Anda di halaman 1dari 27

ASKEP ANAK DENGAN

PERADANGAN PADA SISTEM


KARDIOVASKULER SERTA
KELUARGANYA

Disusun Oleh Kelompok 3

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawaatan


Anak II
 
1. Konsep dasar penyakit
A. ARITMIA

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang


sering terjadi pada infark miokardium.Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit
miokard (iskemi dan infark), yang disertai dengan perubahan
keseimbangan elektrolit, gangguan metabolisme, toksisitas obat
dan vasospasme coroner.
B. MIOKARDITIS
1. Konsep dasar penyakit

Miokarditis adalah peradangan pada otot


jantung atau miokardium. pada umumnya
disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi,
tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toxin
bahan-bahan kimia dan radiasi.
C. ENDOKARDITIS
Endokarditis adalah peradangan pada
katup dan permukaan endotel jantung (Arif
Muttaqin, 2009): 288). Endokarditis
pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun
1946. Endokartis dibagi menjadi dua, yaitu
endokarditis infektif dan endokarditis
nonifeksi.
D. PERIKARDITIS

Perikarditis adalah peradangan


perikardium parietal, perikardium
viseral, atau kedua-duanya (Arif
Mansjoer, 2000). Perikarditis adalah
peradangan perikardium viseralis atau
parietalis dengan atau tanpa disertai
timbulnya cairan dalam rongga
perikardium baik bersifat transudat
atau eksudat atau purulen dan
disebabkan oleh berbagai macam
penyebab
E. SINDROM KAWASAKI
Definisi:
Kawasaki disease (Penyakit Kawasaki) adalah suatu penyakit yang langka, dan
ditemukan pada anak-anak. Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang
melibatkan kulit, mulut, dan kelenjar getah bening, dan paling sering
mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit Kawasaki ditemukan
oleh Dr. Tomisaku Kawasaki  di Jepang pada tahun 1967 dan saat itu dikenal
sebagai Mucocutaneous Lymphnode Syndrome.
F. reumatoid heart desease (RHD)
1. Konsep Dasar Penyakit

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit


yang di tandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis
reumatik akut yang berulang kali. (kapita
selekta,
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik
diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan
tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik.
Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada
tenggorok selalu mendahului terjadinya demam
reumatik baik demam reumatik serangan
pertama maupun demam reumatik serangan
ulang
A.      PENGERTIAN

Ø Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup
jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3,
2000)

B.       ETIOLOGI

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun


(kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β hemolitikus
grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik
serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
C. PATOFISIOLOGI

    Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit
sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. demam rematik
mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung merupakan organ
sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.

D.  MANIFESTASI KLINIS
      Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup mitral
adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri: sesak napas dengan
krekels dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi
lesi.
E.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pasien demam rematik 80% mempunyai ASTO positif. Ukuran proses inflamasi
dapat dilakukan dengan pengukuran LED dan protein C-reaktif.
F.  PENATALAKSANAAN

Tata laksana demam rematik aktif atau reaktivitas adalah sebagai berikut:

1.Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2


juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan <
30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari.

3. Antiinflamasi Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan
ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung.
G.      PENCEGAHAN

Dapat dicegah melalui penatalaksanaan awal dan adekuat terhadap infeksi


streptokokus pada semua orang.

Langkah pertama dalam mencegah serangan awal adalah mendeteksi adanya


infeksi streptokokus untuk penatalaksanaan yang adekuat, dan pemantauan epidemi
dalam komunitas. Setiap perawat harus mengenal dengan baik tanda dan gejala
faringitis streptokokus; panas tinggi (38,9° sampai 40°C atau 101° sampai 104°F),
menggigil, sakit tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai aksudat, nyeri
abdomen, dan infeksi hidung akut.
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT JANTUNG REUMATIK

 A.      PENGKAJIAN
a.    Aktivitas/istrahat
Gejala      :  Kelelahan, kelemahan.
Tanda       :  Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b.    Sirkulasi
Gejala      :  Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda       :  Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub, murmur,  edema, petekie,
hemoragi splinter.

c.    Eliminasi

Gejala      :  Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.

Tanda       :  Urine pekat gelap.


d.   Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala      :  Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring;
nyeri dada/punggung/ sendi.

Tanda       :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.

e.    Pernapasan

Gejala      :  dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).

Tanda       :  takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan berbercak darah
(edema pulmonal).

f.     Keamanan

Gejala      :  Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.

Tanda       :  Demam.
B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.  Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

c.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload/peningkatan tekanan atrium dan
kongesti vena.

d.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus.


e.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C.       INTERVENSI

a.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan        : nyeri hilang/ terkontrol.

Intervensi   :
1.    Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala nyeri (0-

10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis terhadap nyeri
(berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan).

R/    : Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda
vital membantu menentukan derajat/ adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak
adanya nyeri.

2.    Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.

R/    : aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh; kerja tiba-tiba, stress,
makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

3.    Berikan aktivitas hiburan yang tepat.

R/    : Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
4.    Dorong menggunakan teknik relaksasi. Berikan aktivitas senggang.

R/    : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga
menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.

5.    Kolaborasi pemberian obat nonsteroid dan antipiretik sesuai indikasi.

R/    : Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan meningkatkan kenyamanan.

b.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

Tujuan        : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

Intervensi   :

1.   Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi 20/menit
diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada; kelelahan berat dan
kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.
R/    : Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh
kelebihan kerja/jantung.

2.    Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

R/    : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

3.    Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

R/    : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

4.    Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan
sebagainya.

R/    : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
5.    Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

R/    : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

c.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload/peningkatan tekanan
atrium dan kongesti vena.

Tujuan          :  menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan ditritmia.

Intervensi     : 

1.    Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

R/    : Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini/tindakan
terhadap dekompensasi.
2.    Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.

R/    : Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang memungkinkan
oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung.

3.    Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu turun dari
tempat tidur.
R/    : Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
cadangan         jantung.

4.    Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri.

R/    : Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi
peningkatan kebutuhan oksigen.
5.    Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik, vasodilator, diuretik.
R/    : pengobatan distritmia atrial dan ventrikuler khusnya mendasari kondisi dan simtomatologi
tetapi ditujukan pada berlangsungnya/meningkatnya efisiensi/curah jantung. Vasodilator digunakan
untuk menurunkan hipertensi dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik (afterload). Penurunan
ini mengembalikan dan menghilangkan tahanan. Diuretic menurunkan volume sirkulasi (preload),
yang menurunkan TD lewat katup yang tak berfungsi, meskipun memperbaiki fungsi jantung dan
menurunkan kongesti vena.

d.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus.

Tujuan        : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal, dan tak ada edema.
Intervensi :

1.    Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau negatif), timbang berat badan tiap
hari.

R/    : Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik. Keseimbangan cairan positif
berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal
jantung.

2.    Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin) sesuai indikasi.

R/    : Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan, dan menurunkan kelebihan cairan
total tubuh dan edema paru.

3.    Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan kalium tambahan bila diindikasikan.

R/    : Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme. Hipokalemia
mencetus pasien pada gangguan irama jantung.
4.    Berikan cairan IV melalui alat pengontrol.

R/    : Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan.

5.    Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV).

Diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.

6.    Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi.

R/    : Menurunkan retensi cairan

e.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan        : menunjukan perilaku untuk menangani stress.

Intervensi   :

1.    Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.

R/    : Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respons
verbal dan non verbal.
2.    Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi).

R/    : Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan


kemampuan koping.

3.    Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan
datang. Kaji keefektifan koping dengan stressor.

R/    : Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan secara
tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari.

4.    Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada
rencana pengobatan.

R/    : Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan
rasa kontrol.
5.      Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif.

R/  : Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan  relaksasi dan
meningkatkan kemampuan koping.

D.      EVALUASI

a.    Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

b.    Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

c.    Melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.

d.   Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang
normal, dan tak ada edema.

e.    Menunjukan perilaku untuk menganani stress.


SEKIAN DARI KAMI DENGAN
BERAKHIRNYA PERSENTASI KAMI
SEPERTI KAMU DAN DIA YANG
BERAKHIR SEBELUM MEMULAI
TERIMAKASIH
Kelompok 3 Askep anak dengan peradangan pada sistem kardiovaskuler serta
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai