Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rizka Mawaddah

Npm : 176510803
Kelas : 6B
Mapel : Evolusi
Materi: Runtuhnya Teori Evolusi

Berakhirnya Teori Evolusi Darwin

Tidak sedikit orang yang sampai saat ini membicarakan dan memperdebatkan
mengenai teori evolusi ini. Berbicara mengenai teori evolusi, kita akan langsung teringat akan
seorang naturalis Inggris yaitu Charles Robert Darwin orang yang mengedepankan teori
evolusionernya, meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan
yang sama dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya.
Darwin memiliki minat dan ketertarikan yang cukup besar terhadap alam dan
makhluk hidup. Karena ketertarikannya itulah mendorongnya secara sukarela bergabung
dengan sebuah ekspedisi di atas kapal bernama HMS Beagle yang berangkat dari inggris
pada tahun 1832 dan melakukan perjalanan keberbagai daerah di dunia selama lima tahun.
Darwin muda sangat terkesan oleh berbagai spesies hidup, terutama oleh burung yang dia
lihat di Kepulaun Galapagos. Dia berpikir bahwa variasi paruh mereka disebabkan oleh
adaptasi mereka terhadap habitat mereka. Dengan pemikiran ini dia menduga bahwa asal usul
kehidupan dan spesies terletak pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Darwin
menyebut proses ini “evolusi melalui seleksi alam”. Dia pikir dia telah menemukan “asal usul
spesies” yaitu asal usul satu spesies adalah spesies lain. Seleksi alam adalah ide sederhana
yang menyentuh hati orang-orang Victoria. Gagasan Darwin tentang seleksi alam, yang
memiliki banyak kesamaan dengan ide-ide para filsuf dunia, jatuh di tanah subur pada tahun
1859 ketika The Origin of Species pertama kali diterbitkan. Namun Darwin sadar betul bahwa
teorinya menghadapi banyak masalah dan dia mengakui itu dalam bukunya di bab “Kesulitan
Teori”. Kesulitan-kesulitan ini terutama terdiri dari rekaman fosil, organ kompleks makhluk
hidup yang tidak mungkin dijelaskan secara kebetulan (misalnya mata), dan naluri makhluk
hidup.
Teori Darwin memasuki krisis mendalam karena hukum genetika yang ditemukan
pada kuartal pertama abad ke-20 yaitu Gregor Mendel. Namun demikian, sekelompok ilmuan
yang bertekad untuk tetap loyal kepda Darwin berusaha keras untuk memberikan solusi.
Mereka menanamkan teori baru yaitu “Teori Evolusi Sintas Modern”, yang dirumuskan
dengan menambahkan konsep mutasi ke tesis seleksi alam Darwin sehingga dalam waktu
singkat teori ini kemudian dikenal sebagai “neo-Darwinisme”. Pada teori ini mereka
mencoba untuk membuktikan bahwa organisme hidup pertama bisa berasal secara kebetulan
di bawah kondisi terestrial primitif ke spesies maju. Akan tetapi teori Neo-Darwinis juga
dikalahkan oleh catatan fosil. Karena tidak adanya bentuk peralihan yang seharusnya
menunjukkan evolusi bertahap organisme hidup spesies primitif ke spesies maju seperti yang
dinyatakan teori ini. Akan tetapi bagi mereka yang tetap mempertahankan teori ini
menyatakan bahwa adanya Missing Link sebagai upaya membenarkan imajinasi mereka, yang
akan di temukan suatu hari nanti atau di masa depan.
Mengapa Darwinisme runtuh ?
Darwinisme runtuh karena terlepas dari semua bangunan penopangnya. Seleksi alam
dibagun berdasarkan asumsi yang sama sekali tidak dapat dipertahankan bahwa semua
organisme setiap saat dan semua tempat berupaya memaksimalkan jumlah keturunannya.
Berbagai asumsi-asumsi yang tidak masuk akal dan palsu diperkenalkan. Untuk menjelaskan
spesies kita sendiri yang katanya berevolusi dari nenek moyang berupa kera saja Darwinisme
telah gagal total. Karena tidak ada catatan fosil yang membuktikan kebenaran bahwa manusia
berasal dari nenek moyang berupa kera. Teori yang cacat tidak dapat membuat prediksi yang
realistis. Seperti yang diketahui, Darwin meramalkan secara keliru “keturunan dengan
modifikasi” terjadi dalam cara yang sangat lambat namun berkelanjutan dan bahwa spesies
baru menggantikan spesies yang lebih tua, bahwa kepunahan bentuk-bentuk lama adalah
konsekuensi yang hampir tidak terhindarkan dari produksi bentuk-bentuk baru. Merujuk pada
ramalan Darwin yang mengatakan keturunan dengan modifikasi yang dinyatakannya sebagai
akibat dari semua organisme yang diturunkan dari satu nenek moyang yang hidup di masa
lalu dan membentuk spesies baru sehingga menyebabkan tingginya keanekaragaman
makhluk hidup yang kita lihat sekarang ini memanglah keliru dan tidak berdasar. Bagaimana
bisa manusia merupakan hasil dari keturunan dengan modifikasi dari nenek moyang berupa
kera ? Sedangkan Darwin juga meramalkan spesies baru menggantikan spesies yang lebih
tua. Nah dari poin ini sudah jelas ramalan Darwin ini keliru. Dapat kita lihat sampai saat ini
kera masih hidup dan berkembangbiak, jika manusia merupakan hasil evolusi dari nenek
moyang berupa kera seharusnya kera tidak ada lagi saat ini.
Selain itu seorang penulis dan kreasionis Islam yaitu Harun Yahya dengan berani
menentang teori evolusi Darwin. Harun Yahya dalam bukunya yaitu Runtuhnya Teori
Evolusi dalam 20 Pertanyaan (The Collapse of the Theory of Evolution in 20 Questions),
terdapat berbagai pertanyaan diantaranya :
1. Mengapa teori evolusi tidak absah secara ilmiah ?
2. Bagaimana keruntuhan teori evolusi membuktikan kebenaran penciptaan ?
3. Berapakah usia umat manusia di bumi ini ? Mengapa ini bukan faktor pendukung
teori evolusi ?
4. Mengapa teori evolusi bukanlah “dasar ilmu biologi” ?
5. Mengapa adanya beragam ras bukan bukti kebenaran evolusi ?
6. Mengapa pertanyaan “ genom manusia 99% sama dengan genom kera tidak benar,
dan hal ini membuktikan bahwa evolusi tidaklah benar ?
7. Mengapa pertanyaan bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung adalah mitos tidak
ilmiah ?
8. Pemalsuan ilmiah apakah yang menjadi dasar bagi mitos “embrio manusia memiliki
insang” ?
9. Mengapa anggapan “kloning membuktikan kebenaran evolusi” adalah suatu tipuan ?
10. Mungkinkah makhluk hidup berasal dari angkasa luar ?
11. Mengapa teori evolusi tidak diperkeruh oleh usia bumi yang sudah empat miliar
tahun ?
12. Mengapa gigi graham bungsu bukanlah bukti kebenaran evolusi ?
13. Bagaimana teori evolusi diruntuhkan oleh struktur yang kompleks pada makhluk
paling purba ?
14. Mengapa menyangkal teori evolusi disamakan dengan menolak perkembangan dan
kemajuan ?
15. Mengapa berpikir bahwa tuhan menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi
adalah salah ?
16. Mengapa anggapan “di masa depan kebenaran teori evolusi akan terbukti” adalah
salah ?
17. Mengapa peristiwa metamorfosis bukanlah bukti kebenaran teori evolusi ?
18. Mengapa DNA tidak dijelaskan sebagai sebuah “kebetulan” ?
19. Mengapa kekebalan bakteri terhadap antibiotik bukanlah contoh peristiwa evolusi ?
20. Hubungan apakah yang terdapat antara penciptaan dengan ilmu pengetahuan ?
Kita akan mengulas beberapa pertanyaan mengenai runtuhnya teori evolusi ini, yaitu
mengapa pertanyaan “genom manusia 99% sama dengan genom kera” tidak benar, dan hal ini
membuktikan bahwa evolusi tidaklah benar. Banyak sumber-sumber evolusionis yang dari
waktu ke waktu menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kesamaan sebesar 99% pada
informasi genetis keduanya, dan bahwa ini adalah bukti evolusi. Pertanyaan evolusionis ini
terutama terpusat pada simpanse, dan menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat
dengan manusia, dan oleh karena itu terdapat hungan kekerabatan di antara keduanya.
Namun, ini adalah bukti palsu yang diajukan kaum evolusionis yang memanfaatkan
ketidaktahuan orang awam akan masalah ini. Dalam setiapa bahan bacaan evolusionis, ada
kalimat semacam “kita 99% sama persis dengan simpanse” atau “hanya 1% DNA yang
menjadikan kita manusia”. Walaupun belum ada perbandingan yang pasti antara genom
manusia dan simpanse, ideologi Darwinis mendorong mereka untuk percaya bahwa terdapat
sangat sedikit perbedaan di antara kedua spesies itu. Sebuah studi di tahun 2002
mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini sepenuhnya tidak benar.
Manusia dan simpanse tidaklah 99% sama. Kesamaan genetis ternyata tidak sampai 95%.
Terdapat perbedaan yang lebih banyak antara simpanse dan manusia. Selain itu DNA
manusia juga serupa dengan DNA ayam, cacing dan nyamuk. Analisa genetis yang
diterbitkan dalam New Scientist telah mengungkapkan 75% kesamaan antara DNA cacing
nematoda dan DNA manusia dan hasil perbandingan antara gen lalat buah genus Drosophila
dengan gen manusia menunjukkan kesamaan sebesar 60%.
Sebab timbulnya kesamaan merupakan satu rancangan untuk semua. Tentu saja wajar
apabila tubuh manusia memiliki kesamaan molekuler dengan makhluk hidup lainnya, karena
molekul penyusun tubuh makhluk hidup adalah sama, air dan udara yang dikonsumsi adalah
sama, makanan makhluk hidup tersusun dari molekul yang sama. Tentu saja, metabolisme
makhluk hidup, dan dengan begitu sekaligus susunan genetisnya akan serupa satu sama lain.
Akan tetapi hal ini bukan bukti bahwa makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang.
“Kesamaan materi” ini bukan hasil proses evolusi, melainkan hasil “kesamaan
rancangan”, yaitu makhluk hidup diciptakan berdasarkan satu rancangan yang sama. Untuk
menjelaskan hal ini, maka diberikan satu contoh yaitu semua bangunan di dunia ini terbuat
terbuat dari bahan yang serupa (batu-bata, besi, semen, dst). Akan tetapi, tidak berarti satu
bangunan berevolusi dari bangunan lainnya. Bangunan-bangunan ini dibangun secara
terpisah dengan menggunakan bahan yang sama. Demikian pula dengan makhluk hidup.
Makhluk hidup tidak tercipta sebagai hasil peristiwa-peristiwa kebetulan tanpa disengaja,
seperti pernyataan teori evolusi, tetapi merupakan hasil ciptaan Tuhan yang Mahakuasa, Sang
Pemilik pengetahuan dan kearifan yang tak terhingga.
Selanjutnya pertanyaan mengenai mungkinkah makhluk hidup berasal dari angkasa
luar ? Seiring dengan runtuhnya pernyataan bahwa peristiwa kebetulan merupakan penyebab
terjadinya kehidupan, serta semakin disadarinya bahwa kehidupan ini “direncanakan”,
beberapa ilmuan mulai mencari asal usul makhluk hidup di luar angkasa. Ilmuan terkenal
yang mencetuskan hal ini adalah Fred Hoyle dan Chandra Wickramasinghe. Keduanya
membuat skenario yang isinya menyatakan adanya suatu kekuatan yang “menyemai benih”
kehidupan di angkasa. Menurut skenario ini, benih-benih kehidupan tersebut dibawa
mengarungi kehampaan angkasa oleh awan-awan gas atau debu, atau mungkin oleh asteroid,
dan akhirnya sampai ke bumi. Dan makhluk hidup pun dimulai di sini. Kunci pengujian atas
pernyataan bahwa “kehidupan bermula di angkasa luar” terletak dalam penelitian meteor-
meteor yang mencapai bumi serta gumpalan gas dan debu di angkasa luar. Hingga saat ini
belum ditemukan bukti akan adanya benda angkasa yang mengandung makhluk luar bumi
yang akhirnya memulai kehidupan di bumi.
Pernyataan yang mengatakan bahwa asal usul kehidupan mungkin saja berasal dari
angkasa luar, atau bahkan “ekstra-teresterial”, hanyalah merupakan fiksi ilmiah belaka. Tidak
ada cukup bukti ilmiah yang mendukungnya, dan berbagai berita atau ulasan hanya berisi
dugaan bahwa “hal itu mungkin saja”. Sebenarnya skenario tersebut adalah mustahil. Bahkan
bila kita beranggpan bahwa sebagian senyawa organik dibawa ke bumi oleh meteor, fakta
kimiawi, fisika dan matematika menunjukkan bahwa senyawa tersebut tidak mungkin dapat
menyebabkan kemunculan kehidupan dengan sendirinya. Praduga bahwa kehidupan di bumi
diciptakan oleh “ekstra-teristerial” (sesuatu yang berasal dari angkasa luar) hanyalah
merupakan tipu muslihat evolusionis, yang berupaya mengingkari keberadaan Tuhan, karena
kehidupan tidak dapat dijelaskan oleh faktor kebetulan. Tetapi semua itu tetap saja percuma,
karena pendapat mengenai “ekstra terestrial” ini justru mundur selangkah, kembali
kepertanyaan “siapa yang menciptakan makhluk ekstra-terestrial ?” nalar dan ilmu
pengetahuan menuntun kita ke arah wujud yang mutlak, yang menciptakan kita dan semua
makhluk hidup, walaupun Dia sendiri tidaklah diciptakan, dan kekal-abadi. Dialah Tuhan,
Sang Maha Pencipta.
Selain itu Harun Yahya dalam bukunya yang berjudul The Collapse Of The Theory Of
Evolution In 50 Themes juga menjelaskan tentang isu-isu teori evolusi oleh para evolusionis
yang penuh kekeliruan dan tipu muslihat. Teori evolusi menyatakan bahwa transisi dari satu
spesies ke spesies lain terjadi dari primitif (sederhana) ke yang lebih kompleks secara
progresif, dan secara bertahap. Menurut klaim ini, makhluk aneh dan mengerikan yang
dikenal sebagai “bentuk peralihan” pasti ada selama perkembangan ini dari satu spesies ke
spesies lainnya. Salah satu contohnya, ketika para evolusionis menyatakan bahwa ikan
berevolusi menjadi amfibi, pasti ada makhluk setengah ikan dan setengah amfibi dalam
bentuk kehidupan. Jika spesies transisi semacam itu benar-benar ada, maka sisa-sisa mereka
harusnya ditemukan dalam catata fosil.
Pada saat itu, evolusionis biasa menggambarkan Coelecanth, seekor ikan yang hanya
diketahui dari fosil yang berasal dari 400 juta tahun lalu, sebagai bukti yang sangat kuat
tentang bentuk peralihan antara ikan dan amfibi. Karena diansumsikan bahwa spesies ini
telah punah 70 juta tahun yang lalu. Namun, pada 22 Desember 1938, seekor Coelecanth
yang hidup ditangkap di perairan Samudra Hindia dan lebih dari 200 spesimen hidup lainnya
telah tertangkap pada tahun-tahun berikutnya. Semua spekulasi tentang ikan ini tidak
mendasar. Bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh para evolusionis, Coelecanth
bukanlah vertebrata dengan setengah ikan dan setengah amfibi yang bersiap untuk muncul ke
daratan. Sebenarnya itu adalah ikan yang hidup di dasar yang hampir tidak pernah naik di
atas kedalaman 180 meter (590 kaki). Selain itu, tidak ada perbedaan anatomi antara
spesimen Coelecanth yang hidup dan fosil berusia 400 juta tahun. Makhluk ini tidak pernah
“berevolusi” sama sekali.
Selain itu, juga ada pernyataan evolusionis mengenai burung yang berevolusi dari reptil
dan bahkan penipuan Darwinisme yang paling unggul adalah pernyataan bahwa manusia
berevolusi dari makhluk hidup kera, klaim yang dibebankan pada imajinasi populer melalui
begitu banyak gambar dan model imajiner demi meyakinkan kita bahwa evolusi kera ke
bentuk manusia itu benar adanya. Faktanya, tidak ada bukti bahwa manusia kera seperti itu
pernah hidup. Australopithecus umumnya digambarkan sebagai nenek moyang manusia yang
paling awal saat ini, pada kenyataannya adalah spesies kera yang punah tidak begitu jauh
berbeda dari simpanse. Klasifikasi seperti Homo erectus, Homo sapiens neanderlatensis dan
Homo sapiens kuno yang mengikuti Australopithecus dalam apa yang disebut silsilah
manusia, sebenarnya adalah ras manusia yang berbeda.
Hampir semua kategori kehidupan dasar yang dikenal saat ini muncul secara tiba-tiba
dan pada saat yang sama, selama Periode Kambria 530 hingga 520 juta tahun yang lalu.
Organisme hidup dengan struktur tubuh yang sangat berbeda, seperti sepon, moluska, cacing,
Echinodermata, arthropoda dan vertebrata, semuanya muncul tiba-tiba tanpa bentuk
kehidupan yang mirip dengan mereka pada periode geologis sebelumnya. Tapi bukan berarti
terjadinya “generasi spontan” yang menyatakan zat-zat mati secara kebetulan atau tiba-tiba
dapat menghasilkan makhluk hidup. Fakta yang telah disampaikan ini saja benar-benar
merusak pernyataan evolusionis bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu nenek moyang
yang sama secara bertahap dan selama periode waktu yang sangat lama. Fakta bahwa bumi
tiba-tiba dipenuhi dengan banyak sekali spesies, semuanya memiliki struktur fisik yang
sangat berbeda dan organ yang sangat kompleks menunjukkan bahwa ini tentu saja
diciptakan. Karena para evolusionis menyangkal penciptaan dan keberadaan Tuhan, mereka
tidak dapat dengan pasti menjelaskan fenomena ajaib ini.

Anda mungkin juga menyukai