Anda di halaman 1dari 3

Cara meningkatkan pemberdayaan reproduksi pada remaja :

Upaya pengurangan resiko harus dilakukan dengan memberdayakan masyarakat sehingga


proses penanggulangan lebih efektif dengan respon yang cepat. Usia remaja merupakan
kelompok yang sangat potensial karena memiliki angka resiliensi yang sangat baik. Selain itu
pertumbuhan jumlah remaja sangat pesat dari kelompok umur lainnya, sehingga pemberdayaan
kelompok remaja dengan perencanaan kontinjensi diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap ancaman kematian sehingga dapat melakukan pendampingan terhadap kelompok
rentan. Cara meningkatkan pemberdayaan seperti penyuluhan, pendekatan, dan melakukan
kegiatan Bersama agar diharapkan para kelompok remaja dapat mengetahui, memahami, serta
dapat memperaktikan nya dimasyarakat (Arimastuti, A. 2011).

Contoh :
Upaya menjaga kebersihan merupakan salah satu tindakan personal hygiene untuk
memelihara kesehatan, kesejahteraan fisik dan psikis. Sedangkan personal hygiene saat
menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah
kewanitaan pada saat menstruasi dan yang memegang peranan penting dalam menentukan
status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat
menstruasi seharusnya perempuan benar benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi
secara ekstra terutama pada bagian vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, akan
menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat
mengganggu fungsi organ reproduksi (Nur djannah sitti, 2017).
Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencuci dengan air
kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap
keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi
pencetus timbulnya infeksi. Perilaku hygiene pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu
saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak
positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Nur djannah sitti,
2017).
Bentuk pemberdayaan :
1. Dimensi Internal
a) Dimensi internal tumbuh kembang remaja
Peran internal dalam hubungannya dengan perilaku seks pranikah remaja adalah
adanya kemampuan menahan emosi yang rendah sehingga timbul perilaku di luar
batas, tingkat kedisiplinan yang rendah, cita-cita yang belum dapat menjadi tujuan
hidup untuk mencapainya, penyelesaian masalah yang belum baik dan praktik
keagamaan dalam menjalankan sholat wajib yang rendah.
b) Dimensi internal pengetahuan seksual
Mengetahui definisi sehat yang menyeluruh, sehat menurut mereka hanya dari
kesehatan fisik, kemampuan dalam organ reproduksi, mereka mengetahui hanya
pada organ reproduksi luar, kemampuan dalam menjaga organ reproduksi hanya
untuk menjaga kebersihan saja, serta kemampuan penyakit menular hanya
mengetahui dua penyakit yaitu, sifilis dan HIV/AIDS.

2. Dimensi Eksternal
a) Orang tua
Peran orang tua dalam hal fungsinya meliputi fungsi edukasi, fungsi afeksi, dan
fungsi perlindungan yang masih rendah. Dalam fungsi edukasi remaja yang
merasa orang tuanya yang berperan dan ada yang tidak berperan. Sebagian besar
diskusi yang dilakukan adalah yang berhubungan dengan permasalahan dengan
teman dekatnya, yaitu hubungan antara remaja dengan pacarnya, bukan masalah
fungsi dan proses reproduksi. Untuk peran orangtua dalam diskusi akil balig,
hanya kelompok remaja yang menyatakan belum pacaran/hanya onani yang
menyatakan orangtua berperan dalam diskusi akil balig dengan nasihat agar
berperilaku hati-hati dengan lawan jenis.
b) Teman sebaya
Peran teman sebaya, diantaranya teman sebaya sebagai pemberi contoh pacaran,
teman sebaya dalam paksaan perilaku seks, teman sebaya dalam pemberi media
pornografi.
c) Media
Membatasi dan melarang akses situs pornografi yang dimana situs – situs tersebut
membuat para remaja ingin melakukan hal seksual seperti di situs tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

nur djannah, sitti (2017) Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelayanan Peduli


Kesehatan Reproduksi (Studi Kasus Pada Remaja Paguyuban X).

Arimastuti, A. 2011. Tahapan proses komunikasi fasilitator dalam sosialisasi penguragan


resiko bencana, Jurnal penanggulangan bencana, 2011, vol 2, No 2, hlm 15-23.

Anda mungkin juga menyukai