Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BIOINDIKATOR PENCEMARAN PERAIRAN

OLEH :
NURUL ARIANTI
17.11.020

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
MUHAMMADIYAH SINJAI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan kualitas air ini. Penyusunan laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengelolaan Kualitas Air. Selain itu tujuan penyusunan makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang Pengelolaan Kualitas Air.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimilikiuntuk itu kritik dan saran dari dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen kami yang telah tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak akan pernah berhenti untuk berusaha meningkatkan kualitas hidupnya. Kemajuan
industri dan teknologi telah telah dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Kemajuan industri dan
teknologi telah dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Akan tetapi, disisi lain berdampak kepada
lingkungan yang pada akhirnya berdampak pula terhadap lingkungan. Semua kegiatan tidak boleh
mengakibatkan terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan. Tetapi harus sesuai dengan prinsip
dasar pengelolaan limgkungan hidup yang baik, yakni “sebelum dan sesudah ada kegiatan tidak ada
perubahan terhadap keadaan lingkungan kecuali perubahan atau dampak yang bersifat positif”.
Kegiatan yang tidak menimbulkan dampak positif disebut Environtment Zero Effect. Untuk melihat
indikator biologis, harus mengetahui daur pencemaran lingkungan, apakah terjadi pencemaran atau
tidak, maka harus diketahui keadaan lingkungan tersebut sebelum ada kegiatan yang selanjutnya akan
dipakai sebagai garis dasar. Apabila terjadi perubahan (kenaikan) terhadap garis dasar (keadaan
lingkungan sebelum ada kegiatan), berarti lingkungan telah mengalami pencemaran. Pencemaran
lingkungan, baik melalui udara, air, maupun daratan pada akhirnya akan sampai juga kepada manusia,
maka perlu diketahui daur pencemaran lingkungan. Dengan memperhatikan daur pencemaran
lingkungan tersebut, akan memudahkan dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator
biologis perlu diketahui dan ditentukan “ada tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari keadaan garis
dasar” melalui analisis kandungan logam/kandungan senyawa kimia yang terdapat didalam hewan/
tanaman/suatu hasil dari hewan/tanaman. Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan / tanaman
yang terletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai kepada manusia. Maka pengambilan
contoh lingkungan, baik ynag berasal dari hewan maupun tanaman, haruslah yang terletak pada jalur
yang menuju dan berakhir pada manusia.
Kesuburan perairan merupakan suatu indikator yang dapat memprediksi penangkapan
sumberdaya perikanan kesuburan perairan sangat bergantung dengan keberadaan fitoplankton dan
parameter fisika-kimia perairan. Peranan fitoplankton sangat penting disuatu perairan, selain sebagai
dasar rantai makanan juga berperan sebagai salah satu parameter tingkat kesuburan. Fitoplankton
didominasi oleh pigmen klorofil-a, dimana sebran klorofil-a sangat berkaitan dengan paraeter fisika-
kimia perairan (Ratnapuri, 2014).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian bioindikator?
2. Apa saja jenis-jenis bioindikator?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang diambil adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian bioindikator.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis bioindikator.

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai syarat menyelasaikan tugas mata kuliah Pengelolaan Kualitas Air.
2. Sebagai referensi dalam proses perkuliahan, terutama mata luliah Pengelolaan Kualitas Air.
BAB II
LANDASAN TEORI

Bioindikator berasal dasar dua kata yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk hidup seperti
hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya variable yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Jadi bioindikator adalah komponen biotik (mahluk hidup)
yang dijadikan sebagai indikator. Bioindikator juga merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan
waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi
karena aktivitas manusia (Hendra.2012:1). Bioindikator dapat dibagi menjadi dua, yaitu bioindikator pasif
dan bioindikator aktif. Bioindikator pasif adalah suatu spesies organisme, penghuni asli disuatu habitat,
yang mampu menunjukkan adanya perubahan yang dapat diukur (misalnya perilaku, kematian,
morfologi). Bioindikator aktif adalah suatu spesies organisme yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap
polutan, yang mana spesies organisme ini umumnya diintroduksikan ke suatu habitat untuk mengetahui
dan memberi peringatan dini terjadinya polusi (Ghia, 2010:1)
Pada hewan memiliki indera keenam dan dapat merasakan gejala suatu bencana. Sebelum
terjadinya suatu bencana, hewan akan cenderung bertingkah laku abnormal. Therapy hewan yang normal
sering digunakan untuk memprediksi bencana alam. Selain untuk bencana alam, hewan juga bisa
digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan. Lingkungan yang tercemar mengakibatkan
gangguan mahluk hidup dan lingkungan sekitarnya. Perubahan yang terjadi dapat menunjukkan terjadinya
pencemaran. Bioindikator dapat digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan terhadap pencemaran
udara, air dan tanah (Shiddieqy,2010).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioindikator
Bioindiakator berasa kata bahasa inggris yaitu bio dan indicator, bio artinya mahluk hidup seperti
hewan, tumbuhan dan mikroba. Sedangkan indicator artinya variable yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Bioindikator petunjuk waktu dan lokasi atau endemi:
bioindikator dapat menunjukkan endemi dari suatu jenis tumbuhan atau hewan. Contohnya pada ikan
salmon, pada saat musim kawin dan musim bertelur maka ikan salmon akan bermigrasi menuju hulu
sungai atau disebut juga dengan istilah Anadromus. Setelah menetas maka ikan-ikan salmon ini akan
kembali menuju kehilir sungai atau ke laut. Hal ini juga terjadi pada belut raksasa sidat yang
melakukan migrasi kehilir sungai atau ke laut untuk kawin dn bertelur, hal ini disebut juga dengan
istilah Katadromus. Bioindikator petunjuk kondisi alam; bioindikator dapat menggambarkan kondisi
alami dari lingkungan yang ada disekitarnya.
Dengan adanya bioindikator dapat dilakukan pencegahan pencemaran air yang semakin parah dan
juga untuk mengetahui tercemar tidaknya suatu perairan, cara ini merupakan cara yang sederhana
namun efektif. Bioindikator yang digunakan merupakan salah satu anggota dari suatu ekosistem
perairan. Konsep bioindikator merujuk pada penggunaan hewan atau tanaman sebagai instrumen untuk
menilai kondisi kualitas lingkungan yang lampau, sekarng dan akan yang datang.
B. Jenis-Jenis Bioindikator
a. Bioindikator Hewan.
Berikut beberapa hewan yang dapat dijadikan sebagai bioindikator yaitu :
1. Anggang-anggang Sebagai Bioindikator Penurunan Tegangan Permukaan Di Air.
Anggang-anggang dapat berjalan di air karena kombinasi beberapa faktor, yakni
menggunakan tegangan permukaan dari air dan kaki hidrofobik untuk membantu mereka
tetap diatas air. Anggang-anggang hanya dapat berdiri diatas permukaan air yang bersih.
Anggang-anggang dapat berdiri di air yang bersih karena air bersih memiliki tegangan
permukaan yang cukup. Seandainya air tesebut tercemar, molekul-molekul air yang tadinya
saling tarik-menarik dan menibulkan tegangan permukaan akan terpisah. Sehingga menurut
(Brown, 2000 dalam prasetya,2013) anggang-anggang dapat dijadikan salah satu indikator
kualitas air, hal ini dikarenakan anggang-anggang tidak dapat hidup diperairan tercemar.
Gambar 1. Gambar anggang-anggang
2. Capung Sebagai Indikator Biologi
Capung di alam memiliki peranan penting, yaitu sebagai indikator biologi karena capung
dapat memberikan respond terhadap sedikit banyaknya bahan pencemar. Meningkatnya
populasi capung dapat menunjukkan bahwa perairan disuatu tempat tidak tercemar.
Bioindikator yang mudah dijumpai salah satunya adalah capung, capung dapat dimanfaatkan
sebagai bioindikator air bersih, karena nimfa capung tidak dapat hidup di air yang sudah
tercemar dan perairan yang tidak ada tumbuhannya. Keuntungan yang diperoleh dari
indikator biologi adalah dapat merefleksikan keseluruhan kualitas ekologi dan mengintegrasi
berbagai akibat yang berbeda, memberikan pengukuran yang akan akurat mengenai
pengaruh komunitas biologi dan pengukuran fluktuasi lingkungan (Subramanian, 2005).

Gambar 2. Capung
b. Bioindikator Tumbuhan
1. Lamun Sebagai Bioindikator Timbal (Pb)
Kerusakan lingkungan akibat industrialisasi, diakibatkan oleh limbah yang umumnya
mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kehidupan, diantaranya adalah unsur logam berat.
Salah satu unsur logam berat tersebut dalah timbal (Pb), yang menunjukkan beracun pada
sistem syaraf, mempengaruhi kerja ginjal dan menyebabkan kelumpuhan. Tumbuhan lamun
dapat digunakan sebagai bioindikator logam berat di wilayah pesisir, dimana kandungan
logam Pb adalah sebesar 9biomass lamun/m2 x kandungan Pb mg/kg)/1000 dengan
mengakumulasi dari sedimen.
Gambar 3. Lamun
2. Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Udara
Lumut kerak dapat digunakan sebagai bioindikator polusi uadara dengan cara
membandingkan jumlah tumbuhan lumut kerak yang terdapat pada batang pepohonan
disuatu daerah. Semakin sedikit lumut kerak yang tumbuh pada pepohonan di suatu
lingkungan, maka tingkat polusi di lingkungan tersebut rendah.

Gambar 4. Lumut Kerak


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan teori diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bioindikator merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam
(bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktivitas manusia.
2. Bioindikator dapat dibagi menjadi dua jenis yakni bioindikator hewan dan bioindikator tumbuhan.

B. Saran
Disarankan kepada pembaca sebaiknya pengetahuan akan bioindikator pencemaran dapat
disosialisasikan kepada pembaca agar bioindikator perairan dapat direalisasikan sehingga kualitas
perairan dapat dimaksimalkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Ghia, 2010. dalam Isi Makalah Bioindikator. Oleh Siti Syifa’un Nufus. Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unram.
Hendra, 2012. dalam Isi Makalah Bioindikator. Oleh Siti Syifa’un Nufus. Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Unram.
Shiddieqy,2010. dalam Isi Makalah Bioindikator. Oleh Siti Syifa’un Nufus. Program Studi Pendidikan
Biologi FKIP Unram
Subramanian, 2005

Anda mungkin juga menyukai