Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Masa Nifas

2.1.1 Definisi

Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandung kembali seperti keadaan semula hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih

dalam waktu 3 bulan. Postpartum di sebut juga puerperium yang berasal dari

bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi, dan “parous” berarti

melahirkan.

Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari,

di mulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai dangan tanda-

tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti-

henti atau tetap keluar darah, maka itu darah haid. Akan tetapi jika darah keluar

terus dan tidak pada masa-masa haidhnya dan darah itu terus dan tidak berhenti

mengalir, perlu di periksa ke bidan atau dokter (yetti anggraini 2016).

2.1.2 Tujuan asuhan masa nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun pisikologi

2. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi nya.

7
8

3. Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi, dan serta perawatan bayi

sehari-hari.

4. Memberi pelayana KB ( Keluarga Berancana ).

5. Mendapatkan kesehatan emosional.

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi dalam tiga periode, yaitu:

1. Peurperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

2. Peurperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

3. Remote peurperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,

bulan, atau tahun (Siwi Walyani,2017).

2.1.4 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

Menurut Sari dan Rimandini (2014) bidan memiliki peranan yang sangat

penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung

jawab bidan dalam masa nifas antaralain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masanifas.

2. Memberikan dukungan serta memantau kesehatan fisik ibu danbayi.


9

3. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial, serta

memberikan semangat kepadaibu.

4. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi sertakeluarga.

5. Membantu ibu dalam menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

6. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagaiibu.

7. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan

anak dan mampu melakukan kegiatanadministrasi.

8. Mendeteksi komplikasi dan perlunyarujukan.

9. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekn kebersihan yang aman.

10. Melakukan menejemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa, dan rencana tindakan serta melaksanakaanya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

11. Memberikan asuhan secara profesional.

2.1.5 Perubahan-perubahan Masa Nifas

1. Perubahan fisik masa nifas:

1) Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan rahim

(involusi).

2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea).


10

3) Kelelahan karena proses melahirkan.

4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.

5) Kesulitan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).

6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul, dan bokong).

7) Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan).

2. Perubahan Psikis Masa Nifas

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan

sampai hari ke 2 (fase taking in)

2) Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul

persaaan sedih (baby blues) disebut fase taking hold (hari ke 3-10)

3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut fase

letting go (hari ke-10-akhir masa nifas)

3. Pengeluaran lochea terdiri dari :

1) Lochea rubra : hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur sisa-siasa

ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan

mekonium.

2) Lochea sanguinolenta : hari ke 3-7, terdiri dari: darah bercampur lendir,

warna kecokelatan2

3) .

4) Lochea serosa : hari ke 7-14, berwarna kekuningan.

5) Lochea alba : hari ke 14-selesai nifas, hanya merupakan cairan putih.

6) lochea purulent : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.
11

7) Locheastatis : lochea tidak lancar (Walyani,2017)

2.1.6 Program Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan

untuk:

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Program Dan Kebijakan Teknik Masa Nifas Kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah terjadinya
setelah perdarahan pada masa nifas.
persalinan b. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan dan memberikan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling
kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI pada masa
awal menjadi ibu.
e. Mengajarkan ibu untuk
mempererat hubungan antara ibu dan bayi
lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari a. Memastikan involusi uteri
setelah berjalan normal, uterus berkontraksi,
12

persalinan fundus di bawah umbilicus tidak ada


perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelainan pasca
melahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
pentyulit.
e. Memberikan konseling
kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi
agar tetap hangat.
3 2 minggu a. Memasukkan involusi uteri
setelah berjalan normal, uterus berkontraksi,
persalinan fundus di bawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam infeksi atau kelainan
pascamelahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat
cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling
kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat dan menjaga bayi
agar tetap hangat.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu
setelah tentang penyulit-penyulit yang dialami
persalinan atau bayinya.
b. Memberikan konseling
untuk KB secara dini.
13

2.1.7 Proses nifas

Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.

Involusi TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gr

Akhir kala III 2 jari bawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr

2.1.8 Tanda-tanda Bahaya

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah:

1. Demam tinggi melebihi 38℃

2. Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba betambah banyak (lebih pembalut 2x

dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau

busuk.

3. Nyeri perut hebat/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan.


14

4. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan.

5. Pembengkakan wajah, jari-jari atau tangan.

6. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki,

7. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

8. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui.

9. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas

terengah-engah.

10.Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

11. Tidak bis buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air

kecil.

12.Merasa sangat sedih atau tidak mampu menmghasuh bayinya atau diri

Sendiri dan Depresi pada masa nifas.

2.1.9 Anatomi dan Fisiologi Payudara

Anatomi payudara secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan

IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan

superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah

200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar

600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas

fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya

mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh


15

pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papila atau

puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengililingi puting susu dan

berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen

pada kilitnya. Perubahab warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning

langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka

warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.

Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula.

Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari

duktus laktiferus, ujung-ujung serat polos-polos yang tersusun secara sirkuler

sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat yang

menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal

akan menarik kembali puting susu tersebut.

Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum ,

pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting

ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa

puting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot: ke

dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada

bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa

menyusu dengan baik.


16

Macam-macam Bentuk putting

Sumber : Walyani (2017)

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yakni kulit, jaringan subkutan

(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammaeterdiri dari

parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari

Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli) Lobus dan Alveolus.

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40

duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing

dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu

pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan

didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus terus bercabang-

cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan

selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari

duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan

mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.


17

Anatomi Payudara

Sumber : Walyani (2017)

2.1.10 Proses Produksi ASI

Dalam pembentukan ASI terdapat dua reflex yang berperan sebagai

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :

1. Reflex Prolaktin

Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus luteum

berkurang mak estrogen dan progesteronpun berkurang. Dengan adanya hisapan

bayai pada putting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik,

rangsangan ini dilajutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan

pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolactin namun sebaliknya

akan merangsang faktor-faktor yang memacu prolactin. Faktor-faktor tersebut

akan merangsang hipofise anterior untuk mngeluarkan hormone prolactin.

Hormone prolactin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat susu.
18

2. Reflex let down

Bersamaan dengan pembentukan prolactin rangsangan yang berasal dari isapan

bayi aka nada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah hormone ini diangkut menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontarksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin

yang sampai pada alveoli akanmerangsang kontraksi dari sel akan memeras air

susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktulus yang

untuk selanjutnya mengalir melalui ductus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Bayi mempunyai tiga reflex intriksi yang dibutuhkan dalam keberhasilan

menyusui:

3. Reflex mencari (rooting reflex)

Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan

rangsangayang menimbulkan reflex mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala

bayi berputar menuju putting susu yang mnempel tadi diikuti dengan membuka

mulut kemudian putting susu ditarik masuk kedalam mulut.

4. Reflex menghisap

Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara sedapat mungki

semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada

ibu yang mempunyai areola yan besar. Untuk ini maka suadah cukup bila rahang

bayi supaya menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bial rahang bayi hanya

dapat menghisap susu sedikit dan hal ini bisa menimbulkan lecet pada puing susu

ibu.
19

5. Reflex menelan

Pada saat air susu keluar dari puttingsusu, akan diusul dengan gerakan menghisap

yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan

bertambah dan diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung.

Kebanyakan bayi-bayi yang masih bar belajar meyusu pada ibunya,

kemudian dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tesebut akan

menjadi bingung putiing (nipple confusion). Sehingga sering bayi menusu pda

ibunya dengan cara seperti menghisap botol dot. Oleh karena itu jika bayi belum

bisa disusui sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok atau pipet.

6.Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI

Menurut Rukiyah dan Yuliani (2010), Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan Bendungan ASI, Yaitu:

a.Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa Laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila

bayi sudah kenyang dan selesai menyusui, & payudara tidak dikosongkan, maka

masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak

dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

b.Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa Laktasi, bila ibu tidak

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka

akan menimbulkan bendungan ASI

c.Faktor menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui

dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada
20

saat bayi menyusui. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi

bendungan ASI.

d.Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak mau

menyusu dan akibatnya terjadi Bendungan ASI.

e.Puting susu terlalu panjang ( puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan

pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan

merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarka ASI. Akibatnya ASI tertahan dan

menimbulkan Bendungan ASI.

f.Pengeluaran ASI ( Bendungan juga dapat terjadi pada ibu yang ASI nya tidak

keluar sama sekali (agalaksia ), ASI sedikit (oligolaksia) dan ASI terlalu banyak

(poligalaksia) tapi tidak dikeluarkan/disusukan.

7.Cara Mengatasi Bendungan ASI

Penanganan yang dilakukan paling penting adalah dengan mencegah

terjadinya payudara bengkak dengan cara :

a.Susukan bayi segera setelah lahir

b.Susukan bayi tanpa jadwal

c.Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek

d.Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi ASI.

e.Uktuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat

dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan.


21

f.Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting susu berikan

kompres sebelum menyusui.

g.Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam

payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari putting kearah korpus mammae,

ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

2.1.11 Manfaat pemberian ASI

1. Manfaat untuk bayi :

1. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

pada bayi.

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung

berbagai sat antibody sehinga kan jarng sakit.

3. ASI meningkatkan kecerdasan.

4. Dengan menyusui maka akan terjalin rasa kasih sayang antara ibu dan

bayi.

5. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan

bayi sampai usia 6 bulan.

6. Melindungi anak dari serangan elergi.

7. Mengandung asam lemak yang diperlukan untu pertumbuhan otak

sehingga bayi lebih pandai.

8. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.

9. Menunjang perkembangan motoric sehingga akan lebih cepat bisa

berjalan.

10. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional.


22

2. Manfaat untuk ibu :

1. Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya.

2. Membuat kontraksi rahim lebih cepat dan memperlambat perdarahan.

3. Ibu yang menyusui kecil kemungkinan menjadi hamil dalam 6 bulan

pertama sesudah melahirkan (kadar prolactin yang tinggi menkan

hormone FSH dan ovulasi)

4. Ibu dapat mencurahkan kasih sayang sepenuhnya pada bayi dan bayi

merasa nyaman.

3. Langkah-langkah menyusui yang benar

1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan

disekitar putting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.

2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh

tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi

lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan

dengan putting susu. Dekatkan tubuh bayi ketubuh ibu, menyentuh bibir

bayi ke putting susunya, dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir

bawah bayi terletak dibawah putting susu. Cara melekatkan mulut bayi

dengan benar yaitu dag menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka

lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.

4. Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan

tanda-tanda sebagai beriku: bayi tampak tenang, badan bayi menempel

pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada
23

payudara ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah

lebih banyak masuk, bayi tampak menghisap dengan ritme perlahan-

lahan, putting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak

pada sat ugaris lurus, kepala bayi agak mengadah.

5. Latch-On : posisi yang tepat (latch-On) adalah elemen kunci dalam

kesuksesan proses menyusui, proses menyusui dapat ditingkatkan dengan

menempelkan payudara ke tengah-tengah bibir bayi anda. Ini akan

menstimulasi bayi untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Saat hal ini

muncul, dorong bayi anda lurus kedepan menuju putting susu (nipple)

dan areola (lingkaran cokelat/gelap disekeliling putting susu). Saat posisi

bayi anda sudah tepat (latch-on), putting susu dan sebagian besar dari

areola akan masuk di dalam mulut bayi anda.

6. Bibir bayi anda dan gusinya harus berada di sekeliling areola payudara

anda, tidak hanya pada putting susu saja. Oleh karena itu, penting untuk

membuat mulut bayi terbuka lebar sebelumnya. Jika proses latch-on

menimbulkan rasa sakit, maka akan kemungkinan proses latch-ondengan

cara memasukkan jari anda kemudian susupkan jari anda ke arah sudut

dari mulut bayi, reposisi ulang, dan coba lagi. Hal ini dilakukan agar:

1. Aliran ASI lebih lancer

2. Mencegah lecet pada putingsusu ibu

3. Menjaga bayi anda agar puas dalam menyusui

4. Menstimulasi produksi ASI yang kuat

5. Menjaga agar tidak terjadi pembengkakan payudara.


24

7. Proses menghisap putting susu yang sederhan (simple suckling) tidak

akan mengeluarkan ASI, tetapi malah akan melukai putting susu. Proses

menghisao yang baik ditandai dengan ciri-ciri berikut ini:

1. Lidah bayi berada di bawah putting susu.

2. Periode jeda dalam proses menghisap dengan ditandai dengan adanya

proses menelan yang dapat dilihat dan didengar.

3. Pergerakan sendi rahang (temporomandibular joint) yang aktif terlihat

selama proses menyusui yang berlangsung.

8. Sebagian besar bayi akan aktif menyusu dalam keadaan lapar dan dalam

posisi yang tepat. Pada periode minggu pertama setelah melahirkan

sampai menyusui berjalan dengan lancar, bayi-bayi tidak perlu diberikan

suplemen apapun (air, gula, formula, dan lain-lain) kecuali dengan alasan

medis. Bayi yang mendapat ASI seacara teratur dan efektif akan

mendapat asupan air dan nutrisi yang dibutuhkan. Perkenalan botol susu

dan putting buatan dapat menimbulkan “bingung putting” pada bayi dan

mengakibatkan gangguan dalam proses menyusui.

9. Let-Down

Tanda-tanda reflex Let-Down berbeda antara satu wanita dengan lainnya

saat bayi menyusu, anda dapat merasakan rasa geli atau sedikit nyeri

pada payudara anda atau ASI mulai keluar dari payudara yang tidak

digunakan untuk menyusui. Perasaan dan keluarnya ASI ini merupakan

dari reflex Let-Down.


25

10. Anda juga dapat merasakan kram/kontraksi pada rahim anda (uterus)

karena hormone dalam rfleks Let-Down berupa oksitosin, selain

menstimulasi aliran ASI juga menyebabkan kontraksi otot-otot rahim.

Untuk itu, proses menyusui membantu rahum anda untuk kembali ke

ukuran awal sebelum melahirkan. Proses kram ini merupakan proses

normal dan salah satu tanda berhasilnya proses menyusui. Rasa kram ini

akan menghilang dalam satu minggu dan selanjutnya untuk membantu

proses Let-Down dapat dilakukan dengan cara berbagai berikut:

1. Duduk menggunakan kursi yang nyaman, sehingga dapat

menyongkong punggung dan lengan anda.

2. Pastikan bayi dalam posisi ynag tepat (Latch-On).

3. Dengarkan music yang menenangkan dan siapkan minuman bergizi

untuk anda selama proses menyusui.

4. Gunakan bra untuk menyusui pakaian yang memudahkan anda dalam

proses menyusui.

5. Pastikan anda berada di tempat yang tenang dan tidak ada ganggua

selama proses menyusui berlangsung.

2.1.12 Infeksi masa nifas

Setelah persalinan, terjadi bebrapa perubahan penting diantaranya semakin

menungkatnnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodulusi darah, terjadi

penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehinga terjadi

peningkatan suhu badan sekitar 0,5 derajat celcius yang bukan merpakan keadan

yang patologis ata menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan
26

merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan

infeksi pada kala nifas (Icesmi dan Margareth, 2015).

Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada

masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan

melebihi 38◦C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari

(Yetti Anggraini, 2015).

a. Etiologi infeksi masa nifas

Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat

persalinan adalah kuman anaerob: kokus gran positif (peotostreokok, peptokok,

bakteriodes dan clostridium).

Kuman aerob: gram positif dan E.coli.

b. Jenis-jenis infeksi

a. Vulvitis

Infeksi yang disebabkan oleh luka infeksi bekas sayatan episiotomi, luka

perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan

bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan

mengeluarkan pus.

b. Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau

melalui perineum, permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,

terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus,

penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya tinggal terbatas.

c. Servisitis
27

Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak

menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan

langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang

menjalar ke parametrium.

d. Endometritis

Kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio

plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh

endometrium, infeksi kuman yang tidak seberapa pathogen, radang

terbatas pada endometrium, jaringan desidua bersama bekuan darah

menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-

keping nekrotis serta cairan, pada batasan antara daerah yang meradang

dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit, pada

infeksi yang lebih berat batas endometrim dapat dilampaui dan terjadilah

pelajaran.

e. Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui

beberapa cara penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi

ataudari endometritis, penyebaran langsung dari luka-luka pada serviks

yang meluas sampai ke dasar ligamentum serta penyebarn sekunder dari

tromboflebitis.
28

f. Peritonitis

Infeksi nifas dapat menyebarkan melalui pembuluh limfe di dalam

uterus, langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau

melalui jaringan antara kedua lembar ligamentum latum yang

menyebabkan parametritis.

g. Infeksi saluran kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinngi dan hal

imi dihubungkan dengan hipotonik kandung kemih akibat trauma kandung

kemih saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi

kuman dari perenium atau kateterisasi yang sering.

h. Pada payudara terdapat infeksi yaitu : bendungan ASI, putting susu

lecet, mastitis, dan abses payudara.

2.1.13 Bendungan ASI

a) Pengertian

Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara

dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan

overdistensi dari saluran sistem laktasi. Bendungan terjadi akibat bendungan

berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan

karena menyusui yang tidak sesering mungkin, sehingga sisa ASI terkumpul pada

daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. Selain

itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat

menyebabkan sumbaran pada duktus (Walyani,2017).


29

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika

payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran

air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi

meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik,

dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui(Prawirohardjo,2016).

Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar

payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan

ASI (Kemenkes RI,2013).

b) Etiologi

1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi

peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya yang

berlebihan)

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak

menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisab,

maka akan menimbulkan bendungan ASI)

3. Faktor menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam menyusui

dapat mengakibatkan putting susu menjadi menjadi lecet dan manimbulkan

rasa nyeri pada saat bayi menyusu)

4. Putting susu terbenam (putting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak

mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI)

5. Putting susu terlalu panjang (putting susu yang panjang menimbulkan

kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola
30

dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI

tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

c) Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam sesudah terlihatnya sekresi berbenjol-benjol.

Keadaan ini disebut sebagai bendungan air susu atau “caked breast”, sering

menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan biasa disertai dengan kenaikan

sushu yang sepintas. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal

yang berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara yang merupakan

procursornya reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan akibat

overdistensi system lacteal oleh air susu.

Demam nifas akibat distensi payudara kanita yang sering terjadi. Demam

tersebut mengkhawatirkan terutama bila kemungkinan infeksi tidak dapat

disingkirkan pada wanita yang baru saja menjalani SC. Lamanya panas yang

terjadi berkisar 4-16 jam syhu tubuhnya berkisar dari 38 hingga 39◦C. Ditagaskan

bahwa penyebab panas yang lain khususnya panas yang disebakan oleh infeksi,

harus disingkirkan dahulu.

Pengobatan keadaan ini terjadi atas tindakan menyanggah payudara dengan

menggunakan pembalut atau BH, kompres kantong es dan bila perlu pembrian

kodein sulfat 60 mg per oral atau prepat analgesik lainnya. Tindakan memompa

air susu atau memerahnya seacara manual mungkin diperlukan untuk pertama

kalinya, namun dalam beverapa hari keadaan ini biasanya mereda dan bayi sudah

dapat menetek kembali normal.


31

d) Diagnosis

Menurut (KemenKes RI,2013) berikut ini adalah diagnosis bendungan ASI:

1. Payudara bengkak dan keras

2. Nyeri pada payudara

3. Terjadi 3-5 hari setelah persalinan

4. Kedua payudara terkena

e) Pencegahan

1. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang

benar.

2. Menyusui bayi tanpa jadwal.

3. Keluarkan ASI denga tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi.

4. Jangan memberikan minuman lain pada bayi

5. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan ( masase dan sebagainya)

(Walyani & Purwoastuti, 2017).

f) Penatalaksanaan

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013), berikut

ini adalah penatalaksanaan bendungan ASI :

1. Sangga payudara ibu dengan bebat / bra yang pas.

2. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5

menit.

3. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.


32

4. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga puting menjadi

lunak.

5. Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding )

dan pastikan perlekatan bayi payudara ibu dengan bayi sudah benar.

6. Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusu tidak mampu

mengosongkan payudara, mungkin di perlukan pompa atau pengeluaran

ASI secara manual dari payudara.

7. Letakkan kain dingin / kompres dingin dengan es pada payudara setelah

menyusui atau setelah payudara di pompa.

8. Bila perlu, berikan Paracetamol 3 x 500 mg per oral untuk mengurangi

nyeri.

9. Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

g) Penerapan Manajemen Kebidanan

Konsep manajemen asuhan keluarga adalah salah saatu asuhan yang

dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan keluarga.Dalam

memecahkan masalah pasiennya,bidan menggunakan manajemen yaitu suatu

metode yang di gunakan dalam menentukan dan mencari langkah – langkah

pemecahan masalah serta melakukan tindakan untuk menyelamatkan

pasiennya dari gangguan kesehatan dengan menggunakan manajemen Hellen

Varney,yaitu :

1. Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk

mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien


33

secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data subjektif

dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, mapun meninjau catatan

dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari pemeriksaan

langsung dari pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi

yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2. . Interprestasi Data

Pada langkah ini data dasar yang sudah terkumpulkan diinterprestasikan

sehingga ditemukan diagnosis yang spesifik ( sesuai dengan nomenkaltur standar

diagnosa ) atau masalah yang menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan

masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat

diselesaikan seperti diagnosis, tapi membutuhkan penanganan yang dituangkan

kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini sering menyertai

diagnosa sebagai contoh diperoleh diagnosa dan masalah yang berhubungan

dengan diagnosa.

3. Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahann Sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi.


34

4. Tindakan Segera

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin

akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan

lainnya.

5. Intervensi ( Perencanaan )

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang mnyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasi atau di antisipasi, dan

pada langkah ini reformasi/ data dara yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

terindentifikasi dari kondidi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi

juga dari kerangak pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan

ssosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

6. Implementasi ( Pelaksanaan )

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah intervensi dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim lainnya. Walau bidan melakukannya sendiri, ia tetap memikul


35

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan

langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen

asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan

menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji

ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa

dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.


36

2.2 Dasar Hukum

Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014

Pasal 10

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 uruf a diberikan pada masa pra hamil,

kehamian, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara da

kehamilan.

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa prahamil;

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal;

c. Pelayanan persalinan normal;

d. Pelayanan ibu nifas normal;

e. Pelayanan ibu menyusui;

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

2. Berwenang untuk;

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat Idan tingkat II;

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkn dengan perujukan;

d. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

e. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu

ekslusif;

f. Pemberian uretonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;


37

g. Penyuluhan dan konseling;

h. Bimbingan pada kelompok ibu hamil;

i. Pemberian surat keterangan kematian; dan

j. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

Pasal 15

Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan

1. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan meliputi:

a. Pelayanan Kesehatan bagi ibu; dan

b. Pelayanan Kesehatan bayi baru lahir.

2. Pelayanan Kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas.

3. Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan ketentuan waktu meliputi:

a. 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari hari

pasca persalinan;

b. 1 (satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari pasca persalinan; dan

c. 1 (satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hhari sampai dengan

42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan.

4. kegiatan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi:

a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu;


38

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri;

c. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan;

d. Pemeriksaan jalan lahir;

e. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Ekslusif;

f. Pemberian kapsul vitamin A

g. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan;

h. Konseling; dan

i. Penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas.

5. Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan ketentuan perundangan-

undangan.

2.3 Penerapan Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

Proses menejemen kebidanan menurut hallen Verney (1997). Dalam

kutipan (Asih, 2016) menjelaskan bahwa bahasa menejemen merupakan proses

pemecahan masalah dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan

yang logis yang menguntungkan bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan

dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang logis dan

memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan

penilaian yang terpisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen

klien.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan

data dasar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu


39

kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan dalam situasi apapun. Langkah-

langkah tersebut

2.4.1 Langkah Ke 1 Pengumpulan Data Dasar

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber

yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini dilakukan pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu : identitas pasien, riwayat kesehatan

,pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan, meninjau data laboratorium

(Yunani, 2016).

2.4.2 Langkah 2 Interpretasi Data

Identifikasi data yang benar terhadap diagnosis/masalah dan

kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas dasar data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasr yang sudah dikumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah/diagnosis yang spesifik.

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang di tegakn oleh profesi (bidan)

dalam lingkup praktik kebidanan pada b ayi baru lahir dengan perawatan tali

pusat dan memenuhi standar nomenklatur ( tata nama) diagnosis kebidanan,

standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

1. Diagnosis yang telah di sahkan oleh professional

2. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan

3. Memiliki ciri khas kebidanan

4. Dapat diselsaikan dengan pendekatan managemen kebidanan.

2.4.3 Langkah Ke 3 Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial


40

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkain masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial

benar-benar terjadi.

2.4.4 Langkah Ke 4 Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan

Yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk

dikonsultasikan/ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lainnya sesuai dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan dan di evaluasi

kemungkinan bisa terjadi kegawadaruratan dimana bidan harus bertindak

segera untuk kepentingan kesehatan keselamatan jiwa ibu dan anak.

2.4.5 Langkah Ke 5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah

atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantifikasi. Rencana asuhan

yang menyulruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dan

kondisi pasien/masalah yang berkaitan juga dari kera. Pedoman antisipasi

terhadap wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan

apakah merujuk pasien atau masalah yang lainya.

2.4.6 Langkah Ke 6 Melaksanakan Perencanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan scara efesien dan aman.

Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menagani klien yang

mengalami komplikasi, maka bertagung jawab terhadap terlaksananya


41

rencana asuhan yang menyeluruh tersebut. Managemen yang efisien akan

menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari klien.

2.4.7 Langkah Ke 7 Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektipan dari asuhan yang sudah di berikan

meliputi pemenuhan kebutuhan sesui dengan kebutuhan sebagaimana yang

telah teridentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

2.4 Data Perkembangan

Menurut tomas dalam kutipan (Asih, 2016) dokumentasi adalah

catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga

pasien, dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan prosedur

tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon

pasien terhadap semua asuhan yang telah di berikan pendokumentasi

yang benar adalah pendokumentasian manajemen asuhan yang telah

dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses

berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seseorang pasien

sesuai langkah-langkah manajemen lainnya. Pendokumentasian

manajemen kebidanan dengan SOAP yaitu :

S (Data Subjektif)

Pengkajian data yang diperoleh dengan anamesis, berhubungan

dengan masalah dari sudut pandang pasien mengenai kekhawatiran dan

kelurahannya yang dicatat sebagai kutipan langsung/ ringkasan yang

akan berhubungan langsung dengan diagnosis, data akan mengatakan


42

diagnosis yang akan disusun data yang ditulis hanya yang mendukung

dari diagnosis saja.

O (Data Objektif)

Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis lainya,

cacatan medic dan informasikan dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukan dalam data objektif, data ini akan memberikan bukti gejala

yang tepat dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

A (Asessment Analysis)

Pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi (kesehatan

simpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan

akurat mengikuti perkembangan data pasien, dapat terus diikuti dan

diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis/assessment

merupakan pendokumentasian managemen kebidanan menurut vaney

langkah kedua, ketiga dan keempat yang menyangkut

diagnosis/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan

tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan

kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut kewenangan

bidan (tindakan mandiri, kolaborasi dan rujukan).

P (Planning)/Penatalaksanaan

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan dating. Rencana asuhan

disusun hasil analisis dan interfrestasi data yang bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan


43

mempertahankan kesejahteraannya. Menurur varney masuk pada

langkah kelima, keenam dan ketujuh. Pelaksanaan asuhan sesuai

rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka

mengatasi masalah pasien.


44

2.3 Kerangka Berfikir

Masa nifas

Data objektif

Data Subjektif Bendungan ASI

1. Kompres payudara dengan air hangat, lalu masase/urut payudara kearah putting susu
sehingga payudara teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui putting susu.
2. Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong
3. Urutlah payudara mulai dari telapak tangan kesamping, kebawah dan sedikit tekanan
keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba
4. Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan putting susu
menonjol keluar. Hal ini akan mempermudah bayi menghisap
5. Susukan bayi lebih sering. Demikian juga malam hari, meskipun bayi harus
dibangunkan

Evaluasi Pengeluaran ASI

Bendungan ASI teratasi

Nifas Normal

Skema 2.3 Prawirihardjo 2016


45

Proses involusi uterus adalah :


46

1) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot uterine. Enzim proteolitik akanmemendekkan jaringan otot

yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula

dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang

berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic

dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

2) Atrofi jaringan

Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah

besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian

produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan

atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan

terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi

menjadi endometrium yang baru.

3) Efek oksitosin

Anda mungkin juga menyukai