FISIK
1.   Keadaan Umum :
a.  Kesadaran : Composmentis
 b.  Vital sign
HR Frekuensi : 80 x/menit
Kekuatan : kuat
Reguler/irreguler : regular

RR Frekuensi : 26 x/menit
Reguler/irreguler : reguler
BP : 130/ 80 mmHg dengan posisi supinasi.
T : 6     per Aksila

c.  Sakit/Nyeri
1.   P: Nyeri pada scrotum

2.  Q: Terasa cenut cenut


3.   R: Seluruh tubuh dan pada scrotum
4.   S: Sedang, dengan Skala 5
5.   T: Nyeri timbul setiap 30 menit
d.  Antopometri
1)  TB : 165 cm : 1,65 m

2)  BB : 120 kg
3)  IMT : BB/TB 2
=
120/ 1.652= 44,11 (Obesitas)
e.  Status Personal Higine
Secara umum klien terlihat bersih, keluarga klien menyibini klien 2x
sehari.

2.   PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


a.   Kepala Dan Leher
1)   Kepala : mesochepal, rambut tidak mudah rontok, warna
rambut hitam
2)   Wajah : alis mata simetris kanan dan kiri, warna kulit sawo
matang. Kemampuan melihat baik. Simetris.
3)   Mata : sclera ikterik, kantung mata hitam, konjungtiva
anemis, penglihatan baik, pupil isokor.
4)   Mulut : mukosa kering, keadaan lidah bersih tidak ada
kotoran.
5)   Tenggorokan : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , terjadi
 peningkatan JVP 4 cm
6)   Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan yang keluar,
 pendengaran normal dibuktikan dengan pasien mendengarkan detik
 jam.
7)   Hidung : sejajar, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
cairan yang keluar ( sekret), kemampuan membau baik dibuktikan
dengan mencium bau parfum.
8)   Leher : warna kulit sawo matang, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe, gerakan
menelan baik.

b.   Dada 
Sistem Pernafasan
1)   Inspeksi dada
-  RR : 26x/menit
-  Warna kulit sawo matang
-  Irama ireguler
-  Bentuk dada simetris
-  menggunakan otot
pernafasan 2)  Palpasi dada
-  Tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus dalam intensitas
getaran yang sama antara paru kanan dan kiri
3)  Perkusi dada
-  Sonor pada semua lapang paru dextra maupun
sinistra 4)  Auskultasi dada
-  vesikuler di semua lapang paru

c.   Sistem Kardiovaskuler
1)   Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak.
2)   Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba pada intercosta ke-
5 linea mid clavicula sinistra.
3)   Perkusi : sonor pada intercosta ke 2 parasternum dekstra sampai
dengan intercosta ke-5 linea mid clavicula sinistra (tidak ada
 pembesaran jantung)
4)   Auskultasi : bunyi jantung s1 dan s2 normal, tidak ada bunyi
tambahan
d.   Payudara
1)   Inspeksi: simetris, warna kulit sawo matang, areola tidak ada
lesi 2)  Palpasi : Tidak terdapat nodul
e.   Aksila:

1)   Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi


f.   Abdomen
1)   Inspeksi : warna kulit sawo matang, bentuk
cembung 2)  Auskultasi : bising usus 15x/menit (normal)
3)   Perkusi : tympani
4)   Palpasi : tidak ada yeri tekan pada abdomen
g.   Ekstremitas
1. Kekuatan otot

5555555555
5555555555

2. Rentan gerak: keterbatasan gerak pada kedua kaki

3. Oedema pada kedua kaki


4.Warna kulit sawo matang
5.Tidak ada lesi atau nyeri tekan 6.
Keadaan kuku: terdapat sianosis.

h.   Kelamin
1)   Inspeksi: Oedema pada skrotum, trdapat luka pada penis dan skrotum.
3.   PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

 NO KEBUTUHAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


FUNGSIONAL
1. Kebutuhan persepsi Dapat melihat jelas, Visual atau melihat
mendengarkan jelas,
 baik, pendengaran
 penciuman baik.  baik dibuktikan dengan mendengarkan detak
 jam , penciuman baik dibuktikan dengan
mencium bau parfum.

Makan 2-3x sehari,menuMakan 2-3x sehari


seadanya seperti: nasi dengan bubur dengan
lauk dengan telur, ikan  porsi penuh, habis,
dengan porsi penuh, dan klien disuapi
habis, dan makan sendiri.keluarganya.

BAB 1x sehari warna


2. kecoklatan, dengan
Kebutuhan nutrisi BAB tidak rutin
konsistensi agak
dengan warna
cair/basah. Bentuk
kecoklatan,
silinder, jumlah kurang
konsistensi berbentuk
lebih 200 gram / BAB.
lunak agak cair/basah.
BAB secara mandiri
 berbentuk silinder,
ditoilet.
 jumlah kurang lebih
200 gram / BAB,
  BAB dengan pispot,
dibantu oleh
keluarganya.

BAK lebih dari 6 x/hari .


Volume 1000ml/24 jam
3.
Kebutuhan eliminasi  berwarna kuning muda
dan bau tidak menyengat. BAK sedikit dengan

BAK dapat secara volume 300ml/24

mandiri di toilet.  jam, BAK setiap 4


 jam sekali, dan
mengatakan nyeri
saat BAK. Berwarna
kuning muda, tidak
menyengat dan
dibantu dengan
pispot oleh
Klien mengatakan tidur
keluarganya.
 pada pukul 23.00 WIB.
intensitas tidurnya sehari
semalam tidur 7jam/hari.
siang 2 jam, malam 5
 jam. Tanpa harus Klien mengatakan

mengkonsumsi obat atau sulit tidur, klien tidur

makanan dan minuman 4 jam/hari pada

untuk menghantarkan malam hari. kadang

tidurnya.  bangun dengan tiba-


tiba karena ketidak
nyamanan fisik akibat
dari pembengkakan
tubuh terutama pada
  Klien mengatakan dapat skrotum yang
melakukan aktivitas mengganggu
sehari-hari. kenyamanan.

Klien tidak bisa


 beraktivitas, butuh
 bantuan orang lain.
Karena terdapat nyeri
 pada skrotum dan
seluruh tubuh.

Klien mengatakan mandi P:Nyeri pada scrotum


2x sehari, gosok gigi 2x
Q : senut-senut
sehari secara mandiri.
R : pada scrotum
S : sedang, 5
T : nyeri saat ditekan

Klien dapat
melakukan ibadah
Klien hanya disibin
sendiri sesuai
Kebutuhan istirahat 2x sehari oleh
ketentuan
dan tidur istrinya, oral gygiene.
kuku dipotong
4.
seminggu sekali.
Klien mengatakan baik-
 baik,tidak .pernah
mengeluh
  Klien tidak dapat
melakukan ibadah
karena keterbatasan
Klien dapat aktivitas
 berkomunikasi dengan
 baik dengan keluarga
maupun lingkungan
sekitar.
Klien mengeluh nyeri

P:Nyeri pada scrotum

Q : senut-senut

R : pada scrotum
Klien dapat melakukan
S : sedang, 5
 pekerjaan sehari-hari T : nyeri saat ditekan

Kebutuhan aktivitas

Klien dapat
5.  berkomunikasi
dengan baik
dibuktikan dengan
klien dapat menjawab
segala pertanyaan
yang diberikan oleh
 perawat
  Klien tidak dapat
 bekerja

Kebutuhan personal
hygine.

6.

Kebutuhan spiritual
7.

Kebutuhan rasa aman


dan nyaman

8.

Pola berkomunikasi

9.
 

Pola bekerja

10.
 

D.   Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan : 20-febuari-2013

Tanggal Pengkajian : 26-febuari-2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

 Nilai Satuan

Haemoglobin 9,6 Gr% 14-18

Leucocyt 7.900 Mm3 4000-10.000

 N

Trombocyt 79.000 Mm3 150.000-400.000

Haemotocryt 30,0 % 30-48

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


 Nilai Satuan

Cholesterol 63 Mg % 150-220

HDL 10 Mg% >39 - -

Triglyceride 53 Mg% 74-150

LDL 42,4 MG % < 150

Tanggal Pemeriksaan : 21-febuari-


2013 Tanggal Pengkajian : 26-febuari-
2013

Hasil Nilai normal


Pemeriksaan Laki-laki
 Nilai Satuan
14-15
Haemoglobin 9,8 4000-10.000gr%
150.000-400.000 3
Leucocyt 8.800 mm
40-48
3
Thrombocyt 62.000 mm
Haematocryt 27,7 %

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


 Nilai Satuan Laki-laki

Protein total 6,3 Gr% 6,0 –  8,0

Albumin 2,0 Gr% 3,5- 5,5

Bilirubin total 4,32 Mg% 0-  1,1

Globulin 4,3 Gr%


1,5- 3,3

Bilirubin direct 2,57 Mg%

0-0,30
Sgot 12,7 Unit/l

Sgpt 28 Unit/l
15-37

9-42
Terapi pemberian obat

Tanggal pengkajian : 26 Februari 2013


Tanggal pemberian obat : 23 Februari 2013

Obat :

1.   Parenatal : Rl 12 tpm
2.   Injeksi : Cefotaksim 2 X 1 gr
Ranitidin 3 X 50 mg
Lasix 2 X 10 mg
3.   Diet : Bubur Rendah Garam
4.   Oral : Hepamax 2 x1
tab Urdanex 2x1
tab ISDN 3x5 mg
Fucohelix 1x1 tab
Spironulaston 1x100 mg
Dulcolax 1x2 mg

Tanggal pemberian Obat : 21-3-2013

Tanggal pengkajian : 26 Februari 2013

1.   Parenteral: Rl 12 tpm
2.   Injeksi : Cefotaxim 2x1 gr
Ranitidin 3x50 mg
Lasix 2x20 mg
3.  Diet : Bubur rendah garam
4.  Oral : Aspilet 1x80 mg
Hepamax 2x1 tab
Urdanex 2x1 tab
ISDN 3x5 mg
Furcohelix 1x1 tab
Sproudafu 1x100 mg
Dulcolax: 1x2 mg
ANALISA DATA

 Nama klien : Tn. A No RM : 489151


Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : bringin

 No TGL/JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 26 Ds: pasien mengatakan BAK Retensi urine Penurunan
Februari sedikit, dan terasa sakit saat fungsi ginjal
2013 BAK
15.00 WIB Do:  BAK sedikit dengan
volume 300ml/24 jam, BAK
setiap 4 jam sekali, dan
mengatakan nyeri saat BAK.
Berwarna kuning muda, tidak
menyengat dan dibantu
dengan pispot oleh
keluarganya, tampak
 pembesaran skrotum (oedema) 

2. 26 DS: pasien mengeluh Intoleransi Ketidak


Februari  badanya lemas, pasien aktifitas seimbangan
2013 mengatakan dalam suplai O2 ke
16.05 WIB melakukan aktivitas dibantu  jaringan
oleh keluarganya.
DO: Rentan gerak:
keterbatasan gerak pada
kedua kaki, Oedema pada
kedua kaki.
kekuatan otot.
HR: 80x / menit, kuat,
  regular.
RR: 26 x / menit. regular.
T: 360 C , per Aksila
BP: 130/80 mmHg

55555 55555
55555 55555

Tidak terdapat sianosis, O2


3 lpm. pemeriksaan
 penunjang hemoglobin 9,8
gr%, Pasien tampak lemah

3 27 Ds: nyeri
Februari -klien mengatakan nyeri pada Gejala infeksi
2013 alat kelaminnya
16.05 WIB P: Nyeri pada scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S: Sedang, dengan Skala 5
T: Nyeri timbul setiap 30
menit
Do:
-klien tampak meringis
kesakitan.
-tampak udema skrotum

Terdapat lesi pada skrotum


 
PRIORITAS DIAGNOSA

1.    Nyeri berhubungan dengan gejala infeksi

2.   Retensi urine berhubungan dengan penurunan fungsi renal 

3.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

O2 ke jaringan 
 
NURSING CARE PLANE

 Nama klien : Tn. A No RM : 489151


Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringin

Tanggal/ja  NOC INTERVENTION Ttd/na


m ma
 NIC ACTIFITY

26/2/2013
Setelah dilakukan 1.   Manageme 1.   Mengajarkan pada

15.00 tindakan selama n nyeri  pasien tekhnik


3x24 jam, nafas dalam jika
WIB
diharapkan masalah nyeri timbul
nyeri dapat teratasi 2.   meringankan atau
dengan kriteria mengurangi nyeri
hasil : sampai skala 2

-  skala nyeri
 berkurang
menjadi
0 –  2
-   pasien

mengatakan 1.penggunaan agens


sudah tidak
farmakologi :
merasakan nyeri
Lasix 2 x 10 mg
 pada alat .   pemberian

kelaminnya analgetik

-   pasien tampak
tenang dan tidak
meringis
  kesakitan

1)  Lakukan progam
Setelah dilakukan  pelatihan

tindakan  pengosongan
keperawatan 3x 24 .  Perawatan kandung kemih
 jam diharapkan retensi 2)  Pantau asupan dan
retensi urine dapat urine haluaran
teratasi dengan 3)  Kaji balance cairan
kriteria hasil NOC:

-Klien dapat
26
 berkemih secara
Februari
normal (1-
2013 2cc/kgBB/jam)
1)   Pantau eliminasi
15.15
- Tidak terjadi urine meliputi
WIB
 penumpukan .  Menejemen
frekuensi,
eliminasi
cairan pada tubuh konsistensi,
urine
(oedema) volume, warna,
 bau
2)   Beritahu pasien
tentang tanda dan

gejala infeksi
saluran kemih

3)  Memantau
 banyaknya cairan
yang masuk dan
keluar
5. Kateterisasi 1) Memasang kateter
urine kedalam kandung
kemih untuk
sementara waktu
dalam pengeluaran
urine

5. Pemberian 1) Penggunaan agen


antibiotik farmakologis
untuk meredakan
atau
menghilangkan
nyeri

1) Monitor
1) Kaji tingkat
aktivitas
kemampuan
pasien untuk
berpindah dari
tempat tidur,
berdiri, ambulasi

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x 24 2) Managem
en
   jam diharapkan energi
Intoleransi aktivitas
1)Bantu klien dalam
dapat teratasi
menentukan
dengan kriteria
hasil NOC: aktivitas yang dapat
dilakukan
- klien dapat
2)   Tentukan penyebab
melakukan aktivitas
keletihan
ringan sendiri,
3)   Pantau respons
seperti makan, ganti
26 kardiorespiratory
 baju, merawat diri,
Februari terhadap aktivitas
dsb
2013 4)   Pantau respons
- klien dapat oksigen pasien
15.30 mengelola 3)  Terapi
WIB aktivitas
energinya sendiri 1)   Bantu pasien untuk
mengubah posisi
secara berkala
2)   Rencanakan terapi
aktivitas bersama
 pasien dan
keluarga yang

meningkatkan
kemandirian
IMPLEMENTASI

 Nama klien : Tn. A No RM : 489151


Umur : 37th Dx Medis : CHF

Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringim

TanggDiagnos Implementasi Respon Ttd


al/jam a
 Nama

26/2/2 1,2,3 1) Memonitor vital sign S:-


013
O: klien kooperatif
15.00
BP : 140/80 mmHg

HR : 88 x/menit

RR : 26 x/menit
T: 37,4o C

1
15.15 2) Mengajarkan pada S: klien mengatakan mau
 pasien tekhnik nafas dalam jika nyeri timbul
untuk mengikuti
instruksi perawat

(relaksasi)

O:Pasien
kooperatif,pasien mengikuti intruksi
dari perawat
  S: klien mengatakan
BAK sedikit,
2 3)  Memantau eliminasi
urine meliputi frekuensi, O: sehari BAK 2x.
15.30
volume, dan warna volume 600 ml,
warna kuning pekat

S : pasien mengatakan
mau untuk dipasang
4)  Memasang kateter
alat bantu BAK
kedalam kandung
2
kemih untuk O : klien tampak
17.00 pengeluaran urine meringis kesakitak
saat pemasangan

S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat
5)  Memberikan obat
O : klien kooperatif
antibiotic, cefotaxin 2 x
1,2,3 1, Ranitidin 3 x1, lasix
2 x 10 mg
18.00

S:-

6)  Mengkaji tingkat
  kemampuan pasien O : klien tampak
untuk berpindah dari kesusahan dalam
tempat tidur, berdiri,  berpindahn posisi
ambulasi tidur, dan berdiri

19.00 7) meringankan atau


mengurangi nyeri

sampai skala S:Klien mengatakan


2
masih nyeri

P: Nyeri pada
scrotum
Q: Terasa cenut cenut
R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan
1 Skala 4
T: Nyeri timbul setiap
19.20
1 jam

O: Klien tampak
mringis kesakitan

S: klien mengatakan
minum 1 liter
8) Memantau banyaknya
 perhari. Dan
cairan yang masuk dan
BAK setiap 3 jam 
keluar
O: klien terlihat
  oedema.

S:-

2 1)   Memonitor vital sign O: klien kooperatif

21.00 BP : 130/80

mmHg HR : 76

x/menit

RR : 28 x/menit
T : 36,8o C

1)   memantau eliminasi
urine meliputi
S: klien mengatakan
1,2,3 frekuensi, volume,
BAK sedikit,
dan warna
27/3/2
O: sehari BAK 3x.
013
volume 800 ml/ 24
05.00  jam warna kuning
2)   Mengajarkan pada
 pekat 
 pasien tekhnik nafas
dalam jika nyeri timbul
S: pasien mengatakan
nyeri berkurang
setelah melakukan
teknik relaksasi
  2 O:Pasien tampak tenang.

07.00

3)   membantu klien dalam


menentukan aktivitas
yang dapat dilakukan
S: klien mengatakan
seperti melatih
mau mengikuti saran
 pergerakan otot
 perawat
dengan menggerakkan
tangan O: klien tampak
1 sedikit demi sedikit
08.00 menggerakan
telapak tangan
 pelan-pelan

1)   memberikan asupan
makanan yang
tinggi energy

S:klien mengatakan
makan setengah
 porsi

O: klien tampak makan


4)   Menganjurkan
4 sendok.
keluarga untuk
3
08.15 membantu aktivitas
klien
 
S: keluarga mau
membantu klien
makan

5)   Memberikan obat O: keluarga klien


tampak membantu
antibiotic, cefotaxin 2
makan
x 1, Ranitidin 3 x1,
lasix 2 x 10 mg
3

09.00

S : klien mengatakan
1)   Memonitor vital sign
mau untuk di suntik
dan minum obat

O : klien kooperatif

2)   Memantau eliminasi
2 urine meliputi S:-
09.16 frekuensi, volume,
O: klien kooperatif
dan warna
BP : 140/90

mmHg HR : 80

x/menit

RR : 26 x/menit
3)   Memberikan asupan
T : 37,0o C
  makanan yang tinggi
energy

S: klien mengatakan
BAK bertambah dari
1,2,3
hari sebelumnya
10.00
O: BAK 4x/24 jam.
volume 800 ml/24
4)   Memberikan obat
 jam, warna kuning
antibiotic, cefotaxin 2
 bening
x 1, Ranitidin 3 x1,
lasix 2 x 10 mg

S: klien mengatakan
2,3 makan setengah
 porsi, tidak habis.
28/3/2
013 O: klien tampak makan
5 sendok.
05.00

S : klien mengatakan
mau untuk di suntik
dan minum obat

O : klien kooperatif
2
06.30
 

07.00

09.00
 

PROGRESS REPORT

 Nama klien : Tn. A No RM : 489151


Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : Bringim

Tanggal/jamDiagnosa Evaluasi Ttd


nama

27/2/2013 1 S: klien mengatakan mau untuk


mengikuti instruksi perawat (relaksasi)
O: Pasien kooperatif,pasien mengikuti
intruksi dari perawat

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 1,2

2
 

S:klienmengeluhtidakbisa
 berkemih,secara normal, ( )
01.00
O: klien tampak mringis saat mengejan
saat berkemih, terdapat oedema skrotum. sehari BAK 2x. volume
600 ml, warna kuning pekat

A: masalah belum teratasi

2 P:lanjutkan intervensi 1, 2, 4

S:klienmengeluhbengkakpada
seluruh tubuh dan area kelamin

3
O:klientampakkesulitansaat
02.00  bergerak, badan odema

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 4, 6

S: klien mengeluh badannya terasa

2,3 sakit saat berpindah posisi


  O: klien tampak kesulitan saat merubah
 posisi
04.00
A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 5, 6, 7

S: klien mengeluh badannya sedikit


lebih mendingan dari hari
sebelumnya

O: klien tampak sedikit bisa merubah


 posisi, sehari BAK 3x/24 jam.
28-2-2013
volume800 ml/ 24 jam warna
23.00 2 kuning pekat

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 2, 6, 7

S: klien mengeluh masih sedikit sakit


1 saat berkemih.

O: klien tampak mringis saat mengejan


waktu berkemih.

A: Masalah teratasi sebagian


04.30 P: lanjutkan intervensi 2, 4

S: Klien mengatakan masih nyeri

P: Nyeri pada scrotum


Q: Terasa cenut cenut

R: Pada scrotum
S:Sedang, dengan Skala 4 T: Nyeri timbul setiap 1 jam
2

O: Klien tampak mringis kesakitan


05.00
A: masalah belum teratsi

P: lanjutkan intervensi 1,2

S: klien mengatakan dapat melakukan


aktivitas ringan dapat mandiri

O: klien tampak dapat makan, minum


secara mandiri

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi yang lain


 

05.10

S : klien mengatakan bengkak pada


tubuhnya sedikit berkurang

O : odema mengecil, klien tampak


sedikit bias bergerak ke kanan dan ke k kiri

A : masalah tertasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 4

1-3-2013

19.00 S : klien mengatakan mau untuk di


suntik dan minum obat

O : klien kooperatif

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi. 1, 2

20.15
 

EVALUASI 

 Nama klien : Tn. A No RM : 489151


Umur : 37th Dx Medis : CHF
Ruang rawat : Teratai Alamat : bringim

Tanggal/jam Diagnose Evaluasi Ttd nama

1/3/2013 1 S : klien mengatakan mau untuk

20.50 di suntik dan minum obat

O : klien kooperatif

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi. 1, 2

S: klien mengungkapkan sedikit


sakit saat berkemih

O:klientampakbiasasaja,

21.00 terdapat udeme pada seluruh


tubuh dan scrotum, volume urine, 800ml/hari

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

S:klienmengatakandapat
  melakukanaktivitasringan
secara mandiri

O: klien tampak dapat makan,

minum secara mandiri,

A: masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi yang lain

22.20
BAB IV

PENUTUP

1.   Kesimpulan
   Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
lagi dibutuhkan oleh tubuh dalam proses aktivitasnya.
  Eliminasi sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses
eliminasi akan mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula.
  Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka
akan terjadi pengakumulasian zat-zat sisa metabolisme yang nantinya hanya
akan menjadi pengganggu kegiatan tubuh individu.
  Eliminasi fekal melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut
sampai dengan anus.
  Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses
eliminasi secara normal.

2.   Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

eliminasi, kita mempunyai tujuan utama yaitu mengembalikan pola normal


eliminasi seorang pasien. Di samping itu, kita juga harus mengatasi masalah-
masalah sampingan yang timbul karena gangguan eliminasi tersebut.

Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hendaknya perawat


melaksanakannya sesuai dengan diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika : Jakarta
Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta
Wartonah Tarwoto. “Kebutuhan Dasar Manusia”. 2006. Jakarta : Salemba
Medika Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis
 NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai