ADAT JAWA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………….….1
2. Rumusan Masalah………………….………………………………………..1
3. Tujuan ………….………………………………………………………..…1
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan…………………………………………………………….…,.13
2. Saran……………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat berpengaruh dan sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia.
Dalam era globalisasi ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem dan semakin terbuka
yang menjadikan yang pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek
sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-
faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada dalam arti lain
masih banyaknya ibu dan anak yang haknya masih tidak dipenuhi bahkan jauh dari kata
terpenuhi khususnya di daerah-daerah terpencil.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan ini, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak walaupun telah kami teliti banyaknya dampak negative
itu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Pola makan, misalnya, pada dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini
terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan
ibu nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan-pantanga yang tabu dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu yang sering kita sebagai masyarakat modern itu mitos.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana pengertian Masa Nifas, kebutuhan,dan perawatan pada masa nifas?
3. Bagaimana kebudayaan jawa terhadap peralinan ?
4. Bagaimana kebudayaan jawa terhadap masa Nifas ?
1. Tujuan
2. Mengetahui pengertian dari masa nifas,kebutuhan pada masa nifas,dan perawatan masa
nifas.
3. Mengetahui kebudayaan adat suku jawa terhadap persalinan.
4. Mengetahui kebudayaan adat suku jawa terhadap masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN
Pengkajian permulaan persalinan yaitu salah satu aspek yang paling penting pada
penatalaksanaan dalam persalinan. Adapun tanda-tanda permulaan persalinan diantaranya his
yang sering dan teratur, pembukaan atau dilatasi serviks, cairan amnion pecah, keluar lendir
campur darah, sebab-sebab yang menimbulkan persalinan.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin danuri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau
tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam (Mochtar, 1998) Dan menurut Sarwono Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Partus presipitatus jarang disertai penyulit serius pada Ibu apabila serviks sudah mengalami
pendataran dan mudah membuka, vagina sudah mudah teregang sebelumnya, dan perineum
dalam keadaan lemas (relaksasi).Sebaliknya, kontraksi uterus yang terlalu kuat disertai serviks
yang panjangserta jalan lahir yang kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak teregang
dapat menyebabkan ruptur uteri atau laserasi luas di serviks, vagina, vulva atau perineum.Dalam
keadaan yang terakhir, emboli cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk
terjadi. Uterus yang berkontraksi terlalu kuat sebelum janin lahir lebih besar kemungkinannya
mengalami hipotonia setelah melahirkan disertai perdarahan dari tempat perlekatan plasenta
sebagai akibatnya
Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipitatus mungkin meningkat secara
bermakna karena beberapa hal.Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering dengan
interval relaksasi yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi darah
janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat
menimbulkan trauma intrakranial meskipun keadaan ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada
proses kelahiran yang tidak didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau
memerlukan resusitasi yang tidak segera tersedia.
1. Abdul Bari(2000)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsungkira-kira 6 minggu.
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluranreproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal.
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan fisik
pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan / health education seperti
personal hygiene, lingkungan yang bersih istirahat dan tidur.
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat
menjadi banyak.Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat
hamil.Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan
kering.Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah
sekitarnya akibat lochea.
1. Kebersihan rambut
setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan
hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun
demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.
1. Kebersihan kulit
setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali
melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan
tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan
merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan
jaga agar kulit tetap kering.
mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun.Perawatan
luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat
penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital
dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan,
baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci
tangan.Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari.Bila pembalut yang dipakai ibu bukan
pembalut habis pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar
matahari dan disetrika.
Kebutuhan nutrisi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelahmelahirkan,
cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan akangizi sebagai berikut:
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu lebih banyak
memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
Babaran/mbabar dapat diartikansebagai sudah selesai atau sudah menghasilkan dalam wujud
yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah
babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. ubarampe yang dibutuhkan
untuk selamatan kelahiran yaitu Brokohan. Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman
ini Brokohan terdiri dari beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika
dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, Brokohan cukup
dengan empat macam ubarampe saja yaitu:
Kelapa : daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa
kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.
Gula Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel
telur, benihnya wanita, ibu.
Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:
Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin
menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam
proses babaran.
Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu menjelaskan
bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan
ciptaan baru, mbabar putra.
Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian
membentuk jentik-jentik kehidupan (dawet), Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek)
dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan).
Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi
banyak macamnya, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan
rasa syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun
keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk
disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.
Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang
sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi
hingga bayi lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa upacara adat untuk menyambut
kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem
ari-ari, Brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.
Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan
terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan
jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon,
Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7
hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu,
selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton
bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai
wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.
Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah potong rambut atau parasan.
Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh
sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan
untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah
bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi
bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun
pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka
pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi.
Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan
pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara
pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu shalat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga,
kerabat, tetangga terdekat serta pemimpin doa.
Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum
pemotongan rambut, masyarakat yang merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang
dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung
makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang
dibagikan di pincuk dari daun pisang. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus
atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa
sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang agar bayi panjang
umur, serta bayem supaya bayi hidupanya bisa tentram.
Suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa postpartum(nifas). Namun, tidak semua
perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa tersebut dapat diterima bila ditinjau dari
aspek medis karena ada dampak yang baik dan tidak baiknya bagi ibu nifas.Oleh sebab itu,
informasi tentang perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan salah satu aspek penting
diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih memudahkan memberikan pendekatan dalam
pelayanan kesehatan.
1. Perawatan ari-ari
Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi
orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-
ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya :
Tepat di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu
tersebut merupakan symbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan bayi
nanti akan terang juga bila di terangi oleh sinar lampu.
Dampak positive : Agar binatang tidak berani mendekat dan memakan ari-ari tersebut
Ari-ari bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar, melati, dan
kenanga). Di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan sibayi dalam jalan hidupnya nanti
terang dan kehidupanyapun baik.
Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga
dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan juga
kepercayaan kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu bila
tidak dipagari.
Dampak positive : Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan oleh binatang
Dampak negative : Tidak ada
1. Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan terhadap ibu nifas
padahal, banyak juga yang berdampak negative dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan
diantaranya yang berdampak negative dan positif yaitu.
Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka
memakan itu.
Dampak negative : Merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang
agar ibu dan bayi sehat.
Setelah melahirkan ibu hanya boleh makan dengan bumbu hanya garam sajajuga tanpa
bumbu.
Dampak negative : Karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena
tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.
Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan makanan
yang padat.
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat
menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ
kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang.
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama
yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari dan ibu juga butuh sinar matahari.
Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis / lerongan dan tapel
Dampak positif : Jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar.
Dampak negative : Pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis
dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
Dampak positif : Dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai
melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir
maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum
muncul atau pun pengaruh psikologis, semisalkekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
ketakutan bakal hamil lagi.
Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang bertujuan untuk
mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering diberikan pada menjelang sore hari
agar bayi terhindar dari gangguan makhluk mistis.
Dampak negative: Bila kulit bayi sensitive dapat menyebabkan Iritasi karena pantat kuali/wajan
iu bersifat kasar dan mengandung zat kimia karbon
Jikalau bayi sering menangis dan diduga diganggu oleh makhluk mitos, didahi bayi
diberikan kunyit(parutan nya).
Sebelum tali pusar lebas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk keluar dari rumah
dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk mitos.
Dampak negative : Bayi membutuhkan sinar matahari yang baik untuk perkembanganya dan
merugikan bila bayi hanya di ddalam rumah saja dan tidak mendapatkan vitamin D.
Dibawah kasur bayi diletakan daun putri malu dan 7 batang lidi kelapa hijau yang
bertujuan agar si bayi tidak mudah terkejut atau kagetan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Suku bangsa Jawa Timur mengenal upacara sehubungan dengan kehamilan. Selamatan ini
dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan kesepuluh apabila
ada kehamilan mencapai sepuluh bulan. Budaya Jawa juga memiliki mitos-mitos mengenai Ibu
pada masa kehamilan, bersalin dan nifas. Mitos ini ada yang dapat dibenarkan tapi lebih banyak
mitos yang tidak benar bahkan dapat dikatakan bahwa mitos ini merugikan dan membahayakan
bagi ibu hamil, janin dan bayi.
Kebutuhan Ibu dalam masa nifas, terdiri atas kebutuhan : Fisik, Psikologi, Social, Kebutuhan
Gizi.ifas ialah darah yang keluar dari rahim disebabkan kelahiran, baik bersamaan dengan
dengan kelahiran itu, sesudahnya atau sebelumnya (2 atau 3 hari) yang disertai dengan rasa
sakit. Bahwa dalam aspek social budaya dalam masa nifas dipengaruhi dengan adat istiadat
masyarakat di Indonesia.
Pada masyarakat jawa, unsur-unsur kebudayaan yang terkadang ada yang kurang menunjang
pencapaian status kesehatan yang optimal. Unsur-unsur tersebut antara lain; ketidaktahuan,
pendidikan yang minim sehingga sulit menerima informasi-informasi dan tekhnologi baru.
1. Saran
Kita harus selektif dalam menghadapi segala budaya-budaya yang telah lama berkembang dalam
masyarakat. Budaya yang berkembang dalam masyarakat tidak selamanya merugikan bagi dunia
kesehatan ,adapula yang bermanfaat maka dari itu perlunya bagi kita untuk melestarikan budaya-
budaya yang bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Perbedaan budaya-
budaya dalam masyarakat janganlah di jadikan sekat pemisah antar masyarakat.
Mengingat keadaan tersebut, kita perlu memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat dalam
kaitannya dengan keadaanKesehatan Ibu dan Anak di Indonesia. Sehingga kita dapat melihat
penyakit atau masalah kesehatan bukan saja dari sudut gejala, sebab-sebabnya, wujud penyakit,
obat dan cara menghilangkan penyakit, tetapi membuat kita untuk berfikir tentang bagaimana
hubungan sosial budaya dan persepsi masyarakat dengan masalah yang sedang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Yusnani Dewi. 2010. Perawatan Pospartum Menurut Perspektif Budaya Jawa. Diunduh
darihttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17200(Diakses 25 Oktober 2015)
Oktavia, Dian. 2009. Mitos-mitos Budaya Jawa dalam Masa Kehamilan, Persalinan dan
Nifas. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/33587205/Ilmu-Sosial-Budaya-Dasar-
Budaya-Jawa(Diakses 25 Oktober 2015)
Restu .2010. Adat Jawa. Diunduh darihttp://restudai.blogspot.com/2010/03/adat-
jawa.htm(Diakses 23 4November 2011)
Septiani, Nesia. 2011. Selapan Adat Jawa. Diunduh
dari http://nesiaseptiani.blogspot.com (Diakses 25 Oktober 2015)
2011.TedhakSiten(Tradisi Mengenalkan Jati Diri) . Diunduh
darihttp://www.kaskus.us/showthread.php?p=472081050
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat dari Allah
SWT yang telah memberikan berkat kesehatan dan nikmat berfikir bagi kami untuk dapat
menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “ASPEK BUDAYA TENTANG
PERSALINAN DAN NIFAS ADAT JAWA ”
Makalah ini disusun untuk memberikan atau menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi pembacanya khususnya dalam hal untuk mengetahui tentang kebudayaan saat nifas di
budaya suku jawa dan tolaki. Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih memiliki banyak
kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk memperbaiki dan menambah penulisan dan kelengkapan isi makalah ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi kelompok kami sendiri khususnya, teman-teman sependidikan kebidanan dan bagi siapapun
yang membacanya.
Penulis