Mata Kuliah
Nursing Theorist
C. Referensi
1. Kozier. Erb. Berman. Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik. Edisi 7. Vol. 1. Jakarta: EGC.
2. Varcarolis, E.M., Halter, M.J. 2010. Foundation of Psychiatric Mental
Health Nursing: A Clinical Approach. Edisi 6.St. Louis: Saunders Elsevier.
3. Sheldon, L.K. 2010. Komunikasi untuk Keperawatan: Berbicara dengan
pasien. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
a. Mendengar aktif
b. Kehadiran fisik
Egan (1998 dalam Kozier, 2010) menguraikan lima cara khusus untuk
menunjukkan kehadiran secara fisik. Kehadiran secara fisik didefinisikan sikap
hadir untuk orang lain atau sikap bersama orang lain. Menyimak merupakan
apa yang individu lakukan saat hadir.
Tindakan yang menunjukkan kehadiran secara fisik diuraikan berikut
ini.
1) Ambil posisi berhadapan dengan pasien. Posisi ini mengatakan,”Saya
hadir untuk Anda.” Menggeser posisi ke samping akan mengurangi tingkat
keterlibatan.
2) Perlihatkan sikap terbuka. Posisi non defensif salah satunya ditunjukkan
dengan tidak melipat tangan atau kaki. Posisi ini menyatakan bahwa
perawat mendukung jalannya komunikasi dan keterbukaan terhadap
lawan bicara.
3) Condongkan tubuh ke arah pasien. Umumnya individu akan bergerak ke
depan secara alamiah saat mereka ingin mengatakan atau mendengarkan
sesuatu, misalnya berjalan ke depan kelas, menarik kursi ke dekat teman,
atau mencondongkan tubuh ke seberang meja dengan menumpukkan
lengan bawah ke depan. Perawat mencongdongkan tubuh ke depan, lebih
dekat ke pasien.
4) Pertahankan kontak mata yang baik. Kontak mata dua arah terutama pada
level yang sejajar, menunjukkan penghargaan terhadap orang lain dan
kesunggulan untuk melanjutkan komunikasi. Kontak mata tidak dengan
membelalakkan mata atau menatap ke bawah orang lain merupakan hal
yang wajar.
c. Hambatan komunikasi
Perawat harus mengenali berbagai kendala atau respon non
terapeutik terhadap komunikasi efektif. Kegagalan mendengarkan,
ketidaksesuaian dalam melakukan dekode terhadap pesan yang disampaikan
oleh pasien, dan menempatkan kebutuhan perawat di atas kebutuhan pasien
adalah beberapa kendala utama dalam komunikasi.
2. Helping Relationship
Helping relationship dapat terjalin setelah merawat pasien selama
beberapa minggu atau beberapa menit. Kunci untuk mencapai hubungan
tersebut adalah tumbuhnya rasa percaya dan penerimaan antara perawat dan
pasien serta keyakinan yang mendasari bahwa perawat peduli dan ingin
membantu pasien.
Helping relationship dipengaruhi oleh berbagai karakteristik personal
dan profesional perawat dan pasien. Usia, jenis kelamin, penampilan,
diagnosis, pendidikan, nilai-nilai, latar belakang etnik dan budaya,
kepribadian, harapan, dan tempat dapat mempengaruhi perkembangan
helping relationship perawat-pasien.
a. Fase prainteraksi
Fase prainteraksi serupa dengan tahap perencanaan sebelum
melakukan wawancara. Perawat memiliki informasi tentang pasien sebelum
bertatap muka untuk pertama kali. Informasi meliputi nama, alamat, usia,
riwayat medis, dan/atau riwayat sosial pasien. Perencanaan untuk kunjungan
pertama dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri perawat. Jika perawat
menyadari perasaan tersebut dan mengidentifikasi informasi yang spesifik
untuk dibahas, akan diperoleh hasil yang positif.
b. Fase orientasi
Fase orientasi disebut juga sebagai fase perkenalan yang penting
dalam mengatur keseluruhan sifat hubungan. Selama pertemuan awal, klien
dan perawat mengamati dengan cermat dan membuat penilaian tentang
perilaku mereka satu sama lain. Tiga tahap yang terdapat dalam fase
perkenalan adalah membuka hubungan, mengklarifikasi masalah, dan
membuat serta memformulasi kontrrak (Brammer, 1988 dalam Kozier 2010).
Tugas penting lain di dalam fase perkenalan meliputi mengenal satu sama lain
dan membina saling percaya.
c. Fase kerja
Selama fase kerja, perawat dan klien mulai memandang satu sama lain
sebagai individu yang unik. Mereka mulai menghargai keunikan tersebut dan
d. Fase terminasi
Fase terminasi dalam hubungan terapeutik biasanya sulit dan diliputi
kebimbangan. Akan tetapi, jika fase sebelumnya berjalan secara efektif, klien
umumnya memiliki pandangan yang positif serta merasa mampu untuk
mengatasi masalah secara mandiri. Di sisi lain karena perasaan caring telah
tumbuh, sangat wajar jika muncul perasaan kehilangan, dan setiap individu
perlu mengembangkan cara untuk mengucapkan selamat tinggal.