BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang konsep dan teori berfikir kritis dan asuhan
keperawatan.
A. Berfikir Kritis
1. Definisi
kritis menitik beratkan pada fikiran logis dan alasan yang mendasarinya. Hal
ini seiring dengan pendapat Chaffee dalam Potter& Perry (2010), yang
mengatakan bahwa berfikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan
Berfikir kritis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu
diambil telah tepat, beralasan dan teliti (Black & Hawk, 2009). Menurut
Facione, 1990 dalam Potter& Perry (2010), berfikir kritis tidak hanya
mempunyai hubungan yang baik, jujur dan selalu mau untuk berfikir jernih
tentang suatu masalah, berfikir kritis juga merupakan suatu komitmen untuk
berfikir jernih, tepat dan akurat serta bertindak sesuai dengan keadaan dimana
berfikir kritis yang meliputi tiga tingkat pemikiran kritis yaitu: pemikiran
suatu penjelasan, belajar menerima berbagai opini dan nilai yang berbeda
kompetensi yang lemah, dan sikap yang tidak fleksibel akan mengurangi
c. Komitmen
suatu pilihan tanpa bantuan orang lain apapun keputusan yang diambil
klinik dan mengurangi kesalahan pada penilaian klinis adalah visi dari
praktik keperawatan (Di Vito-Thomas, 2005 dalam Potter & Perry, 2009).
perawat antara lain teori ilmu dasar, rasa kemanusiaan, ilmu perilaku
masalah keperawatan.
2) Pengalaman keterampilan
Potter & Perry, 2009). Pada situasi klinis perawat akan belajar mulai
3) Kompetensi
berkualitas.
4) Perilaku
pemikir kritis (Paul, 1993 dalam Potter & Perry, 2009). Perilaku
dipikirkan (Watson dan Glaser, 1980 dalam Potter & Perry, 2009).
& Perry, 2009). Saat perawat menunjukan rasa percaya diri maka
memberikan perawatan.
(c) Keadilan
Potter, 2009).
(f) Disiplin
(g) Kegigihan
bagi masalah klien. Hal ini diperlukan terutama bila masalah yang
19
ada belum dapat diselesaikan atau jika masalah yang sama timbul
pemikir kritis tidak pernah puas dengan usaha yang minimal, tetapi
(h) Kreatif
(j) Integritas
terhadap potensi kesalahan oleh orang lain dan diri sendiri serta
(Lefevre, 2004).
5) Stadart
pemikiran kritis.
22
Kreativity dan Knowing How You Think yang disingkat THINK. Seorang
buku, informasi dari klien atau sumber lainnya. Total Recall sangat
2) Habits (Kebiasaan)
Pola pikir yang diulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan baru yang
3) Inguiry (pendidikan)
banyak standar yang dapat menjamin pekerjaan lebih baik, tetapi tidak
yang menyimpang.
4) Sistematis (Systematicity)
b. Karakteristik Intelektual
telah dipelajari.
26
8) Dewasa
c. Budaya Berfikir
1) Kepercayaan (Confidence)
3) Kreativitas (Creativity)
4) Fleksibel (Flexibility)
memungkinkan.
27
7) Intuisi (Intution)
berdasarkan sintesis dari tiga pedapat ahli tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Keberanian Intelektual
b. Berpikiran Terbuka
yang berbeda.
c. Flekasibel
d. Berfikir Analitis
e. Sistematis (Systematicity)
pemikiran sendiri.
h. Dewasa
menghargai kekurangan.
i. Kreatifitas (Creativity)
suatu pilihan.
j. Intuisi (Intution)
yang disadari.
disampaikan oleh Alfaro-Le Fevre,R. (2004) adalah factor individu dan situasi
sebagai berikut:
a. Faktor Individu
benar, salah dan jujur lebih baik dari pada berfikir kritis.
2) Usia
(2004)
3) Kepercayaan Diri
4) Kecerdasan emosional
6) Budaya evaluasi
dibaca.
32
b. Faktor Situasi
4) Penghargaan positif
percaya diri.
5) Faktor Motivasi
berfikir kritis.
33
(Cottrell, 2005).
keperawatan.
Hambatan yang dapat terjadi dalam berfikir kritis adalah keliru memahami
pemikir kritis (Facione & Facione 2008). Alat ukur ini sering digunakan
Orang tersebut juga dapat menjadi komunikator yang baik dan juga
35
terhadap sesuatu yang baru (Irane, et all 2007). Seseorang yang memiliki
lapar. Orang dengan inovasi tinggi akan selalu mencari pengetahuan baru.
Individu yang memiliki inovasi yang tinggi akan tahu apa yang harus
mereka dan dunia mereka. Seseorang dengan inovasi tinggi akan merasa
penasaran dengan tantangan baru dan aktif berusaha untuk tahu lebih
1. Jenis Kelamin
Keperawatan sebagai profesi pada awalnya berasal dari Mother Instinct yang
Hal ini juga sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprisunadi
2. Usia
individu berkarir. Ericson (Dalam Crave & Hirnle, 2009) mengatakan salah
kematangan usia. Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
3. Tingkat Pendidikan
yaitu program Diploma III seperti yang telah dijelaskan dalam kurikulum
tinggi pendidikan seseorang maka kinerja akan semakin baik karena dengan
4. Masa Kerja
tetapi juga dipengaruhi oleh pengalaman dan lama kerja. Siagiaan (2002),
menyebutkan seorang pekerja yang sudah lama bekerja dalam suatu organisasi
relative bekerja lebih baik karena tidak lagi berfikir untuk pindah ketempat
lain, sedangkan pekerja yang lebih muda dan baru bekerja masih memikirkan
dan merasa mudah untuk pindah ketempat kerja yang lain. Semakin
kerjanya sehingga pengalaman dan masa kerja saling terkait. Hal tersebut
masa kerja memiliki kontribusi yang bermakna dalam hubungan berfikir kritis
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
mempertahankan kesehatan klien yang optimal dan bila ada perubahan pada
masalah klien.
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasein yang terdiri
implementasi dan evaluasi, kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan
a. Pengkajian
1) Definisi
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan dan
pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola
respon klien saat ini dan sebelumnya (Carpenito – Moyet, 2005 dalam
yaitu:
sifatnya individual.
2) Macam Data
a) Data Dasar
41
klien. Data dasar ini meliputi data umum, data demografi, riwayat
keperawatan sejahtera.
b) Data Fokus
Data ini yang nantinya mendapat porsi lebih banyak menjadi dasar
pemeriksaan.
c) Data Subjektif
anamnesis.
42
d) Data Objektif
3) Sumber Data
a) Primer
dari klien. Sebagai sumber data primer, bila klien dalam keadaan
b) Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien
yaitu keluarga, orang terdekat, teman dan orang lain yang tau
a) Anamnesis
komprehensif.
saling percaya.
b) Observasi
praktik klinik.
c) Pemeriksaan
(1) Fisik
(a) Inspeksi
kelainan anatomi.
(b) Palpasi
(c) Perkusi
(d) Auskultasi
(2) Penunjang
dimaksud.
cukup signifikan bila data yang kurang ternyata sangat penting dan
memilah data harus jelas data prioritas pada saat pengkajian awal.
data harus dikaji sekali lagi mana data yang sesunguhnya terjadi.
g) Duplikasi Data
b. Diagnosis Keperawatan
1) Definisi
2) Tujuan
memecahkan masalah.
a) Klarifikasi data
b) Interprestasi data
kolaboratif.
sudah ada.
a) Problem/ Masalah
jelas.
b) Etiologi/ Penyebab
(1) Patofisiologi
(2) Situasional
(4) Maturasional
c) Simtom/ Tanda
5) Tipe diagnosis
masalah yang nyata terjadi saat ini, harus ada unsur PES, simtom
1) Definisi
dengan efektif dan efesien ( Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2012).
53
2) Tujuan
a) Administrasi
b) Klinik
3) Tahapan
c) Hierarki Maslow
ditetukan oleh perawat dan klien dan T: Time yaitu waktu yang di
1) Definisi
a) Keterampilan kognitif
b) Keterampilan interpersonal
dan tim kesehatan yang lain. Perhatian dan rasa saling percaya
57
jujur.
c) Keterampilan psikomotor
keterampilan ini.
tindakan
pelaksanaan
efektifitas tindakan.
a) Tahap persiapan
b) Tahap pelaksanaan
(4) Kompeten
e. Evaluasi
1) Definisi
keadaan klien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
2) Tujuan
3) Proses Evaluasi
b) Penentuan keputusan
dimana kondisi ini tercapai bila semua data yang ditentukan dalam
hasil yang ditentukan bila hanya sebagian saja dari kriteria hasil
telah ditentukan bila hanya sebagian kecil dari kriteria hasil yang
dapat dipenuhi.
4) Macam Evaluasi
yang ditetapkan.
kebijakan yang berbeda evaluasi dapat diukur tiap shift atau ditetapkan
6) Komponen SOAP/SOAPIER
a) S: Data Subjektif
b) O: Data Objektif
c) A: Analisis
61
d) P: Planning
keberhasiannya.
e) I : Implementasi
f) E: Evaluasi
g) R: Reassesment
kognitif, psikomotor dan afektif untuk menilai intuitive dan kreatifitas. Berfikir
Potter, 2010).
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsinal klien pada saat ini
observasi yang dapat dipercaya, membedakan data yag relevan daiantara data
yang tidak relevan, membedakan data yang penting diantara data yang tidak
kesehatan terhadap masalah yang actual, potensial, resiko tinggi dan wellnes
(NANDA Internasional, 2007. dalam Perry dan Potter, 2010 ). NANDA juga
mempengaruhi masalah.
64
Pada tahap ini perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi
menurut Wilkinson dalam Perry dan Potter (2010), perawat dapat melakukan
lainnya.
mendasari. Rencana berfokus pada masalah dan factor resiko yang harus
keputusan untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan aman, efesien dan
biaya efektif.
masalah kesehatan yang dialaminya agar dpat menjadi lebih baik dan
dan perawatan.
66
hasil-hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Pada tahap ini perlu pengetahuan tentang tujuan dan
membuat kriteria dasar untuk evaluasi. Tahap evaluasi ini perawat melakukan
(2004), mengatakan evaluasi sebagai salah satu langkah dalam berfikir kritis
Swanson dalam dalam Tomey dan Olligood (2006) menjelaskan bahwa caring
adalah cara alami untuk berhubungan dengan orang lain yang ditandai dengan
seseorang memiliki rasa komitmen dan tanggung jawab terhadap orang lain.
67
meningkatkan rasa aman dan keselamatan kepada klien selama proses asuhan
dan komitmen.
Dalam teori Swanson menyebutkan bahwa caring terdiri dari lima konsep yaitu:
tidak dapat berdiri sendiri yang ahirnya membentuk prilaku yang dapat
diaplikasikan oleh perawat dalam bentuk caring dalam melakukan setiap tahapan
implementasi dan evaluasi Komponen struktur tersebut dapat dilihat dalam skema
2.1.
menghadapi masa depan dengan penuh makna, percaya pada kapasitas sendiri
dan mempunyai harga diri, memelihara sikap penuh harapan, optimisme dan
dapat menemukan makna (Swanson dalam Tomey dan Alligood, 2006). Pada
semua orang untuk melewati peristiwa dan menghadapi masa depan yang
asumsi, memfokuskan pada orang yang dirawat, mecari petunjuk verbal dan
non verbal, mengkaji hal-hal yang terkait dan berhubungan dengan orang
secara cermat, dan menarik (Swanson dalam Tomey dan Alligood, 2006).
69
3. Being with (bersama klien) yaitu secara emosional hadir dengan orang lain.
Perawat menjadi ada, meliputi tidak hanya kehadiran secara fisik saja tetapi
dengan klien. Hal ini termasuk berada disana secara pribadi, menyampaikan
kesediaan dan perasaan ingin berbagi tanpa membebani orang yang dirawat
Perawat harus dirasakan kehadirannya oleh klien, salah satu contohnya untuk
pasien yang dirawat ketika bel dibunyikan perawat segera hadir. Hal ini
menunjukkan kemapuan, berbagi perasaan dan tidak mudah marah (Potter dan
Perry, 2009).
4. Doing for (melakukan intervensi) yaitu melakukan sesuatu untuk orang lain
kepercayaan diri.
70
Perawat yang menerapkan doing for berarti melakukan sesuatu untuk orang
kompeten dan melindungi orang yang dirawat dengan tetap menjaga martabat
pasien (Swanson dalam Tomey dan Alligood, 2006), dalam dimensi ini
Perry, 2009).
71
F. Kerangka Teori