Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

“Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Bagian II”

DISUSUN OLEH:
KELAS: 6B
KELOMPOK 2
Affrati Adillah 176510176
Dewi Kholifah 176510055
Herlina Safitri 176510211
Lindy Erninda 176510172
Putri Nurul S 176510098
Siti Fatimah 176510069
Sri Indah Pangesti 176511068

Dosen Pengampu: Nurul Fauziah, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Bimbingan dan Konseling ini dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas
kelompok yang di berikan oleh dosen pengampu kami yaitu Ibu Nurul Fauziah,
S.Pd., M.Pd dalam materi yang berjudul “Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan
Konseling Bagian II”.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,
menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini.Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu
kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril
maupun dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih
banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan.Namun, kami semua
telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping
itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi
tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.

Rabu, 22 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Layanan Bimbingan Kelompok...................................................................3
2.2 Layanan Konseling Kelompok.....................................................................5
2.3 Layanan konsultasi ....................................................................................6
2.4 Layanan mediasi ......................................................................................19
2.5 Layanan advokasi ....................................................................................28
BAB III PENUTUP.............................................................................................30
3.1 Kesimpulan..............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan suatu pelayanan bantuan kepada


individu maupun kelompok untuk mandiri dan dapat berkembang secara optimal. Ini
diperjelas dengan pernyataan yang diungkapkan menurut SK Mendikbud No.
025/O/1995. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar
dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian, bahwa bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan di sekolah.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan,


mengingat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan
tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya
di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. hal ini berkaitan dengan tujuan
pendidikan yaitu usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan
potensipotensinya. Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan
kemampuannya meliputi masalah akademik dan keterampilan.

Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan serangkaian kegiatan atau


aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu konseli dalam upaya untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin baik dalam kehidupan pribadi, sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan
dan Konseling memfasilitasi pengembangan diri siswa, baik secara individual
maupun kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan
serta peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga bertujuan membantu mengatasi

1
kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa. Pelayanan Bimbingan
dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual,
kelompok dan klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, serta kondisi yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
siswa perlu diberi materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karir secara tepat. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan
dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang
diberikan, di samping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan
belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang
menyangkut karir.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman atau


pengetahuan tentang jenis-jenis layanan bimbingan dan konselingPelayanan
Bimbingan dan Konseling yang memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok dan klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, serta kondisi yang dimiliki.

1.3 Manfaat

Manfaat Teoritis, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan


tambahan pengetahuan bagi pembaca utamanya bagi pemakalah. Manfaat Praktis,
diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dan pemakalah mampu memahami
dan mengetahui tentang jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling. Dengan adanya
layanan bimbingan konseling ini dapat membantu siswa disekolah dalam upaya untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin baik dalam kehidupan pribadi, sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier.

2
BAB II

PEMBAHASAN

 Layanan Bimbingan dan Konseling

Pada dasarnya hakekat layanan bimbingan dan konseling adalah peran yang
dilakukan oleh konselor dalam mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Pelayanan konselor hendaknya berjalan secara efektif
dalam membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi
permasalahannya. Di sinilah perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping
kegiatan pengajaran.

Pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan serangkaian kegiatan atau


aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu konseli dalam upaya untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin baik dalam kehidupan pribadi, sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan
dan Konseling memfasilitasi pengembangan diri siswa, baik secara individual
maupun kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan
serta peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga bertujuan membantu mengatasi
kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa. Pelayanan Bimbingan
dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual,
kelompok dan klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, serta kondisi yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
siswa perlu diberi materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karir secara tepat.

Secara lebih spesifik dijelaskan bahwa sebenarnya konteks tugas konselor


adalah proses pengenalan diri oleh konseli baik mengenai kekuatan dan kelemahan
yang ditemukan pada dirinya maupun aspirasi hidup yang dihayatinya, yang

3
diperhadapkan dengan peluang yang terbuka dan tantangan yang menghadang yang
ditemukannya dalam lingkungan, sehingga memfasilitasi pertumbuhan kemandirian
konseli dalam mengambil sendiri berbagai keputusan penting dalam perjalanan
hidupnya khususnya dalam perjalanan hidupnya, khususnya keputusan dalam
pendidikan dan pemilihan karier serta upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
meraih masa depan yang diharapkan (Kartadinata dkk, dalam Hadi 2016).

Menurut Sukardi dalam Hadi (2016), sesuai dengan hakikat pekerjaan


bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling berbeda dari sasaran evaluasi pengajaran. Sejalan
dengan pendapat di atas, menurut Hikmawati dalam Hadi (2016) bimbingan
konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang
layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli
dalam konteks memandirikan peserta didik. Hal ini didukung dengan pendapat
Kartadinata dkk dalam Hadi (2016) layanan konselor dalam pelaksanaan tugasnya itu
menjadi menyerupai layanan guru yang menggunakan materi pembelajaran sebagai
konteks layanan.

Layanan Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh konselor sebagai


pembimbing seharusnya tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks
layanan, seperti yang dilakukan oleh guru yang sama-sama ada dalam setting
pendidikan khususnya pada jalur pendidikan formal. Seharusnya perbedaan muatan
inilah yang membuat konselor memberikan layanan profesional yang unik yang
sosoknya berbeda secara mendasar, jika dibandingkan dengan guru yang juga
memberikan layanan profesional yang unik yang berbeda-beda secara mendasar dari
sosok layanan ahli konselor, karena guru menggunakan materi pembelajaran sebagai
konteks layanan.

4
Sehubungan dengan pendapat di atas apabila sasaran evaluasi pengajaran
adalah hasil belajar yang dikuasai siswa, maka sasaran evaluasi bimbingan dan
konseling difokuskan pada perubahan tingkah laku termasuk didalamnya nilai dan
sikap. Oleh karena itu evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak
dapat dilakukan melalui ulangan, pemeriksaan hasil pekerjaan rumah, tes atau ujian
seperti yang dilakukan oleh guru dalam proses pengajaran melainkan dilakukan
dalam proses pencapaian kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
itu sendiri. Teknik dan alat evaluasi dalam bimbingan dan konseling tidak menilai
benar atau salah tentang hasil belajar yang dikuasai siswa sebagaimana seperti yang
dilakukan dalam proses pengajaran, akan tetapi lebih melihat kepada kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri siswa.

Menurut Asmani dalam Hadi (2016) bahwa keberhasilan pelayanan bimbingan


kepada murid dapat dilihat dari perubahan tingkah laku atau sikap murid yang telah
mendapat pelayanan. Jadi dapat dijelaskan bahwa kriteria atau patokan yang dipakai
untuk menilai hasil dari pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah mengacu
kepada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk
memperoleh perubahan perilaku dan menjadi pribadi yang lebih baik.

2.1 Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Imam, dkk (2012), Komunikasi menggambarkan bagaimana


seseorang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh informasi
dan menyelesaikan permasalahan yang dialaminya. Di dalam proses belajar mengajar
di kelas juga terjadi komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal antara
guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Siswa dituntut untuk
berbicara, mengemukakan pendapat dan ide-idenya secara lisan di depan orang
banyak. Namun tidak jarang siswa merasa cemas untuk mengungkapkan pikirannya
secara lisan, baik pada saat diskusi kelompok, bertanya kepada guru, maupun ketika

5
harus berbicara di depan kelas saat mempresentasikan tugas. Kegiatan tersebut
menuntut siswa untuk berbicara di depan umum, dan ketika siswa merasa cemas saat
melakukannya dapat dikatakan siswa tersebut mengalami kecemasan dalam
berkomunikasi atau berbicara di depan umum.

Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling yang diduga tepat dalam
upaya memberikan bantuan kepada siswa adalah layanan bimbingan kelompok
karena sesuai dengan pendapat Romlah dalam Imam (2012) bahwa bimbingan
kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu
agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan
bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya, dan dilaksanakan dalam situasi
kelompok.

Menurut Nurihsan dalam Hadi (2016) bimbingan kelompok merupakan


bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok
membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan
pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian
informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. (Pyatitno, 2008)

2.2 Layanan Konseling Kelompok

Menurut Sukardi dalam Hadi (2016)  konseling kelompok yaitu layanan


bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan
untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok.

6
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling
kelompok.Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik
dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat
penyembuhan. (Pyatitno, 2008)
2.3Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi
tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak
langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.(Prayitno, 2008).
Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola 17
Plus.Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil
pengembangan dari Pola BK 17 Plus.Dengan adanya pengembangan layanan ini,
maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang tugas
konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Layanan konsultasi sendiri memeliki beberapa tujuan yang sangat diperlukan oleh
konsulti. Beberapa diantaranya yaitu mengembangkan dan menyempurnakan
lingkungan belajar bagi siswa, menyempurnakan komunikasi dengan
mengembangkan informasi diantara orang yang penting, membantu orang lain
bagaimana belajar tentang perilaku, menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua
komponen lingkungan belajar yang baik, dan menggerakkan organisasi yang mandiri.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:6) dijelaskan bahwa “Layanan


konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.”

7
Dalam program bimbingan di sekolah, Brow dkk (dalam Marsudi, 2003:124)
menegaskan bahwa “Konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi
tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (konseli). Tetapi
secara tidak langsung melayani siswa (konseli) melalui bantuan yang diberikan oleh
orang lain.”

Layanan konsultasi juga didefinisikan bantuan dari konselor ke klien dimana


konselor sebagai konsultan kenseli sebagai konsulti, membahas tentang masalah
pihak ketiga.Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti.Misalnya anak, murid atau orang tuanya. Bantuan
yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu menghadapi pihak
ketiga yang dipermasalahkannya.

Tujuan Layanan Konsultasi BK :

Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003:124-125) merumuskan tujuan layanan


konsultasi sebagai bagian tujuan bimbingan di sekolah adalah sebagai berikut :

Ø  Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang


yang penting

Ø  Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan fungsi bermacam-macam untuk


menyempurnakan lingkungan belajar

Ø  Memperluas layanan dari para ahli

Ø  Memeperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator

Ø  Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku

Ø  Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar


yang baik

Ø  Menggerakkan organisasi yang mandiri

8
Tujuan umum

Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya dapat


menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami pihak ketiga.Dalam hai ini
pihak ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga
permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga itu setidaknya sebagian menjadi
tanggung jawab konsulti.

Tujuan khusus

Kemampuan sendiri yang dimaksudkan diatas dapat berupa wawasan,


pemahaman, dan cara-cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana dan atau
permasalahan pihak yang terkait itu (fungsi pemahaman). Dengan kemampuan
sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk langsung dari hasil
konsultasi) terhadap pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses konsultasi yang dilakukan
konselor di sisi yang pertama, dan proses pemberian bantuan atau tindakan konsulti
terhadap pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud mengentaskan masalah yang
dialami pihak ketiga (fungsi pengentasan).

Komponen Layanan Konsultasi BK :

 Dijelaskan oleh Prayitno (2004:3-4) bahwa : konselor adalah tenaga ahli


konseling yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling pada idang
tugas pekerjaannya. Sesuai dengan keahliannya, konselor melakukan berbagai jenis
layanan konseling, salah satu diantaranya adalah layanan konsultasi. Konsulti adalah
inidividu yang meminta bantuan kepada konselor agar dirinya mampu menangani
kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga yang (setidak-tidaknya sebagian) menjadi
tanggung jawabnya.Bantuan itu diminta dari konselor karena konsulti belum mampu
menangani situasi dan atau permasalahan pihak ketiga itu. Pihak ketiga adalah
individu (atau individu-individu) yang kondisi dan atau permasalahannya
dipersoalkan oleh konsulti.Menurut konsulti, kondisi / permasalahan pihak ketiga itu

9
perlu diatasi dan konsulti merasa (setidak-tidaknya ikut) bertanggung jawab atas
pengentasannya.

Marsudi (2003:124-125) menyebutkan bahwa layanan konsultasi mengandung


beberapa aspek, yaitu:

· Konsultan yaitu seseorang yang secara profesional mempunyai kewenangan


untuk memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya mengatasi masalah klien

· Konsulti yaitu pribadi atau seoran professional yang secara langsung


memberikan bantuan pemecahan masalah terhadap klien

· Klien yaitu  pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah

·Konsultasi merupakan proses pemberian bantuan dalam upaya mengatasi masalah


klien secara tidak langsung

Dalam layanan konsultasi ini dapat diperjelas bahwa penanganan masalah yang
dialami konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan dikembangkan
kemampuannya oleh konselor pada saat tahap konsultasi berlangsung yaitu
mengembangkan pada diri konsultasi tentang wawasan, pengetahuan, ketrampilan,
nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah konselor menganggap bahwa
konsultasi mampu membantu menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga
yang setidaknya menjadi tanggung jawabnya. Konsutasi adalah orang yang ikut
bertanggung jawab terhadap masalah yang dialami pihak ketiga.

Asas Layanan Konsultasi BK :

1. Asas kerahasiaan

 Seorang konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, dengan harapan adanya


kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat dari
pelayanan BK. Asas kerahasiaan pada layanan konsultasi yang dimaksudkan adalah

10
menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsultasi dan pihak ketiga, dan jaminan
kerahasiaan terhadap permasalahan yang dialami pihak ketiga.

2. Asas kesukarelaan

Kesukarelaan yang dimaksudkan pada layanan konsultasi adalah kesukarelaan dari


konselor dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu konsulti untuk
membantu mengarahkan bantuan pemecahan masalah yang akan diberikan kepada
pihak ketiga. Kesukarelaan konsulti yaitu bersikap sukarela dating sendiri kepada
konselor dan kemudian terbuka mengemukakan hal-hal yang terkait dengan konsulti
sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar permasalahan yang dialami pihak ketiga
segera terselesaikan.

3. Asas kemandirian

Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap kemandirian


berikut menurut Prayitno 2004:8-9, yaitu:

a.Memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis

b.Memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis

c. Mengambil keputusan secara positif dan tepat

d.Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil

e. Mewujudkan diri sendiri

Operasionalisasi Layanan Konsultasi BK :

Layanan konsultasi merupakan suatu proses, sehingga dalam pelaksanaannya


menempuh tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap pelaksanaan konsultasi hendaklah
dilaksanakan secara tertib dan lengkap dari perencanaan sampai dengan penilaian dan

11
tindak lanjutnya.Hal ini semua untuk menjamin kesuksesan layanan secara optimal.
Langkah-langkah tersebut menurut Prayitno (2004:30-31) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Langkah awal sebelum pelaksanaan layanan terlebih dahulu konselor melakukan


perencanaan. Perencanaan dimaksudkan untuk mempermudah proses pelaksanaan.
Perencanaan layanan konsultasi meliputi :

© Mengidentifikasi konsulti

Dalam mengidentifikasi konsulti, tindakan dari seorang konselor adalah mengenal


konsulti dengan maksud memperoleh data yang dibutuhkan konselor.Identifikasi
dapat dilakukan dengan wawancara dan rapport.“Rapport adalah suatu hubungan
(relationship) yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling
tarik menarik” (Willis, 2004:46).Untuk menciptakan rapport, konselor harus memiliki
sikap empati, mampu membaca perilaku nonverbal, bersikap akrab dan berniat
memberikan bantuan tanpa pamrih.

© Mengatur pertemuan

Mengatur pertemuan atau melakuakan kontrak artinya perjanjian antara konselor


dengan konsulti.Sebagaimana dalam pelaksanaan konseling perorangan, terjadi
kesepakatan kontrak waktu dan tempat pelaksanaan layanan
konsulti.Penyelenggaraan layanan konsulti sangat tergantung pada kesepakatan antara
konselor dan konsulti. Kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk kenyamanan dan
jaminan kerahasiaan proses konsultasi.

©  Menetapkan fasilitas layanan

Fasilitas layanan konsultasi adalah segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan


layanan konsultasi.Fasilitas yang ditetapkan tersebut misalnya tempat konsultasi yang

12
menimbulkan perasaan nyaman, buku agenda konselor yang berisi janji pertemuan
dengan konsulti, alat perekam yang tidak diketahui oleh konseli.

© Menyiapkan kelengkapan administrasi

Sebelum konselor dan konsulti melakukan layanan konsultasi, maka perlu adanya
kesiapan kelengkapan administrasi layanan.Adanya pengadministrasian dimaksudkan
agar terdapat bukti adanya pelaksanaan layanan konsultasi.Misalnya konselor
menyiapkan buku catatan hasil wawancara dengan konsulti, terdapat jurnal harian
pelaksanaan layanan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan bagian inti dari layanan konsultasi. Pada layanan


konsultasi, proses layanan dilakukan dengan dua tahap yaitu proses konsultasi antara
konselor dan konsulti dan yang kedua adalah proses penanganan oleh konsulti
terhadap pihak ketiga yang memiliki masalah. Secara jelas tahap ini meliputi :

Ø  Menerima konsulti

Penerimaan konsulti oleh konselor sangat mempengaruhi perkembangan proses


layanan konsultasi selanjutnya. Hal ini dikarenakan bahwa dengan penerimaan yang
baik oleh konselor, maka akan membuat kenyamanan konsulti dan pada akhirnya
membantu kelancaran layanan konsultasi serta konselor harus mampu menerima
konsulti baik secara verbal maupun non verbal. Menerima konseli secara verbal
merupakan tanggapan verbal konselor yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan
atau ungkapan verbal secara sopan dan santun.Misalnya menerima konsulti dengan
ucapan selamat siang pada awal konsultasi, menggunakan pertanyaan yang tidak
menyinggung perasaan, tidak berlebih dalam berbicara dan masih banyak
lainnya.Penerimaan non verbal merupakan reaksi atau tanggapan yang dibedakan dari
berbahasa dengan memakai kata-kata, misalnya ekspresi wajah, sikap tubuh,
anggukan kepala, dan sebagainya.

13
Ø  Menyelenggarakan penstrukturan konsultasi

Penstrukturan layanan konsultasi diperlukan untuk membawa konsultasi mulai


memasulki layanan konsultasi.Bagi konsultasi yang baru pertama kali melakukan
layanan konsultasi maka diperlukan penstrukturan secara keseluruhan. Untuk
memulai proses konsultasi, terlebih dahulu diawali dengan wawancara permulaan.
Dari sudut konselor ada tiga tujuan pada wawancara permulaan dalam kaitan dengan
proses konseling, yaitu :

a. Menimbulksn suasana bahwa proses konseling dimulai

b. Membuka aspek-aspek psikis pada diri konseli seperti kehidupan perasaan dan
sikapnya

c. Menjelaskan struktur mengenai proses bantuan yang akan diberikan

Penstrukturan pada layanan konsultasi diperlukan dengan tujuan agar terjadi


kejelasan arah konsultasi yaitu dengan adanya pemahaman tentang pembatasan waktu
konsultasi, pembatasan masalah apa yang dibahas, dan peranan keduanya akan
membantu melancarkan kesuksesan layanan konsultasi.

Ø  Membahas masalah apa yang dibawa konsultasi berkenaan dengan pihak ketiga

“Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang akan dibahas dalam
layanan konsutasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh koselor, melainkan akan
dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung” (BSNP, 2006:24).Masalah
yang dibahas oleh konsulti adalah masalah yang dialami oleh pihak ketiga, baik itu
permasalahan pribadi, sosial, belajar atau karir.

Ø  Mendorong dan melatih konsulti

Hal ini bertujuan untuk :

a) Mampu menangani masalah yang dialami pihak ketiga

14
Tugas konselor sebagi konsultan adlah membekali konsulti memperoleh WPKNS
(Wawasan, Pengetahuan, Ketrampilan, Nilai, dan Sikap) agar dapat bertindak
membantu penyelesaian masalah pihak ketiga. WPKNS konsultasi diuraikan sebagai
berikut :

· Wawasan

Wawasan konsultasi tentang diri pihak ketiga, permasalahan pihak ketiga, dan
lingkungan pihak ketiga.Wawasan yang dipahami oleh konsulti terhadap pihak
ketiga, sejalan dengan fungsi pemahaman bimbingan dan konseling.

· Pengetahuan

Yaitu konsulti perlu memiliki pengetahuan tentang diri pihak ketiga, permasalahan
pihak ketiga, ataupun lingkungan pihak ketiga yang pembahasannya dikaitkan dengan
kaidah pendidikan, psikologi, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

· Ketrampilan

Menurut Prayitno (2004:19) bahwa “Ketrampilan yang perlu dikuasai konsulti dan
diterapkan terhadap pihak ketiga adalah aplikasi alat-alat pendidikan, tiga pertanyaan
terbuka, dorongan minimal, refleksi, serta teknik khusus pengubahab tingkah laku,
seperti pemberian informasi dan contoh latihan sederhana dan pemberian nasihat
secara tepat”.

· Nilai

Konsultan perlu mengembangkan nilai-nilai pada diri konsulti dengan tujuan agar
konsulti juga dapat memandang pihak ketiga berdasarkan nilai-nilai di kehidupan
masyarakat.Misalnya nilai kemanusiaan, nilai sosial, nilai moral, dan lain sebagainya.

· Sikap

15
Seorang konsulti pada layanan konsultasi perlu mengembangkan sikap positif dan
sikap dinamis (developmental) terhadap diri pihak ketiga dan permasalahan yang
dialami oleh pihak ketiga itu.dengan adanya nilai dan sikap tersebut diharapkan
hubungan konsulti dan pihak ketiga semakin kondusif.

b) Memanfaatkan sumber-sumber yang ada

Pengumpulan informasi-informasi mengenai pihak ketiga dapat diperoleh dari


pihak ketiga itu sendiri ataupun lingkungan dekat pihak ketiga, misalnya keluarga,
teman bermain, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, bahkan diperoleh dari
media cetak atau elektronik.Pemberian informasi dari pihak yang terkait dengan
pihak ketiga tersebut dikumpulkan dengan alasan untuk membantu menjelaskan
masalah dan juga membantu tercapainya penyelesaian masalah pihak ketiga.

Ø  Membina komitmen konsulti untuk menangani masalah pihak ketiga dengan


bahasa dan cara-cara konseling

Tugas konselor selanjutnya adalah melakukan persetujuan dengan konsulti agar


konsulti bersedia membantu penyelesaian masalah piihak ketiga. Langkah
penyelesaian  masalah pihak ketiga dilakukan oleh konsulti dengan menggunakan
bahasa dan cara-cara konseling yang telah diperoleh konsulti dari pengembangan
WPKNS.

 Yang dimaksud dengan konsulti dapat menggunakan bahasa dan cara-cara


konseling misalnya, konsulti dapat menggunakan pertanyaan terbuka pada pihak
ketiga, konsulti dengan melakukan penerimaan pihak ketiga dengan bahasa verbal
dan non verbal, dalam hal mengambil keputusan dan lain-lain. Pada tahap
penanganan pihak ketiga oleh konsulti tidak terlepas dari pantauan konselor bias
terjadi kemungkinan alternative masalah pihak ketiga gagal dilakukan oleh konsulti,
sehingga perlu dilakukan kembali atau dengan intervensi yang berbeda.

Ø  Melakukan penilaian segera

16
Penilaian segera dari layanan konsultasi dilaksanakan pada akhir setiap konsultasi
yang dilakukan konselor dan konsulti. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dari proses pelaksanaan layanan.
Focus penilaian segera layanan konsultasi adalah menilai konsulti berkenaan dengan
ranah Understanding, Comfort, and Action (UCA). Ketiganya dijelaskan sebagai
berikut :

a. Understanding (U)

Tahap pertama pada layanan konsultasi adalah proses konsultasi antara konselor /
konsultan dengan konsulti. Hasil dari tahap ini salah satunya adalah adanya
pemahaman baru yang diperoleh konsulti. Pemahaman konsulti meliputi pemahaman
tentang WPKNS, pemahaman permasalahan pihak ketiga yang dibahas, penyebab
munculnya permasalahan, sampai pada pemahaman  konsulti tentang langkah
penanganan yang telah diajarkan konselor.

b. Comfort (C)

Selain menilai pemahaman konsulti pada proses konsultasi, konselor juga menilai
perasaan yang berkembang pada diri konsultan. Pada penilaian segera ini, konselor
menanyakan apakah konsulti merasa terbebani atau ketidaknyamanan terhadap
konsultasi yang dilakukan atau terjadi sebaliknya.

c. Action (A)

Penilaian segera tentang kegiatan dilakukan dengan cara menanyakan kepada


konsulti tentang rencana kegiatan apa yang akan dilaksanakan pasca konsultasi dalam
rangka mewujudkan upaya pengentasan masalah yang dialami pihak ketiga.

3. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada layanan konsultasi adalah melakukan evaluasi


jangka pendek tentang keterlaksanaan hasil. Penilaian jangka pendek (laijapen)

17
mengacu pada bagaimana konsultasi melakukan unsur kegiatan dari hasil proses
konsultasi. Sasaran laijapen adalah respon atau dampak awal pihak ketiga terhadap
tindakan penanganan yang dilakukan oleh konsulti.

Penilaian jangka panjang (laijapang) yang menjadi fokusnya adalah terjadi


perubahan pada diri pihak ketiga.Perubahan yang dimaksudkan adalah yang berkaitan
dengan permasalahan yang sejak awal dikonsultasikan.

Analisis Hasil Evaluasi

Analisis hasil evaluasi yaitu menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya dengan
diri pihak ketiga dan konsulti sendiri. Tujuan utama dari analisis hasil evaluasi
layanan konsultasi adalah untuk mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan
dilakukan sesuai dengan penanganan masalah pihak ketiga.

Tindak Lanjut

Hasil penilaian digunakan sebagai pertimbangan tindak lanjut yang dapat


dilakukan dengan konsultasi lanjutan, penghentian atau alih tangan
(referral).Konsultasi lanjutan dilakukan berdasarkan kesepakatan kembali antara
konsulti dan konsultan. Konsultasi ini diperlukan jika tahap penanganan dikatakan
belum berhasil

Pemahaman Konselor tentang Layanan Konsultasi :

Konseling sebagai suatu profesi memiliki kompetensi utama minimal profesi


konseling, diantaranya Kompetensi Pengembangan Kepribadian (KPK), Kompetensi
Landasan Keilmuan dan Ketrampilan (KKK), Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB),
Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat Profesi (KBB), memahami dan
mempraktikkan jenis-jenis layanan konseling termasuk dalam KKB.

  Menurut Miller (Awalya, 1995:10) mengemukakan bahwa fungsi utama konselor


adalah mengimplementasikan berbagai layanan program bimbingan.Seperti yang

18
telah dijelaskan bahwa salah satu layanan dalam konseling adalah layanan
konsultasi.Jadi mengimplementasikan layanan konsultasi merupakan tugas bagi
konselor sekolah.Untuk mencapai ketercapaian pelaksanaan layanan konsultasi,
sebelumnya konselor perlu terlebih dahulu memehami makna tentang layanan
konsultasi.Hal tersebut sejalan dengan kompetensi yang harus dimiliki konselor yaitu
Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB).

Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti,


mengingat, memperoleh makna dari pengetahuan atau informasi yang diperoleh
kemudian dapat menjelaskan apa yang dipahami dengan baik. Pemahaman konselor
dapat diperoleh dengan pengetahuan dan ketrampilan.Berkaitan dengan layanan
konsultasi, maka arah pengetahuan tentang layanan konsultasi yaitu tentang
operasionalisasi layanan konsultasi.Operasionalisasi layanan konsultasi meliputi
adanya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut.

Konselor mengetahui bahwa layanan konsultasi dapat dilakukan minimal


menyangkut tiga kondisi yaitu hadapi satu pilihan atau beberapa pilihan dari tiga
wilayah kehidupan, berkeinginan kuat terjadinya perubahan atau beberapa perubahan
pribadi dalam satu atau lebih dari ketiga wilayah kehidupan, menjadi sangat bingung
tentang bagaimana seharusnya mengorganisir memberi arti kehidupan dari satu atau
lebih dari ketiga wilayah kehidupan.

Pemahaman konselor tentang layanan konsultasi diartikan bahwa, setelah konselor


mendapatkan informasi tentang layanan konsultasi sebagai fase I, kemudian konselor
mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan sebagai fase II, dan pada
akhirnya diperoleh fase III yaitu telah memahami tentang langkah-langkah
pelaksanaan layanan konsultasi yang tertib dan lengkap dan mampu untuk
menjelaskan kembali apa yang telah dipahami.

Sebelum melakukan layanan konsultasi, akan lebih baik jika konselor terlebih
dahulu telah memahami tentang operasionalisasi layanan konsultasi. Peranan

19
pemahaman sangat penting bagi konselor dalam pelaksanaan layanan
konsultasi.Adanya pemahaman konselor tentang layanan konsultasi,maka konselor
dapat melaksanakan layanan konsultasi dengan baik dan kemungkinan hanya terjadi
sedikit kesalahan dalam pelaksanaannya.

2.4 Layanan Mediasi


Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau
perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor
sebagai mediator. (Prayitno, 2008)

Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor


terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan
kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling berhadapan, saling
bertentangan, saling bermusuhan. Dengan layanan mediasi konselor berusaha
mengantarai atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka
menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua
pihak.

Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata “medium”
yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama dengan “wasilah”
yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi bisa dimaknai sebagai
suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasilah atau menghubungkan yang
semula terpisah. Juga bermakna menjalin hubungan antara dua kondisi yang berbeda
dan mengadakan kontak sehingga dua pihak yang semula terpisah menjadi saling
terkait. Melalui mediasi atau wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi
saling terkait, saling mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil
perbedaan sehingga jarak keduanya menjadi lebih dekat. Dengan layanan mediasi
konselor berusaha mengantarai atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga
mereka menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan
semua pihak.

20
Fokus layanan mediasi adalah perubahan atau kondisi awal menjadi kondisi baru
dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah. Tujuan layanan mediasi
dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yakni :

1. Tujuan Umum

Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang berselisih.

2. Tujuan khusus

Secara Khusus Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas kondisi


awal yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru (kondusif dan
bersahabat)   dalam hubungan antara dua belah pihak yang bermasalah. Terjadinya
perubahan kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi yang lebih positif .

Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan diterapkan
dalam layanan mediasi

1.Asas Kerahasiaan

Layanan mediasi melibatkan lebih dari dua orang, yaitu konselor dan dua orang
klien atau lebih.Identitas pribadi dan segenap materi yang dibicarakan dalam layanan
MED diketahui setidak-tidaknya oleh segenap peserta layanan. Semua orang yang
terlibat dalam pertikaian dan masalah yang dipertikaikan itu bukan rahasia lagi bagi
semua orang yang ikut serta dalam layanan.

Dalam hal seperti diatas, asas kerahasiaan hendaknya ditekankan agar semua
orang yang terlibat dalam layanan (termasuk konselor) tidak menyebarluaskan
informasi apapun kepada siapapun berkenaan dengan orang—orang yang ikut serta
menjadi klien dan permasalahan yang dibahas dalam layanan. Asas kerahasiaan harus
dipegang teguh agar permasallahan yang sedang dicarikan pemecahannya itu tidak
justru semakin meluas, atau pemecahannya menjadi rumit. Dalam layanan mediasi,

21
asas kerahasiaan seperti itu benar-benar ditekankan oleh konselor untuk dipahami dan
diamalkan oleh semua peserta layanan.

2. Asas keterbukaan

Layanan MED diikuti oleh dua orang atau lebih klien.Semua orang yang
mengikuti layanan hendaknya membuka diri seluas-luasnya sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Keterbukaan para peserta layanan secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi oleh adanya orang ketiga dalam proses layanan,
baik orang lan itu dari pihak atau kelompok sendiri maupun dari lawan yang bertikai.
Untuk itu konselor harus bekerja keras untuk membangun keterbukaan diantara klien,
dengan cara :

A. Konselor tidak memihak.

Untuk mengatasi suasana tidak terbuka, konselor meyakinkan para klien bahwa
konselor tidak memihak pada siapapun kecuali kepada kebenaran. Tidak berpihak
kepada si A, B atau C atau kepada pihak yang satu atau kepada pihak yang lain.
Konselor menjelaskan dan memberikan contoh-contoh ketidakberpihakan itu.

B. Masalah yang dibahas adalah masalah bersama.

Suasana saling menyalahkan, diri atau pihak sendirilah yang benar dan yang lain
salah, biasanya mewarnai hubungan antar klien, terutama di awal proses layanan.
Suasana itu perlu diubah oleh konselor, sehingga semua peserta layanan memahami
dan dapat menerima bahwa masalah yang mereka hadapi itu adalah masalah
bersama.Semua pihak harus secara bersama membahas masalah tersebut dan
menyelesaikannya. Apabila satu pihak saja yang menyelesaikan masalah, pihak lain
tidak mau menerima penyelesaian sepihak itu, masalah bisa semain rumit dan layanan
mediasi menjadi tidak bermanfaat. Dalam hal ini, sejak awal proses layanan,
mengembangkan suasanan kebersamaan itu. Suasanan kebersamaan itu akan
memungkinkan semua pihak secara terbuka membahas masalah yang mereka hadapi.

22
Para peserta layanan saling mengenal dan menerima. Kebersamaan dan
keterbukaan akan tumbuh diantara para peserta layanan apabila mereka saling
mengenal dan saling menerima secara langsung dan pribadi. Sikap segan, ragu, malu,
berprasangka, dan/ataupun takut, seringkali dilator belakangi oleh kondisi saling tidak
mengenal dan menerima.Teknik perkenalan mendalam yang biasa dipakai dalam
bimbingan/konseling kelompok (tahap pembentukan) dapat digunakan.

C. Perlakuan adil.

Keterbukaan para peserta layanan akan berkembang apabila mereka merasa bahwa
konselor berlaku adil kepada mereka.tidak ada yang diutamakan atau dinomorduakan
atau dikesampingkan. Tidak ada yang disalahkan atau dimenangkan, dilindungi atau
dipojokkan. Konselor menghargai mereka semua, menganggap mereka sebagai
pribadi-pribadi yang memiliki kedudukan sama, yaitu kedudukan yang layak
memeroleh penghargaan dan penghormatan secara tulus dan jujur.

Dengan penampilan konselor yang tidak memihak, berpandangan optimis terhadap


permasalahan mereka, serta mengembangkan hubungan yang positif, tulus dan jujur,
serta penuh penghargaan dan penghormatan, semua peserta layanan diharapkan
merasa tidak memiliki beban untuk bersikap tidak terbuka.

3. Asas Kesukarelaan

Idealnya semua peserta sejak awalnya bersukarela (self referral) mengikuti


layanan mediasi. Namun hal seperti itu amat sulit terjadi apabila :

- Suasana pertikaian diantara kedua belah pihak (yang sebenarnya memerlukan


layanan mediasi) masih marak,

-  Mereka menganggap mediasi itu tidak perlu,

-  Mereka masing-masing menganggap perilakunyalah yang benar dan yang lain


salah

23
-  Pihak yang merasa kuat dan benar menolak mediasi dan pihak yang lemah
kurang memercayai mediasi dari pihak ketiga karena menganggap mediator akan
tidak adil, dan memihak kepada yang kuat sedangkan pihak yang kuat
menganggap mediator tidak akan sanggup menyelesaikan

Pihak-pihak yang bertikai dapat memasuki layanan mediasi apabila :

- Kedua belah pihak sudah lelah bertikai dan korban sudah cukup banyak, mereka
ingin berdamai, maka dari itu mereka membutuhkan mediator untuk mencari
jalan-jalan damai yang tidak merugikan salah satu pihak

- Salah satu pihak merasa kewalahan menghadapi lawannya dan mencari jaan agar
pihaknya tidak terlalu dikalahkan. Pihak ini mencari mediatr untuk mendapatkan
keadilan. Kondisi ini hanya akan membawa kedua belah pihak yang satu lagi
menyetujuinya dan mau mundur selangkah dan tidak begitu sja menghabisi pihak
yang berinisiatif mencari perdamaian itu

- Kedua belah pihak mempunyai atasan dan para atasan berkehendak membawa
anak buah yang bertikai itu kepada konselor untuk mendapatkan layanan
konseling.

Ketiga kondisi tersebut diatas memang dapat mengantarkan pihak-pihak yang


bertikai memasuki layanan mediasi, meskipun derajat kesukarelaan mereka pada
awalnya sangat tipis. Dalam keadaan seperti ini, tugas pertaa konselor adalah
membangun keterbukaan semua peserta layanan melalui cara-cara penerimaan yang
baik dan memberiikan penstrukturan yang didalamnya terkandung pengembangan
asas kerahasiaan dan keterbukaan, sehingga mmereka dapat bersukarela mengikuti
proses layanan.

4. Asas kekinian

24
Materi pokok yang menjadi focus bahasan dalam layanan mediasi adalah hal-hal
yang bersifat actual, yang menyangkut pikiran, perasaan, persepsi, sikap, dan
kemungkinan tindakan yang ada atau berkembang sekarang.

5.Asas kemandirian.

Dengan layanan mediasi, seluruh peserta layanan diharapkan dapat


mengembangkan kemandirian mereka, dalam berfikir, merasa, berpendapat dan
berpandangan, bersikap, bertindak dan bertanggungjawab (BMB3).Kemandirian itu
bersifat dan mengarah kepada hal-hal positif yang jauh dari suasana pertikaian,
permusuhan ataupun persaingan tidak sehat terhadap pihak-pihak lain sebagaimana
hal itu terjadi sebelum layanan mediasi.

6. Asas-asas lainnya

Asas-asas lain dalam konseling, yaitu asas kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,


kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus dan tutwuri handayani, pelaksanaannya
dalam layanan mediasi sebagaimana dalam layanan konseling lainnya. Dalam
layanan mediasi, pelaksanaan asas-asas tersebut tertuju kepada sejumlah klien dari
dua “kubu” atau lebih dan memfasilitasi terbinanya hubungan diantara mereka yang
semakin kondusif, dan permisif serta berkembangnya nilai-nilai positif dalam
hubungan mereka itu.

Kegiatan pendukung layanan mediasi :

1.Aplikasi instrumentasi

Sebelum melakukan aplikasi instrumentasi, terlebih dahulu harus diketahui hal-hal


apa yang perlu diukur dan di ungkap berkenaan dengan permasalahan siswa yang
berkasus dan para anggota kelompok.

2.Himpunan data

25
Apabila peserta layanan mediasi adalah siswa disekolah, himpunan data yang telah
ada bisa digunakan dalam layanan mediasi. Apapun data  yang telah ada dan hendak
digunakan,  pengungkapan dan penggunaannya harus disesuaikan dengan
kewenangan penggunaannya.

3. Konferensi kasus

Menurut prayitno (2004) layanan mediasi merupakan konferensi kasus mini,


karena dihadiri oleh dua pihak  yang berselisih atau bertikai dan dilaksankan oleh
konselor. Ada tiga jenis konferensi kasus mediasi, yaitu

a. Konferensi kasus yang dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-pihak
yang lain yang dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam
layanan mediasi.

b. Konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan mediasi.

c.Konferensi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang dianggap dapat
membantu penyelesaian masalah yang di bahas dalam layanan mediasi, dan tidak
diwakili oleh wakil-wakil peserta layanan.

4. Kunjungan Rumah

KR umumnya dimaksudkan untuk memperluas data yang diperoleh melalui


aplikasi instrumen yang lain dan membina komitmen anggota keluarga yang
dikunjungi dalam rangka penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan. Khusus
dalam layanan mediasi, KR (kunjungan rumah) juga dapat terarah untuk maksud lain
seperti, kunjungan rumah yang dilakukan untuk menjenguk korban perkelahian,
adalah bermaksud untuk menjenguk korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi.

5. Alih Tangan Kasus.

26
Bahwa layanan mediasi seperti juga layanan-layanan yang lain, tidak membahas
persoalan siswa yang terkait dengan kriminal, gangguan penyakit baik fisik maupun
psikis, akut dan mistik. Kosnselor tidak boleh menyinggung masalah-masalah diatas.
Dengan perkataan lain, apabila masalah-masalah criminal atau pidana ada tanda-
tanda mencuat dalam proses konseling, konselor harus menghentikan pembahan
masalah dan mengalihtangankan kepada petugas lain yang lebih berwenang (prayitno,
2004).

Operasionalisasi Layanan Mediasi :

1.Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a.Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan

b.Mengatur dengan calon peserta layanan

c.Menetapkan fasilitas layanan

d.Menyiapkan kelengkapan administrasi

2.Pelaksanaan

Pelaksanaan yang meliputi kegiatan

a.Menerima pihak-pihak yang berselisih atau bertikai

b. Menyelenggaraan perstrukturan layanan mediasi

c.Membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta layanan

d. Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan

e. Membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak –pihak lain

27
f.Melakukan penilain segera (laiseg).

3.Evaluasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadaphasil-
hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi hasil layanan ialah diperoleh nya pemahaman
baru (understanding) klien, berkembangnya perasaan positif  (comfort), dan kegiatan
apa yang akan dilakukan oleh klien (action) setelah proses layanan berlangsung.
Evaluasi dalam layanan mediasi dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

a. Evaluasi atau penilaian segera yang fokusnya adalah understanding (pemahaman


baru klien), comfort (perkembangan perasaan positif), dan action (kegiatan yang akan
dilakukan klien setelah proses layanan berlangsung)

b.Evaluasi atau penilaian jangka pendek. Fokus evaluasi ini adalah kualitas hubungan
antara dua belah pihak yang berselisih. Indikatornya adalah apakah masalah yang ada
diantara mereka sudah benar-benar mereda, sudah hilang sama sekali, atau apakah
sudah berkembang secara harmonis, saling mendukung dan bersifat positif dan
produktif

c.Evaluasi atau penilain jangka panjang. Penilaian ini merupakan pendalaman,


perluasan dan pemantapan penilaian segera dan penilaian jangka pendek dalam
rentang waktu yang lama (prayitno, 2004)

Penilaian dalam layanan mediasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dalam
format individual atau kelompok. Responden untuk penilaian segera adalah seluruh
peserta layanan, sedangkan untuk responden untuk penilaian jangka pendek dan
panjang dapat merupakan wakil daridari  pihak-pihak yang berselilsih atau bertikai.

4. Analisis Hasil Evaluasi

28
Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penafsiran
hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami
oleh pihak-pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.

5. Tindak Lanjut

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan mediasi
lanjutan  untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian
diantara pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.

6. Laporan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a.Membicarakan laporan yang deperlukan oleh pihatk-pihak peserta layanan mediasi

b.Mendokumentasikan laporan (prayitno, 2004).

2.5 Layanan Advokasi


a. Pengertian Layanan Advokasi
Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta
didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak
diperhatikan dan atau mendapatkan perlakuan yang salah sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas dan terpuji.Salah fungsi konseling
adalah fungsi advokasi yang artinya membela hak seseorang yang
tercederai. Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang memiliki
berbagai hak yang secara umum dirumuskan didalam dokumen
HAM (Hak Asasi Manusia). Berlandaskan HAM itu setiap orang
memiliki hak-hak yang menjamin keberadaannya, kehidupannya
dan perkembangan dirinya. Fungsi advokasi dalam konseling
berupaya memberikan bantuan (oleh konselor) agar hak-hak yang
menjamin keberadaan, kehidupan dan perkembangan orang atau

29
individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh hak-
haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi
atau dijegal.Layanan advokasi diterapkan oleh konselor untuk
menangani berbagai kondisi tentang tercederainya hak seseorang
terkait dengan pihak lain yang berkewenangan demi
dikembalikannya hak klien yang dimaksudkan.
Salah fungsi konseling adalah fungsi advokasi yang artinya
membela hak seseorang yang tercederai. Sebagaimana diketahui
bahwa setiap orang memiliki berbagai hak yang secara umum
dirumuskan didalam dokumen HAM (Hak Asasi Manusia).
Berlandaskan HAM itu setiap orang memiliki hak-hak yang
menjamin keberadaannya, kehidupannya dan perkembangan
dirinya. Fungsi advokasi dalam konseling berupaya memberikan
bantuan (oleh konselor) agar hak-hak yang menjamin keberadaan,
kehidupan dan perkembangan orang atau individu atau klien yang
bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini
dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi atau dijegal.Layanan
advokasi diterapkan oleh konselor untuk menangani berbagai
kondisi tentang tercederainya hak seseorang terkait dengan pihak
lain yang berkewenangan demi dikembalikannya hak klien yang
dimaksudkan.

b. Komponen Layanan Advokasi

Menurut Rissa Yuliana (2016), Layanan advokasi dalam


konseling dapat menyangkut komponen yang lebih bervariasi, baik
berkenaan dengan person-person yang terkait maupun variasi
kondisi dan keluasaan materinya. Segenap person tersebut dan
kondisi materi yang ada dimanfaatkan untuk kepentingan klien.

30
1.      Konselor

Konselor sebagai pelaksana layanan advokasi dituntut


untuk mampu berkomunikasi, melobi dan mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari hubungan dengan pihak-pihak terkait, dan
juga mengolah kondisi dan materi secara optimal. WPKNS
(Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap) yang
ada pada diri konselor cukup luas dan memadai terkait dengan
pelanggaran hak klien yang dilayani dan pihak-pihak terkait.

2.      Korban Pelanggan Hak

Korban pelanggan hak merupakan person atau individu


atau klien yang mrnjadi “bintang” dalam layanan advokasi.
Untuk klienlah segenap upaya dilaksanakan. Keputusan atau
kondisi yang menerpa klien diupayakan untuk diangkat sehingga
tidak lagi menimpa dan menghinggapi dirinya. Hak yang
dipecundangi itu dikembalikan kepada klien, sedapat-dapatnya
sepenuhnya, sejenis-jenisnya, sebersih-bersihnya. Dari kondisi
semula yang bermasalah sampai dengan kembalinya hak klien
untuk selanjutnya klien menjadi individu yang dapat menikmati
haknya untuk sebesar-besarnya kesempatan dirinya.

3.      Pihak-pihak Terkait

Pihak terkait pertama adalah person yang memiliki


kewenangan untuk mempengaruhi terimplementasikannya hak
klien. Pengaruh dari pihak yang berkewenangan itu dapat dalam
kadar yang bervariasi, pengaruhnya cukup ringan atau sampai
amat berat atau bahkan bersifat final. Pada kasus siswa tersebut
di atas pengaruh dari pihak yang dimaksudkan itu bersifat final,

31
yaitu pihak-pihak terkait inilah yang akan menentukan
keputusan dari layanan advokasi ini.

Sebagai contohnya yaitu siswa yang tidak boleh masuk


sekolah dan tidak boleh mengikuti UN.Untuk kasus siswa SMA itu
pihak yang berkewenagan tertinggi adalah kepada sekolah yang
membuat keputusan final terhadap siswa tentang kesempatan
masuk sekolah dan keikutsertaan UN. Pengaruh kepada sekolah
adalah bersifat final, keputusan tidak berkadar 100%. Di
samping itu ada pihak “tingkat (level) dua”, yaitu guru BK (yang
tidak ahli BK), yang melabeli siswa sebagai “gila” yang menjadi
alasan bagi kepala sekolah membuat keputusan final. Pihak lain
lagi yaitu guru yang memberi tugas terlalu amat berat sehingga
tidak mungkin dikerjakan oleh siswa, yang membuat siswa
seperti “gila” menurut pandangan guru BK. Pihak lain adalah
orang tua siswa, yang menerima dampak paling berat kedua
selain anaknya yang haknya dicabut itu. Selain itu ada dokter
yang memeriksa siswa yang dilabeli gila itu. Konselor dituntut
untuk mampu “menganggap” pihak-pihak terkait itu.

c. Pendekatan, Strategi dan Teknik

1.      Format Kolaboratif


Karena layanan advokasi menyangkut sejumlah pihak
terkait, apalagi pihak-pihak tertentu itu ada yang berdasarkan
pada tingkat (level) tertentu sama atau beda, maka format
layanan adalah kolaboratif. Konselor langsung berkomunikasi
dengan pihak-pihak yang dimaksud untuk menggali informasi,
kesempatan dan kemudahan, serta kerjasama hal-hal positif

32
lainnya demi mengembalikan hak klien yang selama ini kurang
atau tidak dinikmati oleh klien.
2.      Strategi BMB3
Dalam hubungan dengan pihak-pihak terkait konselor
mengembangkan suasana BMB3 (berfikir, merasa, bersikap,
bertindak, dan bertanggung jawab) demi terpecahkannya
permasalahan klien dan diperolehnya solusi yang terbaik
sehingga klien kembali memperoleh hak-haknya.
3.      Teknik
 Teknik wawancara, diskusi dan mempertimbangkan bersama
pada umumnya dipakai dalam hubungan dengan pihak-pihak
terkait.
 Studi dokumentasi ataupun data aktual berkenaan dengan
kondisi klien dan hal-hal terkait dengan permasalahan hak
dan implementasinya.
 Solusi tentang pengembalian hak klien diambil dari pihak
berkewenangan dapat dengan diberlakukannya secara
bertingkat ataupun atas hasil musyawarah pihak-pihak
terkait.
4.      Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan layanan ADVO mengikuti tahap-tahap
kegiatan yang dapat berlanjut atau kembali ke belakang sesuai
dengan kemajuan yang dicapai lamanya waktu tidak dapat
ditetapkan dalam minggu atau hari apalagi jam. Waktu dan
tempat kegiatan layanan ADVO bervariasi disesuaikan dengan
kedudukan pihak terkait dan kesempatan yang tepat bagi
konselor melaksanakan tugasnya. Pemanfaatan waktu dan
tempat ini merupakan bagian dari kepiawaian konselor dalam

33
mengaplikasikan pendekatan, strategi dan teknik serta
sekaligus seni konselor dalam menangani masalah klien.

d. Keterkaitan Kegiatan Pendukung

a. Keterkaitan Jenis Layanan Lainnya

Spektrum layanan ADVO berkenaan dengan pihak-pihak terkait dengan


materinya yang cukup luas dan bervariasi.Layanan orientasi dan layanan informasi
dapat dijadikan sebagai “sub-layanan” atau layanan pendamping untuk membantu
konselor dalam memperoleh berbagai data aktual dan informasi yang
diperlukan.Layanan penempatan dan penyaluran serta layanan penguasaan konten
dapat membantu konselor mengarahkan klien yang hak-haknya dirampas ke arah hal-
hal yang dapat mengkompensasi kegiatan atas dirampasnya hak-hak tersebut.

Layanan konseling perorangan dan bimbingan kelompok yang dilakukan


terutama terhadap klien dapat menyiapkan klien menghadapi dampak dirampasnya
hak-haknya itu. Layanan konsultasi diselenggarakan untuk membina hubungan dan
peranan pihak tertentu terhadap pihak lainnya, pihak orang tua terhadap klien yang
tidak lain adalah anak orang tua tersebut. Layanan mediasi untuk mempertemukan
pihak satu dan pihak lainnya yang mungkin dalam satu dan lain hal berseberangan.
Semua hasil “sub-layanan” tersebut diharapkan dapat memperlancar proses layanan
ADVO menuju hasil akhir, yaitu diraihnya kembali hak-hak klien sebagaimana
diharapkan.

b. Karakteristik Kegiatan Pendukung

1. Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data

34
Data yang diperoleh dari aplikasi instrumentasi dan himpunan data memberikan data
kepada konselor yang berguna untuk memperkuat layanan ADVO.

2. Konferensi Kasus

Dalam layanan ADVO dapat diselenggarakan konferensi kasus untuk membicarakan


secara lebih terkoordinasi masalah klien dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkat.

3. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilaksanakan terutama terhadap keluarga klien untuk memperoleh


informasi yang lebih lengkap terhadap klien dan keluarganya serta kondisi-kondisi
umum keluarga dan lingkungannya, sepanjang informasi itu terkait dengan masalah
klien.

4. Tampilan Kepustakaan

Tampilan kepustakaan untuk melengkapi informasi tentang hubungan klien


(khususnya yang sedang menjadi fokus layanan). Tampilan kepustakaan ini dapat
berlangsung sepanjang proses layanan.

5. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus dilaksanakan terarah kepada ahli selain konselor terhadap
permasalahan hak klien agar masalah klien itu terselesaikan lebih tuntas.

e. Operasionalisasi Layanan (SPO)

Layanan ADVO cukup kompleks dengan pihak-pihak terkait dan materi


pembahasannya yang bervariasi dan dapat berkembang ke berbagai arah. Oleh
karenanya, pelaksanaan layanan akan lebih memakan pemikiran, upaya dan
kerjasama semua pihak agar tercapai hasil yang optimal.

1. Perencanaan

35
SATLAN layanan ADVO, selain berisi identifikasi klien secara lengkap
beserta masalah dan kondisi awal dirinya, juga secara komprehensif memuat materi
dasar dan pengembangannya dan hubungannya dengan pihak-pihak terkait. Rencana
layanan ini juga membuka keyakinan diselenggarakannya berbagai “sub-layanan”
sebagaimana dikemukakan di atas untuk mengoptimalkan proses dan hasil.

2. Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Layanan

Setelah rencana yang bersifat terbuka dan komprehensif dipersiapkan,


sebelum layanan ADVO secara nyata diwujudkan dilapangan terlebih dahulu diatur
dan diorganisasikan segenap unsur materi dan sarana, pihak-pihak terkait dan urusan
administrasinya, waktu dan tempat, serta aspek terkait operasional lainnya secara rapi
demi kelancaran pelaksanaan layanan. Pengaturan dan organisasi seperti itu setiap
kali disesuaikan dan dibangun kembali sesuai dengan kemajuan, hasil, dan keperluan
objektif pada tahap kemajuan layanan.

3. Pelaksanaan layanan

Rencana dan sarana awalnya yang telah disiapkan itu dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kelancaran dan keberhasilan layanan.Selama layanan berlangsung
pengorganisasian dan pengaturan kembali segala sesuatunya dapat dilakukan.

4. Penilaian

Penilaian terhadap hasil dan proses layanan dilakukan sesuai dengan tahap-
tahap pelaksanaan. Penilaian ini bersifat progresif tahap demi tahap sampai dengan
penilaian akhir.Penilaian diorientasikan pada sampai berapa jauh hak-hak klien yang
ditangani melalui layanan ADVO dapat dikembalikan secara penuh kepada klien.

5. Tindak Lanjut

Tindak lanjut dilakukan sesuai dengan hasil penilaian secara progresif pada
setiap tahap layanan.Demikian pula laporan yang dibuat, dapat dibuat berupa laporan

36
per tahap kegiatan dan/ atau laporan lengkap pada akhir keseluruhan layanan, sesuai
dengan keperluannya.

Kegiatan layanan ADVO diakhiri dengan disusunnya LAPELPROG (Laporan


Pelaksanaan Program) yang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan
keperluannya.[2]

BAB III
PENUTUP

37
3.1 Kesimpulan
Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan
kepada konsulti dengan tujuan memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara
yang perlu dilaksanakan konsulti dalam rangka membantu terselesaikannya masalah
yang dialami pihak ketiga (konseli yang bermasalah).

Tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti dengan kemampuannya dapat


menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami pihak ketiga serta bermaksud
mengentaskan masalah yang dialami pihak ketiga.

Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor


terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan
kecocokan.Ketidakcocokan itu menjadikan mereka saling berhadapan, saling
bertentangan, saling bermusuhan.Pihak-pihak yang berhadapan itu jauh dari rasa
damai, bahkan mungkin berkehendak saling menghancurkan. Keadaan yang demikian
itu akan merugikan kedua pihak (atau lebih). Dengan layanan mediasi konselor
berusaha mengantarai atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka
menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang merugikan semua
pihak.

Layanan mediasi (MED) pada umumnya bertujuan agar tercapai kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien, yaitu pihak-pihak yang
berselisih. Secara Khusus Layanan mediasi bertujuan agar terjadi perubahan atas
kondisi awal yang negative (bertikai atau bermusuhan) menjadi kondisi baru
(kondusif dan bersahabat)   dalam hubungan antara dua belah pihak yang bermasalah.
Terjadinya perubahan kondisi awal yang cenderung negatif kepada kondisi yang lebih
positif .

Dalam layanan mediasi terdiri dari tiga komponen yakni konselor, klien dan
masalah klien. Dan asas-asa yang terdapat di dalam layanan mediasi ada lima yanki
asas kerahasiaan, keterbukaan, kesukarelaan, kekinian, dan kemandirian. Namun ada

38
juga asas lain yang mendukung yakni kegiatan, kedinamisan,keterpaduan,
kenormatifan, keahlian alih tangan kasus, dan tut wuri handayani. Dalam layanan
mediasi pendekatan yang digunakan yaitu saya OKE, kamu juga OKE, komunikasi
secara dewasa, pendekatan Komperhensif, pendekatan realistik, bermoral dan
bertanggungjawab.Strategi yang digunakan dalam layanan mediasi yakni Strategi
BMB3 dengan teknik umum dan teknik Khusus.Dalam layanan mediasi juga ada
kegiatan pendukung yang berkaitan dan operasionalisasi layanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 2008. Jenis-jenis layanan dalam BK.

Diakses melalui :https://www.konselingindonesia.com/read

39
Rissa, yuliana. 2016. Konsep dasar layanan advokasi.

Diakses melalui :http://ichaskh.blogspot.com

Susanto, hadi 2016.Bimbingan dan Konseling

Diakses melalui :https://baganabiyasa.wordpress.com

Tajri, imam, dkk. 2012. Model bimbingan kelompok dengan teknik fun game untuk
mengurangi kecemasan berbicara didepan kelas. Semarang.

Prof, Dr. Prayitno. 2012. Jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling. Padang:


Foto Coppy.

Dr, Tohirin, M.Pd. 2012.Bimbingan dan konseling.Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Elfi Mu’awana dan Rifa Hidayah.Bimbingan konseling islam disekolah


dasar. Jakarta: Sinar grafika offset.

Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud.

http://vhadle.blogspot.co.id/2013/03/layanan-mediasi.html di akses tanggal 23-10-


2015 

 http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0180/18e6fb19.dir/doc.p
df

http://bksmansata.blogspot.com/p/layanan-bk.html

40

Anda mungkin juga menyukai