DISUSUN OLEH:
KELAS: 6B
KELOMPOK 2
Affrati Adillah 176510176
Dewi Kholifah 176510055
Herlina Safitri 176510211
Lindy Erninda 176510172
Putri Nurul S 176510098
Siti Fatimah 176510069
Sri Indah Pangesti 176511068
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Bimbingan dan Konseling ini dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas
kelompok yang di berikan oleh dosen pengampu kami yaitu Ibu Nurul Fauziah,
S.Pd., M.Pd dalam materi yang berjudul “Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan
Konseling Bagian II”.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,
menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini.Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu
kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril
maupun dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih
banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan.Namun, kami semua
telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping
itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi
tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Layanan Bimbingan Kelompok...................................................................3
2.2 Layanan Konseling Kelompok.....................................................................5
2.3 Layanan konsultasi ....................................................................................6
2.4 Layanan mediasi ......................................................................................19
2.5 Layanan advokasi ....................................................................................28
BAB III PENUTUP.............................................................................................30
3.1 Kesimpulan..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa. Pelayanan Bimbingan
dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual,
kelompok dan klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, serta kondisi yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
siswa perlu diberi materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karir secara tepat. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan
dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang
diberikan, di samping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan
belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang
menyangkut karir.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya hakekat layanan bimbingan dan konseling adalah peran yang
dilakukan oleh konselor dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Pelayanan konselor hendaknya berjalan secara efektif
dalam membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi
permasalahannya. Di sinilah perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping
kegiatan pengajaran.
3
diperhadapkan dengan peluang yang terbuka dan tantangan yang menghadang yang
ditemukannya dalam lingkungan, sehingga memfasilitasi pertumbuhan kemandirian
konseli dalam mengambil sendiri berbagai keputusan penting dalam perjalanan
hidupnya khususnya dalam perjalanan hidupnya, khususnya keputusan dalam
pendidikan dan pemilihan karier serta upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
meraih masa depan yang diharapkan (Kartadinata dkk, dalam Hadi 2016).
4
Sehubungan dengan pendapat di atas apabila sasaran evaluasi pengajaran
adalah hasil belajar yang dikuasai siswa, maka sasaran evaluasi bimbingan dan
konseling difokuskan pada perubahan tingkah laku termasuk didalamnya nilai dan
sikap. Oleh karena itu evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak
dapat dilakukan melalui ulangan, pemeriksaan hasil pekerjaan rumah, tes atau ujian
seperti yang dilakukan oleh guru dalam proses pengajaran melainkan dilakukan
dalam proses pencapaian kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
itu sendiri. Teknik dan alat evaluasi dalam bimbingan dan konseling tidak menilai
benar atau salah tentang hasil belajar yang dikuasai siswa sebagaimana seperti yang
dilakukan dalam proses pengajaran, akan tetapi lebih melihat kepada kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri siswa.
5
harus berbicara di depan kelas saat mempresentasikan tugas. Kegiatan tersebut
menuntut siswa untuk berbicara di depan umum, dan ketika siswa merasa cemas saat
melakukannya dapat dikatakan siswa tersebut mengalami kecemasan dalam
berkomunikasi atau berbicara di depan umum.
Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang diduga tepat dalam
upaya memberikan bantuan kepada siswa adalah layanan bimbingan kelompok
karena sesuai dengan pendapat Romlah dalam Imam (2012) bahwa bimbingan
kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu
agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan
bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya, dan dilaksanakan dalam situasi
kelompok.
6
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling
kelompok.Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik
dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat
penyembuhan. (Pyatitno, 2008)
2.3Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi
tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak
langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.(Prayitno, 2008).
Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola 17
Plus.Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil
pengembangan dari Pola BK 17 Plus.Dengan adanya pengembangan layanan ini,
maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas
konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Layanan konsultasi sendiri memeliki beberapa tujuan yang sangat diperlukan oleh
konsulti. Beberapa diantaranya yaitu mengembangkan dan menyempurnakan
lingkungan belajar bagi siswa, menyempurnakan komunikasi dengan
mengembangkan informasi diantara orang yang penting, membantu orang lain
bagaimana belajar tentang perilaku, menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua
komponen lingkungan belajar yang baik, dan menggerakkan organisasi yang mandiri.
7
Dalam program bimbingan di sekolah, Brow dkk (dalam Marsudi, 2003:124)
menegaskan bahwa “Konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi
tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (konseli). Tetapi
secara tidak langsung melayani siswa (konseli) melalui bantuan yang diberikan oleh
orang lain.”
8
Tujuan umum
Tujuan khusus
9
perlu diatasi dan konsulti merasa (setidak-tidaknya ikut) bertanggung jawab atas
pengentasannya.
Dalam layanan konsultasi ini dapat diperjelas bahwa penanganan masalah yang
dialami konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan dikembangkan
kemampuannya oleh konselor pada saat tahap konsultasi berlangsung yaitu
mengembangkan pada diri konsultasi tentang wawasan, pengetahuan, ketrampilan,
nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah konselor menganggap bahwa
konsultasi mampu membantu menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga
yang setidaknya menjadi tanggung jawabnya. Konsutasi adalah orang yang ikut
bertanggung jawab terhadap masalah yang dialami pihak ketiga.
1. Asas kerahasiaan
10
menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsultasi dan pihak ketiga, dan jaminan
kerahasiaan terhadap permasalahan yang dialami pihak ketiga.
2. Asas kesukarelaan
3. Asas kemandirian
11
tindak lanjutnya.Hal ini semua untuk menjamin kesuksesan layanan secara optimal.
Langkah-langkah tersebut menurut Prayitno (2004:30-31) adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
© Mengidentifikasi konsulti
© Mengatur pertemuan
12
menimbulkan perasaan nyaman, buku agenda konselor yang berisi janji pertemuan
dengan konsulti, alat perekam yang tidak diketahui oleh konseli.
Sebelum konselor dan konsulti melakukan layanan konsultasi, maka perlu adanya
kesiapan kelengkapan administrasi layanan.Adanya pengadministrasian dimaksudkan
agar terdapat bukti adanya pelaksanaan layanan konsultasi.Misalnya konselor
menyiapkan buku catatan hasil wawancara dengan konsulti, terdapat jurnal harian
pelaksanaan layanan.
2. Pelaksanaan
Ø Menerima konsulti
13
Ø Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi
b. Membuka aspek-aspek psikis pada diri konseli seperti kehidupan perasaan dan
sikapnya
Ø Membahas masalah apa yang dibawa konsultasi berkenaan dengan pihak ketiga
“Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang akan dibahas dalam
layanan konsutasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh koselor, melainkan akan
dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung” (BSNP, 2006:24).Masalah
yang dibahas oleh konsulti adalah masalah yang dialami oleh pihak ketiga, baik itu
permasalahan pribadi, sosial, belajar atau karir.
14
Tugas konselor sebagi konsultan adlah membekali konsulti memperoleh WPKNS
(Wawasan, Pengetahuan, Ketrampilan, Nilai, dan Sikap) agar dapat bertindak
membantu penyelesaian masalah pihak ketiga. WPKNS konsultasi diuraikan sebagai
berikut :
· Wawasan
Wawasan konsultasi tentang diri pihak ketiga, permasalahan pihak ketiga, dan
lingkungan pihak ketiga.Wawasan yang dipahami oleh konsulti terhadap pihak
ketiga, sejalan dengan fungsi pemahaman bimbingan dan konseling.
· Pengetahuan
Yaitu konsulti perlu memiliki pengetahuan tentang diri pihak ketiga, permasalahan
pihak ketiga, ataupun lingkungan pihak ketiga yang pembahasannya dikaitkan dengan
kaidah pendidikan, psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
· Ketrampilan
Menurut Prayitno (2004:19) bahwa “Ketrampilan yang perlu dikuasai konsulti dan
diterapkan terhadap pihak ketiga adalah aplikasi alat-alat pendidikan, tiga pertanyaan
terbuka, dorongan minimal, refleksi, serta teknik khusus pengubahab tingkah laku,
seperti pemberian informasi dan contoh latihan sederhana dan pemberian nasihat
secara tepat”.
· Nilai
Konsultan perlu mengembangkan nilai-nilai pada diri konsulti dengan tujuan agar
konsulti juga dapat memandang pihak ketiga berdasarkan nilai-nilai di kehidupan
masyarakat.Misalnya nilai kemanusiaan, nilai sosial, nilai moral, dan lain sebagainya.
· Sikap
15
Seorang konsulti pada layanan konsultasi perlu mengembangkan sikap positif dan
sikap dinamis (developmental) terhadap diri pihak ketiga dan permasalahan yang
dialami oleh pihak ketiga itu.dengan adanya nilai dan sikap tersebut diharapkan
hubungan konsulti dan pihak ketiga semakin kondusif.
16
Penilaian segera dari layanan konsultasi dilaksanakan pada akhir setiap konsultasi
yang dilakukan konselor dan konsulti. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dari proses pelaksanaan layanan.
Focus penilaian segera layanan konsultasi adalah menilai konsulti berkenaan dengan
ranah Understanding, Comfort, and Action (UCA). Ketiganya dijelaskan sebagai
berikut :
a. Understanding (U)
Tahap pertama pada layanan konsultasi adalah proses konsultasi antara konselor /
konsultan dengan konsulti. Hasil dari tahap ini salah satunya adalah adanya
pemahaman baru yang diperoleh konsulti. Pemahaman konsulti meliputi pemahaman
tentang WPKNS, pemahaman permasalahan pihak ketiga yang dibahas, penyebab
munculnya permasalahan, sampai pada pemahaman konsulti tentang langkah
penanganan yang telah diajarkan konselor.
b. Comfort (C)
Selain menilai pemahaman konsulti pada proses konsultasi, konselor juga menilai
perasaan yang berkembang pada diri konsultan. Pada penilaian segera ini, konselor
menanyakan apakah konsulti merasa terbebani atau ketidaknyamanan terhadap
konsultasi yang dilakukan atau terjadi sebaliknya.
c. Action (A)
3. Evaluasi
17
mengacu pada bagaimana konsultasi melakukan unsur kegiatan dari hasil proses
konsultasi. Sasaran laijapen adalah respon atau dampak awal pihak ketiga terhadap
tindakan penanganan yang dilakukan oleh konsulti.
Analisis hasil evaluasi yaitu menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan
diri pihak ketiga dan konsulti sendiri. Tujuan utama dari analisis hasil evaluasi
layanan konsultasi adalah untuk mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan
dilakukan sesuai dengan penanganan masalah pihak ketiga.
Tindak Lanjut
18
telah dijelaskan bahwa salah satu layanan dalam konseling adalah layanan
konsultasi.Jadi mengimplementasikan layanan konsultasi merupakan tugas bagi
konselor sekolah.Untuk mencapai ketercapaian pelaksanaan layanan konsultasi,
sebelumnya konselor perlu terlebih dahulu memehami makna tentang layanan
konsultasi.Hal tersebut sejalan dengan kompetensi yang harus dimiliki konselor yaitu
Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB).
Sebelum melakukan layanan konsultasi, akan lebih baik jika konselor terlebih
dahulu telah memahami tentang operasionalisasi layanan konsultasi. Peranan
19
pemahaman sangat penting bagi konselor dalam pelaksanaan layanan
konsultasi.Adanya pemahaman konselor tentang layanan konsultasi,maka konselor
dapat melaksanakan layanan konsultasi dengan baik dan kemungkinan hanya terjadi
sedikit kesalahan dalam pelaksanaannya.
Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium”
yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah”
yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai
suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang
semula terpisah. Juga bermakna menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda
dan mengadakan kontak sehingga dua pihak yang semula terpisah menjadi saling
terkait. Melalui mediasi atau wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi
saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil
perbedaan sehingga jarak keduanya menjadi lebih dekat. Dengan layanan mediasi
konselor berusaha mengantarai atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga
mereka menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan
semua pihak.
20
Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru
dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah. Tujuan layanan mediasi
dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yakni :
1. Tujuan Umum
Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.
2. Tujuan khusus
Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan diterapkan
dalam layanan mediasi
1.Asas Kerahasiaan
Layanan mediasi melibatkan lebih dari dua orang, yaitu konselor dan dua orang
klien atau lebih.Identitas pribadi dan segenap materi yang dibicarakan dalam layanan
MED diketahui setidak-tidaknya oleh segenap peserta layanan. Semua orang yang
terlibat dalam pertikaian dan masalah yang dipertikaikan itu bukan rahasia lagi bagi
semua orang yang ikut serta dalam layanan.
Dalam hal seperti diatas, asas kerahasiaan hendaknya ditekankan agar semua
orang yang terlibat dalam layanan (termasuk konselor) tidak menyebarluaskan
informasi apapun kepada siapapun berkenaan dengan orang—orang yang ikut serta
menjadi klien dan permasalahan yang dibahas dalam layanan. Asas kerahasiaan harus
dipegang teguh agar permasallahan yang sedang dicarikan pemecahannya itu tidak
justru semakin meluas, atau pemecahannya menjadi rumit. Dalam layanan mediasi,
21
asas kerahasiaan seperti itu benar-benar ditekankan oleh konselor untuk dipahami dan
diamalkan oleh semua peserta layanan.
2. Asas keterbukaan
Layanan MED diikuti oleh dua orang atau lebih klien.Semua orang yang
mengikuti layanan hendaknya membuka diri seluas-luasnya sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Keterbukaan para peserta layanan secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi oleh adanya orang ketiga dalam proses layanan,
baik orang lan itu dari pihak atau kelompok sendiri maupun dari lawan yang bertikai.
Untuk itu konselor harus bekerja keras untuk membangun keterbukaan diantara klien,
dengan cara :
Untuk mengatasi suasana tidak terbuka, konselor meyakinkan para klien bahwa
konselor tidak memihak pada siapapun kecuali kepada kebenaran. Tidak berpihak
kepada si A, B atau C atau kepada pihak yang satu atau kepada pihak yang lain.
Konselor menjelaskan dan memberikan contoh-contoh ketidakberpihakan itu.
Suasana saling menyalahkan, diri atau pihak sendirilah yang benar dan yang lain
salah, biasanya mewarnai hubungan antar klien, terutama di awal proses layanan.
Suasana itu perlu diubah oleh konselor, sehingga semua peserta layanan memahami
dan dapat menerima bahwa masalah yang mereka hadapi itu adalah masalah
bersama.Semua pihak harus secara bersama membahas masalah tersebut dan
menyelesaikannya. Apabila satu pihak saja yang menyelesaikan masalah, pihak lain
tidak mau menerima penyelesaian sepihak itu, masalah bisa semain rumit dan layanan
mediasi menjadi tidak bermanfaat. Dalam hal ini, sejak awal proses layanan,
mengembangkan suasanan kebersamaan itu. Suasanan kebersamaan itu akan
memungkinkan semua pihak secara terbuka membahas masalah yang mereka hadapi.
22
Para peserta layanan saling mengenal dan menerima. Kebersamaan dan
keterbukaan akan tumbuh diantara para peserta layanan apabila mereka saling
mengenal dan saling menerima secara langsung dan pribadi. Sikap segan, ragu, malu,
berprasangka, dan/ataupun takut, seringkali dilator belakangi oleh kondisi saling tidak
mengenal dan menerima.Teknik perkenalan mendalam yang biasa dipakai dalam
bimbingan/konseling kelompok (tahap pembentukan) dapat digunakan.
C. Perlakuan adil.
Keterbukaan para peserta layanan akan berkembang apabila mereka merasa bahwa
konselor berlaku adil kepada mereka.tidak ada yang diutamakan atau dinomorduakan
atau dikesampingkan. Tidak ada yang disalahkan atau dimenangkan, dilindungi atau
dipojokkan. Konselor menghargai mereka semua, menganggap mereka sebagai
pribadi-pribadi yang memiliki kedudukan sama, yaitu kedudukan yang layak
memeroleh penghargaan dan penghormatan secara tulus dan jujur.
3. Asas Kesukarelaan
23
- Pihak yang merasa kuat dan benar menolak mediasi dan pihak yang lemah
kurang memercayai mediasi dari pihak ketiga karena menganggap mediator akan
tidak adil, dan memihak kepada yang kuat sedangkan pihak yang kuat
menganggap mediator tidak akan sanggup menyelesaikan
- Kedua belah pihak sudah lelah bertikai dan korban sudah cukup banyak, mereka
ingin berdamai, maka dari itu mereka membutuhkan mediator untuk mencari
jalan-jalan damai yang tidak merugikan salah satu pihak
- Salah satu pihak merasa kewalahan menghadapi lawannya dan mencari jaan agar
pihaknya tidak terlalu dikalahkan. Pihak ini mencari mediatr untuk mendapatkan
keadilan. Kondisi ini hanya akan membawa kedua belah pihak yang satu lagi
menyetujuinya dan mau mundur selangkah dan tidak begitu sja menghabisi pihak
yang berinisiatif mencari perdamaian itu
- Kedua belah pihak mempunyai atasan dan para atasan berkehendak membawa
anak buah yang bertikai itu kepada konselor untuk mendapatkan layanan
konseling.
4. Asas kekinian
24
Materi pokok yang menjadi focus bahasan dalam layanan mediasi adalah hal-hal
yang bersifat actual, yang menyangkut pikiran, perasaan, persepsi, sikap, dan
kemungkinan tindakan yang ada atau berkembang sekarang.
5.Asas kemandirian.
6. Asas-asas lainnya
1.Aplikasi instrumentasi
2.Himpunan data
25
Apabila peserta layanan mediasi adalah siswa disekolah, himpunan data yang telah
ada bisa digunakan dalam layanan mediasi. Apapun data yang telah ada dan hendak
digunakan, pengungkapan dan penggunaannya harus disesuaikan dengan
kewenangan penggunaannya.
3. Konferensi kasus
a. Konferensi kasus yang dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-pihak
yang lain yang dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam
layanan mediasi.
b. Konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.
c.Konferensi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang di bahas dalam layanan mediasi, dan tidak
diwakili oleh wakil-wakil peserta layanan.
4. Kunjungan Rumah
26
Bahwa layanan mediasi seperti juga layanan-layanan yang lain, tidak membahas
persoalan siswa yang terkait dengan kriminal, gangguan penyakit baik fisik maupun
psikis, akut dan mistik. Kosnselor tidak boleh menyinggung masalah-masalah diatas.
Dengan perkataan lain, apabila masalah-masalah criminal atau pidana ada tanda-
tanda mencuat dalam proses konseling, konselor harus menghentikan pembahan
masalah dan mengalihtangankan kepada petugas lain yang lebih berwenang (prayitno,
2004).
Operasionalisasi Layanan Mediasi :
1.Perencanaan
2.Pelaksanaan
c.Membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan
e. Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak –pihak lain
27
f.Melakukan penilain segera (laiseg).
3.Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadaphasil-
hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi hasil layanan ialah diperoleh nya pemahaman
baru (understanding) klien, berkembangnya perasaan positif (comfort), dan kegiatan
apa yang akan dilakukan oleh klien (action) setelah proses layanan berlangsung.
Evaluasi dalam layanan mediasi dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
b.Evaluasi atau penilaian jangka pendek. Fokus evaluasi ini adalah kualitas hubungan
antara dua belah pihak yang berselisih. Indikatornya adalah apakah masalah yang ada
diantara mereka sudah benar-benar mereda, sudah hilang sama sekali, atau apakah
sudah berkembang secara harmonis, saling mendukung dan bersifat positif dan
produktif
Penilaian dalam layanan mediasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dalam
format individual atau kelompok. Responden untuk penilaian segera adalah seluruh
peserta layanan, sedangkan untuk responden untuk penilaian jangka pendek dan
panjang dapat merupakan wakil daridari pihak-pihak yang berselilsih atau bertikai.
28
Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penafsiran
hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami
oleh pihak-pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.
5. Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mediasi
lanjutan untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian
diantara pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.
6. Laporan
29
individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh hak-
haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi
atau dijegal.Layanan advokasi diterapkan oleh konselor untuk
menangani berbagai kondisi tentang tercederainya hak seseorang
terkait dengan pihak lain yang berkewenangan demi
dikembalikannya hak klien yang dimaksudkan.
Salah fungsi konseling adalah fungsi advokasi yang artinya
membela hak seseorang yang tercederai. Sebagaimana diketahui
bahwa setiap orang memiliki berbagai hak yang secara umum
dirumuskan didalam dokumen HAM (Hak Asasi Manusia).
Berlandaskan HAM itu setiap orang memiliki hak-hak yang
menjamin keberadaannya, kehidupannya dan perkembangan
dirinya. Fungsi advokasi dalam konseling berupaya memberikan
bantuan (oleh konselor) agar hak-hak yang menjamin keberadaan,
kehidupan dan perkembangan orang atau individu atau klien yang
bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini
dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi atau dijegal.Layanan
advokasi diterapkan oleh konselor untuk menangani berbagai
kondisi tentang tercederainya hak seseorang terkait dengan pihak
lain yang berkewenangan demi dikembalikannya hak klien yang
dimaksudkan.
30
1. Konselor
31
yaitu pihak-pihak terkait inilah yang akan menentukan
keputusan dari layanan advokasi ini.
32
lainnya demi mengembalikan hak klien yang selama ini kurang
atau tidak dinikmati oleh klien.
2. Strategi BMB3
Dalam hubungan dengan pihak-pihak terkait konselor
mengembangkan suasana BMB3 (berfikir, merasa, bersikap,
bertindak, dan bertanggung jawab) demi terpecahkannya
permasalahan klien dan diperolehnya solusi yang terbaik
sehingga klien kembali memperoleh hak-haknya.
3. Teknik
Teknik wawancara, diskusi dan mempertimbangkan bersama
pada umumnya dipakai dalam hubungan dengan pihak-pihak
terkait.
Studi dokumentasi ataupun data aktual berkenaan dengan
kondisi klien dan hal-hal terkait dengan permasalahan hak
dan implementasinya.
Solusi tentang pengembalian hak klien diambil dari pihak
berkewenangan dapat dengan diberlakukannya secara
bertingkat ataupun atas hasil musyawarah pihak-pihak
terkait.
4. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan layanan ADVO mengikuti tahap-tahap
kegiatan yang dapat berlanjut atau kembali ke belakang sesuai
dengan kemajuan yang dicapai lamanya waktu tidak dapat
ditetapkan dalam minggu atau hari apalagi jam. Waktu dan
tempat kegiatan layanan ADVO bervariasi disesuaikan dengan
kedudukan pihak terkait dan kesempatan yang tepat bagi
konselor melaksanakan tugasnya. Pemanfaatan waktu dan
tempat ini merupakan bagian dari kepiawaian konselor dalam
33
mengaplikasikan pendekatan, strategi dan teknik serta
sekaligus seni konselor dalam menangani masalah klien.
34
Data yang diperoleh dari aplikasi instrumentasi dan himpunan data memberikan data
kepada konselor yang berguna untuk memperkuat layanan ADVO.
2. Konferensi Kasus
3. Kunjungan Rumah
4. Tampilan Kepustakaan
Alih tangan kasus dilaksanakan terarah kepada ahli selain konselor terhadap
permasalahan hak klien agar masalah klien itu terselesaikan lebih tuntas.
1. Perencanaan
35
SATLAN layanan ADVO, selain berisi identifikasi klien secara lengkap
beserta masalah dan kondisi awal dirinya, juga secara komprehensif memuat materi
dasar dan pengembangannya dan hubungannya dengan pihak-pihak terkait. Rencana
layanan ini juga membuka keyakinan diselenggarakannya berbagai “sub-layanan”
sebagaimana dikemukakan di atas untuk mengoptimalkan proses dan hasil.
3. Pelaksanaan layanan
Rencana dan sarana awalnya yang telah disiapkan itu dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kelancaran dan keberhasilan layanan.Selama layanan berlangsung
pengorganisasian dan pengaturan kembali segala sesuatunya dapat dilakukan.
4. Penilaian
Penilaian terhadap hasil dan proses layanan dilakukan sesuai dengan tahap-
tahap pelaksanaan. Penilaian ini bersifat progresif tahap demi tahap sampai dengan
penilaian akhir.Penilaian diorientasikan pada sampai berapa jauh hak-hak klien yang
ditangani melalui layanan ADVO dapat dikembalikan secara penuh kepada klien.
5. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dilakukan sesuai dengan hasil penilaian secara progresif pada
setiap tahap layanan.Demikian pula laporan yang dibuat, dapat dibuat berupa laporan
36
per tahap kegiatan dan/ atau laporan lengkap pada akhir keseluruhan layanan, sesuai
dengan keperluannya.
BAB III
PENUTUP
37
3.1 Kesimpulan
Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan
kepada konsulti dengan tujuan memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara
yang perlu dilaksanakan konsulti dalam rangka membantu terselesaikannya masalah
yang dialami pihak ketiga (konseli yang bermasalah).
Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang
berselisih. Secara Khusus Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas
kondisi awal yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru
(kondusif dan bersahabat) dalam hubungan antara dua belah pihak yang bermasalah.
Terjadinya perubahan kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi yang lebih
positif .
Dalam layanan mediasi terdiri dari tiga komponen yakni konselor, klien dan
masalah klien. Dan asas-asa yang terdapat di dalam layanan mediasi ada lima yanki
asas kerahasiaan, keterbukaan, kesukarelaan, kekinian, dan kemandirian. Namun ada
38
juga asas lain yang mendukung yakni kegiatan, kedinamisan,keterpaduan,
kenormatifan, keahlian alih tangan kasus, dan tut wuri handayani. Dalam layanan
mediasi pendekatan yang digunakan yaitu saya OKE, kamu juga OKE, komunikasi
secara dewasa, pendekatan Komperhensif, pendekatan realistik, bermoral dan
bertanggungjawab.Strategi yang digunakan dalam layanan mediasi yakni Strategi
BMB3 dengan teknik umum dan teknik Khusus.Dalam layanan mediasi juga ada
kegiatan pendukung yang berkaitan dan operasionalisasi layanannya.
DAFTAR PUSTAKA
39
Rissa, yuliana. 2016. Konsep dasar layanan advokasi.
Tajri, imam, dkk. 2012. Model bimbingan kelompok dengan teknik fun game untuk
mengurangi kecemasan berbicara didepan kelas. Semarang.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0180/18e6fb19.dir/doc.p
df
http://bksmansata.blogspot.com/p/layanan-bk.html
40