I. DEFINISI
RDS atau sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyalin membrane disease (HMD).(Suriadi dan Yulianni, 2005)
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory
distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang
terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan
sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah
Hyaline Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan
RDS. Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran
surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran
lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli
kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005).
Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai. (Dot Stables, 2005).
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane
disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana terjadi
gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam
Leifer 2007).
II. ETIOLOGI
Dihubungkan dengan usia kehamilan. BB bayi lahir kurang dari 2500 gr.
Sering pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gr. 20% berkembang dengan
bronchopulmonary dysplasia (BPD)
III. PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, dimana adanya ketidakmampuan paru untuk
mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur menyebabkan
gagal pernapasan karena imaturnya dinding dada, parenkim paru, dan imaturnya
endotelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau
oerubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian menimbulkan ketidakmampuan
1
alveoli untuk ekspansi. Terjadinya perubahan tekanan intra extra thoracic dan
menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24-48 jam. Sel yang rusak akan
diganti. Membrane hyaline, berisi debris dari sel yang nekrotik yang tertangkap
dalam proteinaceous fitrate serum (saringan serum protein), di pagosit oleh
makrofag. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan
napas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli. Sintesis
surfaktan memulai lagi clan kemudian membantu perbaikan alveoli untuk
pengembangan.
Pathway
Surfaktan menurun
Atelektasis
VI. PENATALAKSANAAN
A. Pemberian oksigen
B. Pertahankan nutrisi adekuat
C. Pertahankan suhu lingkungan normal
D. Diit 60 kcal perhari (sesuaikan dengan protokol yang ada) dengan asam amino
yang mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis
endogenous
E. Pertahankan PO2 dalam batas normal
F. Intubasi bila perlu dengan tekanan ventilasi positif
3
Skor < 4 gangguan pernafasan ringan
Skor 4 5 gangguan pernafasan sedang
Skor > 6 gangguan pernafasan ringan (pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan imatur paru dan dinding
dada atau berkurangnya jumlah cairan surfaktan.
2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya
sekret pada jalan nafas dan obstruksi atau pemasangan intubasi trachea yang
kurang tepat.
3. Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan nafas
bayi dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator dan posisi bantuan
ventilator yang kurang tepat.
4
4. Resiko injuri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan asam basa; O 2
dan CO2 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu nafas.
5. Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan hospitalisasi,
sekunder dari situasi krisis pada bayi.
6. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang tidak disadari (insensible water loss).
7. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan, maturitas gastrik menurun dan kurangnya absorpsi.
C. Diagnosa dan intervensi
5
perubahan perjalanan
- Cegah prosedur penyakit
rutin penghisapan,
pemegangan dan - Mencegah
auskultasi penurunan PaO2
D. Implementasi
1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
- Identifikasi bayi mungkin adanya resiko resiko yang muncul
- Monitor status pernapasan, distress pernapasan dan lapor ke dokter bila
selama 1 jam
E. Perencanaan pemulangan
7
1. Berikan pengajaran perawatan bayi pada orang tua dengan distimulasikan
2. Kenalkan pada orang tua untuk mengidentifikasi tanda dan gejala distress
pernapasan
3. Ajarkan pada orang tua bagaimana cara melakukan RJP dan distimulasikan
bila perlu untuk perawatan di rumah
4. Jika bayi menggunakan monitor dirumah, ajarkan pada orang tua bagaimana
mengatasi bila ada alarm
5. Jelaskan pada orang tua pentingnya sentuhan dan suara-suara nada sayang
didengar oleh bayi
6. Tekankan pentingnya kontrol ulang dan deteksi komplikasi dari RDS
DAFTAR PUSTAKA
http://bem-fikes.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://rajawalidbs.blogspot.com/2013/02/askep-rds.html
Suriadi SKp, Rita Yulianni SKp, (2005), Asuhan keperawatan Pada Anak Edisi 2, Jakarta :
Sagung Seto