Abstrak
Berbagai kajian menunjukkan bahwa dengan mengenalkan siswa kepada proses artistik, dan memasukkan unsur
budaya mereka ke dalam pendidikan, akan menumbuhkan pada setiap individu ciri-ciri kreatif, inisiatif, dan imaginasi
yang subur, kebijaksanaan emosi, arah moral, kemampuan bertindak secara kritis, otonomi, dan kebebasan berfikir
serta bertindak. Penelitian dilaksanakan selama tiga tahun. Tujuan pada tahun pertama adalah (1) mengidentifikasi
kearifan lokal, dalam bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai
dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial-budaya, dan perubahannya, (2) memetakan, dalam rangka memperoleh
gambaran menyeluruh, tentang berbagai bentuk dan jenis wayang pada berbagai kelompok masyarakat yang
dipandang dapat menjadi sumber pembelajaran di sekolah dasar, dan (3) memetakan bentuk media pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar dalam mengimplementasikan pendidikan seni terintegrasi dengan
berbasiskan potensi sumber daya lingkungannya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan
melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian difokuskan pada kesenian dalam konteks pendidikan
di subkebudayaan Jawa (pesisir lor wetan dan pesisir lor kilen). Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal sebagai
berikut. Pertama, tiap subkebudayaan Jawa menyimpan segudang potensi berbasis kearifan lokal. Wayang sebagai
salah satunya, berkembang dengan pesat sejak dulu, dan tak mati hingga sekarang. Kedua, tiap subkebudayaan Jawa
memiliki kekhasan bentuk visual wayang. Ketiga, terdapat potensi media pendidikan seni yang telah tertanam di sekolah
dasar, dengan wayang sebagai sumber gagasannya.
Dewasa ini, fokus pendidikan lebih dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial-
besar diarahkan kepada pengembangan budaya, dan perubahannya, (2) memetakan,
kemampuan kognitif berbanding emosi. dalam rangka memperoleh gambaran
Pengkhususan pada pengembangan menyeluruh, tentang berbagai bentuk dan jenis
kemampuan kognitif yang berlebihan (dan wayang pada berbagai kelompok masyarakat
mengabaikan kepentingan emosi), menjadi yang dipandang dapat menjadi sumber
salah satu sebab terjadinya keruntuhan moral pembelajaran di sekolah dasar, dan (3)
pada masyarakat modern. Pendidikan emosi memetakan bentuk media pembelajaran Seni
merupakan satu komponen penting di dalam Budaya dan Keterampilan di sekolah dasar
proses membuat keputusan, dan menjadi dalam mengimplementasikan pendidikan
panduan bagi tindakan dan gagasan, serta seni terintegrasi dengan berbasiskan potensi
memperkuat pendapat dan penilaian. Tanpa sumber daya lingkungannya.
pelibatan unsur-unsur emosi, setiap tindakan,
gagasan dan keputusan hanya akan didasarkan Metode Penelitian
pada ranah-ranah rasional semata-mata.
Tindakan moral yang terpuji hanya dapat dicapai Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pelibatan emosional. Profesor Damasio pengembangan media, dalam konteks
telah menyarankan bahwa pendidikan seni, pendidikan seni, dan oleh karena itu pendekat-
dengan menggalakkan pembangunan emosi, an yang digunakan untuk hal ini adalah
akan mampu mengembangkan pembangunan pendekatan artistik “Art Practice Based
kognitif dan emosi, dan selanjutnya memberi Research”. Hal ini berkaitan dengan tujuan
sumbangan pada pembangunan keamanan. umum penelitian yaitu untuk menghasilkan
Kondisi demikian akan berpengaruh media pembelajaran pendidikan seni berbasis
terhadap generasi baru Indonesia yang kearifan lokal dengan wayang sebagai media
akan akan datang. Oleh karena lemahnya dan sumber gagasannya.
pendalaman bidang pendidikan seni mereka Penelitian artistik mencakupi peng-
akan menjadi generasi yang tidak kreatif dan kajian dan penciptaaan, yang meliputi
kurang memiliki kesadaran budaya, tidak toleran berbagai produk pendidikan (khususnya
terhadap lingkungan sekitarnya, dan memberi dalam bidang pendidikan seni) antara lain
peluang bagi munculnya berbagai kekerasan wujud material seperti buku-buku teks, film-
yang mulai tampak saat ini. Sehubungan film pembelajaran dan sebagainya; dan
dengan hal itu, perlu ditemukan formula juga berhubungan dengan pengembangan
pembelajaran pendidikan seni di sekolah yang proses dan prosedur, seperti pengembangan
menarik, fungsional, dan mencerdaskan. metoda mengajar, pengembangan instrumen/
Media pembalajaran pendidikan seni perangkat pembelajaran, atau metode untuk
di sekolah dasar (Pendidikan Seni Budaya dan mengorganisasi pembelajaran dalam bidang
Keterampilan) berbeda dengan pendidikan pendidikan seni. Dengan dasar tersebut, maka
seni di sekolah menegah pertama dan sekolah pendekatan penelitian dan pengembangan
menengah atas (Pendidikan Seni Budaya). dipandang memiliki relevansi yang tinggi
Berdasarkan itu, penelitian ini dilakukan untuk untuk mengembangkan media pembelajaran
(1) mengidentifikasi kearifan lokal, dalam Pendidikan Seni Budaya berbasis kearifan
bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat lokal dengan wayang sebagai sumber gagasan
terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai belajarnya.
Potensi Media Pendidikan Seni Berbasis Wayang sebagai bentuk kearifan lokal
Kearifan Lokal ternyata banyak menghiasi panel-panel dan
Dalam pengertian kebudayaan dinding kelas di sekolah tersebut. Namun ada
senantiasa terkandung tiga aspek penting, yang berbeda dengan wayang pada umumnya.
yaitu: (1) kebudayaan dialihkan dari satu Wayang terbuat dari kertas karton, yang diberi
generasi ke generasi lainnya, dalam hal warna dengan semacam cat poster. Salah
ini kebudayaan dipandang sebagai suatu satunya adalah wayang pahlawan (kreasi
warisan atau tradisi sosial, (2) kebudayaan guru) yang ditempel di dinding kelas V SD 1
dipelajari, dalam hal ini bukanlah sesuatu yang Barongan.
diturunkan dari keadaan jasmani manusia Sebagai sebuah media, wayang
yang bersifat genetik, dan (3) kebudayaan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu,
dihayati dan dimiliki bersama oleh warga mengalami transformasi bentuk, sesuai dengan
masyarakat pemiliknya. Dalam pengertian kondisi sosial budaya
tersebut tersirat bahwa proses pengalihan
kebudayaan senantiasa terjadi melalui proses
Penutup Unnes.
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebuda-
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat yaan: Sebuah Esai tentang Manusia.Terj.
dirumuskan simpulan berikut ini. Pertama, A.A. Nugroho. Jakarta: PT Gramedia.
terdapat berbagai kearifan lokal, dalam Drijarkara. 1980. Tentang Kebudayaan.
bentuknya sebagai respons kreatif masyarakat Yogyakarta: yayasan Kanisius.
terhadap potensi seni budaya unggulan sesuai Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
dengan potensi lingkungan alam-fisik, sosial- Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
budaya, dan perubahannya. Potensi kreatif Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.
tersebut berbeda antara subkebudayaan Direktorat Permuseuman, Departemen
Jawa di pesisir lor-wetan dan pesisir lor-kilen. Kebudayaan dan Pariwisata, Situs
Perbedaan tersebut meliputi bentuk, struktur, Resmi. English (New York:Prentice Hall,
fungsi, dan daya dukung masyarakatnya. 1989).
Kedua, berbagai bentuk dan jenis Fullan, Michael G. 1991. The New Meaning of
wayang pada berbagai kelompok masyarakat Educational Change. Second Edt. New
dapat menjadi sumber pembelajaran di sekolah York: Teacher College Press Published.
dasar. Terdapat beberapa sekolah yang Gagne, R.M. Brigs, 1984, Principles of
menggunakan media pembelajaran berbasis Instruction Design, New York: Holtz
kearifan lokal (wayang). Dengan berbagai Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of
bentuk dan kepentingan sasaran pembelajaran Culture. New York. Basic Books.
tertentu, wayang acapkali dipakai oleh guru Good, C.V. 1973. .Dictionary of Education.New
sebagai media pembelajaran yang tetap York:McGraw-Hill Book Company.
relevan hingga saat ini. Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan.
Saran utama pada saat ini ditujukan Bandung: PT Citra Aditya Bakti
untuk pihak masyarakat dan sekolah (SD) agar Juharnoto (ed.), 2007, Buku Panduan dan
melestarikan dan mengembangkan wayang Lembar Kerja Kunjungan Museum Maka-
sebagai sumber gagasan menjadi media lah dalam diskusi Pendidikan Sejarah di
pendidikan yang dapat direlevansikan dalam Era Pembangunan (Yogyakarta, Kemen-
berbagai konteks kehidupan. terian Kebudayaan dan Pariwisata).
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan.
Daftar Pustaka Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta:
PT Gramedia.
Borg, Walter R. and Gall, Meredith D. 1993. McMillan, James and Schumacher, Sally.
Educational Research : An Introduction. (2001). Research in Education: A
New York and London; Longman. Conceptual Introduction. New York:
Bourdilon, Hilary, 1994, Teaching History, Longman.Inc.
(London, Roudledge). Mead, M. 1972. Culture and Comitment: A
Bruce Joyce., Marsha Weil. 2000. media of Study of the Generation Gap. London:
Teaching. Boston : Allyn and Bacon Panther Books Ltd.
Bruner, Jerome S. 1963. The Process of Moeliono, Anton, (ed), 1993, Kamus Besar
Education. New York : Vontage Books Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Budi Utomo, 2007, Media Pembelajaran Neufeldt, Victoria, (pimp. ed.), Webster’s New
Sejarah, Makalah Jurusan Sejarah World Dictionary of American
Parsons, Talcott. 1961. The Social System. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011, Metodologi
New York: The Free Press. Penelitian Seni (dalam Konteks Kebuda-
Purwadi. 2007. Mengenal Tokoh Wayang Purwa yaan). Semarang: Unnes Press.
dan Keterangannya. Surakarta: CV. Ryan, Aftar. 2008. “Kenalan dengan Para
Cendrawasih Pusat Antar-Universitas. Panakawan Sunda” dalam www.
Pustaka Ranggawarsito, Jawa Tengah. aftaryan.wordpress.com (diunduh 28/10/
Reinhart and Wiston. 2011/15.03 WIB).
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian dalam Sadiman, Arief S., dkk. 1986. Media Pendidik-
Pendekatan Kebudayaan. Bandung: an: Pengertian, Pengembangan, dan
Penerbit STISI Press. Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Tabel 1
Matriks analisis potensi wayang sebagai media pendidikan
Gambar 3
bentuk dan jenis wayang pada berbagai kelompok masyarakat
)Pesisir Kulon: Tegal, Cirebon(
Gambar 4
matriks kekhasan bentuk visual wayang pesisir lor-wetan