Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL DESAIN INOVATIF

STASE KONSEP DASAR PROFESI (KDP)


RSUD AWS SAMARINDA RUANG FLAMBOYAN

“PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP


SENSITIVITAS KAKI MENGGUNKAN
MONOFILAMEN TEST”

Oleh :

M. FAHRIZAL WIRA FERDANA


NIM. P07220418023

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan

terus berkembang secara global, penyakit ini turut menambah angka mortalitas,

morbiditas dan ketunadayaan dini yang signifikan, serta kehilangan tahun

kehidupan yang potensial. Lebih dari 7% populai individu dewasa diAustralia

menyandang diabetes melitus. Namun, prevelensi ini meningkat menjadi 23%

pada individu berusia 75 tahun atau lebih dan diperkirakan sebesar 10% hingga

30% pada masyarakat aboringin, penduduk dari kepulauan pasifik,serta sebagian

negara Asia. DiSelandia Baru, angka prevelensi diabetes melitus pada populasi

dewasa keturunan eropa adalah 3,1% yang lebih dari 8% diantaranya merupakan

keturunan Maori dan kepulauan pasifik (Esther Chang, Dkk, 2010).

Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, menempati urutan

keempat dalam jumlah penderita diabetes melitus terbesar didunia. Sementara,

berdasarkan data international diabetetic federation (IDF), indonesia menempati

urutan ke-9 dengan angka kasus diabetes mellitus dan diprediksikan naik ke

peringkat 6 ppada tahun 2030 dengan 12 juta kasus. Berdasarkan data dari rekam

medis RSU Dr. Pirngadi Kota Medan (2015) diketahui bahwa jumlah penderita

diabetes melitustipe 2 pada tahun 2012 adalah sebanyak 1.133 orang, tahun 2013

sebanyak 993 orang dan tahun 2014 meningkat menjadi 1.488 orang.

Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan

komplikasi metabolik ataupun komplikasi vaskuler jangka panjang, yaitu

mikroangiopati dan makroangiopati. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf

perifer) pada organ-organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada

retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati diabetik (Price, 2005).


Penderita diabetes melitus juga rentan terhadap infeksi kaki, luka yang kemudian

dapat berkembang menjadi gangren, sehingga meningkatkan kasus amputasi.

Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi pada penyandang

diabetesmellitus setiap tahun. Sekitar 68% penderita gangren diabetik adalah

laki-laki, dan 10% penderitagangren mengalami rekuren. Sebanyak 14,3% akan

meninggal dalam setahun pascaamputasidan 37% akan meninggal tiga tahun

pasca-operasi (Kartika, 2017)

. Secara umum, neuropati sering kali tidak disadari sebagai penyakit,

melainkan dipandang sebagai kondisi yang umum akibat komplikasi dari penyakit

lain. Padahal jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas

penderitanya. Pada pasien diabetes, risiko terjadinya neuropati semakin

bertambah besar, sejalan dengan bertambahnya usia dan lama penyakit diabetes

yang diderita(PERDOSSI, 2012).

Neuropati merupakan perubahan struktur dan fungsi saraf perifer atau saraf

tepi, baik motorik, sensorik, dan otonom, yang menyebabkan terjadinya

neuropati diabetik akibat degenerasi saraf perifer atau otonom (Harsono, 2015).

Hal ini yang menyebabkan seperti rasa nyeri, kesemutan, baal atau kebas, mati

rasa, kaku otot, kram, hipersensitif sampai gangguan kontrol kandung kemih,

kelemahan bahkan penyusunan otot. Permasalahan neuropati pada penderita

diabetes melitus juga diperberat dengan penurunan sistem imunitas sehingga

rentan terhadap infeksi, sehingga bila penderita diabetes melitus mengalami luka

sedikit saja akan sangat mudah mengalami nekrosis jaringan yang berakhir pada

amputasi bila tidak dilakukan penanganan dengan benar (Sofyan, 2012).

Penanganan yang efektif akan menurunkan tingkat komplikasi sehingga tidak

terjadi komplikasi lanjut yang merugikan penderita melitus. Tindakan penanganan

yang dilakukan oleh tim kesehatan/medis antara lain: penanganan secara

farmakologis yaitu pemberian obat-obatan dan penanganan secara non


farmakologis seperti kontrol metabolisme secara rutin, kontrol vaskuler, evaluasi

tukak, perawatan kaki (Ignatavicius, 2010), serta tindakan exercise lainnya seperti

senam kaki (Widianti, 2010). Penderita diabetes melitus dianjurkan untuk

melakukan senam kaki. Tindakan ini sangat cocok untuk klien dengan neuropati

diabetik karena mudah dilakukan oleh semua orang, dan senam ini bertujuan

dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil

kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (Widianti, 2010).

Senam kaki diabetes melitus ini merupakan kegiatan atau latihan yang

dilakuakn oleh masyarakat yang menderita diabetes melitus untuk membantu

memperlancar peredaran darah bagian kaki yang mengalami penurunan neuropati

yang bisa menyebabkan terjadinya luka (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).

Penelitian Suhertini (2016) didapatkan rata-rata nilai sensasi kaki penderita

neuropati diabetik. Pada kelompok intervensi sebelum senam kaki adalah

8.61dan sesudah senam kaki adalah 5.55 berarti nilai sensasi kaki penderita

neuropati diabetik mengalami penurunan sebanyak 3.061 point yang berarti

keluhan neuropati mengalami penurunan. Senam kaki efektif terhadap penurunan

neuropati diabetik pada penderita diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan

Sigit Priyanto(2013) menyatakan ada pengaruh kadar gula darah dan sensitivitas

kaki sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada yang mengalami

diabetes melitus. Neurophaty Disability Score (NDS) dimana jika nilai yang

diperoleh <6 maka pasien tersebut tidak mengalami neuropati sedangkan jika ≥ 6

maka pasien tersebut mengalami neuropati. Setelah dilakukan pengukuran

neuropati sebelum intervensi maka selanjutnya pasien diajarkan senam kaki.

Senam kaki dilakukan sebanyak 5 kali dalam seminggu. Setelah senam kaki maka

dilakukan pengukuran neuropati kembali.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan umum dari desain

inovatif ini, yaitu Melakukan Intervensi senam kaki terhadap sensitivitas

kaki di Ruang Flamboyan.


2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus dari desain

inovatif ini, yaitu:


a. Mengidentifikasi perubahan sensitivitas kaki sebelum dilakukan

intervensi senam kaki


b. Mengidentifikasi perubahan sensitivitas kaki sesudah dilakukan

intervensi senam kaki

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Senam kaki
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan

terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis (perobosuero, 2007).

Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga

aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana

kebutuhan oksigen masih dapat terpenuhi tubuh (karim,2002).


Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

diabetes untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan

peredaran darah bagian kaki (sumosardjuno, 2006). Senam kaki dapat

membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil

kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.


2. Sensitivitas
Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung

kepembuluh darah dan dialirkan oleh arteri keseluruh organ-organ tubuh

salah satunya pada organ kaki (Hayens, 2003).


Dasar terjadinya luka atau kelainan pada kaki pasien penderita

diabetes adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh

darah dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang paling

berperan adalah kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah

lebih berperan nyata pada penyembuhan luka sehingga menentukan nasib

kaki. Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf sensorik, saraf

motorik, dan saraf otonom (Prabowo, 2007).


Sensoris menjadi hilang rasa yang menyebabkan tidak dapat

merasakan rangsang nyeri sehingga kehilangan daya kewaspadaan

proteksi kaki terhadap rangsang dari luar. Akibatnya, kaki lebih rentan

terhadap luka meskipun terhadap benturan kecil. Bila terjadi luka, akan

memudahakan kuman masuk yang menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini

tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan

(gangren) bahkan dapat di amputasi (prabowo, 2007).


Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot)

dapat mengakibatkan pengecilan atrofi otot interosseus pada kaki. Akibat

lanjut dari keadaan ini terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi

perubahan bentuk deformitas pada kaki seperti jari menekuk cock up toes,

bergesernya sendi luksasi pada sendi kaki depan metatarsofalangeal dan

terjadi penipisan bantalan lemak di bawah daerah pangkal jari kaki kaput

metatarsal. Hal ini menyebabkan adanya perluasan daerah yang

mengalami penekanan, terutama di bawah kaput metatarsal

(Prabowo,2007). Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil

pembuluh darah vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah,

akibatnya sendi menjadi kaku. Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan

bentuk kaki Charchot, yang menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki

yang baru dan berisiko terjadinya luka (Prabowo, 2007). Kelainan

pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh darah sehingga

menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan makanan

atau obat antibiotika yang dapat menggagu proses penyembuhan luka.

Bila pengobatan infeksi ini tidak sempurna dapat menyebabkan

pembusukan gangren. Gangren yang luas dapat pula terjadi akibat

sumbatan pembuluh darah yang luas sehingga kemungkinannya dilakukan

amputasi kaki di atas lutut (Igra, 2009).


3. Tes Monofilamen
Pemeriksaan dengan alat monofilamen 10-g untuk menilai sensasi

pada kaki, dengan cara menggunakan benang nilon monofilament, pasien

diminta duduk dan mengangkat telapak kakinya setelah telapak kaki

tengak barulah diberikan sentuhan benang nilon monofilament dengan

cara benang nilon monofilament ditempatkan ditelapak kaki dan sedikit

dibungkukkan nilon tersebut karena untuk memberi tekanan mendorong

pada telapak kaki tahan sampai 3 detik dan lepaskan apabila pasien
mengatakan sensasi tekanan pada kakinya sudah terasa, orang dengan

sesasi normal harus merasakannya. Jika tekanan itu tidak dirasakan dalam

setidaknya empat dari sepuluh area yang telah di tetapkan, maka dapat

diasumsikan bahwa neuropathy diabetik hadir.

B. Mekanisme
Senam kaki diabet merupakan salah satu terapi yang dilakukan perawat.

Senam ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah yang terganggu karena

senam kaki diabetes dapat membantu memperkuat otot-otot kaki. Senam kaki

diabet ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi

kejaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha,

serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita

diabetes melitus, (Wibisono, 2009). Senam kaki diabet ini dapat diberikan kepada

seluruh penderita diabetes melitus dengan tipe satu maupun dua.Namun

sebaiknya diberikan senam kaki ini sejak pasien di diagnosa mendertia diabetes

melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Menurut Wibisono, yang menjadi

ketua persatuan diabetes indonesia, senam kaki ini berpengaruh untuk

memperbaiki sirkulasi darah dan meningkatkan sensitivitas kaki. Jika tidak

dilakukan dapat menimbulkan terjadinya ganggren, selanjutnya meningkatkan

resiko kecacatan atau morbiditas dan akhirnya meningkatkan beban hidup

individu, keluarga, masyrakat dan pemerintah.Senam kaki ini sangat dianjurkan

untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati

di kaki, tetapi di sesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh penderita.

Gerakan dalam senam kaki diabet seperti yang disampaikan dalam 3rd National

Diabetes Educators Training Camp Tahun 2005 dapat membantu memperbaiki

sirkulasi darah di kaki. Mengurangi keluhan dari neuropati sensorik seperti: rasa

pegal, kesemutan, gringgingen di kaki. Manfaat dari senam kaki diabet yang lain

adalah dapat memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk


kaki, meningkatkan kemampuan otot betis, dan paha, mengatasi keterbatasan

gerak sendi, latihan seperti senam kaki diabet dapat membuat otot-otot dibagian

yang bergerak berkontraksi (Soegondo, et all, 2004).

Gerakan senam kaki yang berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat,

memutar keluar atau ke dalam dan mencengkram pada jari-jari kaki menyebabkan

otot kaki berkontraksi. Gerakan dalam senam kaki mengakibatkan sinapsis atau

daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil kolin. Asetil-

kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke serabut otot. Ion kalsium

akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan tropomiosin yang menyebabkan

adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin). Masuknya ion kalsium mempermudah

aliran penghantaran impuls saraf (Syaifuddin, 2006). Hal ini akan meningkatan

laju metabolik pada otot yang aktif dan terjadi dilatasi pada arteriol maupun

kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi

peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel dan terjadi

aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh.

(Guyton & Hall). Pada penderita diabetes mellitus tipe2, produksi insulin tidak

terganggu, tetapi karena respon resptor pada sel terhadap insulin (resisten insulin)

masih kurang maka insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel.

Pada saat berolahraga senam kaki, keadaan permeabilitas membrane terhadap

glukosa meningkat pada otot kaki yang berkontraksi sehingga resistensi

berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan

kebutuhan insulin berkurang (Novitasari, 2014).

C. Teknik

Langkah-langkahnya,Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki

menyentuh lantai. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah

kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam

sebanyak 10 kali ,Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat
telapak kaki ke atas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki

diletakkan di lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan

secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10

kali ,Tumit kaki diletakkan di lantai.Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke

atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

(Damayanti,2015)

Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Kemudian

angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan

kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi

gerakan ini sebanyak 10 kali. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai

kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu

turunkan kembali kelantai Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti

pada langkah ke-8, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan.

Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali. Angkat kedua kaki dan

luruskan,pertahankan posisi tersebut. Kemudian gerakan pergelangan kaki

kedepan dan kebelakang Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu

putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara

dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian (Flora R, 2013).

Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran 11 tersebut

menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut

menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini

dilakukan hanya sekali saja. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu

pisahkan kedua bagian koran tersebut.Sebagian koran di sobek-sobek menjadi

kecil-kecil dengan kedua kaki.Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan

tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang

utuh tadi.Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan
dan kiri menjadi bentuk bola.Kaki merobek kertas koran kecil-kecil dengan

menggunakan jari-jari kaki lalu bungkus menjadi bentuk bola (Hidayat A,2014).
BAB III

STRATEGI PERENCANAAN MASALAH

A. Jenis Intervensi
Intervensi senam kaki ini adalah jenis intervensi non-farmakologi
B. Tujuan
Tujuan dilakukan Intervensi ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam kaki

terhadap sensitivitas kaki.


C. Waktu
Intervensi senam kaki dilakukan pada hari senin, tanggal 15 April 2019, pukul

08-00 s.d 08.30.


D. Setting
Intervensi senam kaki dilakukan di Ruang Flamboyan , Rumah Sakit Umum

Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda


E. Media/Alat yang digunakan
1. Alat Tulis
2. Diabetic neuropathy testing monofilament
F. Prosedur Operasional Tindakan yang Dilakukan
1. Tahap Pra Interaksi
a) Menyiapkan alat
b) Mencuci tangan

2. Tahap Orientasi
a) Memberikan salam dan sapa nama pasien
b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
a) Mengkaji sensitivitas kaki pasien
b) Mempersiapkan pasien
c) Memberikan teknik/cara senam kaki
4. Tahap Terminasi
a) Melakukan pengkajian ulang terhadap sensitivitas kaki
b) Berpamitan dengan klien
c) Mencuci tangan
d) Mencatat hasil pengkajian.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson (2005). Patofisologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ed.6.
Jakarta : EGC
Sigit Priyanto, (2013). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar
Gula Darah Pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus Di Magelang. Diunduh
pada tanggal 8 januari 2017 dari website : http://download.portalgaruda.org/ar
ticle.php?article=98513&val=426
Rohmad. (2016). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan Nilai Sensori Neuropati
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Desa Nepen Kecamatan Boyolali. Diakses
dari website : Digli.stikeskusuma.ac.id/files/disk1 /32/01-gdl-hanifnurro-1591-
1artikel-9.pdf
Setyoadi &Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika
Soegondo, S. (2011). Hidup Secara Mandiri Dengan Diabetes Mellitus Kencing
Manis Sakit Gula. FKUI, Jakarta.
Sofyan, Niken. (2012). Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
dan Merck peduli kesehatan saraf.
Sudoyo, Aru W, Dkk. (2009). Bukuajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV, Jilid I.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suyanto, 2016. Fortor-faktor yang berhubungan dengan kejadian neuropati perifer
diabetik.
Widianti (2010). Senam Kesehatan Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Medical book :
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai