BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Adinda Sari
2. Asti Ferdian
3. Cindy Pastikan
4. Dima Cahya
5. Fitra Rahmadya
6. Jozze
7. Khafifah
8. Marsya Dwi Puspita Sari
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Biokimia. Terimakasih penulic
ucapakan kepada ibu “Mariyani, S.Farm., M.Pharm.Sci” selaku dosen pengampu
yang telah memebrikan tugas makalah ini. Makalah ini berisikan tentang
penjelasan Protein dan Pemurnian Protein.
Terimakasih
Palu, 10 November
2022
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
I.1 Latar Belakang...............................................................................3
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................4
I.3 Tujuan Penulisan...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
II.1 Protein.............................................................................................5
II.1.1 Definisi.................................................................................5
II.1.2 Struktur Protein.................................................................5
II.2 Metode Pengujian Protein.............................................................7
II.2.1 Analisis Kualitatif..............................................................7
II.2.2 Analisis Kuantitatif............................................................9
II.3 Pemurnian Protein.......................................................................11
II.3.1 Definisi...............................................................................11
II.3.2 Sifat Protein......................................................................11
II.3.3 Ekstraksi Protein..............................................................12
II.4 Tahapan dalam Proses Pemurnian Protein...............................13
II.4.1 Memecah Sel.....................................................................13
II.4.2 Pengendapan.....................................................................14
II.4.3 Pemurniaan.......................................................................15
II.4.4 Penetapan Kadar Protein................................................19
II.4.5 Karakterisasi Protein.......................................................21
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
III.1 Kesimpulan...................................................................................22
III.2 Saran.............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur sekunder suatu Protein
Gambar 2. Protein dengan Struktur Tersier dan Kuartener
Gambar 3. Struktur Protein Tersier dan Kuartener
Gambar 4. Pemisahan Protein menggunakan Membran Dialisis
Gambar 5. Teknik Pemisahan Protein dengan Kolom Kromatografi
Gambar 6. Metode Pemisahan Protein menggunakan Kromatografi Gel Filtrasi
Gambar 7. Metode Pemisahan Protein menggunakan Kromatografi Penukar Ion
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Protein adalah polimer yang tersusun dari asam amino. Protein merupakan
komponen penting atau komponen utama sel hewan dan manusia. Oleh karena
sel adalah penyusun tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh
(Anissa & Dewi, 2021).
Struktur protein dapat dibagi menjadi struktur primer, sekunder, tersier dan
kuartener. Struktur primer adalah susunan linear asam amino dalam protein
yang berikatan kovalen (ikatan peptida). Jika struktur primer berbentuk linear,
maka struktur sekunder merupakan bentuk 3 dimensi karena rantai polipeptida
yang terlipat-lipat. Struktur tersier merupakan struktur 3 dimensi yang berasal
dari gabungan beberapa stuktur sekunder yang membentuk satu rantai
polipeptida. Struktur sekunder ini biasanya dihubungkan oleh ikatan hidrogen,
ikatan garam, interaksi hidrofobik dan ikatan disulfida. Struktur tersier
beberapa protein polipeptida tunggal terdiri dari domain-domain. Domain
adalah susunan polipeptida yang terlipat menjadi bentuk tersier secara bebas.
Struktur primer, sekunder dan tersier umumnya hanya melibatkan satu rantai
polipeptida. Sedangkan struktur kuartener melibatkan beberapa rantai
polipeptida (Chayati, 2014).
2. Uji Kelarutan
Uji kelarutan dilakukan untuk menentukan tingkat kelarutan
asam amino. Asam amino yang dapat diuji dengan metode uji
kelarutan di antaranya adalah glisin, tirosin, sistein, dan asam
glutamat: Prinsip yang mendasari uji kelarutan adalah kelarutan
protein akan bergantung pada pH. Oleh karena itu, uji kelarutan
dapat dilakukan dengan menentukan sifat asam atau basa dari
larutan yang menjadi tempat protein berada. Jadi, uji ini
dilakukan dengan memasukkan sampel protein ke dalam wadah,
dipanaskan, dan kemudian diuji sifat asam atau basa larutan
menggunakan kertas lakmus. Sebagai pembanding, hal serupa
dilakukan untuk larutan NaOH dan HCL.
3. Uji Endapan
Uji endapan dilakukan untuk mengetahui keberadaan protein di
dalam suatu campuran. Apabila terdapat protein maka protein
akan membentuk endapan dalam pelaksanaan metode ini. Metode
ini dikenal juga dengan nama salting-out method. Larutan
ammonium sulfat biasanya digunakan dalam pelaksanaan uji
endapan. Seluruh protein atau asam amino dapat diuji
keberadaannya menggunakan metode ini. Prosedur pelaksanaan
meliputi penambahan garam ke dalam campuran. Garam yang
masuk akan terionisasi dan molekul air akan mengelilingi ion
garam. Akibatnya, protein yang semula terlarut dalam air akan
kekurangan molekul air yang mengelilinginya dan teragregasi
membentuk endapan. Jumlah garam yang diperlukan bervariasi
menurut sifat protein dan pH larutan.
4. Uji Xanthoproteic
Terdapat berbagai jenis protein. Beberapa protein memiliki
senyawa aromatik dalam strukturnya. Keberadaan protein dengan
senyawa aromatik tersebut dapat diuji dengan uji xanthoproteic.
Pada uji ini, keberadaan protein dengan gugus aromatik akan
menghasilkan warna jingga kekuningan. Alam amino yang dapat
dideteksi dengan uji xanthoproteic di antaranya adalah tirosin,
triptofan, fenilalanin, dan asam glutamat.
2. Metode Kjehdahl
Metode ini khusus menguantifikasi nitrogen di dalam suatu
campuran. Protein memiliki gugus amina yang mengandung
protein. Sebelum dilakukan analisis protein dengan metode
kjehdahl, zat pengotor yang ada perlu dihilangkan terlebih
dahulu. Presisi dan akurasi metode ini tinggi untuk mendeteksi
nitrogen, tetapi juga rawan karena adanya kemunginan
keberadaan zat selain protein yang mengandung nitrogen di
dalam campuran. Proses dari metode ini dimulai dengan digesti.
Pada tahap ini, sampel dioksidasi dengan garam amonia
(dipanaskan bersama H2SO4 pekat dengan katalis CuSO4).
Selanjutnya, netralisasi dilakukan, yaitu tahap mengubah garam
ammonia menjadi gas (dipanaskan dan ditambahkan NaOH)
dengan distilasi. Proses dilanjutkan dengan titrasi untuk
menentukan konsentrasi protein di dalam campuran dengan
menggunakan NaOH sebagai penitran.
3. Metode Biuret
Metode biuret dilakukan dengan menggunakan CuSO, Na-K
tartrat, dan KI, semuanya dalam NaOH. Apabila protein (-
CONH) berada di dalam campuran, akan terbentuk warna ungu.
Semakin pekat warna ungu yang terbentuk maka jumlah ikatan
yang terbentuk antara reagen dengan protein juga semakin
banyak. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 545 nm.
Data absorbansi dapat dikonversi menjadi data konsentrasi
protein.
4. Metode Lowry
Pada metode lowry, protein dengan gugus fenol dapat dideteksi
dalam rentang jumlah protein antara 1 µg hingga 1 mg protein.
Reagen yang digunakan adalah folin dan ciocalteu yang
mengandung reagen untuk dapat mendeteksi fenol. Fenomena
pembentukan warna biru akan munculpabila protein dengan fenol
terdapat di dalam campuran sebagai akibat terbentuknya
kompleks Cu-protein. Tahapan pelaksanaan metode dimulai
dengan pemberian reagen biuret pada sampel. Kemudian, sampel
diberi reagen folin dan ciocalteu. Jika terbentuk warna, hal
tersebut menandakan adanya protein dalam sampel. Konsentrasi
protein dapat ditentukan melalui pengukuran absorbansi sampel
dengan panjang gelombang 600 nm.
5. Bradford Assay
Protein dapat dideteksi melalui metode bradford dengan
menggunakan reagen coomasie blue 0250++ dan larutan asam.
Pemberian reagen ke dalam sampel yang mengandung protein
akan menyebabkan perubahan warna dari merah-cokelat menjadi
biru. Metode ini sering digunakan karena mudah dilakukan dan
sensitif. Setelah perubahan warna terbentuk, absorbansi diukur
pada panjang gelombang 595 nm untuk memperoleh data
konsentrasi protein dalam sampel.
II.4.2 Pengendapan
1. Metode pengendapan yang umum digunakan adalah dengan
penambahan garam. Pada konsentrasi garam yang rendah
kelarutan protein biasanya sedikit meningkat, keadaan ini disebut
sebagai "salting in". Sebaliknya, pada konsentrasi garam yang
tinggi kelarutan protein menurun secara tajam, keadaan ini
disebut sebagai "saling of dan protein akan mengendap Dengan
menggunakan range konsentrasi garam tertentu, dapat dilakukan
pengendapan protein yang diinginkan, walaupun masih dalam
keadaan tercampur dengan protein yang sejenis. Terdapat
beberapa jenis anion yang digunakan untuk pengendapan protein
yang disebut sebagai lyverpic of Hofmeister series, dengan
urutan kekuatan sitrat > fosfat sulfatasetat, kekuatan yang hampir
sama untuk klorida > nitrat
1. Pengendapan Bertingkat
a. Protein mengalami pengendapan dengan adanya penambahan
garam. Proses ini berdasarkan pada proses pengendapan oleh
kejenuhan garam tertentu (NH,SO,) atau polietilen glikol,
oleh adanya proses salting out. Pad saat NH SO, atau
polietilen glikol ditambahkan, maka endapan protein akan
terbentuk dan dapat dipisahkan dari larutan.
Anissa, D. D., & Dewi, R. K. (2021). Peran Protein: ASI dalam Meningkatkan
Kecerdasan Anak untuk Menyongsong Generasi Indonesia Emas 2045 dan
Relevansi Dengan Al-Qur’an. Jurnal Tadris IPA Indonesia, 1(3), 427–435.
https://doi.org/10.21154/jtii.v1i3.393