Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SENI BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL


(WAYANG SEBAGAI SUMBER GAGASAN)

Oleh: Tjetjep Rohendi Rohidi


Profesor Doktor pada Jurusan Seni Rupa
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang,
email: trrohidi@yahoo.com

Abstrak

Berbagai kajian menunjukkan bahwa dengan mengenalkan siswa kepada proses artistik, dan memasukkan unsur
budaya mereka ke dalam pendidikan, akan menumbuhkan pada setiap individu ciri-ciri kreatif, inisiatif, dan imaginasi
yang subur, kebijaksanaan emosi, arah moral, kemampuan bertindak secara kritis, otonomi, dan kebebasan berfikir
serta bertindak. Penelitian dilaksanakan selama tiga tahun. Tujuan pada tahun pertama adalah (1) mengidentifikasi
kearifan lokal, dalam bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai
dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial-budaya, dan perubahannya, (2) memetakan, dalam rangka memperoleh
gambaran menyeluruh, tentang berbagai bentuk dan jenis wayang pada berbagai kelompok masyarakat yang
dipandang dapat menjadi sumber pembelajaran di sekolah dasar, dan (3) memetakan bentuk media pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar dalam mengimplementasikan pendidikan seni terintegrasi dengan
berbasiskan potensi sumber daya lingkungannya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan
melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian difokuskan pada kesenian dalam konteks pendidikan
di subkebudayaan Jawa (pesisir lor wetan dan pesisir lor kilen). Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal sebagai
berikut. Pertama, tiap subkebudayaan Jawa menyimpan segudang potensi berbasis kearifan lokal. Wayang sebagai
salah satunya, berkembang dengan pesat sejak dulu, dan tak mati hingga sekarang. Kedua, tiap subkebudayaan Jawa
memiliki kekhasan bentuk visual wayang. Ketiga, terdapat potensi media pendidikan seni yang telah tertanam di sekolah
dasar, dengan wayang sebagai sumber gagasannya.

Kata kunci: wayang, media, seni budaya, kearifan lokal

Pendahuluan sumber kebudayaannya. Memanfaatkan


modal dan sumber kebudayaan merupakan
Laporan Education For All Global kebutuhan penting bagi suatu negara yang
Monitoring Report 2006 yang diterbitkan oleh ingin membangun industri kebudayaan (kreatif)
UNESCO, menegaskan bahwa walaupun yang kokoh dan berdaya tahan tinggi; industri
jumlah anak yang menerima pendidikan penting bagi pembangunan sosio-ekonomik
semakin bertambah, tetapi kualitas pendidikan di negara-negara yang sedang berkembang.
tetap rendah di banyak negara di dunia ini. Berbagai kajian menunjukkan bahwa dengan
Menyediakan pendidikan kepada semua mengenalkan siswa kepada proses artistik, dan
adalah penting, tetapi sama pentingnya memasukkan unsur budaya mereka ke dalam
juga untuk mmenyediakan pendidikan yang pendidikan, akan menumbuhkan pada setiap
berkualitas tinggi. individu ciri-ciri kreatif, inisiatif, dan imaginasi
Pendidikan seni dalam hal ini men- yang subur, kebijaksanaan emosi, arah moral,
jadi salah satu cara bagi banyak negara kemampuan bertindak secara kritis, otonomi,
dalam membangun sumber manusia yang dan kebebasan berfikir serta bertindak.
diperlukan untuk memanfaatkan kekayaan

Vol. VIII No. 1 - Januari 2014 1


Tjetjep Rohendi Rohidi Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Dewasa ini, fokus pendidikan lebih dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial-
besar diarahkan kepada pengembangan budaya, dan perubahannya, (2) memetakan,
kemampuan kognitif berbanding emosi. dalam rangka memperoleh gambaran
Pengkhususan pada pengembangan menyeluruh, tentang berbagai bentuk dan jenis
kemampuan kognitif yang berlebihan (dan wayang pada berbagai kelompok masyarakat
mengabaikan kepentingan emosi), menjadi yang dipandang dapat menjadi sumber
salah satu sebab terjadinya keruntuhan moral pembelajaran di sekolah dasar, dan (3)
pada masyarakat modern. Pendidikan emosi memetakan bentuk media pembelajaran Seni
merupakan satu komponen penting di dalam Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar
proses membuat keputusan, dan menjadi dalam mengimplementasikan pendidikan
panduan bagi tindakan dan gagasan, serta seni terintegrasi dengan berbasiskan potensi
memperkuat pendapat dan penilaian. Tanpa sumber daya lingkungannya.
pelibatan unsur-unsur emosi, setiap tindakan,
gagasan dan keputusan hanya akan didasarkan Metode Penelitian
pada ranah-ranah rasional semata-mata.
Tindakan moral yang terpuji hanya dapat dicapai Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pelibatan emosional. Profesor Damasio pengembangan media, dalam konteks
telah menyarankan bahwa pendidikan seni, pendidikan seni, dan oleh karena itu pendekat-
dengan menggalakkan pembangunan emosi, an yang digunakan untuk hal ini adalah
akan mampu mengembangkan pembangunan pendekatan artistik “Art Practice Based
kognitif dan emosi, dan selanjutnya memberi Research”. Hal ini berkaitan dengan tujuan
sumbangan pada pembangunan keamanan. umum penelitian yaitu untuk menghasilkan
Kondisi demikian akan berpengaruh media pembelajaran pendidikan seni berbasis
terhadap generasi baru Indonesia yang kearifan lokal dengan wayang sebagai media
akan akan datang. Oleh karena lemahnya dan sumber gagasannya.
pendalaman bidang pendidikan seni mereka Penelitian artistik mencakupi peng-
akan menjadi generasi yang tidak kreatif dan kajian dan penciptaaan, yang meliputi
kurang memiliki kesadaran budaya, tidak toleran berbagai produk pendidikan (khususnya
terhadap lingkungan sekitarnya, dan memberi dalam bidang pendidikan seni) antara lain
peluang bagi munculnya berbagai kekerasan wujud material seperti buku-buku teks, film-
yang mulai tampak saat ini. Sehubungan film pembelajaran dan sebagainya; dan
dengan hal itu, perlu ditemukan formula juga berhubungan dengan pengembangan
pembelajaran pendidikan seni di sekolah yang proses dan prosedur, seperti pengembangan
menarik, fungsional, dan mencerdaskan. metoda mengajar, pengembangan instrumen/
Media pembalajaran pendidikan seni perangkat pembelajaran, atau metode untuk
di sekolah dasar (Pendidikan Seni Budaya dan mengorganisasi pembelajaran dalam bidang
Keterampilan) berbeda dengan pendidikan pendidikan seni. Dengan dasar tersebut, maka
seni di sekolah menegah pertama dan sekolah pendekatan penelitian dan pengembangan
menengah atas (Pendidikan Seni Budaya). dipandang memiliki relevansi yang tinggi
Berdasarkan itu, penelitian ini dilakukan untuk untuk mengembangkan media pembelajaran
(1) mengidentifikasi kearifan lokal, dalam Pendidikan Seni Budaya berbasis kearifan
bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat lokal dengan wayang sebagai sumber gagasan
terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai belajarnya.

2 Vol. VIII No. 1 - Januari 2014


Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Tjetjep Rohendi Rohidi
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Secara keseluruhan metode penelitian


tersebut dapat desainkan (digambarkan)
sebagai berikut.

Tabel 1. Metode Penelitian

Tahapan Jenis dan Metode pengum-


Masalah penelitian Analisis data
penelitian sumber data pulan data
Mengidentifikasi Bentuk-bentuk Dokumentasi, Deskriptif Kualitatif
kearifan lokal dalam kearifan lokal ,wawancara
bentuknya sebagai Jawa Tengah pengamatan
respons kreatif
masyarakat
Pemetaan berbagai Jenis wayang, Dokumentasi, Deskriptif Kualitatif
Tahap pemetaan
bentuk dan jenis pementasan ,wawancara
media pembela-
wayang pada wayang, karak- pengamatan
jaran Pendidikan
berbagai kelompok teristik tiap jenis
Seni Budaya
masyarakat wayang
Memetakan bentuk Pemetaan Dokumentasi, Deskriptif Kualitatif
pembelajaran bentuk ,kepustakaan
Pendidikan Seni pembelajaran ,wawancara
Budaya di sekolah
dasar

potensi tersebut. Berikut ini adalah data visual


Pembahasan yang didapat.
Di museum tersebut, terdapat berbagai
Potensi Wayang: Kearifan Lokal dalam catatan sejarah mengenai berbagai proses
Bentuknya sebagai Respons Kreatif dan perkembangan wayang di Jawa tengah
Masyarakat khususnya. Seperti yang ditampilkan pada
Pencapaian ini berupa hasil-hasil
gambar berikut.
analisis yang dilakukan secara on going
analysis. Pengambilan data masih terus
berjalan hingga saat ini. Hal itu dilakukan
dalam rangka perolehan data (baik data
dokumen maupun data informan) secara
menyeluruh.
Jawa, menyimpan segudang potensi
berbasis kearifan lokal. Wayang sebagai salah
satunya, berkembang dengan pesat sejak
dulu, dan tak mati hingga sekarang. Data
yang diperoleh di Museum Ronggowarsito Gambar 1.
Proses pembuatan wayang
Semarang, menunjukkan betapa kayanya

Vol. VIII No. 1 - Januari 2014 3


Tjetjep Rohendi Rohidi Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Pengamatan dan perekaman secara di samping wayang kulit, yaitu boneka-boneka


langsung dilakukan pada kegiatan pertunjukan kulit berpahat yang diproyeksikan di atas
wayang. Pertunjukan diselenggarakan di kelir dengan bantuan sebuah lampu, adalah
Kintelan Desa Pasekan, Kecamatan Ambarawa wayang krucil yang menggunakan boneka-
Semarang. Pertunjukan ini dalam rangka boneka kayu pipih bercat warna-warni (klithik),
peringatan kemerdekaan RI. Pasekan adalah dan wayang golek yang menggunakan boneka
salah satu desa yang secara geografis kayu tiga dimensi yang berbusana dan tanpa
terletak di perbukitan Ambarawa, Semarang. menggunakan layar (kelir). Perkataan wayang
Pertunjukan wayang sangat ramai disaksikan lainnya --sekalipun bukan dalam pengertian
oleh masyarakat sekitar. Dalam catatan ini pembahasan dilakukan-- adalah wayang
lapangan (field note) peneliti, terdapat beber (mbeber), yaitu suatu bentuk pertunjukan
golongan tua, muda, bahkan anak-anak yang dengan seorang dhalang mengisahkan sebuah
menyaksikan. cerita berdasarkan adegan-adegan cerita yang
Wayang, menurut catatan Brandon dilukis pada kain atau kertas. Selain itu, juga
(terj. Soedarsono, 2003), adalah pertunjukan ada wayang wong yang para pelakunya adalah
boneka dalam berbagai bentuk dan jenisnya orang (wong) bukan boneka, dan wayang
yang tersebar, sekurang-kurangnya, di topeng dengan pelaku-pelaku utama selalu
Indonesia (antara lain Jawa, Bali, dan Sunda), memakai topeng (van Groenendael, 1987).
Thailand, dan Malaysia (antara lain Johor, Selain di Semarang, pertunjukan
Kelantan, dan Kedah). Tercatat antaranya jenis wayang juga sering digelar di Kudus pada saat-
wayang kulit (Jawa, Bali, Kelantan, Kedah, saat tertentu. Salah satunya pertunjukan yang
Johor), wayang gedhog (Jawa), wayang golek digelar di Desa Gulang Kecamatan Mejobo
(Sunda, Jawa), wayang suluh (jawa), wayang Kabupaten Kudus. Dilakukan pengambilan
krucil (Jawa), wayang golek menak (Jawa) data melalui observasi, tentang pertunjukan
wayang cepak (Cirebon), wayang lemah wayang yang dilaksanakan di Kudus, Jawa
(Bali), wayang melayu (boneka satu tangan Tengah. Data diperoleh dari pertunjukan yang
yang boleh bergerak, Malaysia), wayang siam ditanggap oleh warga yang menghitankan
(Thailand, Malaysia), wayang suket (Jawa anaknya, tepatnya di Desa Gulang Kecamatan
Banyumas) baik yang berbentuk dua dimensi Mejobo Kabupaten Kudus. Hasil yang diperoleh
atau pun tiga dimensi, dipertunjukkan dengan adalah bentuk pertunjukan, setting, keadaan
layar ataupun tanpa layar. Wayang merupakan masyarakat, dan penokohan wayang.
salah satu seni pertunjukan Nusantara, yang Di masa sekarang ini banyak pertun-
sebaran pendukungnya meliputi wilayah Asia jukan wayang kulit yang menyertakan artis
Tenggara. undangan untuk meramaikan pentas mereka.
Secara umum, perkataan ”wayang” Biasanya ada sesi tersendiri untuk para
mengandung sejumlah pengertian. Pengertian penyanyi ini tampil, yaitu disebut limbu’an.
pertama, ialah ’gambaran tentang suatu tokoh’, Memang, karena begitu kuatnya seni wayang
’boneka’, lebih tegas lagi adalah boneka berakar dalam budaya bangsa Indonesia,
pertunjukan wayang. Pengertian ini kemudian sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara
meluas sehingga meliputi juga pertunjukan yang cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang
dimainkan dengan boneka-boneka tersebut, India beranggapan bahwa kisah Mahabarata
demikian pula, lebih luas lagi adalah bentuk- serta Ramayana benar-benar terjadi di
bentuk seni drama tertentu. Dengan demikian, negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah

4 Vol. VIII No. 1 - Januari 2014


Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Tjetjep Rohendi Rohidi
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

pewayangan benar-benar pernah terjadi di pendidikan. Di sini terjadi usaha pengalihan


pulau Jawa. dan penerimaan bertalian dengan substansi
Tema sentral dari pertunjukan wayang atau gagasan tertentu dengan tujuan agar
adalah lakon (cerita wayang) dramatis tentang dapat dijadikan pedoman hidup.
pertarungan antara kebaikan (kejujuran, Dalah hal implementasi lapangan,
kesederhanaan, kearifan, ketertiban, di sekolah dasar, media pembelajaran telah
keharmonisan, ketenteraman) melawan tersedia. Keadaannya tampak lengkap
keburukan (kecurangan, keserakahan, dibandingkan seperti halnya sekolah yang lain.
kepongahan, kelicikan, kekacauan, kejahatan), Terdapat gambar wayang dan kesenian daerah
yang pada akhir cerita kebaikan hampir selalu yang ada di kelas-kelas. Fasilitas-fasilitas
memenangkan pertarungan itu. Tema sentral sekolah dapat dikatakan memadai untuk
itu untuk menarik perhatian penontonnya proses belajar mengajar. Sekolah memiliki 10
disampaikan dengan bumbu romantisme, ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah,
heroisme, dan varian dari faktor-faktor ruang TU yang menyatu dengan ruang guru,
humanisme lainnya yang terjadi pada saat toilet, dan gudang. Pembelajaran SD 1 Mlati
pertunjukan ditampilkan. Pesan moralnya Kidul, seperti tampak pada gambar berikut.
adalah berbuat baik senantiasa lebih penting
dibandingkan dengan berbuat keburukan.
Dengan demikian dapat ditarik
pemahaman bahwa kearifan lokal akan tetap
memainkan peranannya sebagai sistem nilai
yang dijadikan rujukan dalam pemenuhan
keperluan hidup jika masih tetap terpelihara dan
hadir dalam institusi sosial yang operasional, (a) (b)
sebagai sistem norma dan peranan yang
dirasakan saling menguntungkan, bagi warga Gambar 2
Penggunaan media (bentuk wayang)
masyarakat yang menjadi pendukungnya. (foto: dokumen peneliti)

Potensi Media Pendidikan Seni Berbasis Wayang sebagai bentuk kearifan lokal
Kearifan Lokal ternyata banyak menghiasi panel-panel dan
Dalam pengertian kebudayaan dinding kelas di sekolah tersebut. Namun ada
senantiasa terkandung tiga aspek penting, yang berbeda dengan wayang pada umumnya.
yaitu: (1) kebudayaan dialihkan dari satu Wayang terbuat dari kertas karton, yang diberi
generasi ke generasi lainnya, dalam hal warna dengan semacam cat poster. Salah
ini kebudayaan dipandang sebagai suatu satunya adalah wayang pahlawan (kreasi
warisan atau tradisi sosial, (2) kebudayaan guru) yang ditempel di dinding kelas V SD 1
dipelajari, dalam hal ini bukanlah sesuatu yang Barongan.
diturunkan dari keadaan jasmani manusia Sebagai sebuah media, wayang
yang bersifat genetik, dan (3) kebudayaan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu,
dihayati dan dimiliki bersama oleh warga mengalami transformasi bentuk, sesuai dengan
masyarakat pemiliknya. Dalam pengertian kondisi sosial budaya
tersebut tersirat bahwa proses pengalihan
kebudayaan senantiasa terjadi melalui proses

Vol. VIII No. 1 - Januari 2014 5


Tjetjep Rohendi Rohidi Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Penutup Unnes.
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebuda-
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat yaan: Sebuah Esai tentang Manusia.Terj.
dirumuskan simpulan berikut ini. Pertama, A.A. Nugroho. Jakarta: PT Gramedia.
terdapat berbagai kearifan lokal, dalam Drijarkara. 1980. Tentang Kebudayaan.
bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat Yogyakarta: yayasan Kanisius.
terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial- Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
budaya, dan perubahannya. Potensi kreatif Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.
tersebut berbeda antara subkebudayaan Direktorat Permuseuman, Departemen
Jawa di pesisir lor-wetan dan pesisir lor-kilen. Kebudayaan dan Pariwisata, Situs
Perbedaan tersebut meliputi bentuk, struktur, Resmi. English (New York:Prentice Hall,
fungsi, dan daya dukung masyarakatnya. 1989).
Kedua, berbagai bentuk dan jenis Fullan, Michael G. 1991. The New Meaning of
wayang pada berbagai kelompok masyarakat Educational Change. Second Edt. New
dapat menjadi sumber pembelajaran di sekolah York: Teacher College Press Published.
dasar. Terdapat beberapa sekolah yang Gagne, R.M. Brigs, 1984, Principles of
menggunakan media pembelajaran berbasis Instruction Design, New York: Holtz
kearifan lokal (wayang). Dengan berbagai Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of
bentuk dan kepentingan sasaran pembelajaran Culture. New York. Basic Books.
tertentu, wayang acapkali dipakai oleh guru Good, C.V. 1973. .Dictionary of Education.New
sebagai media pembelajaran yang tetap York:McGraw-Hill Book Company.
relevan hingga saat ini. Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan.
Saran utama pada saat ini ditujukan Bandung: PT Citra Aditya Bakti
untuk pihak masyarakat dan sekolah (SD) agar Juharnoto (ed.), 2007, Buku Panduan dan
melestarikan dan mengembangkan wayang Lembar Kerja Kunjungan Museum Maka-
sebagai sumber gagasan menjadi media lah dalam diskusi Pendidikan Sejarah di
pendidikan yang dapat direlevansikan dalam Era Pembangunan (Yogyakarta, Kemen-
berbagai konteks kehidupan. terian Kebudayaan dan Pariwisata).
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan.
Daftar Pustaka Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta:
PT Gramedia.
Borg, Walter R. and Gall, Meredith D. 1993. McMillan, James and Schumacher, Sally.
Educational Research : An Introduction. (2001). Research in Education: A
New York and London; Longman. Conceptual Introduction. New York:
Bourdilon, Hilary, 1994, Teaching History, Longman.Inc.
(London, Roudledge). Mead, M. 1972. Culture and Comitment: A
Bruce Joyce., Marsha Weil. 2000. media of Study of the Generation Gap. London:
Teaching. Boston : Allyn and Bacon Panther Books Ltd.
Bruner, Jerome S. 1963. The Process of Moeliono, Anton, (ed), 1993, Kamus Besar
Education. New York : Vontage Books Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Budi Utomo, 2007, Media Pembelajaran Neufeldt, Victoria, (pimp. ed.), Webster’s New
Sejarah, Makalah Jurusan Sejarah World Dictionary of American

6 Vol. VIII No. 1 - Januari 2014


Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Tjetjep Rohendi Rohidi
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Parsons, Talcott. 1961. The Social System. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011, Metodologi
New York: The Free Press. Penelitian Seni (dalam Konteks Kebuda-
Purwadi. 2007. Mengenal Tokoh Wayang Purwa yaan). Semarang: Unnes Press.
dan Keterangannya. Surakarta: CV. Ryan, Aftar. 2008. “Kenalan dengan Para
Cendrawasih Pusat Antar-Universitas. Panakawan Sunda” dalam www.
Pustaka Ranggawarsito, Jawa Tengah. aftaryan.wordpress.com (diunduh 28/10/
Reinhart and Wiston. 2011/15.03 WIB).
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian dalam Sadiman, Arief S., dkk. 1986. Media Pendidik-
Pendekatan Kebudayaan. Bandung: an: Pengertian, Pengembangan, dan
Penerbit STISI Press. Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Tabel 1
Matriks analisis potensi wayang sebagai media pendidikan

Gambar Karakteristik bentuk visual


• Bentuk relief, Warna batu
• Bahan batu alam, batu bata
• Teknik: pahat, Atribut ornamentik-simbolik
• Sifat: suprarasional, hubungan makhluk dengan Tuhan
• Tokoh: Dewa dewi, kehidupan lapisan manusia
• Pakem dalam hal atribut/pakaian
• Warna kulit kuning emas, Bahan kulit hewan
• Teknik: sungging, Atribut ornamentik-simbolik
• Sifat: Tuntunan dan tontonan (suprarasional dan inderawi)
• Tokoh: antagonis, protagonis

• Atribut tidak pakem, Warna kulit sawo matang


• Bahan kertas, limbah, bahan alternatif
• Teknik: gunting, cat, drawing
• Atribut pakaiaan sehari-hari, warna atribut fleksibel
• Sifat: lebih banyak tontonan, hiburan, kritikan, lelucon (inderawi),
• Tokoh: tidak tentu, mana suka.

Vol. VIII No. 1 - Januari 2014 7


Tjetjep Rohendi Rohidi Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal
(Wayang sebagai Sumber Gagasan)

Gambar 3
bentuk dan jenis wayang pada berbagai kelompok masyarakat
)Pesisir Kulon: Tegal, Cirebon(

Gambar 4
matriks kekhasan bentuk visual wayang pesisir lor-wetan

8 Vol. VIII No. 1 - Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai