Anda di halaman 1dari 5

RESUME KOMUNIKASI KEPERAWATAN

NAMA KELOMPOK

Maharani Romadhona (P3.73.20.2.18.024)

Martiani Atiyyah Rizky (P3.73.20.2.18.025)

Muhammad Irvan Arsyad (P3.73.20.2.18.026)

Muhammad Shandy Ajie (P3.73.20.2.18.027)

Munifah Syamara Mahanani (P3.73.20.2.18.028)

Nurul Izzatul Maula (P3.73.20.2.18.029)

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN IGD

Komunikasi merupakan proses transaksi dan pembuatan pesan. Proses transaksi yang
terjadi antara perawat dan pasien akan lebih mudah terjadi apabila adanya kesamaan
kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur
kognitif (cognitive structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states),
atau sikap (attitude) (Mulyana, 2010 : 116). Sebagai seorang perawat juga harus
memperhatikan unsur-unsur dalam komunikasi, yaitu sumber (source), pesan (message),
saluran (chanel) dan penerima (receiver, audience) serta pengaruh (effects) dan umpan balik
(feedback). Dalam proses komunikasi ini diusahakan terjadi pertukaran pendapat,
penyampaian informasi serta perubahan sikap dan perilaku (Nugroho, 2009 : 2)

Pelayanan gawat darurat merupakan tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit,
karena merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus
kepada pasien gawat darurat secara terus-menerus selama 24 jam setiap hari. Karena itu
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus diupayakan seoptimal mungkin. Serta
menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
(Depkes, 2010).
Menurut Damaiyanti (2008) Komunikasi Terapeutik memiliki 4 tahapan yaitu tahap
prainteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Tahap Prainteraksi merupakan
masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Tahap orientasi
adalah kegiatan yang perawat lakukan saat pertama bertemu dengan pasien. Tahap kerja
merupakan inti hubungan perawatan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan
yang terakhir tahap terminasi yaitu akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien.

Menurut Nurhasanah, Tahap Orientasi adalah tahap yang dimulai dengan pertemuan
dengan pasien dimana bertujuan dalam memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan keadaan pasien saat ini. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah
membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan
kontak dengan pasien. Diharapkan pasien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun
pada kondisi tertentu, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak
jika kontak realitas pasien meningkat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
komunikasi adalah lingkungan. Lingkungan interksi akan mempengaruhi komunikasi yang
efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan dan ketidaknyaman. Komunikasi terapeutik pada ruang Instalasi Gawat Darurat
berbeda dengan komunikasi yang terjadi dibangsal karena di Instalasi Gawat Darurat lebih
memfokuskan pada tindakan yang akan dilakukan sehingga dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik sangat kurang. Penanganan kasus gawat darurat memerlukan sebuah sub sistem
yang terdiri dari informasi, jaring koordinasi dan jaring pelayanan gawat darurat sehingga
seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem terpadu.

Tahap kerja merupakan inti dari hubungan perawat dan pasien yang terkait erat
dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang dicapai. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap
penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja
sama. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respon ataupun pesan komunikasi verbal
dan non verbal yang disampaikan oleh pasien.Dalam tahap ini perawat mendengarkan secara
aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu pasien untuk mendefiniskan
masalah yang sedang dihadapi oleh pasien, mencari penyelesaian masalah dan
mengevaluasinya. Tahap kerja dalam komunikasi terapeutik merupakan tahap dimana
perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya, menanyakan keluhan pasien,
memulai segala tindakan dengan baik dan melakukan tindakan sesuai dengan yang telah di
sepakati.

Tahap Terminasi merupakan tahap dimana perawat mendorong pasien untuk


memberikan penilaian atas tujuan yang telah dicapai, agar tujuan yang dicapai adalah kondisi
yang menguntungkan dan memuaskan. Tahap Terminasi mendapatkan kategori yang baik
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat. Instalasi Gawat Darurat merupakan
tempat akan sering ditemukan kasus kegawatan yang harus segera mendapat pelayanan dan
perawatlah yang selalu kontak pertama dengan pasien 24 jam. Oleh sebab itu, pelayanan
professional harus ditingkatkan karena pasien gawat darurat mebutuhkan pelayanan yang
cepat, tepat dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa cacat. Oleh karenanya
perawat Instalasi Gawat Darurat disamping mendapat bekal ilmu pengetahuan keperawatan
juga perlu untuk lebih meningkatkan keterampilan yang spesifik seperti tambahan
pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat .

Tahap terminasi ini merupakan tahap yang paling sulit dan penting, karena hubungan
saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal, tahap terminasi dapat terjadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Pada saat
tahap terminasi inilah perawat dan pasien bersama-sama meninjau kembali proses pelayanan
kesehatan yang telah di lalui. Perawat diharapkan dapat mengevaluasi pencapaian tujuan
interaksi yang telah dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi atau
setelah melakukan tindakan tertentu serta membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
Pada saat tahap terminasi inilah perawat dan pasien bersama-sama meninjau kembali proses
pelayanan kesehatan yang telah di lalui. Perawat diharapkan dapat mengevaluasi pencapaian
tujuan interaksi yang telah dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
atau setelah melakukan tindakan tertentu serta membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN ICU (PASIEN TIDAK SADAR)

Dalam pembahasan materi “Komunikasi Terapeutik Pada Pasien di ICU” hal pertama
yang harus kita ketahui yaitu mengenai pengertian dari komunikasi terapeutik, selanjutnya
dihubungkan dengan bagimana keaadaan dari klien yang berada pada ruang ICU, untuk
kemudian agar dapat kita pahami dan mengaplikasikannya saat berada dalam kondisi
tersebut.

Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam
penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan
kerusakan struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih dapat
menerima rangsangan. Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang dengan
ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi pertimbangan
mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali pun.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien
tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak
sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak sadar ini atau
pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio
Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik dengan
pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu intervensi.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah
komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai
pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa
feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada
point ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini,
keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang
melakukan komunikasi satu arah tersebut.

Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:

1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan penerimaan,
rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat
mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama
sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang perawat sampaikan dekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu
bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus
terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

Anda mungkin juga menyukai