Disusun oleh :
Eli Dewi Saputri (201058)
Muhammad Haidar A (201077)
Nahdya Dwi Amelia (201078)
Nur Diana Hamidah (201082)
Reynalda Elicia (201087)
Penulis
Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat dengan pasien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien.Komunikasi ini juga termasuk komunikasi interpersonal
yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang membuat setiap peserta menangkap
reaksinya secara langsung baik verbal maupun non verbal.
Sedangkan menurut As Hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan
dengan seni dari penyembuhan.Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan,perbuatan,atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Komunikasi terapeutik dilakukan pada seluruh klien yang memerlukan bantuan di bidang
kesehatan,diantaranya adalah komunikasi terapeutik yang dilakukan pada pasien dengan gangguan
sensoris.Gangguan sensoris pada klien atau individu di dalam masyarakat umumnya antara lain
disebabkan oleh gangguan anatomi organ,gangguan fisiologi organ,kematangan atau
maturasi,degenerasi,kognitif persepsi.
Dalam berkomunikasi pada pasien dengan masalah fisik yang memiliki gangguan sensoris seperti
gangguan penglihatan,gangguan pendengaran,dan gangguan bicara.Sering kali perawat berhadapan
dengan kesulitan – kesulitan,hal ini berkaitan dengan masalah yang berbeda-beda pada setiap pasien
dengan masalah fisik oleh karena itu diperlukan keahlian dan keterampilan khusus bagi perawat dalam
berkomunikasi dengan pasien tersebut.
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara
sesama perawat dengan pasien melalui hubungan perawat dengan pasien
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Terapeutik
5. Komunikasi Terapeutik pada Kelompok Khusus (tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara)
1. Pasien dengan Gangguan Pengelihatan ( tuna netra )
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal : kornea, lensa mata,
kekeruhan humor vitreus, maupun kerusakan cornea, serta kerusakan saraf penghantar inpuls menuju
otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakanotak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total.
Akibat kerusakan visual kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu komunikasi yang di lakukan harus mengoptimalkan
fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh
informasi yang dapat di transper melalui indera yang lain. Sebagai contoh ketika melakukan orientasi
ruangan,klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan,
misalnya dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur
dari pintu, letak kamar mandi dan sebagainya.
Berikut adalah teknik – teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan.
a. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau
sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda
berada di dekatnya.
b. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama dan peran.
c. Berbicara dengan menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkannya menerima pesan nonverbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
d. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
e. Orientasikan klien pada suara – suara yang terdengar di sekitarnya.
f. Orientasikan klien pada lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan yang
asing baginya.
Disebuah rumah sakit swasta terdapat seorang pasien lansia yang sudah berumur 75 tahun. Pasien
tersebut mengalami gangguan penglihatan (buta) danmengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas
sehari-sehari.Diruangan
Seorang klien lansia bernama Ny.A (70 th) memiliki gangguan pendengaran. Keadaan ini diakibatkan
karena kabiasaan Ny.A yang selalu mengorek kuping dengan alat yang tidak bersih. Ny.A tinggal bersama
anak dan cucunya. Ketika Ny.A berbicara dengan keluarga dan orang lain, pembicaraannya selalu tidak
nyambung. Anak Ny.A mulai khawatir dengan keadaan ibunya, lalu ia datang ke rumah sakit bersama
dengan Ny.A untuk memeriksakan keadaan Ny.A.
Seorang klien lansia benama Ny.A usia 70 tahun dengan gangguan pendengaran datang ke RS bersama
anaknya. Dimana keadaan Ny.A ini timbul karena dakibatkan oleh kebiasaan yang selalu mengorek
kuping terlalu dalam dan dengan alat yang tidak bersih
Perawat pergi memanggil dokter dan tak lama kemudian datanglah dokter dengan perawat
Perawat : ini dok pasiennya .
Dokter : saya periksa dulu ya pak.
Pasien : iiiyyyaaa dok
Dokter : saya periksa tekanan darahnya ya pak ?
Pasien : iiiyyaa dok.
Dokter : tekanan darah bapak bagus masih normal.
Pasien : iiya dok
Dokter : detak jantung bapak juga normal
Pasien : teeerrus kekenaapa sasaya dok ?
Dokter : bapak tidak apa-apa bapak cuman diare saja dikasih obat juga sembuh pak.
Pasien : bebener dok ?
Ddokter : menulis resep obat kemudian diberikan kepada perawat dan dokter itu pun pergi.
Perawat : bapak kata dokter bapak tidak ada apa-apa jadi bapak nggak perlu dirawat .
Pasien : bebener sus nggangak bobohongkan sus
Perawat : bener bapak tapi kata dokter setelah pulang bapak harus jaga pola makan bapak ya
jangan makan makanan sembarangan dan jangan makan yang pedas pedas lagi ya pak.
Pasien : iiya sus teterus apa lalagi sus ?
Perawat : bapak belajar pola hidup sehat ya pak.
Perawat : apakah bapak bisa menyebutkan apa yang telah saya jelaskan tadi pak ?
Pasien : bibisa sus ,jajangan mamakan yang pepedas-pedas mamakan teteraratur popola
hihidup sehat ololahraga yayanggg teteratur.
Perawat : bagus bapak'bapak ingat semua in%ormasi yang saya berikan semua informasi yang
bapak dapat tolong diingat dan dilaksanakan ya pak supaya bapak tidak sakit lagi ya pak.
Pasien : iiyaa sus mamakakasih yaya suster.
BAB IV
PEMBAHASAN
a) Gangguan pada Pusat Nervous yang terkait dengan fungsi sensoris dalam komunikasi :
c) Gangguan sensori persepsi : Misalnya pada klien dengan hullusinasi/ illusi.
Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang
mengalami gangguan penglihatan :
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan persial
atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
2. Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama(dan peran)anda.
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkan
menerima pesan verbal secara visual.Nada suara anda memagang peranan besar dan
bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucaokan kata-kata sebelum melakukan
sentuhan pada klien.
5. Informasikamn kepada klien ketika anda akan menggilakannya / memutus komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan yang baru.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan
Lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Syarat – Syarat Yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan,perawat
dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara
perawat dan klien,untuk itu syarat yang harus dimilki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dngan gangguan sensori penglihatan adalah :
1) Adanya kesiapan artinya pesan atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2) Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan
secara sungguh-sungguh atau serius.
3) Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada individu lain pemberi
informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan
menang perlu serta berguna untuk pasien
4) Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat
berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5) Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak apapun yang akan disampaikan,perawat harus bersifat
tenang,tidak emosi maupun memancing emosi pasien,karena dengan adanya ketenangan maka
informasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6) Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi,karena
dengan keramahan ya ng tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang,senang dan aman
bagi penerima
7) Kesederhanaan artinya didalam penyampaian informasi,sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa,
pengungkapan dan penyampaiannya.Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau
dberikan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan secara sederhana
berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan Bicara, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :
1. Perawat benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir klien.
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan klien
3. Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik.
4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
5. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
6. Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
7. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan
dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi
FASE ORIENTASI
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN BICARA
Fase Orientasi
FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam dengan memposisikan diri di depan pasien
2. Memperkenalkan diri dengan cara menyentuh klien ( bersalaman )
3. Menjelaskan tujuan tindakan
Fase Kerja
FASE KERJA
1. Perhatikan mimik dan gerakan bibir klien
2. Memperjelas kata – kata yang diucapkan klien dengan mengulang kembali
3. Membatasi topik pembicaraan ( topik fokus seputar penyakit pasien )
4. Suasana rilek dan pelan
5. Gunakan bahasa tulisan ( simbul )
Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan