Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU ALAMIAH DASAR DALAM


KEHIDUPAN

DI SUSUN OLEH :

NURMIATI (732286201062)

ANITA (732286201061)

Dosen pengampu :Asyah Suryani, M.S.I

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH ENREKANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATAN PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SAW. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunuanya sehingga kami dapat menyusun Makala ini dengan
baik dn tepat pada waktunya, dalam Makala ini kami membahas mengenai “konsep
dasar ilmu alamia dasar dalam kehidupan”.

Makala ini di buat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan Makala ini.Oleh karna
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.

Kami menyadarih bahwa masi banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karna itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik kontruktif dari pembaca sagat diharapkan unutuk
menyempurnakan malakah selanjutnya.

Akhir kata semoga Makala ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Enrekang, 31 Maret 2023

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A.Latar belakang....................................................................................
B.Rumusan masala.................................................................................
C.Tujuan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A.Defenisi ilmu alamia dasar.................................................................
B.Kedudukan ilmu alamia dasar............................................................
C.Ruang limgkup ilmu alamia dasar......................................................
D.Sejarah ilmu alamiah dasar................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................
A.Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Metode ilmiah tidak dapat memberikan nilai atau moral suatu keputusan. Manusia
pemakai Ilmu Alamiah lah yang menilai apakah hasil Ilmu Alamiah itu baik atau
sebaliknya. Ilmuwan yang bekerja dalam penemuan energi nuklir,zat antibiotika dan lain-
lain tidak dapat menyatakan apakah penemuannya baik atau jelek. Tiap orang harus
menentukan sendiri. Jika seorang ilmuwan berbicara tentang moral energi nuklir
memiliki bobot yang lebih daripada orang umum, karena dia lebih tahu banyak akibat
kerusakan yang ditimbulkan oleh energi nuklir apabila dipakai perang.

Tetapi pendapat itu adalah pendapat pribadi yang dimiliki bersumber dari agama
atau lainnya. Ilmu Alamiah tidak dapat menilai hal lain, misalnya tentang cinta,
keindahan, kejahatan, kebahagiaan, kebaikan, kebebasan, harta benda, yang merupakan
nilai kemanusiaan yang tidak dapat dijangkau oleh Ilmu Alamiah. Penelitian tentang cinta
dan pengaruh cinta terhadap manusia mungkin dapat dilakukan, tetapi tidak menemukan
bahwa cinta itu indah, dan tidak dapat menilai tentang baik buruknya apa yang dilakukan
manusia, bila dapat menilai itu bukan merupakan penelitian ilmiah.

Selanjutnya juga kita tidak dapat mengharapkan semua kehidupan ini bersifat
ilmiah, karena manusia memiliki banyak segi. Tetapi masih mungkin bila mengharapkan
orang-orang berpikir secara ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang empiris.
Sekali lagi hendaknya diyakini bahwa Ilmu Alamiah tidak dapat memberikan pedoman
menentukan nilai atau moral dalam hidup ini.Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
tertarik untuk memberikan pemahaman Ilmu Alamiah Dasar.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan masalah-
masalah yang akan di bahas di Makala ini sebagai batasan dalam pembahasan dalam bab isi ialah
sebagai berikuy:

1. Apa itu ilmu alamia dasar?


2. Apa kedudukan ilmu alamia dasar?
3. Apa saja ruang lingkup ilmu alamiah dasar?
4. Bagaimana sejarah ilmu alamiah dasar?

C. Tujuan

Tujuaan dari penyusunan Makala ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk megetahui defenisi ilmu alamiah dasar.


2. Untuk mengetahui kedudukan ilmu alamiah dasar.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu alamiah dasar.
4. Untuk mengetahui sejarah ilmu alamiah dasar

BAB II
PEMBAHASAN
A.Defenisi ilmu alamia dasar
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science)
merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta,
termasuk di muka bumi terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu alamiah dasar (IAD) hanya
mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.Sebenarnya kita
sudah tidak asing lagi dengan disiplin ilmu ini, karena dimana saja, dan kapan saja, serta
dalam bentuk apa saja.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang gejala alam semesta, termasuk yang
terjadi di muka bumi ini. Ilmu Alamiah Dasar dapat juga di katakan sebagai konsep awal
terbentuknya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan semua turunannya, seperti Biologi,
Fisika, dan Kimia.

IAD bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan kemajuan peradaban
manusia. Menurut Abdulah Aly dan Eny Rahmah (2006:V) “Ilmu Alamiah Dasar
merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan teknologi”. Sehingga terbentuklah sebuah konsep dan
prinsip serta metode ilmiah yang di dasarkan pada :

a) Penemuan Masalah, dimana adanya suatu masalah yang kita temukan secara
empiris membuaita mulai memikirkan secara radikal. Untuk menemukan
bagaimana memecahkan masalah tersebut dengan menetapkan ruang lingkup serta
batasan yang  jelas dengan begitu  akan dapat memudahkan kita mencari
pemecahan atas permasalahan-permasalahan dalam merumuskan kerangka
permasalahanya
b) Perumusan kerangka permasalahan Dalam hal ini bertujuan untuk memberikan
(mendeskripsikan) masalah menjadi hal yang lebih jelas dari sebelumnya. Adapun
penekanan penting pada langkah kedua ini kita akan mengidentifikasikan faktor-
faktor yang terlibat dalam masalah tersebut sehingga akan terwujud (Nampak)
gejala-gelaja yang sedang kita tela’ah.
c) Hipotesis, Hipotesis Usaha ini memberikan penjelasan (jawaban) sementara yang
mengenai hubungan sebab akibat mengikat faktor-faktor pembentuk kerangka
masalah diatas. Dan pada hakikatnya hipotesis ini merupakan hasil sebuah
penalaran induktif – deduktif dengan menggunakan pengetahuan lampau yang
kita akui kebenarannya.
d) Eksperimen (Pengujian Hipotesis) , Pada bagian ini usaha untuk mengumpulkan
fakta-fakta telah didapat. Jika Fakta-fakta dalam dunia empiris maka telah teruji
kebenaran dari hipotesis tersebut, karena hal tersebut didasarkan pada fakta-fakta
nyata. Dan bila tidak terbukti, maka ipotesis akan ditolak sehingga akan
dikemukakan hipotesis lain sampai kita menemukan hipotesis tertentu yang
didukung oleh fakta-fakta. Karena dalam proses pembuktian hipotesis itu tidaklah
sangat mudah dan cepat.
e) Teori   Berbagai langkah  metode ilmiah telah dilakukan guna menemukan sebuah
teori. Secara luas teori ini dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritas
mengenai suatu gejala tertentu.

B.Kedudukan ilmu alamiah dasar

Ilmu alamiah dasar adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep dasar dari
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu alamiah dasar atau disebut IAD ini dapat dianalogikan
seperti pohon besar. Akar dan pohonnya sebagai ilmu alamiah dasar, sedangkan cabang-
cabangnya itulah bentuk dari pengembangan dari batang tersebut. Itulah gambaran secara
singkat kedudukan tentang ilmu alamiah dasar.

Ilmu alamiah dasar merupakan jurusan ilmu yang dapat digambarkan sebagai
akan pohon, sedangkan filsafat sebagai batang utama pohon tersebut. Ilmu lain seperti
bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan beberapa ilmu lain sebagai batang-batang cabangnya.
Setiap batang masih memiliki ranting-ranting kecil yang dapat menggambarkan sosiologi,
psikologi, antropologi, dan lain sebagainya sebagai cabang dari IPS. Dapat disimpulkan
bahwa IAD adalah akan dari segala ilmu yang ada dan berkembang di alam semesta ini.
C.Ruang lingkup ilmu alamiah dasar

Ilmu Alamiah Dasar (Basic Natural Science) merupakan ilmu pengetahuan


alam yang mengkaji prinsip esensial saja, sehingga ruang lingkup Ilmu Alamiah
Dasar (Basic Natural Science) secara garis besar meliputi:

a) Fisika (Physics),Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda


tidak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan –
perubahan yang bersifat sementara. Fisika secara klasik dibagi dalam
mekanika, panas, bunyi, cahaya, gelombang, listrik, magnit dan teknik
mekanik, teknik sipil, teknik listrik dan termasuk dalam lingkup besar
ilmu bumi dan antariksa.
b) Kimia(Chemistry),Suatu ilmu pngetahuan yang mempelajari benda
hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan –
perubahan yang bersifat tetap. Kimia secara gari besar dibagi menjadi
kimia anorganik dan kimia organik. Kedua bagian itu pada dasarnya
membahas dasar keseluruhan, kemudian diikuti dengan analisis
kualitatif dan kuantittif.
c) Biologi,(Biological Science)Ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan gejala – gejalanya.

D.Sejarah ilmu alamia dasar

Kata manusia dalam Alqur’an banyak ditemukan yang kesemuanya mempunyai


penafsiran yang berbeda-beda. Di antaranya adalah khalifah, al-insan, al-ins, annas, abdullah, al-
abdu, an-nafs, dan al-basyar. Sedangkan misi manusia diciptakan oleh Tuhannya adalah sebagai
khalifah, ibadah, dan imarah. Dalam dunia materialis manusia dapat disebut sebagai homo
educandum, homo educabel, homo faber,) homo sapiens, makhluk monodualis atau dwitunggal,
monopluralis, dan homo religius. Itulah kata yang menunjukkan bahwa persepsi tentang manusia
selalu ber tergantung dari afiliasi keilmuwan yang dimiliki oleh seseorang.

” kelihatannya kata itu merupakan suatu pepesan kosong, tetapi bisa jadi itu merupakan
suatu hal yang biasa). Seperti dijelaskan di muka bahwa rasa ingin tahu manusia terus
berkembang melalui pengamatan dan pengalaman indrawi sehingga mampu menemukan apa
yang diinginkannya, tetapi karena memang manusia adalah mahluk yang tidak mudah puas
dengan apa yang telah mereka ketahui bahkan sering menemukan jawaban-jawaban yang tidak
dapat menjadi problem solving dan tidak memuaskan dirinya. Pada zaman dulu sering mereka
mencoba mencari-cari jawaban dengan me-reka-reka bahasa untuk memuaskan dirinya terhadap
fenomena alam yang ditangkap pancaindra mereka. Misalnya apa petir itu? Sebenarnya mereka
tidak mampu menjawab atas pertanyaan itu, tetapi untuk kepuasan maka mereka mencoba
mencari-cari jawaban yang sekiranya dapat memuaskan baik bagi dirinya maupun orang lain,
sehingga mereka menjawab bahwa petir itu adalah cemeti malaikat maut yang mau mencabut
nyawa salah seorang di antara mereka. Dari jawaban tersebut muncul pengetahuan baru yaitu
malaikat.

Selanjutnya tentang pertanyaan mengapa bumi bergoyang-goyang? sekali lagi mereka


tidak mampu menjawab tapi dengan alasan kepuasan mereka menjawab bumi bergoyang karena
yang punya bumi sedang marah, dari jawaban itu munculah pengetahuan baru yang punya bumi,
sehingga mereka memperluas pengetahuannya dengan anggapan segala sesuatu itu ada yang
punya, mereka percaya kalau bulan itu ada yang punya, matahari ada yang punya, bintang ada
yang punya. Oleh karenanya untuk menghilangkan rasa kecemasan dari yang punya gunung,
laut, jalan, dan pohon besar tidak marah maka mereka melakukan upacara ritual baik dengan cara
membaca mantera-mantera, tari-tarian, sesajen, pesta atau kirab. Pengetahuan-pengetahuan itu
merupakan penggabungan dari pengalaman-pengalaman indrawi dan kepercayaan dan disebut
dengan mitos. Cerita-cerita mitos itu disebut legenda. Mengapa mitos dapat diterima pada saat
itu sebagai suatu kebenaran hal ini karena dilatarbelakangi oleh keterbatasan indrawi
keterbatasan penalaran dan hasrat ingin tahunya yang segera ingin dipenuhi.

Beberapa keterbatasan alat indra manusia sebagai penyebab munculnya mitos adalah adalah
sebagaiberikut.

1) AlatPenglihatanBanyak benda yang bergerak sangat cepat sehingga tak tampak jelas oleh
mata, mata tak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda berada pada
tempat yang jauh mata tak dapat melihat dengan jelas. Misalnya mengatakan bahwa
langit bewarna biru, air laut yang dalam berwarna kebiruan atau kehijauan, gurun pasir
yang kelihatan seperti sumber air padahal hanyalah peristiwa fatamorgana saja.
2) Alat Pendengaran Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi
dari 20 sampai 20.000 Hertz (audiosonik). Gelombang infrasonik dan ultrasonik tak
terdengar oleh telinga manusia. Sehingga kadang manusia bertakhayul dapat mendengar
suara rintihan alam kubur, dapat berdialog dengan hewan piaraan seperti bercakap-cakap
dengan manusia yang lain, dan sebagainya.
3) Alat Pencium dan Pengecap Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yakni manis,
asam, asin, dan pahit. Bau parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung
bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Alat indra penciuman
tidak bisa membedakan makanan dan gas yang mengandung bahan beracun.
4) Alat Perasa Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas, dingin, tekanan,
sakit yang terdapat saraf ruffini, passini, krause, meisner, dan saraf bebas, namun sangat
relatif atau tergantung pada kondisi sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat
observasi yang tepat.
Mengapa mitos dapat diterima kebenarannya pada masa itu disebabkan beberapa faktor
sebagai berikut:
 Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan keterbatasan pengindraan baik
langsung maupun dengan alat.
 Keterbatasan penalaran manusia pada saat itu.
 Hasrat ingin tahunya terpenuh Sementara berdasarkan sejarah perkembangan jiwa
manusia baik secara individu maupun kelompok, menurtut Auguste Comte
(1798–1857 M) berlangsung dalam tiga tahap sebagai berikut:
 Pada tahap teologi, manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab
pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan
supranatural. Fenomena alam yang menarik atensi selalu diletakkan dalam
kaitannya dengan sumber yang mutlak. Manusia mempunyai asumsi bahwa setiap
fenomena dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya. Tahap
metafisika merupakan tahapan manusia masih tetap mencari sebab utama dan
tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri pada kepercayaan akan
adanya kekuatan gaib, melainkan kepada rasionya sendiri, yaitu akal yang telah
mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat sesuatu.
 Tahap positif atau riil merupakan tahap di mana manusia telah mampu berpikir
secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang
dikembangkan secara positif melalui pengamatan, eksperimen, dan komparatif.
Puncak perkembangan pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-
kira 700–500 BC. Pada zaman ini mereka sudah mampu menelaah bentuk bumi
sehingga mereka berpendapat bahwa bumi ini berbentuk setengah bola, bumi
sebagai hamparan dan langit beserta bintang-bintang sebagai atap, bahkan yang
lebih menakjubkan mereka sudah mengenal orbit matahari sehingga mereka tahu
bahwa dalam setiap 365  hari matahari beredar kembali pada titik semula dan ini
yang disebut waktu tahun yang dipopulerkan oleh Kaisar Romawi bernama Julius
Cesar.
 Pengamatan terhadap angkasa raya memiliki daya tarik tersendiri pada masa itu,
sehingga pengetahuan dalam bidang ini cukup pesat, maka munculah pengetahuan
konstelasi bintang yang sekarang dikenal yakni; rasi scorpio, virgo, pisces, leo,
cancer, sagitarius, gemini dan sebagainya. Rasi-rasi ini erat kaitannya dengan
prediksi nasib manusia dan dikenallah dengan istilah astrologi. Karena
pengetahuan ini hanya bersifat prediktif, imajiner, dugaan, dan kepercayaan maka
pengetahuan ini disebut pseudo science (sains palsu) yaitu pengetahuan mitos
yang dikaitkan dengan fenomena alam yang sebenarnya (mirip sebenarnya tetapi
bukan sebenarnya).

Sains palsu tersebut sangat berpengaruh pada para filosuf yunani seperti Thales (624-549 M)
yang berpendapat bahwa bumi ini adalah sebuah piring yang terapung di atas air, ia pula yang
pertama kali menggagas asal mula benda dan menurutnya semua kehidupan berawal dari air. Hal
ini merupakan awal pemikiran yang sangat besar karena mampu mengalihkan pemikiran mitos
yang menganggap semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan dewa. Pengaruh pemikiran Thales
ini telah menggiring pemikiran bangsa yunani untuk meninggalkan mitos secara gradual.
Generasi filosuf Yunani yang telah berhasil menyumbangkan buah pikirannya di antaranya
adalah sebagai berikut.

 Anaximander berpendapat bahwa langit yang dilihat sebenarnya hanya separuh saja.
Langit dan segala isinya itu mengorbit pada bumi. Ia berhasil membuat jam matahari
yang menggunakan tongkat yang tegak lurus di permukaan bumi. Bayangan tongkat
dijadikan petunjuk waktu (jam tongkat) pada tahun 70-an dan sering temukan jenis ini di
masjid untuk pedoman waktu sholat.
 Anaximenes berpendapat bahwa unsur dasar pembentuk benda adalah air, hal ini
sependapat dengan Thales. Yang dikembangkan bahwa air merupakan wujud benda yang
dapat berubah merenggang menjadi api, dan memadat menjadi tanah. Konsep ini menjadi
awal kansep transmutasi benda.
 Herakleitos menyangkal konsep anaximenes, menurutnya apilah yang menjadi dasar
transmutasi benda, karena tanpa api benda akan tetap seperti adanya.
 Phytagoras berpendapat bahwa sebenarnya yang menjadi unsur dasar pembentuk benda
adalah terdiri empat unsur dasar yaitu tanah, api, udara, dan air. Phytagoras sangat
terkenal sebagai ahli matematika dan penemu Dalil Phytagoras.
 Leucippos dan Demokritos berpendapat adalah bahwa suatu benda dibelah secara terus
menerus akan menghasilkan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Bagian
terkecil itu disebutnya Atomos atau atom, istilah atom ini sampai saat ini masih
dipergunakan sekalipun konsepnya tidak seperti ini lagi.
 Empedokles pendukung Phytagoras tentang empat unsur dasar pembentuk benda; tanah,
air, api, dan udara. Dia mengembangkan konsep tersebut dengan mengenalkan tentang
tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya tolak-menolak, kedua gaya tersebut
dapat memisahkan atau menyatukan unsur dasar pembentuk benda tersebut.
 Plato, Ia sebagai seorang sastrawan, ia tidak berpikir yang bersifat materialistik
sebagaimana para filosuf sebelumnya. Menurutnya bahwa keanekaragaman yang terlihat
sekarang ini hanyalah sesuatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial. Gajah
yang bertubuh besar yang lihat hanyalah copy atau duplikat belaka yang tidak sempurna,
maka yang benar adalah idea gajah. Selanjutnya konsep ini dikenal dengan konsep alam
idea plato.
 Aristoteles, Ia menjelaskan tentang Zat tunggal yang disebut Hule sebagai pembentuk
dasar benda yang keberadaannya tergantung pada kondisi, sehingga ia dapat berubah
menjadi tanah, air, udara, dan api yang mengalami transmutasi akibat kondisi dingin,
lembab, panas, dan kering. Dalam kondisi lembab dan panas hule akan berwujud api,
sedang dalam kondisi kering, dan dingin hule akan berwujud tanah. Ia pun berpendapat
bahwa di dunia ini tidak ada ruang yang hampa menurutnya jika ada ruang yang hampa
maka dengan sendirinya akan terisi ether yang bersifat immaterial. Ajaran yang penting
dari Aristoteles adalah bahwa untuk mencari kebenaran harus didasarkan logika sehingga
ia dikenal sebagai rasionalisme. Konsep pentingnya adalah orang yang pertama kali
melakukan pengklasifikasian hewan dan mengemukakan konsep abiogenenis (generatio
of spontanea).
 Ptolemeus berpendapat bahwa bumi itu bulat dan seimbang tanpa tiang penyangga dan
bumi sebagai pusat tatasurya atau geosentris (matahari dan benda lainnya berputar
mengelilingi bumi) dikenal dengan teori Geosentris.
 Ibnu Shina terkenal di barat sebagai Avicena (abad 11) dikenal sebagai ahli kedokteran.
 Ibnu Khaldun ahli sosiologi
 Al Jebra ahli matematika
 Al Razi, seorang rasionalisme murni yang tidak percaya pada wahyu dan nabi karena
menurutnya dengan akal sudah cukup untuk dapat membedakan baik dan buruk, yang
berguna dengan yang tidak berguna dengan akal pula  dapat mengenal Tuhan sehingga
menurutnya tidak perlu ada wahyu dan Nabi. Ia dikenal sebagai ahli kimia (penemu air
raksa) dan pengobatan atau kedokteran diakhir hayatnya matanya buta karena terlalu
banyak baca dan pengaruh dari reaksi kimia
 Ibnu Rusdy atau Averous ahli filsafat muslim yang menerjemahkan buku-buku yunani ke
dalam bahasa Arab sehingga Arab menjadi pusat ilmu internasional yang kemudian alih
bahasa ke dalam bahasa latin dan berkembang ke dunia barat sehingga terkenal dengan
pusat perpustakaan masjid Al Hamra Cordoba (Spanyol).
 Abu Musa Jabir Bin Hayyan, dikenal sebagai Bapak Kimia
 Umar Khayyam, dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronomi.
Pola pikir manusia terus mengalami perkembangan yang diawali oleh rasa ingin tahu
(kuriositas) terhadap berbagai gejala alam yang terus memperlihatkan aktivitasnya dan
terkadang membuat manusia menjadi cemas seperti bencana alam gunung meletus,
kebakaran, kekeringan, kebanjiran dan lain-lain. Hal ini merangsang manusia untuk terus
mencari jawaban dan tejadilah berpikir mitos yang mengandalkan keyakinan untuk suatu
kepuasaan. Sejalan dengan perkembangannya berpikir mitos mulai dihubungkan dengan
fenomena alam yang sebenarnya untuk mendapatkan ramalan nasib manusia maka
dikenal pseudo science atau juga dikenal Astrologi.
Pada masa Yunani berpikir mitos mulai ditinggalkan sehingga munculah pemikir-pemikir
rasional (filsafat) yang kebenarannya hanya atas dasar rasio sehingga muncullah konsep-konsep
alam yang sebagiannya saat ini masih dapat digunakan dan diakui kebenarannya. Dunia Islam
tidak kalah ketinggalan ketika filsafat Yunani mulai padam, Islam bersinar di Persia melahirkan
para filosuf muslim yang nama besarnya mendunia karena karya-karyanya yang ilmiah yang
sampai dengan saat ini masih dijadikan referensi bagi perkembangan sains.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ilmu Alamiah Dasar (Basic
Natural Science) tidak hanya mengkaji gejala – gejala alam yang terjadi namun ia juga mengkaji
proses – proses alami yang ada di alam termasuk dalam diri manusia sebagai bagian dari alam
semesta. Jadi Ilmu Alamiah Dasar adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji konsep – konsep dan
prinsip – prinsip dasar yang esensial terhadap gejala – gejala alam termasuk manusia itu sendiri
sebagai bagian dari alam dan segala yang ada di bumi ini.

Ilmu Alamiah Dasar adalah kegiatan atau upaya manusia untuk mengkaji dan


mempelajari atau memperoleh pengetahuan tentang alam semesta dan gejala-gejala yang
ditimbulkan alam semesta dengan cara dan langkah-langkah yang sistematis dan terperinci
sehingga bisa dibuktikan kebenarannya.

Ilmu Alamiah Dasar adalah suatu kajian ilmu pasti yang benar-benar bisa di uji
kebenarannya, karena dalam proses pengkajiannya terjadi beberapa langkah-langkah efektif yang
memang terbukti bisa mendapatkan informasi yang valid tentang suatu keadaan alam semesta
yang dilakukan oleh manusia atas dasar sifat dan ciri manusia yang memiliki kecerdasan dan
keinginan untuk mengenal dan beradaptasi pada lingkungannya
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan A. Supatmo. Ilmu Alamiah Dasar. 1998. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Purnama, Heri.. Ilmu Alamiah Dasar. 2003. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Jasin, Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar; Untuk Perguruan Tinggi Non Eksata dan Umum.
1998. Jakarta: Raja Gafindo Persada

Ilmu Alamiah dasar

http://mahasis-ta-wa.blogspot.com/2011/07/tujuan-dan-ruang-lingkup-iadilmu.html

( diakses, 25 maret 2018, 11 : 17 )

Ilmu Alamiah Dasar

.http://hilmas.blogspot.com/2008/03/ilmu-alamiah-dasar.html

( diakses,25 maret 2018, 11 : 23 )

Anda mungkin juga menyukai