Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

SOLUSI ALTERNATIF TERHADAP BERBAGAI PERMASALAHAN


YANG TERKAIT DENGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI INDONESIA

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Disusun Oleh :

Helena Erianita
(176910203)

MATA KULIAH :
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DOSEN PEMBIMBING :
ELVINA, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU,2019
Problem Pendidikan Multikultural di Indonesia

Penerapan pendidikan multikultural di Indonesia masih mengalami


berbagai hambatan atau problem. Problem pendidikan multikultural di Indonesia
memiliki keunikan yang tidak sama dengan problem yang dihadapi oleh negara
lain.

1. Problem Kemasyarakatan Pendidikan Multikultural Di Indonesia


a. Keragaman identitas budaya daerah

Masalah:

Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik.


Keragaman budaya daerah memang memperkaya khasanah budaya dan
menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multikultural. Namun kondisi neka-budaya itu sangat berpotensi
memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan
kecembururuan sosial. Msalah ini muncul jika tidak ada komunikasi
antar budaya daerah. Tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada
berbagai kelompok budaya lain justru dapat menjadi konflik dan
menghambat proses pendidikan multikultural.

Solusi:

Dalam mengantisipasi hal ini, keragaman yang ada harus


diakui sebagai sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan tumbuh
sewajarnya. Selanjutnya diperlukan suatu manajemen konflik agar
potensi konflik dapat terkoreksi secara dini untuk ditempuh langkah-
langkah pemecahannya, termasuk di dalamnya melalui pendidikan
multikultural. Dengan adanya pendidikan multikultural itu diharapkan
masing-masing warga daerah tertentu bisa saling mengenal,
memahami, menghayati dan bisa saling berkomunikasi.

1
b. Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah

Masalah:

Sejak dilanda arus reformasi dan demokratisasi, Indonesia


dihadapkan para beragam tantangan baru yang sangat kompleks. Salah
satu di antaranya yang paling menonjol adalah persoalan budaya.
Dalam arena budaya, terjadinya pergeseran kekuatan dari pusat ke
daerah membawa dampak besar terhadap pengakuan budaya lokal dan
keragamannya.

Solusi:

Diperlukannya konsep “putra daerah” untuk menduduki pos-


pos penting dalam pemerintahan agar putra-putra daerah itu ikut
memikirkan dan berpartisipasi aktif dalam membangun daerahnya.
Harapannya tentu adalah asas kesetaraan dan persamaan. Serta
penerapan pendidikan multikultural merupakan sesuatu yang urgen
untuk mengurai pandangan-pandangan yang sempit mengenai isu
kedaerahan sehingga timbul toleransi dan harmonisasi.

c. Fanatisme sempit

Masalah:

Fanatisme dalam arti luas memang diperlukan. Namun yang


salah adalah fanatisme sempit, yang menganggap bahwa kelompoknya
yang paling benar, paling baik dan kelompok lain harus dimusuhi.
Gejala fanatisme sempit yang banyak menimbulkan korban ini banyak
terjadi di masyarakat.

Solusi:

Penerapan pendidikan multikultural sangat penting sebagai


wahana peredam fanatisme sempit. Karena di dalam pendidikan

2
multikultural terkandung ajaran untuk menghargai seseorang atau
kelompok lain walaupun berbeda suku, agama, rasa atau golongan.

d. Kesejahteraan ekonomi yang tidak merata di antara kelompok


budaya

Masalah:

Kejadian yang nampak bernuansa SARA seperti Sampit


beberapa tahun yang lalu setelah diselidiki ternyata berangkat dari
kecemburuan sosial yang melihat warga pendatang memiliki
kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dari warga asli. Jadi
beberapa peristiwa di tanah air yang bernuansa konflik budaya ternyata
dipicu oleh persoalan kesejahteraan ekonomi. Orang akan dengan
mudah terintimidasi untuk melakukan tindakan yang anarkis ketika
himpitan ekonomi mendera mereka. Mereka akan menumpahkan
kekesalan mereka pada kelompok-kelompok mapan dan dianggap
menikmati kekayaan yang dia tidak mampu meraihnya.

Solusi:

Diperlukannya penerapan pendidikan multikultural, karena


dapat mendidik seseorang untuk berperilaku menurut aturan yang
berlaku, dapat mengajarkan perbedaan-perbedaan yang dijumpai di
masyarakat karena di masyarakat terdiri dari beragam lapisan, serta
pendidikan multikultural dapat mengajarkan kita untuk saling
menghormati dan menghargai satu sama lain, tidak peduli dari lapisan
mana seseorang itu berasal.

2. Hambatan-hambatan dalam Impementasi Pendidikan Multikultural

Mengimplementasikan pendidikan multikultural di sekolah


mungkin saja akan mengalami hambatan atau kendala dalam

3
pelaksanaannya. Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian dan
sejak awal perlu diantisipasi antara lain sebagai berikut.

a. Perbedaan Pemaknaan terhadap Pendidikan Multikultural

Masalah:

Perbedaan pemaknaan akan menyebabkan perbedaan dalam


mengimplementasikannya. Multikultural sering dimaknai orang hanya
sebagai multi etnis sehingga bila di sekolah mereka ternyata siswanya
homogen etnisnya, maka dirasa tidak perlu memberikan pendidikan
multikultural pada mereka. Padahal pengertian pendidikan
multikultural lebih luas dari itu.

Solusi:

Perlunya pengejaran konsep bawa pendidikan multikultural


tidak lagi semata-mata terfokus pada perbedaan etnis yang berkaitan
dengan masalah budaya dan agama, tetapi lebih luas dari itu.
Pendidikan multikultural mencakup arti dan tujuan untuk mencapai
sikap toleransi, menghargai keragaman, dan perbedaan, menghargai
HAM, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menyukai hidup
damai, dan demokratis. Jadi, tidak sekadar mengetahui tata cara hidup
suatu etnis atau suku bangsa tertentu.

b. Munculnya Gejala Diskontinuitas

Masalah:

Dalam pendidikan multikultural yang sarat dengan nilai-nilai


kemanusiaan dan kebersamaan sering terjadi diskontinuitas nilai
budaya. Peserta didik memiliki latar belakang sosiokultural di
masyarakatnya sangat berbeda dengan yang terdapat di sekolah

4
sehingga mereka mendapat kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan
sekolah.

Solusi:

Ditugaskannya sekolah untuk mengembangkan kemungkinan


terjadinya kontinuitas dan memeliharanya, serta berusaha
menyingkirkan diskontinuitas yang terjadi. Selain itu, berbagai unsur
pelaku pendidikan di sekolah, baik itu guru, kepala sekolah, staf,
bahkan orangtua dan tokoh masyarakat perlu memahami secara
seksama tentang latar belakang sosiokultural peserta didik sampai pada
tipe kemampuan berpikir dan kemampuan menghayati sesuatu dari
lingkungan yang ada pada peserta didik.

5
DAFTAR RUJUKAN

Iis, Arifudin. 2007. Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah.


Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 12 No.2. Online.
file:///C:/Users/hp/Downloads/252-Article%20Text-493-1-10-
20150303%20(1).pdf. Diakses pada tanggal 10 September 2019.

Sutarno. 2008. Pendidikan Multikultural. Jakarta : Departemen Pendidikan


Nasional.

Anda mungkin juga menyukai