Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PAKTIKUM

HISTOLOGI DAN EMBRILOGI HEWAN


ACARA 1 :
Pengamatan Siklus Ekstrus Hamster

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURHASANAH
NIM : F1071171006
KELAS : IV-A
KELOMPOK : 6 (ENAM)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
PENGAMATAN

SIKLUS ESTRUS HAMSTER

A. Tujuan
Mengamati apusan vagina hamster.

B. Dasar Teori
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak
primata lain mempunyai siklus menstruasi, sementara mamalia lain mempunyai siklus
estrus. Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang terdiri dari 2 fase,
yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak,
sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai
(Yatim,1994).
Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika
kahamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus
melalui serviks dan vagina dalam pendarahannya yang disebut sebagai menstruasi. Pada
siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang
banyak. Perbedaan utama lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas terlihat
selama siklus estrus dibandingkan dengan siklus menstruasi, dan pengaruh musim dan
iklim yang lebih kuat pada siklus estrus. Sementara seorang perempuan bisa resepsif
terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian besar mamalia hanya akan
berkopulasi selama periode di sekitar ovulasi. Frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi
di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari, siklus estrus
tikus hanya 5 hari (Campbell,2004).
Panjang dan frekuensi siklus reproduktif sangat beragam, diantaranya mamali. Beruang
dan serigala memiliki satu siklus estrus per bulan, gajah memiliki beberapa kali. Siklus
estrus tikus berlangsung sepanjang tahun, masing-masing siklus hanya bertahan lima hari.
Sebelum ovulasi, hormone steroid ovarium merangsang uterus untuk bersiap-siap
mendukung embrio. Estradiol yang di sekresikan dalam jumlah yang meningkat oleh
folikel-folikel yang sedang tumbuh mensinyal endometrium untuk menebal. Dengan cara
ini, fase folikural siklus ovarium dengan fase proliferative (Campbell,2008).
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primate, kemauan menerima hewan-
hewan jantan terbatas selama masa yang disebut estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-
hewan betina secara fisiologis dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan
jantan, dan perubahan-perubahan struktural teerjadi di dalam organ-organ assesori seks
betina. Hewan-hewan monoestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus setiap tahun
apabila tidak diganggu oleh kehamilan (Campbell,2004).
Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap : proestrus, estrus,
dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak
estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan seluler pada alat kelamin tambahan,
terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah
betina siap menerima jantan , dan pada saat ini pula terjadi ovulasi. Waktu ini betina jadi
berahi atau panas. Dimana ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proestrus : terdapat sel epitel biasa.
2. Estrus : terdapat sel menanduk (cornified)
3. Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit
4. Matestrus (jika ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit, kemudian
juga sel epitel biasa (Yatim,1994).
Pendapat Syahrum (1994), perubahan-perubahan yang terjadi pada ovarium selama
siklus estrus :
1. Selama tidak ada aktifitas seksual (diestrus) terlihat folikel kecil-kecil (folicle
primer)
2. Sebelum estrus, folikel-folikel ini akan menjadi besar tetapi akhirnya hanya
satu yang bersisi ovum matang.
3. Folikel yang berisi ovum matang ini akan pecah, telur keluar (ovulasi), saat ini
disebut waktu estrus.
4. Jika telur dibuahi ,korpus luteum akan dipertahankan selama kehamilan dan
siklus berhenti sampai bayi lahir dan selesai disusui.
5. Jika telur tidak dibuahi, korpus luteum akan berdegenerasi, folikel baru akan
tumbuh lagi, siklus diulangi.
Menurut Maxim (dalam Luthfir 2013), Pemantauan siklus estrus berperan penting pada
keberhasilan fertilisasi dan reproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi hewan.

C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Hari : Rabu, 24 April 2019
Waktu : 11:00 – 15:00 WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura
2. Alat dan Bahan
a. Alat : Cotton Buds ,Kaca objek dan Kaca penutup
b. Bahan :Hamster betina, NaCl 0,9% , Metilen Blue 1%, Alkohol 70% & Akuades
3. Cara Kerja
a. Ambil hamster betina, kemudian pegang dengan tangan kiri ,ibu jari dan
telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
b. Dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking memegang badan dan ekor.
c. Cotton buds dicelupkan ke dalam NaCl 0,9% , kemudian ujungnya
dimasukkan ke dalam lubang vagina hamster dan diputar perlahan-lahan.
d. Ujung cotton buds kemudian dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi
larutan NaCl 0,9 %, lalu dibuat apusan ipis merata.
e. Preparat difiksasi dengan alcohol 70% selama 5 menit.
f. Tetesi dengan larutan pewarna Metilen blue 1%. Biarkan 5 sampai 10 menit.
g. Amati di bawah mikroskop. Bila zat warna berlebih, bilas dengan akuades
dengan cara mengalirkan akuades dan dibiarkan kering.
h. Tutup dengan kaca penutup.
i. Apabila hamster sedang dalam keadaan estrus ,maka pada apusan vagina
akan terlihat sel epitel kornifikasi.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan

Table 1. Hasil Pengamatan Siklus Ekstrus Hamster

No Gambar Gambar literatur


1

Siklus ekstrus 2

Keterangan
1. Sel epitel menanduk
2. Sel epitel tanpa inti

2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengamati fase estrus pada hewan mamalia,salah
satunya yaitu hamster. Hamster yang digunakan adalah hamster betina yang dewasa
yang siap kawin (pembiakan/berahi) . fase berahi ini dating secara rutin pada hewan
betina yang dikenal dengan daur atau siklus estrus. Hamster merupakan salah satu
contoh hewan poliestrus. Hal ini sesuai pendapat Campbell (2004) yaitu hewan-hewan
poliestrus menyelesaikan dua atau lebih siklus estrus terjadi setiap tahun apabila tidak
diganggu oleh kahamilan. Hamster itu sudah bisa produktif di usia satu bulan. Namun
biasanya mulai kawin di usia 2 bulan, tapi ada juga yang sampai 4 bulan tergantung
jenis hamsternya. Siklus estrus berlangsung dalam waktu 4 atau 5 hari, dan siklus ini
terus berjalan sampai batas terganggu oleh kehamilan.
Menurut Muljono (2001), siklus birahi didefinisikan sebagai waktu antara dua
periode birahi. Siklus reproduksi umumnya dibagi menjadi empat tahapan yaitu,
proestrus, diestrus, estrus, metestrus.
Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah betina siap menerima
jantan. Dan pada saat itu pula terjadi ovulasi. Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Estrus juga ditandai dengan keadaan hamster tidak tenang, keluar lendir dari dalam
vulva, ovulasi terjadi dengan cepat dari sel-sel epitelnya mengalami akhir
perkembangan terjadi dengan cepat. Dan pada praktikum kami kali ini hamster
mengalami tahap estrus, hal ini dapat diamati dengan adanya hamster keluar lendir dari
vulva,hal ini menunjukkan ovulasi dengan cepat dari sel-sel epitelnya.
Siklus estrus ini dikontrol oleh hormon estrogen. Reseptor hormon estrogen pada
oviduktus berfungsi untuk mensintesis protein telur. Seperti yang kita ketahui, siklus
estrus pada hamster terdiri dari empat fase yaitu salah satunya proestrus ialah periode
pertama pertumbuhan seluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan
uterus. Fase ini ditandai dengan banyaknya sel epitel yang bulat dan berint. Selain itu,
pada fase ini juga terdapat seikit sel konifikasi dan leukosit. Fase selanjutnya yaitu
estrus terdiri dari sel epitel menanduk (conified) yang bentuknya tak beraturan dan tak
memiliki inti sel. Terakhir adalah fase diestrus yang terdapat sel epitel biasa dan juga
leukosit. Dan matetrus cirinya terdapat banyak sel epitel menanduk dan
leukosit,kemudian juga sel epitel biasa.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui apusan vagina hamster yang
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10×10 , diketahui bahwa terdapat sel
epitel menanduk (conified) yang bentuknya tak beraturan dan tak memiliki inti sel. Hal
ini menunjukkan bahwa hamster tersebut mengalami fase estrus.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
1) Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa ini betina siap menerima
jantan dan pada saat ini pula terjadi ovulasi.
2) Daur estrus, terutama pada polyestrusdapat dibedakan atas tahap : proestrus,
estrus, diestrus serta metestrus.
3) Pengamatan apusan vagina dilakukan untuk mengamati tipe sel pada amsing-
masing fase dalam daur estrus.
4) Estrus ditandai dengan keadaan hamster tidak tenang, keluar lendir dari dalam
vulva, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir
perkembangan/terjadi dengan cepat.
5) Fase yang terjadi pada saat pengamatan aalah fase estrusyang ditandai dengan
dominansi sel epitel terkornifikasi.

2. Saran
Saran saya untuk praktikum kali ini tentang Pengamatan Siklus Estrus Hamster
yakni agar hamster yang dibeli ukurannya disesuaikan atau akan lebih baik jika
ukurannya sedikit lebih besar, sehingga pengamatan tidak harus diulang. Begitu juga
untuk jadwal pengamatan, diusahakan semuanya terlibat atau paling tidak, dapat
menyaksikan langsung proses pengamatannya. Yang terakhir, pembesaran saat
pengamatan dibawah mikroskop pun tidak begitu jelas, sehingga perlu proses
pengezooman pada foto yang didapat agar terlihat jelas.
Daftar Pustaka

Campbell . (2004). Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Campbell . (2008). Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Luthfir Lda Sjahfirdi,dkk. (2013). Pemeriksaan Profil Hormon Progesteron Selama Siklus Estrus
Tikus (Rattus norvegicus) Betina Menggunakan Perangkat Inframerah. Jurnal Kedokteran
Hewan .7 (1) : 32-36.

Muljono,Albertus Teguh. (2001). Presentasi Jenis-Jenis Leukosit pada Siklus Reproduksi Tikus
Putih (Rattus sp.) .Skripsi diterbitkan . Bogor : Kedokteran Hewan IPB

Rusmiati . (2007). Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caelsalpinia sappan L. ) Terhadap Viabilitas
Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus L. ) . Jurnal Bioscientiae. 4 (2) : 63-67.

Syahrum, Kamaliddin, Tjokronegoro. (1994). Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : FKUI.

Yatim,W. (1994). Embriologi . Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai